Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Oktober 2020

ALASAN PARA PEJUANG MEMILIH PAKAIAN ISLAMI, DARIPADA PAKAIAN ADAT


 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

ALASAN PARA PEJUANG MEMILIH PAKAIAN ISLAMI, DARIPADA PAKAIAN ADAT 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Pemilihan pakaian Islami berupa Jubah dan Sorban yang dilakukan para pejuang terdahulu saat melawan penjajah Belanda ternyata memiliki dasar yang kuat.


๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Guru Besar sejarah Universitas Padjajaran Profesor Ahmad Mansur Suryanegara mengungkapkan bahwa alasan para pejuang mengenakan pakaian Islami dengan jubah dan Sorban adalah karena pada masa itu pakaian adat identik dengan para pembantu Penjajah Belanda untuk menindas masyarakat Nusantara.


๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Para pejuang seperti Pangeran Diponegoro, Kiai Mojo dan Sentot Alibasyah Prawirodirjo lebih memilih mengenakan busana Islami dari pada pakaian adat Jawa ketika melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda pada masa itu.


๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Berikut ini penjelasan lengkap yang ditulis Profesor Ahmad Mansur Suryanegara:


➖PANGERAN DIPONEGORO,KIAI MOJO, SENTOT ALIBASYAH PRAWIRODIRJO, Menanggalkan BUSANA ADAT JAWA ketika para Pengena Busana Adat menjadi Pembantu Utama Penjajah Protestan Beland iIkut serta menindas rakyat dgn menggunakan topeng BUDAYA ADAT untuk memadamkan CAHAYA ISLAM .


➖PANGERAN DIPONEGORO, walau menyandang Keris, Menurut DR TJIPTO MANGUNKUSUMO tidak pernah menghunus kerisnya di tengah peperangan. 

Tetapi selalu membacakan AL QURAN untuk membangkitkan Jiwa Juang umat dan rakyat pendukungnya yang anti penjajah.


➖PANGERAN DIPONEGORO, KIAI MOJO, SENTOT ALIBASYAH PRAWIRODIRJO BERBUSANA ISLAMI menyelamatkan bangsanya dari keruntuhan moral bangsanya.


➖Pembusana Adat Djawa bertingkah laku pemadat, merendahkan martabat wanita, perusak keluhuran Adat Djawa, perusak Syariah Islam dalam Istana Kesultanan dan di masyarakat Djawa. 

Berkedok memelihara Adat Djawa, tapi bermental rendah.


➖Bila disebutkan ORA NDJOWO artinya tingkah lakunya TIDAK ISLAMI. 

Saat itu JOWO atau JAWA di masyarakat artinya MENGERTI.

Bila disebut ORA NDJOWO artinya ORA NGERTI atau TIDAK ISLAMI. 

ORA artinya Tidak. 

Djawa artinya Islam dan Pribumi berseberangan penjajah yang asing.


➖Dalam perjalanan Sejarah ADAT DAERAH di Nusantara diperadabkan oleh Ajaran ISLAM. Pada masa penjajahan Kerajaan Protestan Belanda dan pemerintah Kolonial Belanda, ADAT BUDAYA yang bersifat LOKAL dijadikan PEMECAH BELAH KESATUAN BANGSA atau UMAT. 

Dijadikan Alat oleh penjajah melawan ISLAM yang bersifat UNIVERSAL dan PEMERSATU BANGSA INDONESIA.

Rabu, 21 Desember 2016

PRO DAN KONTRA AL HABIB M. RIZIEQ BIN HUSEIN SYIHAB (IMAM BESAR FPI)

Bismillaahirrahmaanirrahiim 

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 


Siapa yang tidak mengenal sosok yang satu ini. Beliau seorang ulama besar Indonesia yang memiliki jutaan pengikut. Seorang tokoh Islam Indonesia yang dikenal sebagai pemimpin atau Imam Besar organisasi Front Pembela Islam. Beliau seorang mujahid tangguh, seorang orator ulung dan seorang singa podium ketika di atas panggung. Beliau mampu membangkitkan ruhul jihad didepan banyak orang. Beliau berani mengatakan yang haq itu haq dan yang batil itu batil walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Setiap pengajian atau atau tabligh akbar yang dimana beliau menjadi penceramahnya suka dihadiri oleh ribuan bahkan ratusan ribu orang. Beliau adalah Dr. Al Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Syihab, Lc.MA.DPMSS. Rumah beliau terletak di Jl. Petamburan III No. 83, Tanah Abang Jakarta Pusat. Walau pun kini Beliau pindah ke Markaz Syariah di Megamendung Bogor Jawa Barat. Beliau lahir di Jakarta, 24 Agustus1965.

Nasabnya hingga ke Rasulullah SAW

Nasab Al Habib Muhammad Rizieq Syihab bin Husein bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Husein bin Muhammad bin Syeikh bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad Syihabuddin Al-Asghar bin Abdurrahman Al-Qadhi bin Ahmad Syihabuddin Al-Akbar bin Abdurrahman bin Syeikh Ali bin Abu Bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Segaf …bin Muhammad Maulad Daawilah bin Ali bin Alwi Ibnul Faqih bin Muhammad Al-Faqihil Muqaddam bin Ali Walidil Faqih bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Muhammad Djamaluddin bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib wa Fathimah Az-Zahra binta Rasulullah Muhammad SAW

Nasab Istrinya

Nasab Istri Habib Rizieq Syihab adalah Syarifah Fadhlun Yahya binti Faadhil bin Hasan bin Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Aqil bin Syeikh bin Abdurrahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alwi bin Muhammad Maulad Daawilah bin Ali bin Alwi Ibnul Faqih bin Muhammad Al-Faqihil Muqaddam bin Ali Walidil Faqih bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Muhammad Djamaluddin bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib wa Fathimah Az-Zahra binta Rasulullah Muhammad SAW.

