Tampilkan postingan dengan label Puasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puasa. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Oktober 2020

KISAH IBNU MAS’UD YANG TETAP CERIA SAAT BERPUASA RAMADHAN

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

KISAH IBNU MAS'UD YANG TETAP CERIA SAAT BERPUASA RAMADHAN 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐Ÿ”ท Abdullah bin Masud R.A berkata bahwa Rasulullah SAW berpesan kepadanya, Hendaknya kamu di waktu pagi pada hari puasamu dalam keadaan berminyak dan bersisir, janganlah kamu di waktu pagi pada hari puasamu dalam keadaan bermuka masam.

๐Ÿ“˜(HR Tabrani dan Abu Nua’im)


๐Ÿ”ท Demi kesempuranaan dan efektivitas ibadah puasa yang dilaksanakan Abdullah bin Mas’ud r.a, Rasulullah SAW berpesan kepadanya agar memulai aktivitas puasa dengan menyembunyikan ibadah puasanya dari orang lain dengan berpenampilan rapi, enerjik dan raut wajah yang selalu berseri-seri.


๐Ÿ”ท Semua itu agar ia dapat lebih ikhlas dan semakin menjauhkan riya dalam menunaikan ibdah puasa (baca: tujuan puasa). Ibnu mas’ud r.a melaksanakan pesai ini dengan baik, bahkan ia menyerukan kaum muslimin untuk melakukan apa yang menjadi pesan Rasululah ini.


๐Ÿ”ท Menyingkap Sebagian Sisi dari Wasiat Rasulullah SAW Kepada Ibnu Mas’ud RA


Wasiat Rasulullah SAW yang ditujukan secara khusus kepada sebagian sahabat secarapersonal biasanya memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Kepada sahabat yang pemarah Nabi berpesan agar tidak marah dan ia akan mendapatkan surga, kepada yang dikhawatirkan tidak dapat bangun di malam hari, nabi berpesan agar witir sebelum tidur.


๐Ÿ”ท Kepada yang berlebihan dalam beribadah, Nabi berpesan agar tidak berlebih-lebihan dalam beribadah sehingga dapat menjaga kontuinitas ibadah.


๐Ÿ”ท Pesan Rasulullah kepada Ibnu Mas’ud untuk memakai minyak dan menyisir rambut serta menampilkan wajah yang berseri-seri, bisa saja dilatarbelakangi oleh beberapa kondisi berikut:


1️⃣. Kondisi Fisik yang Berpotensi menjadikan Ejekan Orang Lain


♦️Secara fisik, Ibnu Mas’ud R.A berpotensi menjadi sasaran ejekan dan bahan tertawaan orang lain karena memiliki postur tubuh yang kecil dan kurus, terutama ketika sedang berpuasa.


➖Ali, R.A berkata. Nabi SAW memerintahkan Ibnu Mas’ud agar mengambil ranting pohon (untuk siwak). Ketika memanjat pohon itu, para sahabat melihat betis Abdullah bin Mas’ud sehingga mereka pun tertawa karena kedua betisnya sangat kecil dan kurus.


➖ Rasulullah SAW bersabda:

Apa yang kalian tertawakan? Sungguh kaki Abdullah ibn Mas’ud jauh lebih berat dalam timbangan hari Kiamat daripada Gunung Uhud ๐Ÿ“˜(HR Ahmad)


♦️Kondisi ini bisa jadi mengundang kesedihan dan kemarahan Ibnu Mas’ud R.A terhadap orang-orang yang mengejek dan menertawakannya. Karena itu Nabi berpesan agar senantiasa ceria dan menghiasi diri dengan senyuman, terutama pada saat berpuasa.


2️⃣. Kondisi Perekonomian yang Miskin


♦️Secara ekonomi, Ibnu Mas’ud adalah seorang yang miskin dan mengalami kesusahan hidup, hingga ia merasa yang paling berhak untuk mendapatkan sedekah dari istrinya daripada orang lain.


➖Zainab, istri Abdullah bin Mas’ud berkata “Wahai Nabi Allah, hari ini engkau telah memerintahkan kami untuk bersedekah, sedang aku memiliki sebuah perhiasan dan aku berniat untuk menyedekahkanya, lalu ibnu Mas’ud mendakwahkan diri bahwa ia dan anaknya adalah orang yang paling berhak untuk menerima sedekah dariku. Nabi SAW bersabda, “Ibnu Mas’ud telah berkata benar, suamimu dan anakmu adalah orang yang paling berhak menerima sedekah darimu” 

๐Ÿ“˜(HR. Bukhari)


♦️Kondisi ini berpotensi menjadi penyebab datangya kesedihan dan kegelisahan berkepanjangan, terutama ketika sedang berpuasa yang diwarnai dengan rasa lapar dan dahaga. Oleh karena itu, Nabi berpesan agar senantiasa ceria dan bermanis muka ketika sedang berpuasa.


