Kamis, 19 April 2018

PENTINGNYA KATA MAAF


۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

          🟤 PENTINGNYA KATA MAAF 🟤

•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

===================================

🟤 Ma'af, sebuah kata sederhana, biasa saja, sepele, tak jarang tidak kita perhatikan secara serius.

Di satu sisi ada orang yang ‘malas’ dan pelit untuk mengucapkan kata ma.af, karena menganggap itu nggak penting, merasa tidak melakukan kesalahan fatal sehingga tidak perlu minta ma'af.

🟤 Sementara di sisi lain ada orang-orang yang dengan mudah menghamburkan kata ma’af tanpa dirasakan kedalaman makna dari ma'af itu sendiri, sehingga kesannya hanya kata saja yang terlontar di bibir, terasa ringan , mudah diucapkan dan merasa sudah selesai , sudah plong saat sudah ada kata ma'af.

Sehingga kesannya ma'af hanya sekedar formalitas saja.

Meskipun pasti banyak juga orang yang mengatakan kata ma'af dengan ketulusan hati dan niat sungguh-sungguh disertai hati yang jernih dan dada lapang.

🟤 Mungkin kita dengan mudah meminta ma'af kepada orang lain, tanpa beban dan tulus. Bahkan merasa sudah sewajarnya minta ma'af kepada orang lain , entah itu saudara, teman, tetangga, kenalan dll.

🟤 Tetapi adakah yang ‘lupa’ untuk meminta maaf kepada pasangan?

Meski terkesan sepele, terkadang kita melupakan bahwa jika ada suatu kesalahan/ hal yang kurang berkenan di hati pasangan kita (terutama suami/istri) kita seharusnya juga minta ma'af.

🟤 Dari beberapa obrolan ringan dengan beberapa teman/ tetangga/saudara, sebagian besar mereka merasa tidak perlu minta ma'af kepada pasangan masing-masing.

Jawaban yang mencegangkan adalah karena mereka merasa sudah ‘bukan orang lain lagi’ , ‘sudah keluarga sendiri’, ‘ pasangan sudah menjadi bagian dari kita’ sehingga merasa sah dan wajar saja jika tidak perlu minta ma'af pada pasangan.

🟤 Dan yang lebih membuat terkejut ada yang bahkan saat Hari Raya Idul Fitri pun mereka tidak minta ma'af kepada pasangannya.

Padahal mereka minta ma'af kepada orangtua, sauadara, tetangga, teman, dll lho.

Sementara kepada pasangan mereka bisa ’lupa’?

🟤 Alasan yang disampaikan, bagi suami, menganggap seharusnya istrilah yang minta maaf terlebih dahulu, baru suami yang minta maaf. Sementara bagi istri merasa ya sudah nggak perlulah, lha wong setiap hari ketemu dan merasa suami sudah bukan orang lain lagi. What?

Justru karena setiap hari ketemu itu memungkinkan banyak kesalahan dan khilaf kan....?

🟤 Pernah ada cerita sebuah keluarga saat mereka berantem hebat dan diambang perpisahan. Suami dengan kata-kata kasar mengungkit kepada istrinya kalau selama mereka menikah puluhan tahun, tidak pernah sekalipun istrinya minta ma'af bahkan tidak juga di hari Idul Fitri. Suami merasa tidak diperlakukan sebagai seorang suami, tidak di uwongke, tidak di hargai sebagaimana mestinya. Wah ini gawat.

🟤 Permintaan ma'af kepada pasangan itu sangat..sangat penting. Bahkan penting sekali. Mengapa?

1️⃣〰️Pertama, Meskipun sudah menjadi bagian dari diri kita, tetapi pasangan tetap orang lain yang mempunyai perasaan halus dan pasti ingin dihargai selayaknya orang lain. Jangan menganggap itu tidak penting. Maka tetaplah minta ma'af kalau ada khilaf.

2️⃣〰️Kedua, suami istri biasanya setiap hari bertemu, berkumpul. Bisa dipastikan ada hal-hal yang kurang berkenan di hati masing-masing. Apa salahnya memulai terlebih dahulu ntuk minta ma’af, toh itu juga tidak akan menurunkan harga diri kita. Buat apa gengsi? Justru dengan legowo/lapang dada untuk minta ma’af terlebih dahulu itu adalah sikap mulia

3️⃣〰️Ketiga, dengan ringannya hati, pikiran dan bibir kita berucap ma’af, akan menambah keharmonisan dalam rumah tangga. Rasanya suami/istri tidak akan tega marah, mendiamkan, berbuat kasar kepada pasangannya ketika sudah ada permintaan ma’af. Tentunya dengan hati tulus ikhlas dan benar-benar berusaha untuk tidak berbuat khilaf lagi.