Beliau memang keturunan Nabi Muhammad Saw yang ke-38. Beliau mewarisi ketegasan datuknya, kesantunan serta akhlaknya yang baik dan ilmunya yang luas. Meskipun begitu Al Habib Muhammad Rizieq pernah berkata :

“garis keturunan bukan untuk tujuan pamer. Jika itu adalah tujuan, maka harus merupakan kesombongan, dan itu adalah dosa,”

Al Habib Husein ayahnya Al Habib Rizieq meninggal dunia tahun 1966. Jadi, ketika itu Al Habib Rizieq baru berusia 11 bulan. ”Jadi saya mengenalnya hanya dari foto,” kata Al Habib Rizieq.

Sang ayah lahir tahun 1920-an, sebelum meninggal di Polonia, Jatinegara, berkata kepada seorang anggota keluarganya, ”Tanyakan kepada putra saya ini, kalau sudah besar mau menjadi ulama atau jagoan. Kalau mau jadi ulama, didik agamanya dengan baik. Kalau mau jadi jagoan, berikan dia golok.”. Al Habib Rizieq pun tumbuh menjadi seorang ulama besar yang segani oleh kawan maupun lawan. Menurut sejumlah teman almarhum Habib Husein Syihab merupakan pemimpin Pandu Arab. Al Habib Husein ini pernah bekerja di Rode Kruis (kini Palang Merah Indonesia) pada masa kembalinya Belanda setelah proklamasi kemerdekaan.

Al Habib Husein, yang ketika itu masih berusia 20 tahunan, bekerja di bagian logistik. Di sini beliau punya hubungan dengan para pejuang kemerdekaan. Beliau banyak memberikan makanan dan pakaian untuk para pejuang yang ketika itu bergerilya di Jakarta dan sekitarnya.

Rupanya pihak NICA (tentara Belanda) mengendus tingkah lakunya itu, karena ada kawannya sendiri yang tega mengkhianatinya dan melaporkannya pada NICA. Tanpa ampun lagi, Al Habib Husein Syihab pun ditangkap. Kedua tangannya diikat dan ia diseret dengan kendaraan Jeep. Di penjara beliau divonis hukuman mati oleh Belanda. Tapi, berkat bantuan Allah, Al Habib Husein Syihab berhasil kabur dari penjara dan melompat ke Kali Malang. Setelah di selamatkan oleh para laskar pimpinan KH. Noer Ali. Beliau selamat, meskipun bagian pantatnya tertembak. Beliau sadar setelah sebelumnya mendapat pertolongan dari KH Noer Ali, pejuang Bekasi yang sangat ditakuti NICA.

Pernah dalam suatu kesempatan Al Habib Muhammad Rizieq Syihab memperlihatkan foto ayahnya dengan istri Bung Karno, Fatmawati, dalam suatu upacara pada awal kemerdekaan. Al Habib Rizieq menyatakan bangga terhadap ayahnya punya semangat nasionalisme yang tinggi dan ikut membakar para pemuda Arab melawan Belanda melalui Pandu Arab Indonesia serta merupakan seorang pejuang kemerdekaan.

Ayah Al Habib Husein Syihab yaitu Al Habib Muhammad Syihab, dahulu pernah memiliki ratusan delman dan memiliki istal kuda di depan RS Pelni. Delman yang bertrayek Tanah Abang ke Kebayoran Lama ini pernah diganggu oleh preman yang mengaku anak buah si Pitung, jagoan Betawi yang dibenci Belanda.

Seperti dituturkan Al Habib Muhammad Rizieq, kakeknya itu langsung menemui singa betawi si Pitung. Ternyata preman tersebut bukanlah anak buah si Pitung dan si Pitung pun merasa tidak senang namanya dicatut. Rupanya pertemuan itu malah membuat dua tokoh Betawi tersebut menjadi akrab. Akhirnya, Al Habib Muhammad dikawinkan dengan ponakan Pitung dari Koebon Nanas, Kebayoran Lama. Dari perkawinan ini lahirlah Al Habib Husein Syihab, ayah dari Al Habib Muhammad Rizieq Syihab. Jadi, bisa dibilang bahwa Al Habib Rizieq masih termasuk cucu Pitung sang singa betawi.

Semenjak ayahnya meninggal Al Habib Muhammad Rizieq Syihab tidak dididik di pesantren. Namun, sejak berusia empat tahun Beliau sudah rajin mengaji dari masjid ke masjid. Ibunya yang sekaligus berperan sebagai bapak dan bekerja sebagai penjahit pakaian serta perias pengantin, sangat memperhatikan pendidikan Al Habib Muhammad Rizieq Syihab

Pendidikan sekolahnya dimulai di SDN 1 Petamburan, SMP 40 Pejompongan, SMP Kristen Bethel Petamburan Jakarta, SMAN 4 Gambir, dan SMA Islamic Village (Tangerang) sampai pada tahun 1982. Kemudian tahun 1983 kuliah di LIPIA selama setahun kemudian Habib mendapat beasiswa dari OKI untuk melanjutkan studi S1 di King Saud University, jurusan Dirasah Islamiyah, Fakultas Tarbiyah. Tahun 1990 Habib Rizieq berhasil menyelesaikan studinya dan sempat mengajar di sebuah SLA di Riyadh selama 1 tahun lalu kembali ke Indonesia pada tahun 1992. Studinya ke King Saudi University, Arab Saudi, yang diselesaikan dalam waktu empat tahun dengan predikat cum-laude. Beliau tinggal di Arab Saudi kurang lebih selama 7 - 8 tahun. Selanjutnya Al Habib Muhammad Rizieq Syihab juga telah menyelesaikan Studi Islam S2 dan S3 di Universitas Antar-Bangsa Malaysia.

