Rabu, 06 Mei 2020

9 AMALAN & IBADAH UTAMA DI BULAN RAMADHAN

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
9 AMALAN & IBADAH UTAMA DI BULAN RAMADHAN
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


===================================

           
   
ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

===================================

 ☪️Sesungguhnya bulan Ramadhan yang mulia ini akan terasa begitu singkat. Hari-harinya akan berlalu begitu cepat, meninggalkan kita penuh penyesalan jika tidak segera tersadar untuk mengisinya dengan berbagai kebaikan. Isyarat begitu dalam tentang hari-hari Ramadhan kita dapatkan setelah ayat perintah kewajiban berpuasa, dimana Allah SWT berfirman:

…ูŠَุงุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุกَุงู…َู†ُูˆุง ูƒُุชِุจَ ุนَู„َูŠْูƒُู…ُ ุงู„ุตِّูŠَุงู…ُ ูƒَู…َุง ูƒُุชِุจَ ุนَู„َู‰ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ู…ِู† ู‚َุจْู„ِูƒُู…ْ ู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชَุชَّู‚ُูˆู†َ ุฃَูŠَّุงู…ًุง ู…َّุนْุฏُูˆุฏَุงุชٍ

➖“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu...” 
๐Ÿ“–[QS. Al-Baqoroh: 183-184]

☪️Hanya beberapa hari tertentu saja, karena ia tidak akan lebih dari 29 atau 30 hari. Karenanya, tanpa mengetahui seluk beluk dan keutamaan ragam amal dalam Ramadhan, bisa jadi Ramadhan yang singkat akan benar-benar berlalu begitu saja, nyaris tanpa amal dan kenangan yang berarti.

☪️Ada banyak kiat sukses menghadapi Ramadhan, yang jika kita jalankan dengan baik, insya Allah akan menjadikan Ramadhan kita lebih berharga, lebih terasa, dan lebih berkah insyaAllah. Salah satu diantaranya yaitu mengoptimalkan segala ibadah wajib dan ibadah sunnah. 

☪️Bulan Ramadhan merupakan bulan kebaikan, bulan Ibadah, bulan berbuat baik, bulan simpati, bulan kemenangan atas nafsu, bulan pembebasan dari neraka. Pada bulan ini, terdapat banyak karunia Allah SWT yang diberikan kepada hambanya yaitu dengan cara pahala dilipatgandakan serta segala dosa diampuni dengan syarat menghindari segala maksiat, terutama dosa besar.

☪️Beruntunglah bagi kaum muslim yang senantiasa memanfaatkan momen ramadhan sebagai sarana untuk memperbanyak pahala, mencari pengampunan dosa, hingga mengharap ridho allah SWT. 
Berikut ini telah kami rangkum beberapa ibadah utama bulan ramadhan yang sangat ditekankan untuk diperhatikan:

1. PUASA RAMADHAN 

Salah satu ibadah utama yang sangat ditekankan untuk diperhatikan yaitu puasa ramadhan, mulai dari sahur hingga berbuka terdapat keutamaan-keutamaan yang sayang untuk dilewatkan. Berikut beberapa dalil yang menggambarkan keutamaan puasa ramadhan:

ู…َู†ْ ุตَุงู…َ ุฑَู…َุถَุงู†َ ุฅِูŠู…َุงู†ًุง ูˆَุงุญْุชِุณَุงุจًุง ุบُูِุฑَ ู„َู‡ُ ู…َุง ุชَู‚َุฏَّู…َ ู…ِู†ْ ุฐَู†ْุจِู‡ِ

➖ “Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” 
๐Ÿ“™[HR. Bukhari & Muslim]

ูƒُู„ُّ ุนَู…َู„ِ ุงุจْู†ِ ุขุฏَู…َ ูŠُุถَุงุนَูُ ุงู„ْุญَุณَู†َุฉُ ุนَุดْุฑُ ุฃَู…ْุซَุงู„ِู‡َุง ุฅِู„َู‰ ุณَุจْุนู…ِุงุฆَุฉ ุถِุนْูٍ ู‚َุงู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَุฒَّ ูˆَุฌَู„َّ ุฅِู„َّุง ุงู„ุตَّูˆْู…َ ูَุฅِู†َّู‡ُ ู„ِูŠ ูˆَุฃَู†َุง ุฃَุฌْุฒِูŠ ุจِู‡ِ ูŠَุฏَุนُ ุดَู‡ْูˆَุชَู‡ُ ูˆَุทَุนَุงู…َู‡ُ ู…ِู†ْ ุฃَุฌْู„ِูŠ ู„ِู„ุตَّุงุฆِู…ِ ูَุฑْุญَุชَุงู†ِ ูَุฑْุญَุฉٌ ุนِู†ْุฏَ ูِุทْุฑِู‡ِ ูˆَูَุฑْุญَุฉٌ ุนِู†ْุฏَ ู„ِู‚َุงุกِ ุฑَุจِّู‡ِ ูˆَู„َุฎُู„ُูˆูُ ูِูŠู‡ِ ุฃَุทْูŠَุจُ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ู„َّู‡ِ ู…ِู†ْ ุฑِูŠุญِ ุงู„ْู…ِุณْูƒِ

➖“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” 
๐Ÿ“™[HR. Muslim]

☪️Tidak diragukan lagi, keutamaan puasa ramadhan begitu besar, tidak hanya derajat takwa, pengampunan dosa dan pahala yang didapatkan, bahkan dijanjikan bertemu Tuhan dengan puasa yang telah dikerjakan. Namun, puasa di sini tidak hanya sebatas menahan nafsu, dahaga dan lapar, diperlukan tindakan lain agar pahala tetap terjaga. Berdasarkan sabda Nabi SAW berikut:

ู…َู†ْ ู„َู…ْ ูŠَุฏَุนْ ู‚َูˆْู„َ ุงู„ุฒُّูˆุฑِ ูˆَุงู„ْุนَู…َู„َ ุจِู‡ِ ูَู„َูŠْุณَ ู„ِู„َّู‡ِ ุญَุงุฌَุฉٌ ูِูŠ ุฃَู†ْ ูŠَุฏَุนَ ุทَุนَุงู…َู‡ُ ูˆَุดَุฑَุงุจَู‡ُ

➖“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya.” ๐Ÿ“™[HR. Bukhari]

ูƒُู„ُّ ุนَู…َู„ِ ุงุจْู†ِ ุขุฏَู…َ ู„َู‡ُ ุฅِู„َّุง ุงู„ุตِّูŠَุงู…َ ูَุฅِู†َّู‡ُ ู„ِูŠ ูˆَุฃَู†َุง ุฃَุฌْุฒِูŠ ุจِู‡ِ ูˆَุงู„ุตِّูŠَุงู…ُ ุฌُู†َّุฉٌ ูˆَุฅِุฐَุง ูƒَุงู†َ ูŠَูˆْู…ُ ุตَูˆْู…ِ ุฃَุญَุฏِูƒُู…ْ ูَู„َุง ูŠَุฑْูُุซْ ูˆَู„َุง ูŠَุตْุฎَุจْ ูَุฅِู†ْ ุณَุงุจَّู‡ُ ุฃَุญَุฏٌ ุฃَูˆْ ู‚َุงุชَู„َู‡ُ ูَู„ْูŠَู‚ُู„ْ ุฅِู†ِّูŠ ุงู…ْุฑُุคٌ ุตَุงุฆِู…ٌ

➖“Semua amalan bani adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah ia mengatakan, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’. 
๐Ÿ“™[HR. Bukhari & Muslim]

☪️Selain menjalankan syarat sah puasa berupa menahan nafsu makan, minum dan kebutuhkan biologis, dianjurkan memperbanyak amalan lain dan menghindari segala maksiat bahkan jika ada seorang yang menghasut, dianjurkan untuk bersabar dan berkata saya sedang berpuasa.

2. SHOLAT MALAM (TARAWIH)

☪️Sholat malam (tahajjud) adalah salah satu amaliyah yang sangat ditekankan oleh Nabi SAW, terutama di bulan ramadhan. Bahkan, di luar bulan Ramadhan pun ibadah ini tidak pernah dilewatkan oleh Nabi SAW.