3️⃣. Dalam ilmu Agama, Ibnu Mas’ud adalah Teladan Umat


♦️Ibnu Mas’ud menjadi teladan umat dan panutan para sahabat dalam bidang keilmuan dan keagamaan. Aadalah aib jika seorang ulama dan ahli ibadah panutan senantiasa bersedih dan bermuka masam di depan orang lain. Ibnu Mubarak berkata, Sungguh mengangumkan seorang Qari’ yang berwajah ceriah dan periang.


➖Adapun orang yang kamu jumpai dengan wajah ceria, lalu ia menatapmu dengan wajah cemberut, seakan-akan ia menuntutmu untuk menghargai amalannya maka semoga Allah tidak memperbanyak qari’ seperti ini 

๐Ÿ“˜(HR. AL-Baihaqi)


☪️Hikmah Dibalik Perintah Rapi dalam Menjalankan Puasa


♦️Dari kisah Nabi Muhammad SAW dengan Ibnu mas’ud tentu memiliki bebarapa ibrah yang bisa kita terapkan dalam kehidupan, di antara bebarapa hikma tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:


1️⃣. Menyembunyikan Amal kebaikan


Seorang muslim henaknya berusaha menyembunyikan amal kebaikan yang memungkinkan untuk disembunyikan sehingga mendapatkan pahala yang lebih besar.


2️⃣. Mengiri Pahala Puasa dengan Ibadah lain


Ketika menjalankan ibadah puasa, seorang muslim hendaknya senantiasa bermuka manis dan memberikan senyuman kepada orang lain. Dengan begitu ia telah mengiringi ibadah puasanya dengan sedekah yang akan melipatgandakan pahalanya.


3️⃣. Isyarat bahwa Kegembiraan Meringankan Beban Hidup


Apabila Seorang muslim mengahadapi beban dan penderitaan hidup dengan senyum dan keridhan terhadap takdir maka beban tersebut akan terasa ringan hingga ia dengan mudah dapat membalikkan keadaan dari suah menjadi mudah.

Rabu, 15 Juni 2016

PINTU SURGA AR RAYYAN UNTUK ORANG² YANG BERPUASA

Bismillaahirrahmaanirrahiim 

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 


              PINTU SURGA AR RAYYAN 
    UNTUK ORANG ORANG YANG BERPUASA


 Ar Rayyan secara bahasa berarti puas, segar dan tidak haus. Ar Rayyan ini adalah salah satu pintu di surga dari delapan pintu yang ada yang disediakan khusus bagi orang yang berpuasa.

 Dari Sahl bin Sa’ad, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

ุฅِู†َّ ูِู‰ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ุจَุงุจًุง ูŠُู‚َุงู„ُ ู„َู‡ُ ุงู„ุฑَّูŠَّุงู†ُ ، ูŠَุฏْุฎُู„ُ ู…ِู†ْู‡ُ ุงู„ุตَّุงุฆِู…ُูˆู†َ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ، ู„ุงَ ูŠَุฏْุฎُู„ُ ู…ِู†ْู‡ُ ุฃَุญَุฏٌ ุบَูŠْุฑُู‡ُู…ْ ูŠُู‚َุงู„ُ ุฃَูŠْู†َ ุงู„ุตَّุงุฆِู…ُูˆู†َ ูَูŠَู‚ُูˆู…ُูˆู†َ ، ู„ุงَ ูŠَุฏْุฎُู„ُ ู…ِู†ْู‡ُ ุฃَุญَุฏٌ ุบَูŠْุฑُู‡ُู…ْ ، ูَุฅِุฐَุง ุฏَุฎَู„ُูˆุง ุฃُุบْู„ِู‚َ ، ูَู„َู…ْ ูŠَุฏْุฎُู„ْ ู…ِู†ْู‡ُ ุฃَุญَุฏٌ

“Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut “ar rayyan“. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang berpuasa.” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya” (HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152).

 Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Al Fath menyebutkan, “Ar Rayyan dengan menfathahkan huruf ro’ dan mentasydid ya’, mengikuti wazan fi’il (kata kerja) dari kata ‘ar riyy‘ yang maksudnya adalah nama salah satu pintu di surga yang hanya dikhususkan untuk orang yang berpuasa memasukinya. Dari sisi lafazh dan makna ada kaitannya. Karena kata ar rayyan adalah turunan dari kata ar riyyyang artinya bersesuaian dengan keadaan orang yang berpuasa. Orang yang berpuasa kelak akan memasuki pintu tersebut dan tidak pernah merasakan haus lagi.” (Fathul Bari, 4: 131).