Sebelum Beliau sekolah di luar negeri, Beliau juga sering menghadiri berbagai majelis taklim yang ada di Jakarta serta belajar pada para ulama dan Habaib yang ada di Jakarta.

Setelah pulang ke Indonesia beliau mulai mengajar bahkan menjadi kepala sekolah Madrasah Aliyah Jamiat Kheir, Jakarta. Selain itu, sekarang ini beliau masih menjabat sebagai Mufti Besar Kesultanan Darul Islam Sulu (gelar: Datuk Paduka Maulana Syar'i Sulu) Malaysia. Jadi, gelar DPMSS merupakan singkatan dari mufti sulu.

Beliau menikah pada 11 September 1987 dengan Syarifah Fadhlun serta dikaruniai 7 orang anak perempuan : Rufaidah Syihab, Humairah Syihab, Zulfa Syihab, Najwa Syihab, dan Mumtaz Syihab, Fairuz Syihab dan Zahra Syihab. Anak-anak tersebut disekolahkan di Jami’at Khair, dan juga didatangkan guru privat (ilmu agama dan umum).

Al Habib Muhammad Rizieq Syihab mendeklarasikan berdirinya Front Pembela Islam (FPI) tanggal 17 Agustus 1998 atau tanggal 25 Robi’utsani 1419 H. Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Islam yang berpusat di Jakarta. Beliau dalam menegakkan amar maruf nahi munkar memang tegas dan tanpa pandang bulu. Organisasi yang mencanangkan Gerakan Nasional Anti Maksiat pada awal berdirinya. Maka, berbagai kritik, kecaman, tuduhan, tudingan, fitnah dan caci maki, teror, ancaman dan intimidasi kerapkali dialamatkan pada Habib dan organisasi ini.

Berbagai ujian dan cobaan menghantam Habib, serta para aktivis yang tergabung dalam FPI. Pada tanggal 3 Sya’ban 1419 H/ 22 November 1998 terjadi Peristiwa Ketapang, Jakarta, 22 November 1998, sekitar 200 anggota massa FPI bentrok dengan ratusan preman.
Peristiwa ini menyeret FPI ke dalam tragedi berdarah yang menggemparkan dunia.
Bahkan pada tanggal 11 April 1999 Al Habib Rizieq ditembak orang tak dikenal.

Alhamdulillah.. atas berkat pertolongan Allah SWT beliau selamat dari usaha pembunuhan tersebut. Setahun kemudian yaitu sepanjang tahun 2000 terjadi penangkapan besar-besaran terhadap aktivis FPI diberbagai wilayah.

Benarlahlah kata pepatah “semakin tinggi pohon menjulang, semakin kencang angin menerjang”. Begitulah yang dialami oleh Al Habib Rizieq beserta para aktivisnya yang tergabung dalam FPI harus keluar masuk penjara serta menghadapi berbagai badai fitnah, cacian dan ancaman.
Tepatnya pada tanggal 16 Oktober 2002 Al Habib Rizieq dipenjara dalam rumah tahanan Polda Metro Jaya tanpa ada alasan yuridis yang jelas. Kemudian dilanjutkan dengan tahanan rumah, lalu penangguhan penahanan hingga 20 April 2003. Akan tetapi, pada 21 April 2003 Al Habib Rizieq kembali dijebloskan ke penjara rumah Tahanan Salemba. Hal ini pun tanpa alasan hukum yang jelas.

Beberapa tahun kemudian tepatnya pada tanggal 30 Oktober 2008 Habib Muhammad Rizieq Syihab divonis 1,5 tahun penjara karena dinyatakan bersalah terkait penyerangan terhadap massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan atau AKKBB pada peristiwa Insiden Monas 1 Juni. Hal ini pun tanpa alasan hukum yang jelas.

Al Habib Rizieq sangat paham dan mengerti bahwa berbagai penahanan tersebut merupakan bagian dari upaya pemberangusan dakwah Habib bersama FPI dan gerakan amar maruf nahi munkarnya. Berbagai alasan dibuat, pasal berlapis disiapkan dan kedzoliman atas nama hukum dilakukan.

Namun, apapun bentuk kedzoliman yang dilakukan Alhamdulillah.. FPI tetap eksis dan konsisten dengan perjuangan amar maruf nahi munkar. Bahkan jumlah anggota FPI semakin banyak. Diberbagai daerah dari ujung Merauke Aceh sampai ke berbagai pulau yang ada di Indonesia dideklarasikan cabang-cabang FPI. Bahkan di Malaysia telah berdiri cabang FPI. Di negara lainpun seperti di Hadhramaut Yaman, Kairo Mesir telah terdapat cabang FPI yang tergabung dalam FMI (Front Mahasiswa Islam) yaitu organisasi sayap FPI.