☪️Hal ini didasari pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA yang berkata: “Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk.” 
๐Ÿ“™[HR. Abu Dawud & Ahmad]

ูˆَุนِุจَุงุฏُ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَู…ْุดُูˆู†َ ุนَู„َู‰ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ ู‡َูˆْู†ًุง ูˆَุฅِุฐَุง ุฎَุงุทَุจَู‡ُู…ُ ุงู„ْุฌَุงู‡ِู„ُูˆู†َ ู‚َุงู„ُูˆุง ุณَู„َุงู…ًุง ูˆَุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَุจِูŠุชُูˆู†َ ู„ِุฑَุจِّู‡ِู…ْ ุณُุฌَّุฏًุง ูˆَู‚ِูŠَุงู…ًุง

➖“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.”
๐Ÿ“– [QS. Al-Furqan: 63-64]

ุฃَู…َّู†ْ ู‡ُูˆَ ู‚َุงู†ِุชٌ ุขู†َุงุกَ ุงู„ู„َّูŠْู„ِ ุณَุงุฌِุฏًุง ูˆَู‚َุงุฆِู…ًุง ูŠَุญْุฐَุฑُ ุงู„ุขุฎِุฑَุฉَ ูˆَูŠَุฑْุฌُูˆ ุฑَุญْู…َุฉَ ุฑَุจِّู‡ِ

➖“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” 
๐Ÿ“–[QS. Al-Zumar: 9]

☪️Salah satu keutamaan sholat malam di bulan Ramadhan yaitu itu mendapatkan pengampunan dosa-dosa yang telah dikerjakan di masa lalu. Berdasarkan hadis Nabi SAW yang berbunyi:

ู…َู†ْ ู‚َุงู…َ ุฑَู…َุถَุงู†َ ุฅِูŠู…َุงู†ًุง ูˆَุงุญْุชِุณَุงุจًุง ุบُูِุฑَ ู„َู‡ُ ู…َุง ุชَู‚َุฏَّู…َ ู…ِู†ْ ุฐَู†ْุจِู‡ِ

➖“Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” ๐Ÿ“™[HR. Bukhari & Muslim]

☪️Pentingnya sholat malam, tidak hanya dilakukan oleh diri pribadi. Bahkan bagi seorang kepala keluarga dianjurkan untuk membangunkan anak dan istrinya untuk mengerjakan ibadah mulia ini.

ูˆَุฃْู…ُุฑْ ุฃَู‡ْู„َูƒَ ุจِุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ูˆَุงุตْุทَุจِุฑْ ุนَู„َูŠْู‡َุง ู„َุง ู†َุณْุฃَู„ُูƒَ ุฑِุฒْู‚ًุง ู†َุญْู†ُ ู†َุฑْุฒُู‚ُูƒَ ูˆَุงู„ْุนَุงู‚ِุจَุฉُ ู„ِู„ุชَّู‚ْูˆَู‰

➖“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
๐Ÿ“– [QS. Thaahaa: 132]

 

ุฑَุญِู…َ ุงู„ู„ู‡ُ ุฑَุฌُู€ู„ุงً، ู‚َุงู…َ ู…ِู†َ ุงู„ู„َّูŠْู„ِ ูَุตَู„َّู‰، ูˆَุฃَูŠْู‚َุธَ ุงِู…ْุฑَุฃَุชَู‡ُ ูَุตَู„َّุชْ، ูَุฅِู†ْ ุฃَุจَุชْ ู†َุถَุญَ ูِูŠْ ูˆَุฌْู‡ِู‡َุง ุงู„ْู…َุงุกَ، ูˆَุฑَุญِู…َ ุงู„ู„ู‡ُ ุงِู…ْุฑَุฃَุฉً، ู‚َุงู…َุชْ ู…ِู†َ ุงู„ู„َّูŠْู„ِ ูَุตَู„َّุชْ، ูˆَ ุฃَูŠْู‚َุธَุชْ ุฒَูˆْุฌَู‡َุง، ูَุฅِู†ْ ุฃَุจَู‰ ู†َุถَุญَุชْ ูِูŠْ ูˆَุฌْู‡ِู‡ِ ุงู„ْู…َุงุกَ

➖“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila si suami enggan untuk bangun ia pun memercikkan air ke wajahnya.” 
๐Ÿ“™[HR. Abu Dawud, an-Nasa-i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, & Ibnu Hibban]

ู…َู†ِ ุงุณْุชَูŠْู‚َุธَ ู…ِู†َ ุงู„ู„َّูŠْู„ِ ูˆَุฃَูŠْู‚َุธَ ุฃَู‡ْู„َู‡ُ ูَุตَู„َّูŠَุง ุฑَูƒْุนَุชَูŠْู†ِ ุฌَู…ِูŠْุนًุง، ูƒُุชِุจَุง ู…ِู†َ ุงู„ุฐَّุงูƒِุฑِูŠْู†َ ุงู„ู„ู‡َ ูƒَุซِูŠْุฑًุง ูˆَุงู„ุฐَّุงูƒِุฑَุงุชِ

➖“Barangsiapa yang bangun di waktu malam dan ia pun membangunkan isterinya lalu mereka shalat bersama dua raka’at, maka keduanya akan dicatat termasuk kaum laki-laki dan wanita yang banyak berdzikir kepada Allah.” 
๐Ÿ“™[HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, & al-Hakim]

3. SHADAQAH RAMADHAN 

☪️Shadaqah maupun berbagi di bulan ramadhan adalah salah satu amaliyah yang sangat ditekankan bagi seorang muslim yang mampu melakukannya. Bahkan Nabi termasuk dari orang yang paling dermawan saat bulan Ramadhan. Berdasarkan hadis dari Ibn Abbas RA yang berbunyi:

ูƒَุงู†َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฃَุฌْูˆَุฏَ ุงู„ู†َّุงุณِ، ูˆَูƒَุงู†َ ุฃَุฌْูˆَุฏُ ู…َุง ูŠَูƒُูˆู†ُ ูِูŠ ุฑَู…َุถَุงู†َ، ุญِูŠู†َ ูŠَู„ْู‚َุงู‡ُ ุฌِุจْุฑِูŠู„ُ، ูˆَูƒَุงู†َ ูŠَู„ْู‚َุงู‡ُ ูِูŠ ูƒُู„ِّ ู„َูŠْู„َุฉٍ ู…ِู†ْ ุฑَู…َุถَุงู†َ، ูَูŠُุฏَุงุฑِุณُู‡ُ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ، ูَู„َุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฃَุฌْูˆَุฏُ ุจِุงู„ْุฎَูŠْุฑِ ู…ِู†ْ ุงู„ุฑِّูŠุญِ ุงู„ْู…ُุฑْุณَู„َุฉِ (ุตุญูŠุญ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ

➖Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi saat ramadhan, ketika dijumpai Jibril (as), yang mengunjungi beliau setiap malam dibulan ramadhan, dan mengajarkan beliau saw Alqur’an, maka sungguh Rasulullah saw lebih dermawan dalam berbuat baik daripada angin yang berhembus” ๐Ÿ“™[HR. Bukhari]

☪️Sesungguhnya shadaqah bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk shadaqah di bulan ini adalah:

a. MEMBERI MAKAN 

Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam firman-Nya:

ูˆَูŠُุทْุนِู…ُูˆู†َ ุงู„ุทَّุนَุงู…َ ุนَู„َู‰ ุญُุจِّู‡ِ ู…ِุณْูƒِูŠู†ًุง ูˆَูŠَุชِูŠู…ًุง ูˆَุฃَุณِูŠุฑًุง ุฅِู†َّู…َุง ู†ُุทْุนِู…ُูƒُู…ْ ู„ِูˆَุฌْู‡ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ู„َุง ู†ُุฑِูŠุฏُ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ุฌَุฒَุงุกً ูˆَู„َุง ุดُูƒُูˆุฑًุง ุฅِู†َّุง ู†َุฎَุงูُ ู…ِู†ْ ุฑَุจِّู†َุง ูŠَูˆْู…ًุง ุนَุจُูˆุณًุง ู‚َู…ْุทَุฑِูŠุฑًุง ูَูˆَู‚َุงู‡ُู…ُ ุงู„ู„َّู‡ُ ุดَุฑَّ ุฐَู„ِูƒَ ุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ูˆَู„َู‚َّุงู‡ُู…ْ ู†َุถْุฑَุฉً ูˆَุณُุฑُูˆุฑًุง ูˆَุฌَุฒَุงู‡ُู…ْ ุจِู…َุง ุตَุจَุฑُูˆุง ุฌَู†َّุฉً ูˆَุญَุฑِูŠุฑًุง

➖ “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.”
๐Ÿ“– [QS. Al-Nisa: 8-12]

☪️Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan mendahulukannya atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam memberi makan ini kepada orang yang fakir.

☪️Rasullullah SAW bersabda, “Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat.”๐Ÿ“™ [HR. Ahmad, Tirmidzi]

☪️Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, “Aku mengundang sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan Islmail.”

☪️Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha’i, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu ‘Anhum. Dan adalah Ibnu Umar, tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

☪️Ada juga sebagian ulama salaf lain yang memberi makan saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan melayani mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin Mubarak.

☪️Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat di masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun dengan sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan, dan jika tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya bersama orang-orang dan mereka makan bersamanya.

b. MEMBERI HIDANGAN BERBUKA BAGI ORANG PUASA 

☪️Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun.” [HR. Ahmad & Nasai]

☪️Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu ‘Anhu, ➖“Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya.”

4. MEMBACA AL-QUR’AN 

☪️Sebagaimana telah kami sebutkan pada artikel Kemuliaan Lailatul Qadar, salah satu kekhususan bulan ramadhan dibandingkan bulan lain adalah yaitu bulan dimana Al-Qur’an diturunkan, sehingga ada banyak keberkahan di dalamnya.