🟤 Ma’af, seuntai kata sederhana yang ringan, mudah diucapkan.

Namun tanpa "maaf", rumah tangga kokoh yang terbina lama bisa runtuh. 

Untuk itu sebaiknya jangan berat bibir untuk mengucapkan kata sederhana itu.

Plus di sertai dengan kesungguhan hati, insyaallah bisa menghindarkan dari hal-hal yang tidak kita inginkan.

☄️ Allah berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)

➖ “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu, Allah menyediakan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik diwaktu lapang atau sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” 📖(Qs. Al-Imran: 133-134).


Selasa, 17 April 2018

TIDAK SEBANDING...!!

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
------------------------------------------------------


➖“Dunia dibandingkan akhirat lain tidak lain hanyalah seperti seseorang di antara kalian semua yang mencelupkan jarinya ke dalam lautan. Untuk itu, maka hendaklah ia melihat air yang menempel di dalam jarinya setelah menariknya”

📙(HR Muslim ) 


Sebanyak apapun amalan yang kita lakukan…Sebanyak apapun harta yang kita infakkan di jalan Allah…

Ketahuilah :
------------------------------------------------------
❶ Itu tidak sebanding dengan segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dari semenjak kita lahir (bahkan sejak kita dalam kandungan ibu) hingga detik ini...

➖Oksigen yang kita hirup, jantung yang bekerja, saraf-saraf yang masih berfungsi dengan baik, demikian pula anggota tubuh lainnya…Ini semua SANGAT MAHAL !

➖Misalkan anda adalah orang yang menanggung biaya orang yang sakit, akibat kekurangannya dalam menikmati nikmat-nikmat diatas : Misalkan anda menuntut dia untuk ‘mengembalikan’ apa yang sudah anda tanggung…

➖Usaha apa yang ia harus lakukan untuk ‘membalas’ semua yang sudah anda bantu kepadanya ?

➖Infak apa yang ia harus salurkan untuk ‘membayar’ semua yang sudah anda bantu kepadanya ?

Nah…!!
-------------

➖Coba bandingkan segala nikmat tersebut, dengan usaha kita untuk bergerak dan berjalan dijalanNya ? Adakah sebanding ?

➖Coba bandingkan dengan jumlah infaq yang kita infakkan ?
Sebandingkah ?

➖Bahkan jika kita beramal shalih semenjak kita lahir, terus-menerus kita beramal dijalanNya hingga saat ini, maka itu tidak cukup ‘membalas’ nikmat-nikmatNya ! Karena nikmatNya tak berbilang…

➖Bahkan jika kita memiliki harta sepenuh bumi semenjak kita lahir, terus-menerus kita infakkan dijalanNya hingga saat ini, maka itu tidak cukup ‘membayar’ nikmat-nikmatNya! Karena nikmatNya tak berbilang…

➖Yang kita harapkan…Agar Dia menerima amalan-amalan kita yang sedikit lagi penuh kekurangan, sehingga kita digolongkanNya sebagai hambaNya yang bersyukur…

➖Yang kita harapkan…Agar Dia menerima infaq-infaq kita yang sedikit, lagi penuh kekurangan, sehingga kita digolongkanNya sebagai hambaNya yang bersyukur…

➖Yang kita harapkan…Agar Dia mengampuni dosa-dosa kita… Karena jika dibandingkan kebaikan dan keburukan serta kekurangan kita… Maka keburukan serta kekurangan kita jauh lebih banyak daripada kebaikan kita…Sehingga dengan rahmatNya ini…kita berharap dimasukkanNya ke surga, dan dijauhkan dari neraka…
----------------------------------------------------

❷ Itu tidak sebanding dengan surgaNya yang amat luas, yang amat penuh kenikmatan tiada tara yang dinikmati secara kekal oleh penghuninya.