Tidaklah heran jika Sulthanul Ilmi Al Habib Salim As Syathiri pimpinan Ribat Tariem Hadhramaut Yaman pernah berkata dalam Haul ayahandanya Al Quthb Al Habib Abdullah bin Umar As Syathiri, “Bahwa para habaib, ulama, shalihin serta aulia banyak sekali di bumi ini termasuk di Indonesia. Akan tetapi, sangat jarang sekali ada seorang habib yang berani seperti Habib Rizieq. Mungkin adanya hanya 800 tahun sekali itu juga dulu ketika zaman Al Imam Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi”.

Al Habib Rizieq berdakwah memang bukan saja melakukan amar maruf nahi munkar dan berjihad, akan tetapi Al Habib Rizieq bersama FPI melakukan berbagai bakti sosial diberbagai penjuru negeri yang ada di Indonesia. Hal ini tentu mengundang simpati masyarakat dan berbagai kalangan. Sangat berbeda jauh dengan pemberitaan-pemberitaan diberbagai media sosial yang selalu menyudutkan atau memojokkan Habib dan FPI. Beberapa bakti atau aksi sosial yang dilakukan oleh Al Habib Rizieq bersama FPI adalah sebagai berikut :
1. Menjadi evakuator mayat terbanyak ketika terjadi Tsunami di Aceh
    Menteri Sosial ketika itu, Dr. Salim Segaf mengapresiasi kontribusi FPI selama ini. "Saya pernah mengunjungi Habib Rizieq dan kawan-kawan FPI ketika bencana tsunami  Aceh, saya salut kepada  FPI yang telah mengevakuasi puluhan ribu mayat ketika itu,"  ujarnya.
   "Saat bencana Tsunami Aceh saya bertemu Habib Rizieq, ternyata beliau dan laskar FPI      itu tinggal    kuburan dengan mendirikan tenda-tenda bukan di hotel. Habib Rizieq  memimpin laskar untuk  mengevakuasi mayat selama 4 bulan, Subhanallah inilah yang FPI lakukan. Bayangkan, tinggal di      kuburan, kita semalam aja udah takut, ini 4 bulan,"    ujar menteri sosial menceritakan.

Dalam peristiwa bencana tsunami di Aceh tahun 2004 lalu, dengan biaya sendiri serta  peralatan   seadanya FPI berhasil mengevakuasi sekitar 100 ribu mayat, banyak mayat  yang sulit dievakusi    namun bisa diatasi oleh anggota FPI, bahkan relawan FPI-lah yang    menemukan mayat, Juru bicara      Aceh, Sayed Husaini. Namun sayang jasa besar FPI  itu, hampir tidak diberitakan sama sekali oleh      media-media sekuler. Dalam tugu Tsunami disitu ditulis bahwa FPI merupakan yang terbanyak  dalam mengevakuasi mayat sedangkan urutan selanjutnya adalah TNI Polri dan lembaga lainnya.

2. Aksi kemanusiaan FPI di lokasi banjir dan kebakaran seperti di Jakarta, hal ini   
    merupakan rutin dilakukan karena Jakarta merupakan daerah yang sering terkena banjir.     posko untuk  menyalurkan bantuan kepada korban banjir berdiri hingga ke berbagai   pelosok Jakarta. Bahkan tak     jarang Imam Besar FPI Al Habib Rizieq juga langsung terjun ke lapangan

3. Gempa Padang
    Seperti halnya di Aceh relawan FPI juga banyak yang turun ke Padang. Bahkan hingga berbulan  bulan menolong korban gempa.
4. Letusan Merapi Yogya
5. longsor Leuwi Gajah
6. air bah Morowali
7. Jebolnya tanggul Situ Gintungg Tangerang.
8. Tsunami di Pangandaran
9. Longsor di Ciwidey Bandung dan berbagai tempat lainnya yang mengalami bencana Relawan FPI selalu terdepan.
10. Bantuan untuk Palestina rutin setiap tahunnya tak kurang dari Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah).
11. Pembagian sembako bagi orang-orang yang tidak mampu di berbagi tempat.
12. Banjir Bandang yg baru baru ini menimpa Garut Jawa Barat.
Kerjasama FPI dengan Kemensos RI secara nasional dalam Program Bedah Kampung. Ribuan rumah miskin di puluhan kampung Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Purwakarta, Pasuruan, Palu, dan Gresik, berhasil dibedah.

Kerjasama FPI dengan Kemenag RI dalam Program Pengembalian Ahmadiyah kepada Islam. Ribuan pengikut Ahmadiyah taubat dan masuk Islam. Seperti di Tenjo Waringin Tasik, 800 warga Ahmadiyah kembali pada Islam.

Sejumlah Pemda di berbagai Daerah bekerjasama dengan FPI dalam program kebersihan lingkungan, penyuluhan kesehatan, pemberantasan hama pertanian, penghijauan lahan gundul, dan sebagainya.

Bahkan pernah ada kerjasama FPI dengan almarhum Taufiq Kiemas Pimpinan MPR RI dalam pemantapan Empat Pilar RI. FPI tidak pernah menolak Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bineka Tunggal Ika selama ditafsirkan secara benar dan lurus.

Maka itu Mantan Menteri Dalam Negeri Indonesia Gamawan Fauzi pernah mengimbau agar Kepala Daerah bisa menjalin kerja sama dengan organisasi masyarakat ini.

Bahkan saat ini FPI sedang melakukan upaya pencegahan banjir Jakarta dengan mereboisasi daerah hulu sungai yang mengarah ke Ibu Kota. Lokasi bertempat di Pesantren Agrikultural dareah Gunung Pangrango, Puncak. Pada Januari FPI menanam sekitar 40 ribuan pohon.