☪️Salah satu amalan yang dianjurkan untuk ditingkatkan adalah memperbanyak membaca al-Qur’an. Selain segala amallan kebajika dilipatgandakan di bulan ramadhan, membaca satu huruf dalam al-Qur’an akan diberikan sepuluh kebaikan, bahkan bagi yang terbata-bata diberikan dua pahala. berdasarkan dua hadis berikut:

ุงู„ْู…َุงู‡ِุฑُ ุจِุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ู…َุนَ ุงู„ุณَّูَุฑَุฉِ ุงู„ْูƒِุฑَุงู…ِ ุงู„ْุจَุฑَุฑَุฉِ ูˆَุงู„َّุฐِู‰ ูŠَู‚ْุฑَุฃُ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ูˆَูŠَุชَุชَุนْุชَุนُ ูِูŠู‡ِ ูˆَู‡ُูˆَ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุดَุงู‚ٌّ ู„َู‡ُ ุฃَุฌْุฑَุงู†ِ

➖“Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala.”๐Ÿ“™ [Hadits Muttafaq ‘Alaih]

ู…َู†ْ ู‚َุฑَุฃَ ุญَุฑْูًุง ู…ِู†ْ ูƒِุชَุงุจِ ุงู„ู„َّู‡ِ ูَู„َู‡ُ ุจِู‡ِ ุญَุณَู†َุฉٌ ูˆَุงู„ْุญَุณَู†َุฉُ ุจِุนَุดْุฑِ ุฃَู…ْุซَุงู„ِู‡َุง ู„َุง ุฃَู‚ُูˆู„ُ ุขู„ู… ุญَุฑْูٌ ูˆَู„َูƒِู†ْ ุฃَู„ِูٌ ุญَุฑْูٌ ูˆَู„َุงู…ٌ ุญَุฑْูٌ ูˆَู…ِูŠู…ٌ ุญَุฑْูٌ

➖“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.”
๐Ÿ“™(HR Tirmidzi ) 

5. DUDUK DI MASJID HINGGA MATAHARI TERBIT 

Salah satu kebiasaan nabi dalam kehidupan sehari-hari yaitu duduk di masjid hingga matahari terbit. Berdasarkan hadis: Rasulullah SAW, apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Juga hadis dari Anas RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

ู…َู†ْ ุตَู„َّู‰ ุงู„ْุบَุฏَุงุฉَ ูِูŠ ุฌَู…َุงุนَุฉٍ ุซُู…َّ ู‚َุนَุฏَ ูŠَุฐْูƒُุฑُ ุงู„ู„َّู‡َ ุญَุชَّู‰ ุชَุทْู„ُุนَ ุงู„ุดَّู…ْุณُ ุซُู…َّ ุตَู„َّู‰ ุฑَูƒْุนَุชَูŠْู†ِ ูƒَุงู†َุชْ ู„َู‡ُ ูƒَุฃَุฌْุฑِ ุญَุฌَّุฉٍ ูˆَุนُู…ْุฑَุฉٍ ุชَุงู…َّุฉٍ ุชَุงู…َّุฉٍ ุชَุงู…َّุฉٍ

➖“Siapa shalat Shubuh dengan berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka’at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna.” 
๐Ÿ“™[HR. Tirmidzi]

☪️Keutamaan berdiam diri di masjid hingga matahari terbit berlaku pada semua hari, lalu bagaimana jika dikerjakan selama bulan Ramadhan? Sudah barang tentu pahala yang didapatkan akan dilipatgandakan. Sudah selayaknya, agar kita mengoptimlkan salah satu keagungan ini dengan mengindari segala aktivitas malam yang dapat melalaikan untuk bangun di subuh hari.

6. I'TIKAFAKHIR RAMADHAN 

☪️Rasulullah SAW juga senantiasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari terakhir. Bahkan ditahun wafatnya, beliau beri’tikaf hingga 20 hari [HR. Bukhari & Muslim]. I’tikaf merupakan ibadah yang didalamnya terkumpul bermacam-macam ketaatan; baik berupa shalat, doa, dzikir, tadarrus, dan yang lainnya.

☪️Bagi yang tidak terbiasa mengerjakannnya akan terasa berat, namun ibadah ini akan dimudahkan oleh Allah SWT bagi yang berkinginan kuat untuk mengerjakannya. Maka, siapapun yang bertekad dan bersungguh-sung untuk mengerjakannya, pasti akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.

☪️Ibadah i’tikaf dianjurkan untuk dibiasakan setiap harinya di bulan ramadhan, Namun waktu paling utama untuk mengerjakannya yaitu 10 hari terkahir di bulan Ramadhan agar mendapati keagungan malam lailatul qadar.

☪️I’tikaf adalah aktivitas menyendiri yang disyariatkan oleh agama, karena seorang mu’takif (orang yang beri’tikaf) mengurung diri dalam rangka meningkatkan ketaatan kepada Allah dan melupakan sejenea dari aktivitas duniawi yang menyibukkan (baca: panduan i’tikaf). Mu’takif mengurung diri semata-mata untuk merenung, membersihkan diri, dan mengharap ridho Allah SWT.

7. UMRAH BULAN RAMADHAN 

☪️Umrah termasuk dalam sunnah Nabi yang dianjurkan untuk dikerjakan saat bulan Ramadhan, bahkan pahalanya setarah dengan ibadah haji. Berdasarkan hadis Nabi yang berbunyi:

ุนُู…ْุฑَุฉً ูِูŠ ุฑَู…َุถَุงู†َ ุญَุฌَّุฉٌ

➖“Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji.” [HR. Al-Bukhari & Muslim] dalam riwayat lain, “seperti haji bersamaku.” Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

☪️Meskipun ibadah umrah di bulan Ramadhan setara dengan pahala haji, namun hal ini tidak menggugurkan kewajiban haji bagi yang mampu melakukkannya.

8. MENGHIDUPKAN LAILATUL QADAR 

ุฅِู†َّุง ุฃَู†ْุฒَู„ْู†َุงู‡ُ ูِูŠ ู„َูŠْู„َุฉِ ุงู„ْู‚َุฏْุฑِ ูˆَู…َุง ุฃَุฏْุฑَุงูƒَ ู…َุง ู„َูŠْู„َุฉُ ุงู„ْู‚َุฏْุฑِ ู„َูŠْู„َุฉُ ุงู„ْู‚َุฏْุฑِ ุฎَูŠْุฑٌ ู…ِู†ْ ุฃَู„ْูِ ุดَู‡ْุฑٍ

➖ “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” 
๐Ÿ“–[QS. Al-Qadar: 1-3]

ูˆَู…َู†ْ ู‚َุงู…َ ู„َูŠْู„َุฉَ ุงู„ْู‚َุฏْุฑِ ุฅِูŠู…َุงู†ًุง ูˆَุงุญْุชِุณَุงุจًุง ุบُูِุฑَ ู„َู‡ُ ู…َุง ุชَู‚َุฏَّู…َ ู…ِู†ْ ุฐَู†ْุจِู‡ِ

➖“Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” 
๐Ÿ“™[HR. Bukhari & Muslim]

☪️Rasulullah SAW berusaha mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk menantinya di tiap ramadhan. Nabi juga senantiasa membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar.

☪️Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara marfu’, “Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan datang.” (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)

➖. . . Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim. . .

☪️Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat tabi’in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan tinggikan kedudukannya.

☪️Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan ini. Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya, sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.

☪️Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka’ab Radhiyallahu ‘Anhu, “Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk shalat, yaitu malam ke-27.” Dan Ubai bersumpah atas itu dengan mengatakan, “Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh Ramadhan Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau.”

☪️Dari ‘Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, “Ucapkan:

ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฅู†َّูƒ ุนَูُูˆٌّ ุชُุญِุจُّ ุงู„ْุนَูْูˆَ ูَุงุนْูُ ุนَู†ِّูŠ

➖“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku.” 
๐Ÿ“™(HR. Ahmad dan al-Tirmidzi)

9. MEMPERBANYAK DZIKIR, DO'A DAN ISTIGHFAR 

☪️Sesungguhnya malam dan siang merupakan waktu-waktu utama dan mulia sepanjang bulan Ramadhan, maka pergunakanlah waktu tersebut untuk memperbanyak doa, dzikir dan meminta ampunan. Khususnya pada waktu mustajab berdoa seperti 3 keadaaan berikut:

☪️Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.
Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan berfirman, “Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia.”
Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” 
๐Ÿ“–(QS. Al-Dzaariyat: 18) 

☪️Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu)“. ๐Ÿ“™[HR Ibnu Majah].

☪️Hadits diatas menegaskan kepada kita tentang urgensinya beribadah dengan ilmu. Bahkan salah satu syarat diterimanya ibadah adalah ittiba atau sesaui aturan dan sunnah Rasulullah SAW.