➖Misalnya seseorang memetik pahala dan masuk surga karena disebabkan amalnya yang 10 tahun, 100 tahun bahkan 1000 tahun sekalipun…Maka balasan surga Allah itu TIDAK DAPAT DIHARGAI dengan apa yang ia usahakan tersebut…

➖Misalnya seseorang memetik pahala dan masuk surga karena disebabkan infak 100 ribu, atau 100 juta, atau 100 milyar, atau 100 triliun sekalipun…Maka balasan surga Allah itu TIDAK DAPAT DIHARGAI dari apa yang ia infakkan tersebut…

➖Balasan Allah terhadapnya dengan surga itu, bukan karena surga “dihargai” dengan infak dan jerih payahnya tersebut…tapi karena rahmatNya, kasih sayangNya, keMaha PemurahNya terhadap hamba-hambaNya yang beriman dan beramal shaalih keapadaNya…


Pelajarannya apa ?
-------------------------
① Jangan pelit dalam beramal dan berinfaq…

Sungguh Allah Maha Pemurah yang senantiasa memberi nikmat kepada seluruh hambaNya…Maka apa yang menyebabkan kita ragu dan malas dalam menggerakkan badan kita untuk beirbadah kepadaNya ? Apa yang menyebabkan kita ragu dan bakhil dalam mengeluarkan sebagian harta (yang juga hakekatnya diberikanNya dan dititipkanNya pada kita) !?

② Allah mensyariatkan hambaNya untuk beramal dan berinfaq di jalanNya…Akan tetapi Dia tidak butuh dengan itu…Dia berbuat dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, Dia Maha Tahu lagi Maha Bijaksana…Dia Maha Terpuji dan Dia Maha Kaya…

Segala pujian untukNya tidaklah akan berkurang, dengan jeleknya amal kita… Segala kekayaanNya tidaklah akan berkurang, dengan jeleknya infaq kita…Dia menjanjikan surga (karena rahmatNya) bagi hamba-hambaNya yang beriman dan beramal shaalih, dan Dia mengancam neraka (karena keadilanNya) bagi hamba-hambaNya yang kufur lagi jelek amalnya…

Semoga Allah meluruskan keimanan kita, memudahkan kita dalam beramal shalih, dan menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang diberi rahmatNya, yang dimasukkan ke surga, dan diselamatkanNya dari api neraka ...

Aamiin yaa Rabbal'alamiin...


Minggu, 01 April 2018

JALAN MENUJU KESELAMATAN

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh



☄️ Pengertian “JALAN” dan “KESELAMATAN” :

Jalan, yaitu : “Suatu cara atau metode yang bisa mengantarkan seseorang kepada sesuatu yang dimaksud/diinginkan atau yang dituju.”

Bentuknya bisa berupa : perkataan, perbuatan, keyakinan, atau prinsip hidup, pandangan hidup, cita-cita yang kuat, harapan, dll.

Dalam Bahasa Arab, sering disebut dengan : الطريقة ، منهج ، منهاج ، سبيل ، سنة ]  [
Keselamatan, yaitu : “selamat atau terlepas dari semua bentuk kejelekan.”

Selamat yang dimaksud disini adalah, selamat di dunia dan di akhirat. Di dunia, selamat dari berbagai penyimpangan dan kesesatan, apakah itu bentuknya berupa kekufuran, kesyirikan, kebid’ahan, dan berbagai macam kemaksiatan dan dosa-dosa. Dan di akhirat nanti, selamat dari adzab/siksa api neraka yang kekal, dan kengerian yang ada di dalamnya.

Ringkasnya, JALAN MENUJU KESELAMATAN, adalah : “suatu cara atau metode yang bisa kita lakukan/kita tempuh, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keyakinan, yang bisa mengantarkan kita kepada keselamatan di dunia dan keselamatan di akhirat. Di dunia, selamat dari segala bentuk penyimpangan dan kesesatan. Sedangkan di akhirat, selamat dari siksaan api neraka yang sangat pedih dan kekal.

☄️ MENGAPA KITA HARUS BERUSAHA UNTUK SELAMAT ?

Hal itu karena beberapa sebab :

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kita hidup di dunia ini adalah untuk suatu tujuan yang agung dan mulia, yakni “agar kita beribadah kepada-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”

Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala :

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyaat : 56). Inilah tujuan utama kita diciptakan oleh Alloh dan hidup di dunia ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menciptakan di atas fitrah (kesucian), yakni terlahir sebagai hamba yang bertauhid (mengesakan Alloh Subahanhu wa Ta’ala). Sebagaimana dalam firman-Nya :

فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar-Ruum : 30).