Ketua FPI Habib Rizieq Sihab menargetkan agar di bulan Desember ada 300 ribu pohon tertanam di sana. Sehingga dua tahun kedepan ada satu juta pohon untuk reboisasi hutan Lokasi. Di daerah tersebut ada empat aliran sungai yang mengarah ke Jakarta.

Aksi sosial tersebut merupakan sebagian kecil yang sudah disumbangkan oleh FPI untuk masyarakat dan bangsa Indonesia. Masih banyak kegiatan-kegiatan positif lainnya yang telah dilakukan oleh Al Habi Rizieq Syihab bersama FPI.

Kamis, 22 Mei 2014

MEMBANDINGKAN DUA CALON PRESIDEN RI

Assalamualaikum!

       Pilpres tinggal hitungan hari saja. Apakah anda sudah menentukan pilihan dalam Pilpres mendatang? Apakah anda sudah tahu latar belakang calon presiden yang hendak anda pilih? Dari banyaknya partai dengan calon presiden yang hendak mereka ajukan, kini sudah mengerucut ke kubu dua pasangan capres dan cawapres.
Dua pasangan calon presiden sudah resmi mendaftarkan diri ke KPU, yang pertama adalah pasangan Joko Widodo yang akan berdampingan dengan Jusuf Kalla dan yang kedua adalah pasangan Prabowo Subianto yang akan berdampingan dengan Hatta Rajasa.
Khusus untuk calon presiden di atas, disini penulis mencoba untuk sedikit memberikan informasi latar belakang mereka.

       Sedikit kita ulas apa yang menjadi pernyataan capres Konvensi Partai Demokrat Gita
Wirjawan yang mengatakan bahwa dalam upayanya menjadi
seorang capres, “Pekerjaan saya adalah menjual tesis,
narasi. Semuanya tentang narasi. Ada penjual, ada
pembeli.”
Meski Partai Demokrat kemudian tak bisa mengajukan
capres sendiri, dan impian Gita Wirjawan untuk menjadi
capres harus gugur, ada sesuatu yang penting muncul
dari jawabannya tentang menjual narasi tersebut.
Politik, terutama pemilihan presiden, adalah soal menjual
narasi ketokohan si capres. Tentu semua sudah tahu itu,
tapi, entah karena terlalu jujur atau naif, dari Gita-lah
kita mendapat jawaban gamblang akan sesuatu yang tak
mau diakui secara terbuka oleh capres lain. Bahwa ada
proses manipulasi citra yang terjadi di belakang layar.
Dalam kurang lebih 50 hari ke depan, kita akan melihat
narasi ketokohan seperti apa yang dijual masing-masing
capres, dan pada akhirnya, menentukan seberapa
meyakinkan mereka menjual narasi tersebut ke calon
pemilih. Baik Jokowi maupun Prabowo akan menegaskan
bahwa narasi ketokohan yang mereka jual itu benar
adalah diri mereka sehari-hari, bahwa mereka adalah
sosok yang asli, genuine, autentik. Dan dalam upaya
menunjukkan autentisitas diri, tampaknya Jokowi punya
keunggulan karena kisah hidupnya yang relatif tak
diketahui.
Mari kita bandingkan.

       Sebelum Prabowo suka memakai pakaian safari seperti
Soekarno, bahkan menggunakan mic khusus yang
membuat dia seperti pria dikirim oleh mesin waktu
langsung dari dari era Kemerdekaan Indonesia, ia adalah
anak dari Begawan Ekonomi Indonesia, Sumitro
Djojohadikusumo.
Julukan Begawan Ekonomi tak melebih-lebihkan semua
pencapaian Sumitro. Ia sudah menjadi Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia pada usia 34, menjadi
Menteri Perdagangan dan Perindustrian pada usia 33.
Sebagai dekan FE-UI, ia berperan dalam mendidik
orang-orang yang kemudian menentukan dan mengambil
keputusan penting dalam ekonomi Indonesia.
Singkatnya, dialah yang meletakkan fondasi dan
menentukah arah sistem ekonomi Indonesia modern.
Ayah Sumitro, Margono Djojohadikusumo bahkan menjadi
pendiri, pembentuk, dan Direktur Utama Bank Negeri
Indonesia (BNI).
Pada masa kuliahnya di Universitas Sorbonne, Paris,
Sumitro dikabarkan berinteraksi dengan filsuf pemenang
Nobel Henri Bergson, fotografer yang kemudian dikenal
sebagai Bapak Jurnalisme Foto Henri Cartier-Bresson,
dan pemimpin dunia Jawaharlal Nehru. Dengan sosok
ayah yang terhubung ke lingkaran pergaulan intelektual
dunia seperti inilah Prabowo tumbuh besar dan
terbentuk.
Prabowo sendiri bukannya tak punya pergaulan kelas
dunia. Raja Yordania, Abdullah II, adalah salah satu
sahabatnya. Saat sang raja datang ke Jakarta pada akhir
Februari lalu, ia lebih dulu menemui Prabowo daripada
menemui kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dalam situs Gerindra Sulawesi Selatan , kedekatan
Prabowo dan Raja Abdullah II dibahas lebih jauh.
“Kisah persahabatan Prabowo dan Abdullah dituangkan
dalam buku berjudul “Prabowo: Dari Cijantung Bergerak
ke Istana”. Dalam salah satu bab, dikatakan bahwa
Yordania adalah negara kedua bagi Prabowo, terutama
setelah kisruh 1998 pecah. Saat itu, Abdullah yang masih
menjadi pangeran menawari Prabowo untuk tinggal
sementara di negaranya. Prabowo disambut hangat oleh
Abdullah. Bahkan Prabowo sempat diundang ke markas
tentara Yordania Dia tiba dengan pakaian kasual,
namun disambut secara militer. “Di sini Anda tetap
Jenderal,” kata Abdullah sambil memeluk Prabowo.
Bahkan, Abdullah II yang saat itu memimpin Komando
Pasukan Khusus Kerajaan Yordania memaksa Prabowo
menginspeksi pasukannya. Sejak saat itu, Prabowo
mengaku jatuh cinta dengan Yordania.”
Bukan hanya persahabatannya kini, sosok Prabowo dulu
juga tak lepas dari keterkaitannya dengan salah satu
(atau malah satu-satunya) keluarga paling berkuasa di
Indonesia.
Kiprah Prabowo sendiri di Kopassus (dan akhirnya yang
tak menyenangkan buat dia) sudah banyak dibahas
media.
Meski dengan kegagalannya, kehidupan Prabowo, baik
dari sisi didikan keluarga, lingkungan sosial, status
pernikahannya (dulu), membuat dia dekat dan menjadi
bagian dari kekuasaan. Maka wajar saja jika di
rumahnya di Sentul, Bogor, Jawa Barat, dia punya
pendopo seperti layaknya keraton raja-raja Jawa. Dalam
wawancara dengan Financial Times pada Juni 2013 lalu,
Prabowo bahkan disebut bisa melacak garis
keturunannya sampai sultan-sultan Mataram, penguasa
Jawa terakhir sebelum jatuh ke kekuasaan East India
Company milik Belanda pada abad 18.
Maka, posisi presiden, atau ‘raja’, buat Prabowo
bukanlah lompatan yang fantastis karena orang-orang
yang dekat dengan dia (pernah) berada di posisi
tersebut. Buat Prabowo, punya kuda-kuda berharga
miliaran, punya pendopo, menjadi penguasa bukanlah
ilusi atau fantasi akan kebesaran (grandeur) tapi
sekadar memenuhi takdirnya.