☪️Dalam kaitannya dengan puasa, sungguh ibadah ini mempunyai kekhususan dalam aturan fiqhnya yang berbeda dengan lainnya. Para ulama pun menjadikan bab puasa sebagai pembahasan khusus dalam kitab fiqh. Kita perlu mengkaji ulang, bertanya dan mempelajari apa-apa yang belum sepenuhnya kita yakini atau kita ketahui. Agar kita mampu menjalani ibadah ini dengan baik tanpa keraguan sedikitpun.

☪️Hal yang penting kita ketahui utamanya tentang apa-apa yang dibolehkan, apa-apa yang membatalkan, siapa saja yang boleh berbuka dan apa konsekuensinya. Mari kita sempatkan dalam hari-hari ini untuk kembali mengkaji fiqh seputar puasa. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah ilmu ibadah yang mulia.

MENJAGA PUASA AGAR PAHALANYA UTUH 

☪️Yang dimaksud menjaga puasa kita adalah upaya untuk menjadikan pahala puasa kita utuh. Dua cara yang harus kita lakukan dalam kaitannya dengan hal ini, yaitu menjalani sunnah-sunnah puasa, serta menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi pahala dan hikmah puasa.

☪️Adapun sunnah-sunnah puasa, antara lain adalah mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. Sunnah yang sederhana ini adalah bagian dari kemudahan dan keindahan syariat Islam. Kita diminta mengakhirkan sahur, sebagai persiapan untuk menjalani puasa seharian. Begitu pula kita diminta menyegerakan berbuka, sebagai kebutuhan fitrah manusia yang harus diperhatikan.

☪️Sunnah puasa lainnya adalah dengan berdoa sebelum dan saat berbuka, serta berbuka dengan seteguk air. Semoga sunnah yang sederhana ini bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan pahala puasa kita.

☪️Menjaga puasa juga dengan menjauhi segala sikap dan tindakan yang akan mengurangi keberkahan puasa kita, seperti : marah tiada guna, emosional, berdusta dalam perkataan, ghibah, maupun kemaksiatan secara umum. Hal-hal semacam di atas, selain dilarang secara umum bagi seorang muslim, juga akan mempengaruhi kualitas puasanya di hadapan Allah SWT.

☪️Jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita : Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja (HR An-Nasai)

☪️Mari kita mengambil pelajaran dari hadits di atas, untuk kemudian meniti hari-hari ramadhan kita dengan penuh kehati-hatian dan perhitungan. Siapapun kita tidak akan pernah rela jika hanya mendapat lapar dahaga saja di bulan mulia ini.

MENGHIAS PUASA DENGAN AMALIYAH RAMADHAN 

☪️Sesungguhnya ibadah dalam bulan Ramadhan bukan hanya puasa saja. Tetapi banyak ragam ibadah yang juga disyariatkan dalam bulan penuh berkah ini. Mari kita menghias Ramadhan dengan ibadah-ibadah mulia tersebut, agar ramadhan sebagai madrasah ketakwaan benarbenar hadir dalam hidup kita.

☪️Rasulullah SAW telah memberikan contoh pada kita bagaimana beliau menghias hati-hati Ramadhannya dengan: Tadarus Tilawah, memperbanyak sedekah, sholat tarawih, memberi hidangan berbuka, bahkan juga I’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang terakhir. Jika kita ingin merasakan Ramadhan yang berbeda dan begitu bermakna, tentu menjadi penting bagi kita untuk menghias Ramadhan kita dengan amal ibadah tersebut. Keberkahan Ramadhan akan begitu terasa paripurna dalam hati kita.

MENJAGA KEISTIQOMAHAN IBADAH HINGGA AKHIR RAMADHAN. 

☪️Bulan ramdhan dipenuhi banyak amalan yang sungguh akan melelahkan sebagian besar orang. Karenanya kita sering menjadi saksi bagaimana kaum muslimin ‘berguguran’ dalam perlombaan Ramadhan ini sebelum mencapai garis finishnya.

☪️Sholat tarawih di masjid mulai menyusut sedikit demi sedikit seiring berlalunya hari-hari awal Ramadhan. Karenanya, merupakan hal yang tidak bisa dibantah adalah jika kesuksesan Ramadhan bergantung dari keistiqomahan kita menjalani semua kebaikan di dalamnya hingga akhir Ramadhan tiba.

☪️Syariat kita yang indah pun seolah memberikan motivasi di ujung ramadhan, agar kita bertambah semangat dalam beribadah, yaitu dengan menurunkan malam lailatul qadar yang mulia. Rasulullah SAW pun menjalankan I’tikaf untuk menutup bulan keberkahan ini.

☪️Beliau juga bersungguh-sungguh di penghujung Ramadhan. Ibunda Aisyah menceritakan kepada kita: adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya ๐Ÿ“™[HR Bukhori & Muslim]

☪️Jika seorang memahami maksud, hikmah dan manfaat dari apa yang dilakukan, maka tentulah ia akan menjalankannya dengan ringan dan senang hati. Maka begitu pula seorang yang berpuasa, ketika ia benar-benar mampu menghayati hikmah puasa, maka ibadah yang terlihat berat ini akan dijalani dengan penuh kekhusyukan dan hati yang ringan.

☪️Diantara hikmah puasa antara lain adalah: Menjadi madrasah ketakwaan dalam diri kita, sebagaimana isyarat Al-Quran ketika berbicara kewajiban puasa, yaitu la’allakum tattaqun .. agar supaya engkau bertakwa.

☪️Hikmah puasa yang lain adalah menggugurkan dosa-dosa kita yang terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat seputar keutamaan ibadah puasa Ramadhan.

☪️Hikmah puasa berikutnya tentu saja menjadikan kemuliaan tersendiri bagi yang menjalaninya saat hari kiamat nanti. Jangankan amal ibadahnya, bahkan bau mulut orang yang berpuasa pun menjadi tanda kemuliaan tersendiri di akhirat nanti. Subhanallah, Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa, lebih wangi di sisi Allah SWT dari aroma kesturi ๐Ÿ“™[HR. Bukhori].

☪️Dengan memahami hikmah puasa ramadhan yang begitu besar dan mulia bagi diri kita, maka insya Allah membuat kita lebih semangat dalam menjalani hari-hari Ramadhan kita.


Baca juga :

Kamis, 25 Oktober 2018

SALAH FAHAM TENTANG MEMAHAMI TAWAKAL

۞﷽۞

SALAH FAHAM TENTANG MEMAHAMI TAWAKAL



Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


Sebagian orang ada yang salah paham dengan tawakal. Sebelumnya, perlu diketahui ada dua rukun tawakal:

1. Menempuh dan melakukan sebab/usaha

2. Berdoa memohon bantuan kepada Allah dan menyerahkan hasilnya kepada Allah serta ridha dengan apapun yang Allah takdirkan nanti

Ada dua sikap ekstrim (berlebihan) terkait tawakal:

Pertama: Tidak melakukan sebab atau usaha sama sekali

Inilah yang sering salah dipahami oleh sebagian orang, yaitu memahami tawakal dengan “pasrah” saja. Tidak melakukan sebab atau usaha dengan apapun.

Kedua: Melakukan sebab/usaha dengan sangat giat tetapi tidak memohon bantuan kepada Allah serta tidak menyerahkan hasilnya kepada Allah

Berikut pembahasannya:

Pertama: Tidak melakukan sebab sama sekali

Hal ini tidak dibenarkan, karena Allah telah menciptakan sebab dan akibatnya. Manusia harus menempuh sebab dan melakukan usaha untuk mendapatkan hasilnya nanti.

Perhatikan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai “tawakalnya burung”.

๏ปŸَ๏ปฎْ ๏บƒَ๏ปงَّ๏ปœُ๏ปขْ ๏ป›ُ๏ปจْ๏บ˜ُ๏ปขْ ๏บ—َ๏ปฎَ๏ป›َّ๏ป ُ๏ปฎ๏ปฅَ ๏ป‹َ๏ป َ๏ปฐ ๏บ๏ปŸ๏ป َّ๏ปชِ ๏บฃَ๏ป–َّ ๏บ—َ๏ปฎَ๏ป›ُّ๏ป ِ๏ปชِ ๏ปŸَ๏บฎُ๏บฏِ๏ป—ْ๏บ˜ُ๏ปขْ ๏ป›َ๏ปคَ๏บŽ ๏ปณُ๏บฎْ๏บฏَ๏ป•ُ ๏บ๏ปŸ๏ป„َّ๏ปดْ๏บฎُ ๏บ—َ๏ปْ๏บชُ๏ปญ ๏บงِ๏ปคَ๏บŽ๏บปً๏บŽ ๏ปญَ๏บ—َ๏บฎُ๏ปญ๏บกُ ๏บ‘ِ๏ป„َ๏บŽ๏ปงً๏บŽ

“Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ (HR.Tirmidzi, hasan shahih)

Seekor burung tidak tahu letak di mana biji-bijian dan makanan yang akan didapatkan, bisa jadi di tempat kemarin yang ia dapatkan, sekarang telah habis persediaan biji tersebut.