 Ibnu Hajar menyebutkan bahwa dalam lafazh hadits lainnya disebutkan bahwa di surga itu ada delapan buah pintu. Salah satu pintu dinamakan Ar Rayyan. Pintu tersebut tidaklah dimasuki selain orang yang berpuasa (lihat Fathul Bari, 4: 132). Hadits yang dimaksud adalah,

ุนَู†ْ ุณَู‡ْู„ِ ุจْู†ِ ุณَุนْุฏٍ – ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ – ุนَู†ِ ุงู„ู†َّุจِู‰ِّ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ู‚َุงู„َ « ูِู‰ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ุซَู…َุงู†ِูŠَุฉُ ุฃَุจْูˆَุงุจٍ ، ูِูŠู‡َุง ุจَุงุจٌ ูŠُุณَู…َّู‰ ุงู„ุฑَّูŠَّุงู†َ ู„ุงَ ูŠَุฏْุฎُู„ُู‡ُ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ุตَّุงุฆِู…ُูˆู†َ »

 Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa” (HR. Bukhari no. 3257).

 Hadits di atas juga menunjukkan al jaza’ min jinsil ‘amal, yaitu balasan dari Allah sesuai dengan jenis amalan. Dan juga menandakan bahwa siapa saja yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka akan diganti dengan yang lebih baik, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

ุฅِู†َّูƒَ ู„َู†ْ ุชَุฏَุนَ ุดَูŠْุฆุงً ุงุชِّู‚َุงุกَ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฌَู„َّ ูˆَุนَุฒَّ ุฅِู„ุงَّ ุฃَุนْุทَุงูƒَ ุงู„ู„َّู‡ُ ุฎَูŠْุฑุงً ู…ِู†ْู‡ُ

“Jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah ‘azza wa jalla, maka Allah akan mengganti padamu dengan yang lebih baik” (HR. Ahmad 5: 78, sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Karena orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwat hubungan intim, makan dan minum semuanya karena Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

ูŠَุฏَุนُ ุดَู‡ْูˆَุชَู‡ُ ูˆَุฃَูƒْู„َู‡ُ ูˆَุดُุฑْุจَู‡ُ ู…ِู†ْ ุฃَุฌْู„ِู‰

“Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku” (HR. Bukhari no. 7492 dan Muslim no. 1151).

 Karena ia meninggalkan kenikmatan-kenikmatan ini karena Allah, maka Dia akan mengganti dengan yang lebih baik. Bahkan amalan puasa ini dikhususkan untuk Allah, Dialah yang nanti akan membalasnya. Dalam hadits qudsi disebutkan,

ูƒُู„ُّ ุนَู…َู„ِ ุงุจْู†ِ ุขุฏَู…َ ู„َู‡ُ ، ุฅِู„ุงَّ ุงู„ุตَّูˆْู…َ ูَุฅِู†َّู‡ُ ู„ِู‰ ، ูˆَุฃَู†َุง ุฃَุฌْุฒِู‰ ุจِู‡ِ

“Setiap amalan manusia adalah untuknya. Kecuali amalan puasa itu untuk Allah dan Dia yang nanti akan membalasnya” (HR. Bukhari no. 5927 dan Muslim no. 1151).
Mengenai hadits balasan pintu Ar Rayyan di atas mengandung pelajaran tentang keutamaan puasa dan karomah bagi orang yang berpuasa. Demikian kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (8: 31).

 Semoga Allah memudahkan kita untuk memasuki pintu tersebut dengan amalan puasa kita.


KEBERKAHAN DALAM MAKAN SAHUR

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู…
๏บ๏ปŸ๏บดَّ๏ปผَ๏ปกُ ๏ป‹َ๏ป َ๏ปดْ๏ปœُ๏ปขْ ๏ปญَ๏บญَ๏บฃْ๏ปคَ๏บ”ُ ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปชِ ๏ปญَ๏บ‘َ๏บฎَ๏ป›َ๏บŽ๏บ—ُ๏ปช

KEBERKAHAN DALAM MAKAN SAHUR
=========================================

Di bulan Ramadhan ada amalan sunnah yang bisa dijalani yaitu makan sahur. Amalan ini disepakati oleh para ulama dihukumi sunnah dan bukanlah wajib, Namun amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah.

Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุชَุณَุญَّุฑُูˆุง ูَุฅِู†َّ ูِู‰ ุงู„ุณَّุญُูˆุฑِ ุจَุฑَูƒَุฉً

“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).