       Sekarang mari kita lihat Jokowi.
Sosoknya pertama muncul di media sebagai Wali Kota
Solo yang berhasil memindahkan PKL ke lokasi baru
dengan cara tidak biasa, mengajak mereka makan
bersama untuk membujuk sampai akhirnya mau pindah.
Berbeda dengan cara-cara pemimpin daerah lainnya
yang memindahkan PKL dengan cara penggusuran
paksa.
Dalam esai ini , ada lima tip yang bisa ditiru calon
pemimpin daerah untuk menjadi Jokowi berikutnya,
(1)bertarunglah di pilkada, (2)utamakan bertarung di
daerah-daerah atau kota-kota besar yang populer dan
dekat dengan media, (3)menangkan pilkada itu,
(4)bekerjalah dengan sebaik-baiknya dan tunjukkan
perubahan yang berarti dan kasat mata, (5) sedari awal
begitu terpilih langsung rancang tim komunikasi yang
terus menerus mengkampanyekan gerak-gerik dan
perubahan-perubahan yang sudah dilakukan dengan cara
yang cantik, cerdik, dan sadar media.
Poin lima inilah yang terpenting dalam membentuk dan
menjaga konsistensi narasi seorang tokoh.
Selama ini, Jokowi selalu dicitrakan sebagai seorang
yang sederhana, tidak neko-neko, apa adanya, polos,
dan lugu. Namun, dalam wawancara dengan Yahoo
Indonesia pada Februari 2012 lalu, Jokowi sekilas
memberi gambaran akan sosoknya yang sebenarnya.
Wawancara itu dilakukan menjelang pemilihan Gubernur
DKI Jakarta. Jokowi pun ditanya, apakah ia berminat
untuk mencalonkan diri jadi gubernur ibu kota? Saat
itu, pencalonannya sebagai gubernur baru wacana dan
harapan semata. Belum ada sosok atau tokoh atau
petinggi parpol yang menganggap ide itu serius.
Jokowi menjawab, “Dalam setiap keputusan harus ada
kalkulasi matang. Semua harus dihitung detil, data harus
dikuasai benar, lapangannya dikuasai benar. Sehingga
saat memutuskan, "Ya, saya maju", saya bukan maju
untuk kalah. Kerja harus seperti itu, maju ya untuk
menang.”
Saat wawancara. ia mengaku belum menghitung
kemungkinannya. Namun saat ditanya tentang dukungan
yang terus mengalir, dia bilang, “Kalau nanti PDIP
menugaskan, hmm... Saya akan kalkulasi
kemungkinannya, tetap harus ngukur. Maju harus untuk
menang.”
Jawaban-jawaban ini bisa kita terima dari permukaan
saja, bahwa memang segalanya harus diperhitungkan,
namun kita mendapat gambaran akan seorang Jokowi
yang sebenarnya sangat berhati-hati dan kalkulatif dalam
berhitung untung rugi tindakannya. Jauh dari kesan
sederhana, polos, dan apa adanya. Dia adalah seorang
penghitung dan penganalisis risiko meski menampilkan
kesan seseorang yang sederhana.
Dalam analisisnya akan bintang pop Lorde , akademisi
Anne Helen Petersen menyebut bahwa setiap selebritas
punya dua komponen utama dalam pembentukan citra,
yaitu produk (atau sosok si seleb sendiri) dan
pencitraan yang dibangun di sekitar si seleb, yang
biasanya dikenal sebagai publisitas.
Dalam kasus Lorde, dia menjadi bintang pop yang
berbeda dari Justin Bieber atau Selena Gomez atau
Taylor Swift karena yang dia lakukan dengan menjadi
tidak sempurna dengan menunjukkan hasil Photoshop
majalah akan jerawat di wajahnya, dengan bicara apa
adanya dan berani mengritik bintang lain, adalah dirinya
yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi pencitraan tim
komunikasi.
Namun, yang tak disadari, dan yang kemudian disoroti
oleh Petersen, bahwa ketiadaan pencitraan, yang seolah-
olah spontan, wajar, dan tidak neko-neko, sendirinya
adalah sebuah citra.
Jokowi (dan timnya) cukup tahu bahwa ada stereotipe
yang muncul di masyarakat akan pejabat di Indonesia—
bahwa mereka manja, selalu mau dilayani, ingin enaknya
saja, dan diutamakan. Maka, muncul berita-berita dan
foto penumpang yang naik satu pesawat ekonomi dengan
Jokowi. Ia naik pesawat tanpa pengawalan istimewa
dan membawa kopernya sendiri .
Masalahnya, menurut Petersen, autentisitas seorang
selebritas sebenarnya hanyalah ilusi, atau produk buatan
juga. Bertemu seorang selebritas (atau capres) secara
langsung (atau di pesawat ekonomi) awalnya disebut
sebagai satu-satunya cara melihat selebritas itu
sebenarnya seperti apa saat jadi orang biasa. Tapi tentu
selebritas itu tahu, bahwa dia punya citra yang harus
dijaga, maka “mereka tidak langsung akan menjadi diri
mereka sebenarnya hanya ketika Anda berada satu lift
dengan mereka.”
Mungkin memang Gubernur DKI dan capres PDIP ini
sering naik pesawat sendiri, namun dengan kemampuan
kalkulasi Jokowi, tentu kita bisa (dan harus) bertanya,
apakah itu memang dirinya yang sebenarnya—
sederhana, apa adanya—atau dia dan timnya tahu
bagaimana membangun citra sederhana dengan cara
yang sangat halus?
Dalam wawancara dengan Yahoo Indonesia, Jokowi tak