Yang penting bagi burung adalah:
1. Berusaha keluar sarang dulu, yang penting berusaha (tidak meninggalkan sebab dan usaha)

2. Tidak stress dulu di sangkar terlalu lama memikirkan nasibnya

3. Optimis dengan rezeki dari Allah, untuk memenuhi kebutuhannya

Syaikh Abdurrahman Al-Mubarakfuri menjelaskan,

๏ปŸ๏ปด๏บฒ ๏ป“๏ปฒ ๏บ๏ปŸ๏บค๏บช๏ปณ๏บš ๏ปฃ๏บŽ ๏ปณ๏บช๏ป ๏ป‹๏ป ๏ปฐ ๏บ—๏บฎ๏ป™ ๏บ๏ปŸ๏ปœ๏บด๏บ ๏บ‘๏ปž ๏ป“๏ปด๏ปช ๏ปฃ๏บŽ ๏ปณ๏บช๏ป ๏ป‹๏ป ๏ปฐ ๏ปƒ๏ป ๏บ ๏บ๏ปŸ๏บฎ๏บฏ๏ป•

“Hadits ini tidak menunjukkan bahwa kita harus meninggalkan usaha (menempuh sebab), akan tetapi menunjukkan agar melakukan usaha untuk mencari rezeki (Tuhfatul Ahwadzi, syaikh Al-mubarakfury)

Jadi menempuh sebab (melakukan usaha) itu juga penting dan diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah riwayat ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Wahai Rasulullah, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada Allah Azza wa Jalla ataukah saya lepas saja sambil bertawakal kepada-Nya ? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

ุฅِุนْู‚ِู„ْู‡َุง ูˆَุชَูˆَูƒَّู„ْ

“Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakal !” (HR. At-Tirmidzi no. 2517, hasan)

Kedua: Melakukan sebab/usaha dengan sangat giat tetapi tidak memohon bantuan kepada Allah serta tidak menyerahkan hasilnya kepada Allah

Kita adalah seorang hamba Allah dan jangan sampai melupakan Allah sebagai pencipta kita dan yang memberikan kita kemampuan serta Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,

ูุงู„ุฅู„ุชูุงุช ุงู„ู‰ ุงู„ุฃุณุจุงุจ ุดุฑูƒ ูู‰ ุงู„ุชูˆุญูŠุฏ ูˆ ู…ุญูˆ ุงู„ุฃุณุจุงุจ ุฃู† ุชูƒูˆู† ุฃุณุจุงุจุง ู†ู‚ุถ ูู‰ ุงู„ุนู‚ู„ ูˆ ุงู„ุฃุนุฑุงุถ ุนู† ุงู„ุฃุณุจุงุจ ุงู„ู…ุฃู…ูˆุฑ ุจู‡ุง ู‚ุฏุญ ูู‰ ุงู„ุดุฑุน ูุนู„ู‰ ุงู„ุนุจุฏ ุฃู† ูŠูƒูˆู† ู‚ู„ุจู‡ ู…ุชุนู…ุฏุง ุนู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ู„ุง ุนู„ู‰ ุณุจุจ ู…ู† ุงู„ุฃุณุจุงุจ ูˆ ุงู„ู„ู‡ ูŠูŠุณุฑ ู„ู‡ ู…ู† ุงู„ุฃุณุจุงุจ ู…ุง ูŠุตู„ุญู‡ ูู‰ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆ ุงู„ุฃุฎุฑุฉ

“Mengandalkan (terlalu memperhatikan) sebab atau usaha itu menodai kemurnian tauhid. Tidak percaya bahwa sebab adalah sebab adalah tindakan merusak akal sehat. Tidak mau melakukan usaha atau sebab adalah celaan terhadap syariat (yang memerintahkannya). Hamba berkewajiban menjadikan hatinya bersandar kepada Allah, bukan bersandar kepada usaha semata. Allahlah yang memudahkannya untuk melakukan sebab yang akan mengantarkannya kepada kebaikan di dunia dan akherat” (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah 8/528)

Orang yang terlalu mengandalkan sebab atau usaha sangat berpotensi untuk stres dan depresi ketika ia tidak bisa mencapai target atau hasil yang ia inginkan, padahal ia sudah giat dan bersusah payah. Seorang yang bertawakal tidak akan stres atau depresi karena ia berbaik sangka kepada Allah. Apapun yang Allah takdirkan adalah yang terbaik bagi seorang hamba. Inilah menakjubkannya urusan seorang muslim sebagaimana dalam hadits.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุนَุฌَุจًุง ِู„ุฃَู…ْุฑِ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِ ุฅِู†َّ ุฃَู…ْุฑَู‡ُ ูƒُู„َّู‡ُ ุฎَูŠْุฑٌ، ูˆَู„َูŠْุณَ ุฐَุงูƒَ ู„ุฃَِุญَุฏٍ ุฅِู„ุงَّ ู„ِู„ْู…ُุคْู…ِู†ِ: ุฅِู†ْ ุฃَุตَุงุจَุชْู‡ُ ุณَุฑَّุงุกُ ุดَูƒَุฑَ ูَูƒَุงู†َ ุฎَูŠْุฑًุง ู„َู‡ُ، ูˆَุฅِู†ْ ุฃَุตَุงุจَุชْู‡ُ ุถَุฑَّุงุกُ ุตَุจَุฑَ ูَูƒَุงู†َ ุฎَูŠْุฑًุง ู„َู‡ُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat musibah, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya” (HR. Muslim)


Jumat, 12 Oktober 2018

JENIUS TAPI TIDAK PERCAYA ADANYA SANG PENCIPTA...??

۞﷽۞ 



Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


Bisa jadi ada seorang jenius dan pintar tapi tidak percaya ada Allah Maha Pencipta yang menciptakan alam semesta, padahal tanda-tanda keberadaan Allah ada itu sangat banyak.

Orang cerdas dan atheis itu tidak percaya adanya Allah karena terlalu mendewakan logika, padahal jika kita memakai logika, Allah Maha Pencipta itu ada. (mohon diingat, agama kita tidak berdalil dengan logika, tetapi berdalil dengan Al-Quran dan hadits. Logika hanya mendukung saja, karena logika manusia terbatas dan tentunya logika manusia yang berjiwa hanif)

Kami contohnya logikanya :

1. Mengharuskan ada “yang lebih besar yang menciptakan”

Misalnya ketika mendefinisikan apa maksudnya kata “rumah”, maka penjelasannya:

“Rumah itu adalah tempat tinggal”

Lalu siapa yang menciptakan dan memberikan kata definisi kata:
“Itu” , “adalah”, dan “tempat tinggal”

Ketika definisikan tentu akan ada definisi lagi, dan tentu akan ada definisi lagi dan seterusnya. Ujungnya harus ada yang Maha Menciptakan

Kemudian akan muncul pertanyaan:
“Siapa yang menciptakan Allah/Maha Pencipta?”

Pertanyaan ini jelas salah secara logika:
Karena ini “pertanyaannya yang salah”

Sebagaimana bentuk “pertanyaan yang salah” lainnya:
“Kapan ayah melahirkan?”

Yang namanya ayah tidak melahirkan, ini pertanyaannya sudah salah

Nah, demikian juga yang namanya Maha pencipta itu yang menciptakan dan tidak diciptakan

⚠️ Karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita mengikuti pertanyaan salah ini dan memerintahkan kita segera berlindung kepada Allah dan berhenti membahas.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

๏ปณ๏บ„๏บ—๏ปฒ ๏บ๏ปŸ๏บธ๏ปด๏ป„๏บŽ๏ปฅُ ๏บƒ๏บฃ๏บชَ๏ป›๏ปข ๏ป“๏ปด๏ป˜๏ปฎ๏ป ๏ปฃ๏ปฆ ๏บง๏ป ๏ป– ๏ป›๏บฌ๏บ ๏ปญ๏ป›๏บฌ๏บ ؟ ๏บฃ๏บ˜๏ปฐ ๏ปณ๏ป˜๏ปฎ๏ป ๏ปŸ๏ปช ๏ปฃ๏ปฆ ๏บง๏ป ๏ป– ๏บญ๏บ‘َّ๏ปš ؟ ๏ป“๏บˆ๏บซ๏บ ๏บ‘๏ป ๏ปŽ ๏บซ๏ปŸ๏ปš ๏ป“๏ป ๏ปด๏บด๏บ˜๏ปŒ๏บฌ ๏บ‘๏บŽ๏ปŸ๏ป ๏ปช ๏ปญ๏ปŸ๏ปด๏ปจ๏บ˜๏ปช

“Setan akan datang kepada salah seorang dari kalian lalu bertanya, ‘Siapa yang menciptakan ini dan itu? Hingga akhirnya dia akan bertanya siapa yang menciptakan tuhanmu? Jika hal itu terjadi, hendaknya dia berlindung kepada Allah dan sudahilah (jangan turuti menjawab pertanyaannya).”
(HR. Muslim)

2. Yang namanya logika manusia terbatas dengan apa yang dia ketahui saat ini. Tidak semua logika manusia bisa memahami segalanya terkait ketuhanan dan wahyu.