Catatan : Yang dimaksud dengan “di atas fitrah” itu adalah di atas agama Tauhid (mengesakan Allah dalam beribadah), sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu.

2. Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga menjadikan “musuh” bagi kita bangsa manusia ini berupa makhluk yang paling jelek dan terlaknat, yakni “IBLIS”. Yang mana dia itu akan berusaha untuk memalingkan kita dari tujuan hidup dan fitrah kita tersebut. Sebagaimana banyak tersebut dalam Al-Qur’an, tentang sumpah Iblis di hadapan Alloh Ta’ala ketika itu :

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦  ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧

“Iblis menjawab: "Karena Engkau (Ya Allah) telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS Al-A’rof : 16-17)

قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٣٩  إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٤٠

“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (QS Al-Hijr : 39-40)

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٨٢  إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٨٣  قَالَ فَٱلۡحَقُّ وَٱلۡحَقَّ أَقُولُ ٨٤  لَأَمۡلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنكَ وَمِمَّن تَبِعَكَ مِنۡهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٨٥

“Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya.” (QS Shood : 82-85)

Catatan : Dalil-dalil tersebut menunjukkan : Iblis adalah musuh utama manusia di dunia, yang akan memalingkan dan menyesatkan kita dari jalan Allah yang lurus, dengan berbagai cara yang bisa dilakukan. Banyak orang-orang yang akan mengikuti jalannya yang sesat tersebut, kecuali orang-orang yang mukhlish, yakni orang-orang yang telah diberi hidayah oleh Allah Ta’ala untuk kokoh/ istiqomah di atas tauhidnya, wallohu a’lam bis showab.

☄️ LALU, APA SAJA JALAN MENUJU KESELAMATAN ITU ?

Berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadits-hadits yang shohih), maka dapat kita simpulkan/ringkaskan sebagai berikut :

Pertama : Berpegang teguh dengan Agama Islam ini, sampai akhir hayat kita nanti ! Hal ini karena beberapa hal :

1. Hanya Islam agama yang diridhoi oleh Allah ( QS Ali Imron : 19, Al-Maidah : 3)

2. Islam adalah agama yang Haq, selainnya adalah bathil (QS At-Taubah : 33, As-Shof : 9)

3. Agama dan keyakinan manapun selain Agama Islam, tidak akan diterima oleh Alloh Ta’ala (QS Ali Imron : 85)

4. Allah memerintahkan kita, untuk berpegang teguh dengan Agama Islam ini sampai akhir hayat kita (QS Ali Imron : 103, Al-Baqoroh : 132)

5. Islam, adalah syarat agar amal-amal sholih yang kita lakukan, diterima dan diberi pahala oleh Allah Ta’ala. Adapun amalan orang yang kafir, sia-sia saja (QS At-Taubah : 17, Al-Furqon : 23), dan lain-lain.

Dalam hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

والذي نفس محمد بيده ، لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني، ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به، إلا كان من أصحاب النار

“Demi (Alloh) Yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman tangan-Nya, tidaklah ada seorangpun yang telah mendengar tentang aku, baik dia itu Yahudi ataupun Nashrani, kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya (yakni risalah agama Islam ini), kecuali dia termasuk penghuni neraka (yakni pasti dia akan masuk neraka).” (HR Imam Muslim no. 153)

Kedua : Berusaha untuk selalu berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadits-hadits Rosululloh yang shohih).

Allah Ta’ala berfirman :

ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَۗ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ ٣

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (QS Al-A’rof : 3)

Makna ayat ini : “Yakni, ikutilah apa yang diturunkan dari Robb-mu, berupa Al-Qur’an dan Al-Hikmah (As-Sunnah), dengan cara kamu melaksanakan perintahnya, dan menjauhi larangan-larangannya. Janganlah kamu mentaati pemimpin selain keduanya, apakah dia itu syaithon, para pemimpin yang jelek ataupun para ulama yang menyesatkan. Akan tetapi sedikit orang diantara kalian yang mau mentaati hal ini dan kembali kepada Al-Haq.” (At-Tafsir Al-Muyassar, hal. 151)

Allah Ta’ala juga berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ٢٤

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (QS Al-Anfal : 24)

Catatan : Memenuhi panggilan Allah dan Rosul-Nya, adalah kehidupan bagi hati kita, agama kita, badan kita, baik di dunia maupun di akhirat nanti.