memunculkan kata itu, tapi dia menegaskan bahwa dia
tak punya potongan untuk jadi pemimpin. “Waktu baru
6 bulan jadi walikota, saya memilih ajudan yang secara
performa ganteng dan bagus. Eh malah kalau ada tamu,
yang disalamin dia dulu. (tertawa) Malah dia yang
dikira walikota, saya nggak. Artinya saya nggak punya
potongan jadi walikota, apalagi jadi gubernur.”
Tak sulit membayangkan Jokowi akan menjawab seperti
ini juga jika ditanya, apakah ia berminat jadi presiden.
Buktinya, pada berita Januari 2012 ini , ia menjawab,
jangankan jadi calon presiden, jadi walikota saja dia tak
punya potongan. Cocoknya cuma jadi Ketua RT. Seolah
dia tak punya ambisi kekuasaan jika dibandingkan
dengan sosok lain yang begitu ngotot jadi presiden
seperti Aburizal Bakrie.
Ada satu kata yang sering diucapkan Jokowi untuk
menegaskan posisinya sebagai kebalikan dari kebanyakan
tokoh politik atau capres di Indonesia, yaitu ‘ndeso’.
Narasi ‘ndeso’ itu ia tegaskan lagi saat tampil kampanye
di Lampung pada Maret 2014. “Saya itu enggak punya
duit, ndeso, miskin koneksi pusat,” kata Jokowi.
Beberapa hari kemudian, di Banten , dia menggunakan
lagi kata itu, “"Wajah saya capek nggak? Wajah ndeso
nggak? Ya nggak apa-apa wajah ndeso. Tapi nanti...,"
ujarnya tanpa melanjutkan perkataannya.”
‘Ndeso’ tak muncul dari julukan media, tapi malah dari
Jokowi sendiri. Kata ini seolah menjadi inti pemosisian
(anti-)citra Jokowi. Dengan 'ndeso', dia berupaya tampil
merendah sekaligus meninggikan dirinya, karena itulah
caranya menjadi berbeda dengan para pesaing politik.
Bahwa dibandingkan dengan Prabowo yang
memposisikan diri sebagai elite negara, tumbuh besar di
lingkungan orang cerdas dunia, dan kekuasaan, Jokowi
bak Daud yang tengah melawan Goliath.
Tapi, ketika kita melihat harta kekayaan Jokowi dan
pendidikan serta pengalaman kerjanya, dia jauh dari
sosok ‘ndeso’ dan sederhana. Dia bisa berkuliah di
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, salah satu
universitas bergengsi di Indonesia. Ia pernah ke Aceh
dan bekerja di PLN sebelum kemudian memiliki CV
sendiri yang membuat dan mengekspor mebel jati.
Harta kekayaan Jokowi per 2010 saja tercatat Rp18,47
miliar dan $9483. Tanah dan bangunannya sejumlah
Rp15,7 miliar tersebar di Kabupaten Sragen, Kota
Surakarta, Kota Balikpapan, Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali. Dia juga
punya 11 mobil dan 1 motor yang bernilai Rp893 juta
yaitu mobil Isuzu Panther (2), Isuzu (3), Honda City,
Mercedes Benz, Nissan Terrano, Daihatsu Espass,
Suzuki dan motor Yamaha Vino E. Dia juga punya
usaha peternakan, perikanan, perkebunan, pertanian,
kehutanan dan pertambangan senilai Rp1,004 miliar.
Ditambah harta bergerak lain berupa logam mulia, batu
mulia dan benda bergerak lain sejumlah Rp689,42 juta.
Harta lainnya masih ada berbentuk giro dan setara kas
lain senilai Rp186,724 juta.
Dengan semua perhitungan ini, sebenarnya Jokowi
adalah bagian dari kelas menengah kaya Indonesia yang
kemunculannya beberapa tahun terakhir jadi sorotan
media. Memang, hartanya tak berada di kelas yang sama
dengan Prabowo, Hatta Rajasa, Aburizal Bakrie, atau
Jusuf Kalla, tapi kelas ekonomi Jokowi sebenarnya juga
berada di atas rata-rata penduduk Indonesia.
Ada narasi lain sebenarnya yang bisa dipilih Jokowi
untuk memunculkan dirinya. Namun, jika dia
menampilkan dirinya sebagai bagian dari kelas menengah
atau saudagar, tentu tak akan semenonjol dengan
pilihannya saat ini, ‘ndeso’. Citra yang kemudian
diperkuat dengan aksen Jawanya yang kental.
Dalam pemilihan presiden kali ini, kita melihat dua citra
berbeda yang ditawarkan oleh masing-masing kandidat
dan mungkin akan jadi simbol buat Indonesia ke depan.
Antara seorang keturunan penguasa dengan didikan
lingkungan dan pergaulan serta wawasan internasional
untuk membangun visi kebangsaan atau seorang pria
dengan latar belakang seperti kebanyakan orang
Indonesia yang merambat naik di jabatan pemerintahan.
Jika Anda percaya dengan salah satunya, mungkin
karena Anda merasa apa yang mereka tawarkan terasa
lebih jujur, lebih asli dibanding yang lain. Namun, seperti
kata Gita Wirjawan, menjadi presiden adalah soal
menjual narasi.
Baik Prabowo, maupun Jokowi, sama-sama sedang
berjualan (anti-)pencitraan. Sebagai calon pembeli,
sudah sepatutnya kita mempertanyakan lagi, apa
sebenarnya yang membuat kita tertarik ke salah satu
kandidat ini dan kenapa.
Analisis tak berarti kita menghancurkan kepercayaan dan
kekaguman kita pada seorang tokoh, tapi justru membuat
kita menemukan dasar dan alasan kuat untuk percaya
pada apa yang mereka tawarkan.