Misalnya di zaman dahulu, orang mengatakan:
-Mustahil ada besi terbang
-Mustahil semalam saja bisa pergi dari dari Indonesia ke Mekkah hanya semalam saja
-Mustahil ada orang bisa berbicara “video call” dari jarak jauh hanya dengan kotak kecil gepeng (HP).

Orang dahulu mengatakan ini tidak masuk logika saya dan mereka tidak percaya.

Nah begitu juga sekarang dan hari ini di dunia kita hidup sekarang.

Yang terpenting dan yang utama dan kita pakai untuk berhujjah adalah dalil Al-Quran dan Sunnah yang sangat banyak tentang keberadaan Allah Maha Pencipta. Yaitu dengan ayat-ayat yang berada di dunia-langit dan alam semesta yang berupa pengaturan planet, bintang, matahari dan bulan serta pengaturan sel-sel tubuh yang luar biasa.

Allah berfirman,

๏บ‡ِ๏ปฅَّ ๏ป“ِ๏ปฒ ๏บงَ๏ป ْ๏ป–ِ ๏บ๏ปŸ๏บดَّ๏ปคَ๏บŽ๏ปญَ๏บ๏บ•ِ ๏ปญَ๏บ๏ปŸْ๏บ„َ๏บญْ๏บฝِ ๏ปญَ๏บ๏บงْ๏บ˜ِ๏ป َ๏บŽ๏ป‘ِ ๏บ๏ปŸ๏ป َّ๏ปดْ๏ปžِ ๏ปญَ๏บ๏ปŸ๏ปจَّ๏ปฌَ๏บŽ๏บญِ ๏ปŸَ๏บ‚๏ปณَ๏บŽ๏บ•ٍ ๏ปŸِ๏บ„ُ๏ปญ๏ปŸِ๏ปฒ ๏บ๏ปŸْ๏บ„َ๏ปŸْ๏บ’َ๏บŽ๏บِ ๏บ๏ปŸَّ๏บฌِ๏ปณ๏ปฆَ ๏ปณَ๏บฌْ๏ป›ُ๏บฎُ๏ปญ๏ปฅَ ๏บ๏ปŸ๏ป َّ๏ปชَ ๏ป—ِ๏ปดَ๏บŽ๏ปฃً๏บŽ ๏ปญَ๏ป—ُ๏ปŒُ๏ปฎ๏บฉً๏บ ๏ปญَ๏ป‹َ๏ป َ๏ปฐٰ ๏บŸُ๏ปจُ๏ปฎ๏บ‘ِ๏ปฌِ๏ปขْ ๏ปญَ๏ปณَ๏บ˜َ๏ป”َ๏ปœَّ๏บฎُ๏ปญ๏ปฅَ ๏ป“ِ๏ปฒ ๏บงَ๏ป ْ๏ป–ِ ๏บ๏ปŸ๏บดَّ๏ปคَ๏บŽ๏ปญَ๏บ๏บ•ِ ๏ปญَ๏บ๏ปŸْ๏บ„َ๏บญْ๏บฝِ ๏บญَ๏บ‘َّ๏ปจَ๏บŽ ๏ปฃَ๏บŽ ๏บงَ๏ป َ๏ป˜ْ๏บ–َ ๏ปซَٰ๏บฌَ๏บ ๏บ‘َ๏บŽ๏ปƒِ๏ป ً๏บŽ ๏บณُ๏บ’ْ๏บคَ๏บŽ๏ปงَ๏ปšَ ๏ป“َ๏ป˜ِ๏ปจَ๏บŽ ๏ป‹َ๏บฌَ๏บ๏บَ ๏บ๏ปŸ๏ปจَّ๏บŽ๏บญِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
[Ali ‘Imran/3:190-191]

Contoh lagi tantangan dari Maha Pencipta bagi manusia yang paling pintar di muka bumi dan silahkan mereka saling mendukung, yaitu tantangan untuk membuat semisal Al-Quran.

Allah berfirman,

๏ป—ُ๏ปžْ ๏ปŸَ๏บŒِ๏ปฆِ ๏บ๏บŸْ๏บ˜َ๏ปคَ๏ปŒَ๏บ–ِ ๏บ๏ปŸْ๏บˆِ๏ปงْ๏บฒُ ๏ปญَ๏บ๏ปŸْ๏บ ِ๏ปฆُّ ๏ป‹َ๏ป َ๏ปฐٰ ๏บƒَ๏ปฅْ ๏ปณَ๏บ„ْ๏บ—ُ๏ปฎ๏บ ๏บ‘ِ๏ปคِ๏บœْ๏ปžِ ๏ปซَٰ๏บฌَ๏บ ๏บ๏ปŸْ๏ป˜ُ๏บฎْ๏บ๏ปฅِ ๏ปŸَ๏บŽ ๏ปณَ๏บ„ْ๏บ—ُ๏ปฎ๏ปฅَ ๏บ‘ِ๏ปคِ๏บœْ๏ป ِ๏ปชِ ๏ปญَ๏ปŸَ๏ปฎْ ๏ป›َ๏บŽ๏ปฅَ ๏บ‘َ๏ปŒْ๏ป€ُ๏ปฌُ๏ปขْ ๏ปŸِ๏บ’َ๏ปŒْ๏บพٍ ๏ป‡َ๏ปฌِ๏ปด๏บฎً๏บ

Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.
[ al-Isra’/17:88]

Bahkan tantangan membuat satu surat pendek saja.

Allah berfirman,

๏ปญَ๏ปฃَ๏บŽ ๏ป›َ๏บŽ๏ปฅَ ๏ปซَٰ๏บฌَ๏บ ๏บ๏ปŸْ๏ป˜ُ๏บฎْ๏บ๏ปฅُ ๏บƒَ๏ปฅْ ๏ปณُ๏ป”ْ๏บ˜َ๏บฎَ๏ปฏٰ ๏ปฃِ๏ปฆْ ๏บฉُ๏ปญ๏ปฅِ ๏บ๏ปŸ๏ป َّ๏ปชِ ๏ปญَ๏ปŸَٰ๏ปœِ๏ปฆْ ๏บ—َ๏บผْ๏บชِ๏ปณ๏ป–َ ๏บ๏ปŸَّ๏บฌِ๏ปฑ ๏บ‘َ๏ปดْ๏ปฆَ ๏ปณَ๏บชَ๏ปณْ๏ปชِ ๏ปญَ๏บ—َ๏ป”ْ๏บผِ๏ปด๏ปžَ ๏บ๏ปŸْ๏ปœِ๏บ˜َ๏บŽ๏บِ ๏ปŸَ๏บŽ ๏บญَ๏ปณْ๏บَ ๏ป“ِ๏ปด๏ปชِ ๏ปฃِ๏ปฆْ ๏บญَ๏บِّ ๏บ๏ปŸْ๏ปŒَ๏บŽ๏ปŸَ๏ปคِ๏ปด๏ปฆ ﴿ูฃูง﴾ ๏บƒَ๏ปกْ ๏ปณَ๏ป˜ُ๏ปฎ๏ปŸُ๏ปฎ๏ปฅَ ๏บ๏ป“ْ๏บ˜َ๏บฎَ๏บ๏ปฉُ ۖ ๏ป—ُ๏ปžْ ๏ป“َ๏บ„ْ๏บ—ُ๏ปฎ๏บ ๏บ‘ِ๏บดُ๏ปฎ๏บญَ๏บ“ٍ ๏ปฃِ๏บœْ๏ป ِ๏ปชِ ๏ปญَ๏บ๏บฉْ๏ป‹ُ๏ปฎ๏บ ๏ปฃَ๏ปฆِ ๏บ๏บณْ๏บ˜َ๏ป„َ๏ปŒْ๏บ˜ُ๏ปขْ ๏ปฃِ๏ปฆْ ๏บฉُ๏ปญ๏ปฅِ ๏บ๏ปŸ๏ป َّ๏ปชِ ๏บ‡ِ๏ปฅْ ๏ป›ُ๏ปจْ๏บ˜ُ๏ปขْ ๏บปَ๏บŽ๏บฉِ๏ป—ِ๏ปด๏ปฆَ

Tidaklah mungkin al-Qur’an ini dibuat oleh selain Allรขh ; akan tetapi (al-Qur’รขn itu) membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat semisalnya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.”
[ Yunus/10: 37- 3]

Sampai sekarang tidak ada yang bisa membuat semisal Al-Quran berupa keindahan bahasa serta ajaran hikmah di dalamnya.