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

تركت فيكم شيئين ما إن تمسكتم بهما، لن تضلوا بعدي أبدا ؛ كتاب الله وسنتي

“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, (yakni) sesuatu yang apabila kamu berpegang teguh dengan keduanya, kamu tidak akan sesat setelah itu selama-lamanya : (yaitu) Kitabulloh (Al-Qur’an) dan Sunnah-ku.”

Catatan : Yakni, jadikan keduanya sebagai sumber hukum (referensi) dalam menjalankan agama ini, bukan atas dasar kebodohan, bukan karena fanatik golongan, juga bukan dengan berbagai macam amalan-amalan bid’ah.

Ketiga : Berusaha untuk berhukum dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan mengembalikan semua permasalahan yang kita hadapi kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah tersebut, serta tunduk/patuh dengan keputusan hukum keduanya.

Hal ini sebagai bentuk pengamalan dari firman Alloh Ta’ala :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا ٥٩

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa’ : 59)

Allah Ta’ala juga berfirman :

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا ٦٥

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (wahai Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS An-Nisa’ : 65)

Keempat : Berusaha untuk selalu menghidupkan Sunnah-Sunnah (tuntunan, ajaran atau syari’at) Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, baik dalam hal ibadah kita, akhlak kita, penampilan kita, dan kehidupan kita secara umum. Meskipun dengan cara seperti itu, kita akan dianggap asing/aneh di tengah masyarakat kita itu sendiri.

Dalam hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

بدأ الإسلام غريبا وسيعود غريبا كما بدأ، فطوبى للغرباء

Islam itu awal datangnya adalah asing, dan kelak akan kembali menjadi asing. Maka berbahagialah orang-orang yang asing tersebut.” (HR Imam Muslim no. 145 dan 146)

Dalam hadits Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu, Nabi shollallohu ‘alaoihi wa sallam juga bersabda :

يأتي على الناس زمان الصابر فيهم على دينه كالقابض على الجمر

“Akan datang suatu zaman kepada manusia, yang mana orang yang sabar di atas agama ini diantarara mereka (pada waktu itu), keberadaannya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR Imam At-Tirmidzi no. 2260, sanadnya shohih)

Catatan : Keterasingan mereka, bukan karena “nylenehnya” mereka, tetapi karena keistiqomahan mereka dalam berpegang teguh dengan sunnah-sunnah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, yang pada saat itu sudah banyak diselisihi dan diabaikan oleh kaum muslimin itu sendiri. Lebih-lebih dengan semakin banyaknya tersebarnya bid’ah-bid’ah dalam agama ini.

Kelima : Bersegera dalam melakukan amal-amal sholih, yakni amal-amal yang diwajibkan maupun yang disunnahkan dalam agama kita ini, jangan menunda-nundanya.

Sebagaimana sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam :

بادروا بالأعمال الصالحة، فستكون فتن كقطع الليل المظلم، يصبح الرجل مؤمنا ويمسي كافرا، ويمسي مؤمنا و يصبح كافرا، يبيع دينه بعرض من الدنيا

“Bersegeralah beramal sholih, karena akan ada fitnah-fitnah (di akhir zaman), keadaannya seperti potongan-potongan malam yang gelap. (Karena dahsyatnya fitnah tersebut), akan ada seseorang di pagi hari masih dalam keadaan sebagai seorang mu’min, (ternyata) sore harinya berubah menjadi orang yang kafir. (Atau) sore harinya dia mu’min, pagi harinya berubah menjadi orang yang kafir. (Sebab yang demikian itu adalah) dia menjual agamanya (keyakinannya) untuk mendapatkan secuil kesenangan dunia.” (HR Imam Muslim no. 118, dari hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu)

(Lihat juga : QS Ali Imron : 133)

Demikianlah beberapa cara dan upaya yang bisa kita lakukan, agar selamat dari berbagai kesesatan dan penyimpangan di dunia ini, yang ujungnya adalah selamat di akhirat nanti dari adzab api neraka. Apa yang disebutkan di atas bukan pembatasan, tetapi masih banyak yang lainnya, bisa dilihat pada kitab-kitab Aqidah dan Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Wallohu a'lam bish-shawab