Yang dimaksud barokah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Barokah bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun patut diketahui bahwa barokah itu datangnya dari Allah yang hanya diperoleh jika seorang hamba mentaati-Nya.

Keberkahan dalam Makan Sahur

1. Memenuhi perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

Sebagaimana diperintahkan dalam hadits di atas. Keutamaan mentaati beliau disebutkan dalam ayat,

ู…َู†ْ ูŠُุทِุนِ ุงู„ุฑَّุณُูˆู„َ ูَู‚َุฏْ ุฃَุทَุงุนَ ุงู„ู„َّู‡َ

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An Nisaa’: 80).

Allah Ta’ala juga berfirman,

ูˆَู…َู†ْ ูŠُุทِุนِ ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَุฑَุณُูˆู„َู‡ُ ูَู‚َุฏْ ูَุงุฒَ ูَูˆْุฒًุง ุนَุธِูŠู…ًุง

“Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 71).

2. Makan sahur merupakan syi’ar Islam yang membedakan dengana ajaran Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani).

Dari ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ูَุตْู„ُ ู…َุง ุจَูŠْู†َ ุตِูŠَุงู…ِู†َุง ูˆَุตِูŠَุงู…ِ ุฃَู‡ْู„ِ ุงู„ْูƒِุชَุงุจِ ุฃَูƒْู„َุฉُ ุงู„ุณَّุญَุฑِ

“Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) adalah makan sahur.” (HR. Muslim no. 1096).

Ini berarti Islam mengajarkan baro’ dari orang kafir, artinya tidak loyal pada mereka. Karena puasa kita saja dibedakan dengan orang kafir.

3. Dengan makan sahur, keadaan fisik lebih kuat dalam menjalani puasa.

Beda halnya dengan orang yang tidak makan sahur, Imam Nawawi rahimahullah berkata..

“Barokah makan sahur amat jelas yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa.”
(Syarh Shahih Muslim, 7: 206).

4. Orang yang makan sahur mendapatkan shalawat dari Allah dan do’a dari para malaikat-Nya.

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุงู„ุณُّุญُูˆุฑُ ุฃَูƒْู„ُู‡ُ ุจَุฑَูƒَุฉٌ ูَู„ุงَ ุชَุฏَุนُูˆู‡ُ ูˆَู„َูˆْ ุฃَู†ْ ูŠَุฌْุฑَุนَ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ ุฌَุฑْุนَุฉً ู…ِู†ْ ู…َุงุกٍ ูَุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَู…َู„ุงَุฆِูƒَุชَู‡ُ ูŠُุตَู„ُّูˆู†َ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู…ُุชَุณَุญِّุฑِูŠู†َ

“Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur.
(HR. Ahmad 3: 44. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi).

5. Waktu makan sahur adalah waktu yang diberkahi.

Karena ketika itu, Allah turun ke langit dunia. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ูŠَู†ْุฒِู„ُ ุฑَุจُّู†َุง ุชَุจَุงุฑَูƒَ ูˆَุชَุนَุงู„َู‰ ูƒُู„َّ ู„َูŠْู„َุฉٍ ุฅِู„َู‰ ุงู„ุณَّู…َุงุกِ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุญِูŠู†َ ูŠَุจْู‚َู‰ ุซُู„ُุซُ ุงู„ู„َّูŠْู„ِ ุงู„ุขุฎِุฑُ ูŠَู‚ُูˆู„ُ ู…َู†ْ ูŠَุฏْุนُูˆู†ِู‰ ูَุฃَุณْุชَุฌِูŠุจَ ู„َู‡ُ ู…َู†ْ ูŠَุณْุฃَู„ُู†ِู‰ ูَุฃُุนْุทِูŠَู‡ُ ู…َู†ْ ูŠَุณْุชَุบْูِุฑُู†ِู‰ ูَุฃَุบْูِุฑَ ู„َู‡ُ

“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.”
(HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758).

6. Waktu sahur adalah waktu utama untuk beristighfar.

Sebagaimana orang yang beristighfar saat itu dipuji oleh Allah dalam beberapa ayat,

ูˆَุงู„ْู…ُุณْุชَุบْูِุฑِูŠู†َ ุจِุงู„ْุฃَุณْุญَุงุฑِ

“Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17).

ูˆَุจِุงู„ْุฃَุณْุญَุงุฑِ ู‡ُู…ْ ูŠَุณْุชَุบْูِุฑُูˆู†َ

“Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. ” (QS. Adz Dzariyat: 18).

8. Orang yang makan sahur dijamin bisa menjawab adzan shalat Shubuh sehingga bisa mendapati shalat Shubuh di waktunya secara berjama’ah.