Dan masih banyak dalil-dalil lainnya

_

(✒️ : Raehanul Bahraen)


Kamis, 20 September 2018

KEHEBATAN TAUHID, MENGHAPUS SEMUA DOSA

۞﷽۞

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


Apa rahasia kehebatan tauhid, sehingga mampu menghapus segala dosa, sebesar apapun ? Seorang Umar bin Khathab Radhiyallahu anhu misalnya, tokoh yang sebelum masuk Islam terkenal paling menentang ajaran Islam dan terkenal dengan kekafirannya serta pernah mengubur putrinya hidup-hidup. Namun dengan masuk Islam, mentauhidkan peribadatan hanya kepada Allรขh Subhanahu wa Ta’ala saja, maka terhapuslah segala dosa dan kesalahannya yang menggunung. Bahkan menjadi tokoh paling mulia di sisi Allรขh sesudah Abu Bakar Radhiyallahu anhu.

Apalagi jika kesalahan seseorang lebih kecil, tentu akan lebih mudah terhapus dengan tauhid. Bahkan jika kesalahan serta kekufurannya lebih besar dari Umar Radhiyallahu anhu sekalipun, tetap semua itu akan hapus dan sirna dengan tauhid.

Rasรปlullรขh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa Allรขh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“…ูˆَู…َู†ْ ู„َู‚ِูŠَู†ِูŠ ุจِู‚ُุฑَุงุจِ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ ุฎَุทِูŠْุฆَุฉً ู„ุงَูŠُุดْุฑِูƒُ ุจِูŠ ุดَูŠْุฆًุง، ู„َู‚ِูŠْุชُู‡ُ ุจِู…ِุซْู„ِู‡َุง ู…َุบْูِุฑَุฉً” ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู…

Allรขh Azza wa Jalla berfirman, “…Dan barangsiapa menjumpai-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Aku, maka Aku akan menjumpainya dengan ampunan yang sepenuh bumi pula”. [HR. Muslim][1] .

Dalam Sunan Tirmidzi, dari Anas Radhiyallahu anhu , beliau mengatakan bahwa Rasรปlullรขh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allรขh Tabaraka wa Ta’ala berfirman :

ูŠَุงุงุจْู†َ ุขุฏَู…َ! ุฅِู†َّูƒَ ู„َูˆْ ุฃَุชَูŠْุชَู†ِูŠ ุจِู‚ُุฑَุงุจِ ุงู„ْุฃุฑْุถِ ุฎَุทَุงูŠَุง، ุซُู…َّ ู„َู‚ِูŠْุชَู†ِูŠ ู„ุงَุชُุดْุฑِูƒُ ุจِูŠ ุดَูŠْุฆًุง ู„َุฃَุชَูŠْุชُูƒَ ุจِู‚ُุฑَุงุจِู‡َุง ู…َุบْูِุฑَุฉً

Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika engkau datang menghadap kepada-Ku dengan membawa kesalahan-kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang kepada-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Ku, maka Aku akan datang kepadanya dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula[2].

Syaikh Abdur Rahman bin Hasan al asy-Syaikh (wafat th. 1285 H) menyebutkan bahwa al-Hรขfizh Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang datang dengan membawa tauhid (kepada Allรขh), meskipun memiliki kesalahan sepenuh bumi, niscaya Allรขh akan menemuinya dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula”[3]

Maksudnya, hadits di atas menegaskan bahwa siapa yang bertauhid dengan sempurna, maka bisa mendapat ampunan dari dosa-dosanya meskipun dosa-dosa itu memenuhi bumi. Bukan hanya itu, Rasรปlullรขh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa orang yang sempurna tauhidnya, tidak akan diadzab oleh Allรขh di akhirat.

Dalam hadits Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu tentang hak dan kewajiban hamba kepada Allรขh Subhanahu wa Ta’ala , Rasรปlullรขh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ุญَู‚ُّ ุงู„ู„ู‡ِ ุนَู„َู‰ ุงู„ْุนِุจَุงุฏِ ุฃَู†ْ ูŠَุนْุจُุฏُูˆุง ุงู„ู„ู‡َ ูˆَู„ุงَูŠُุดْุฑِูƒُูˆْุง ุจِู‡ِ ุดَูŠْุฆุงً، ูˆَุญَู‚ُّ ุงู„ْุนِุจุงَุฏِ ุนَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ِ : ุฃَู†ْ ู„ุงَ ูŠُุนَุฐِّุจَ ู…َู†ْ ู„ุงَ ูŠُุดْุฑِูƒُ ุจِู‡ِ ุดَูŠْุฆุงً. ู‚ُู„ْุชُ: ูŠุงَุฑَุณُูˆْู„َ ุงู„ู„ู‡ِ، ุฃَูَู„ุงَ ุฃُุจَุดِّุฑ ุงู„ู†ุงَّุณَ؟ ู‚َุงู„َ : ู„ุงَุชُุจَุดِّุฑْู‡ُู…ْ ูَูŠَุชَّูƒِู„ُูˆْุง. ุฃุฎุฑุฌุงู‡

Hak Allรขh yang menjadi kewajiban para hamba ialah agar mereka beribadah kepada Allรขh saja dan tidak mempersekutukan sesuatupun (syirik) dengan Allรขh. Sedangkan hak hamba yang akan diperoleh dari Allรขh ialah bahwa Allรขh tidak akan mengadzab siapapun yang tidak mempersekutukan (syirik) sesuatu dengan Allรขh.” Aku (mu’adz) berkata, ‘Wahai Rasรปlullรขh, tidakkah kabar gembira ini aku sampaikan kepada orang banyak ?’ Beliau menjawab, “Jangan engkau kabarkan kepada mereka, sebab mereka akan bergantung (dengan mengatakan: yang penting tidak syirik-pen) [HR. Bukhari dan Muslim][4]

Hadits ini menunjukkan, orang yang sama sekali tidak berbuat syirik dalam beribadah kepada Allรขh Subhanahu wa Ta’ala , ia tidak akan di adzab.

Rasรปlullรขh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula :

ู…َู†ْ ู‚َุงู„َ ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„ุงَ ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุญْุฏَู‡ُ ู„ุงَุดَุฑِูŠْูƒَ ู„َู‡ُ، ูˆَุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆْู„ُู‡ُ، ูˆَุฃَู†َّ ุนِูŠْุณَู‰ ุนَุจْุฏُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุงุจْู†ُ ุฃَู…َุชِู‡ِ، ูˆَูƒَู„ِู…َุชُู‡ُ ุฃَู„ْู‚َุงู‡َุง ุฅِู„َู‰ ู…َุฑْูŠَู…َ ูˆَุฑُูˆْุญٌ ู…ِู†ْู‡ُ، ูˆَุฃَู†َّ ุงู„ْุฌَู†َّุฉَ ุญَู‚ٌّ ูˆَุฃَู†َّ ุงู„ู†َّุงุฑَ ุญَู‚ٌّ، ุฃَุฏْุฎَู„َู‡ُ ุงู„ู„ู‡ ู…ِู†ْ ุฃَูŠِّ ุฃَุจْูˆَุงุจِ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ุงู„ุซَّู…َุงู†ِูŠَุฉِ ุดَุงุกَ(ูˆูู‰ ุฑูˆุงูŠุฉ: ุฃَุฏْุฎَู„َู‡ُ ุงู„ْุฌَู†َّุฉَ ุนَู„َู‰ ู…َุง ูƒَุงู†َ ู…ِู†َ ุงู„ْุนَู…َู„ِ). ุฃุฎุฑุฌุงู‡

Siapa yang berkata: Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allรขh saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, juga bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allรขh dan anak hamba (perempuan) Allรขh, ia adalah manusia yang dicipta dengan kalimat-Nya, lalu dimasukkan ke dalam diri Maryam, dan ia adalah ruh yang dicipta oleh Allรขh. Juga bersaksi bahwa sorga adalah benar adanya, dan nerakapun benar adanya, maka Allรขh pasti akan memasukannya ke dalam sorga, melalui pintu mana saja yang dia kehendaki dari pintu-pintunya yang delapan. (Dalam riwayat lain: maka Allรขh pasti akan memasukannya ke dalam sorga, sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukannya). [HR. Bukhari dan Muslim][5]

Masih banyak nash lain yang menceritakan kehebatan tauhid. Apa Rahasianya?
Di sini perlu dikaji beberapa hal di antaranya:

 PENGERTIAN TAUHID

Tauhid ialah meng-Esakan Allรขh Azza wa Jalla dengan hanya memberikan peribadatan kepada-Nya saja.[6] Artinya, agar orang beribadah (menyembah) hanya kepada Allรขh Azza wa Jalla saja serta tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya (tidak syirik kepada-Nya). Dia beribadah hanya kepada Allรขh Azza wa Jalla dengan mencurahkan kecintaan, pengagungan, harapan dan rasa cemas.[7]