       Disini penulis tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan salah satu calon presiden, tetapi hanya mengungkapkan fakta nyata untuk kita jadikan sebagai dasar dan alasan kita dalam menentukan pilihan!

Wassalam.

Selasa, 06 Mei 2014

HARAPAN RAKYAT UNTUK SANG PRESIDEN


                     Assalamu'alaikum..... 


       Semoga nikmat kesehatan senantiasa diberikan kepada kita semua.
Kita telah melalui tahapan pemilu untuk memilih wakil rakyat. Sebagaimana kita ketahui bahwa dari hasil pemilu tersebut tidak ada partai yang dominan memperoleh suara 20% lebih. Itu artinya tidak ada partai yang dapat mengajukan calon presiden mereka secara langsung.
Mereka harus berkoalisi untuk dapat mengusung presiden pilihan mereka. 


       Siapakah presiden kita berikutnya?
Disini kita tidak akan berbicara mengenai politik. Kita bicarakan yang menjadi harapan rakyat untuk Sang Presiden mendatang. Memang banyak nama yang telah dicalonkan untuk memimpin negeri ini. Dari semua calon tentunya masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai warga negara yang baik kita harus menggunakan hak pilih kita untuk menentukan pemimpin kita. Lalu apakah nantinya yang terpilih dapat memenuhi harapan kita? 


       Siapapun yang akan jadi presiden mendatang mudah-mudahan adalah orang yang terbaik untuk rakyat. Ditengah masalah yang terus-menerus menimpa bangsa Indonesia ini kita butuh figur yang mampu mengayomi. Rasanya sangat tepat lagu yang dibawakan oleh Iwan Fals dimana ada lirik :
" Wahai Presiden kami yang baru! "


       Ya! Saat ini rakyat sudah semakin cerdas. Rakyat tidak butuh janji, yang rakyat butuhkan adalah bukti.
Wakil rakyat yang kita pilih adalah orang yang kita percaya untuk mewakili kita semua. Disinilah diperlukan pemimpin sejati. Pemimpin yang dapat mengerti keadaan, kebutuhan dan keinginan rakyat yang dipimpinnya. Jadi jangan sampai pemimpin justru bertindak sebagai tuan yang harus selalu dituruti keinginannya oleh sang pembantu. 


       Untuk presiden kita nanti! Tegakkanlah keadilan! Keadilan jangan pandang bulu, karena kalau sudah pandang bulu yang banyak bulunya yang menang. Padahal sebenarnya siapa sih yang banyak bulunya???
Mengertilah keadaan rakyatmu, agar segala persoalan yang dihadapi oleh rakyatmu dapat teratasi.
Dengan hati nurani yang bersih, dengan kewibawaan, ketegasan dan kejujuran pastilah negeri ini dapat menjadi negeri yang makmur. 


       Itulah harapan untuk Sang Presiden mendatang. Untuk kita semua jangan memilih pemimpin yang ingin jadi pemimpin hanya untuk mendapatkan kekayaan dan ketenaran. Pilih pemimpin yang punya niat jadi pemimpin karena semata-mata ingin memajukan bangsa ini!


Wassalam