Tentu ini adalah suatu kebaikan...

Makan sahur sendiri bernilai ibadah jika diniatkan untuk semakin kuat dalam melakukan ketaatan pada Allah.

Intinya, makan sahur punya berbagai keberkahan, dan masih banyak hikmah serta rahasia-rahasia yang mungkin sebagian kita tidak mengetahuinya.
Wallahu a'lam bish showaab..
Walhamdulillah, wa shallallahu wa sallam ‘ala nabiyyina Muhammad.

Semoga kita tidak melewatkan kebaikan dan keberkahan dalam makan sahur,, karena hal tersebut juga merupakan bagian dari sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam..

 

Senin, 13 Juni 2016

6 SYARAT BATIN ORANG YANG BERPUASA


Syarat Batin Orang Yang Berpuasa

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู…
๏บ๏ปŸ๏บดَّ๏ปผَ๏ปกُ ๏ป‹َ๏ป َ๏ปดْ๏ปœُ๏ปขْ ๏ปญَ๏บญَ๏บฃْ๏ปคَ๏บ”ُ ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปชِ ๏ปญَ๏บ‘َ๏บฎَ๏ป›َ๏บŽ๏บ—ُ๏ปช

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

(QS al-Baqarah: 183)

Imam Al-Gazali dalam kitab Mauidzatul Mukminin menyatakan :
Bila #Puasa_orang_awam hanya menahan perut dan kemaluan, dan
#Puasa_orang_khusus menjaga panca indera dan anggota badan dari dosa
maka #puasa_khususnya_khusus adalah telah mengikutkan hati dari orientasi yang rendah, pemikiran keduniaan dan menahan segala sesuatu yang untuk selain Allah..

Bila terkait syarat bathin ini, maka Imam Gazali membaginya kedalam 6 perkara yaitu:

1.

#Menjaga_pandangan

Memejamkan mata dan menahan dari leluasanya pandangan kepada sesuatu yang tercela dan dibenci atau segala sesuatu yang menyebabkan kelalaian hati serta lengahnya dari berzikir atau ingat kepada Allah.

2.

#Menjaga_Lidah

Menjaga lidah dari senda gurau yang tiada berguna, berdusta, mengumpat, mengadu domba, perkataan kotor, caci maki, permusuhan dan pamer.

3.

#Menjaga_pendengaran

Menahan pendengaran dari mendengar segala sesuatu yang dibenci, sebab segala sesuatu yang haram diucapkan, maka haram pula didengarkan. Oleh sebab itu oleh Allah dipersamakan antara mendengar yang demikian itu dengan makan sesuatu yang diharamkan.

Firman Allah : Orang-orang yang durhaka itu suka sekali mendengarkan dusta dan makan dosa (yang diharamkan) (Al Maidah:42)

4.

#Menahan_anggauta_Tubuh

Menahan anggaota tubuh yang lain-lain dari perbuatan dosa, baik dari tangan atau kaki dan dari segala yang dibenci. Demikian pula menahan perut dari hal-hal yang subhat diwaktu berbuka. Orang yang berpuasa namun kala berbuka makan makanan haram adalah seperti orang yang membangun istana, namun ia juga menghancurkan kota.

Sabda Nabi SAW : Banyak sekali orang yang berpuasa itu, tetapi tidak ada yang diperolehnya dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus saja.

5.

#Makan_tidak_berlebihan

Janganlah berlebihan makan kala berbuka, sekalipun makanan yang disajikan adalah halal. Sungguh tidak ada wadah yang dibenci Allah lebih dari pada perut yang terisi makanan penuh walau halal.

Sikap yang demikian juga menjadi aneh dikala siang hari dia mampu menahan diri dari kesyahwatannya terhadap makanan, namun kala berbuka dia makan dengan membabi buta. Sudah menjadi tradisi pula bila seseorang suka sekali menyimpan makanan yang beraneka ragam untuk keperluan berbuka di bulan Ramadhan.

6.

#Saat_berbuka hendaknya hati masih #bergetar akan takutnya kepada Allah

Hatinya dipenuhi rasa takut apakah amalan puasa yang dilakukan siang itu diterima Allah. Dirinya selalu berharap amalannya diterima sehingga upaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah menjadi terbuka. Hendaknya perasaan seseorang harus tetap ada akan takutnya pahala ditolak dari setiap ibadah yang dilakukan.

Puasa adalah ibadah yang istimewa, karena hanya Allah SWT yang akan membalas langsung kepada hambaNya

Wallahu a'lamu bish showaab

Semoga bermanfaat