Syaikh Muhammad bin Shรขlih al-Utsaimรฎn rahimahullah menerangkan bahwa kata tauhid merupakan mashdar dari wahhada, yuwahhidu, artinya menjadikan sesuatu menjadi satu-satunya. Dan ini tidak akan terjadi kecuali dengan menggabungkan antara nafi (peniadaan) dan itsbรขt (penetapan). Meniadakan (peribadatan) dari selain yang di Esakan, serta menetapkan (peribadatan) hanya pada yang di Esakan.[8]

Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tauhid yang di bawa Rasul Allรขh sebagai ajarannya tidak lain berisi penetapan bahwa sifat Uluhiyah (berhak disembah) hanyalah milik Allรขh Azza wa Jalla saja. Yaitu, ikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allรขh Azza wa Jalla , tidak ada yang boleh diibadahi kecuali Dia, tidak diserahkan sikap tawakal kecuali hanya kepada-Nya, tidak ada kecintaan kecuali karena-Nya, tidak dilakukan permusuhan kecuali karena-Nya dan tidak dilakukan amal perbuatan kecuali dalam rangka ridha-Nya. Dan itu semua mencakup penetapan nama-nama serta sifat-sifat-Nya sesuai dengan apa yang telah Dia tetapkannya sendiri bagi diriNya”.[9]

Selanjutnya beliau rahimahullah mengatakan, “Bukanlah tauhid yang dimaksud sekedar Tauhid Rububiyah. Yaitu meyakini bahwa Allรขh adalah pencipta alam semesta satu-satunya”.[10]

Itulah hakikat tauhid yang menjadi intisari dakwah serta ajaran setiap Rasul Allรขh, yaitu yang berisi dua hal pokok: Pertama, penolakan terhadap setiap sesembahan selain Allรขh, dan kedua, penetapan bahwa sesembahan yang benar hanyalah Allรขh Azza wa Jalla saja.

Allรขh Azza wa Jalla berfirman :

ูˆَู„َู‚َุฏْ ุจَุนَุซْู†َุง ูِูŠ ูƒُู„ِّ ุฃُู…َّุฉٍ ุฑَุณُูˆู„ًุง ุฃَู†ِ ุงุนْุจُุฏُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَุงุฌْุชَู†ِุจُูˆุง ุงู„ุทَّุงุบُูˆุชَ

Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada setiap umat untuk menyeru kepada umat masing-masing, “Beribadahlah kalian kepada Allรขh saja, dan jauhilah thaghut. [an-Nahl/16:36]

Dan banyak firman Allรขh yang senada dengan ayat ini.

 TUJUAN DICIPTAKANNYA MANUSIA

Adalah sangat naif dan dangkal jika orang berprasangka bahwa hidup di dunia ini hanyalah untuk tujuan dunia, untuk membangun dunia dengan segala gebyar serta teknologinya, dan untuk melakukan kebaikan-kebaikan duniawi hanya demi kebaikan serta kesejahteraan dunia.

Orang hidup pasti akan mati dan meninggalkan dunia fana ini menuju kehidupan lain. Dan pasti akan ada pertanggung jawaban dalam kehidupan lain itu. Karenanya Allรขh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, bahwa hidup di dunia ini memiliki tujuan agung yang bukan sekedar hidup, kemudian mati, lalu selesai. Tujuan agung itu adalah peribadatan kepada Allรขh Azza wa Jalla . Firman-Nya :

ูˆَู…َุง ุฎَู„َู‚ْุชُ ุงู„ْุฌِู†َّ ูˆَุงู„ْุฅِู†ْุณَ ุฅِู„َّุง ู„ِูŠَุนْุจُุฏُูˆู†ِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu. [adz-Dzariyรขt/51:56]

Ibadah yang dimaksud adalah ibadah murni yang tidak terkotori dengan peribadatan kepada selain Allรขh Azza wa Jalla . Jika seseorang dalam peribadatannya melakukan perbuatan syirik, mempersekutukan makhluk dengan Allรขh, maka pasti Allรขh Subhanahu wa Ta’ala akan murka dan tidak akan ridha.[11]

Di antara dalilnya ialah, firman Allรขh Subhanahu wa Ta’ala :

ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ู„َุง ูŠَุบْูِุฑُ ุฃَู†ْ ูŠُุดْุฑَูƒَ ุจِู‡ِ ูˆَูŠَุบْูِุฑُ ู…َุง ุฏُูˆู†َ ุฐَٰู„ِูƒَ ู„ِู…َู†ْ ูŠَุดَุงุกُ ۚ ูˆَู…َู†ْ ูŠُุดْุฑِูƒْ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ูَู‚َุฏِ ุงูْุชَุฑَู‰ٰ ุฅِุซْู…ًุง ุนَุธِูŠู…ًุง

Sesungguhnya Allรขh tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersukutukan) kepadaNya, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allรขh, maka sungguh, dia telah mengadakan dosa yang sangat besar. [an-Nisรข’/4:48]

Juga firman-Nya :

ุฅِู†َّ ุงู„ุดِّุฑْูƒَ ู„َุธُู„ْู…ٌ ุนَุธِูŠู…ٌ

Sesungguhnya (dosa) syirik (mempersekutukan Allรขh), benar-benar merupakan kezaliman yang sangat besar. [Luqmรขn/31:13]

Demikian pula firman-Nya :

ูˆَุฃَู†َّ ุงู„ْู…َุณَุงุฌِุฏَ ู„ِู„َّู‡ِ ูَู„َุง ุชَุฏْุนُูˆุง ู…َุนَ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฃَุญَุฏًุง

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allรขh, maka janganlah kamu memohon di dalamnya kepada siapapun, di samping kepada Allรขh. [al-Jin/72:18]

Jadi, bagaimana mungkin Allรขh Azza wa Jalla tidak murka jika Dia Yang Maha Perkasa dan Sempurna disejajarkan dengan makhluk-Nya yang serba lemah dan kurang. Karena itulah, larangan terbesar dalam Islam adalah syirik. Allรขh Azza wa Jalla berfirman :

ูˆَุงุนْุจُุฏُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَู„َุง ุชُุดْุฑِูƒُูˆุง ุจِู‡ِ ุดَูŠْุฆًุง

Dan beribadahlah kepada Allรขh dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun [An-Nisรข/4:36]

Demikian juga maksud diturunkannya kitab-kitab Allรขh Azza wa Jalla serta diutusnya para rasul ialah agar para manusia beribadah hanya kepada Allรขh Azza wa Jalla saja.[12] Dalilnya sangat banyak, di antaranya firman Allรขh Subhanahu wa Ta’ala :

ูˆَู…َุง ุฃَุฑْุณَู„ْู†َุง ู…ِู†ْ ู‚َุจْู„ِูƒَ ู…ِู†ْ ุฑَุณُูˆู„ٍ ุฅِู„َّุง ู†ُูˆุญِูŠ ุฅِู„َูŠْู‡ِ ุฃَู†َّู‡ُ ู„َุง ุฅِู„َٰู‡َ ุฅِู„َّุง ุฃَู†َุง ูَุงุนْุจُุฏُูˆู†ِ

Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”. [Al-Anbiya’/21:25]

Nah, agar orang tidak kecewa kelak dalam kehidupan di alam lain, ia harus tunduk pada aturan yang ditetapkan oleh Penciptanya. Dan Penciptanya ini telah menunjuk utusan kepercayaan-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya. Ia adalah Rasรปlullรขh, utusan-Nya.

 BAGAIMANA CARA BERTAUHID?

Adalah jelas bahwa Islam dibangun berdasarkan pondasi tauhid.[13] Allรขh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ู‚ُู„ْ ุฅِู†َّู…َุง ูŠُูˆุญَู‰ٰ ุฅِู„َูŠَّ ุฃَู†َّู…َุง ุฅِู„َٰู‡ُูƒُู…ْ ุฅِู„َٰู‡ٌ ูˆَุงุญِุฏٌ ۖ ูَู‡َู„ْ ุฃَู†ْุชُู…ْ ู…ُุณْู„ِู…ُูˆู†َ

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwasanya sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa, maka apakah kamu telah Islam (berserah diri) kepada-Nya”? [al-Anbiyรข’/21:108]

Maka agar keislaman seseorang itu benar dan diterima di sisi Allรขh Azza wa Jalla , ia harus bertauhid dengan benar, yaitu hanya memberikan peribadatan kepada Allรขh Azza wa Jalla dengan ikhlas dan tidak memberikan sedikitpun dari macam-macam ibadah kepada selain Allรขh Subhanahu wa Ta’ala . Tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allรขh Subhanahu wa Ta’ala , hal-hal yang hanya menjadi kekuasaan Allรขh untuk memberinya; tidak kepada malaikat, tidak kepada Nabi, tidak kepada wali, tidak kepada ‘orang pintar’, tidak kepada pohon, batu, matahari, bulan, kuburan dan lain sebagainya.[14]

Jadi dalam bertauhid, orang harus menolak dan menyingkiri segala yang disembah selain Allรขh Azza wa Jalla , dan hanya mengakui, menetapkan serta menjalankan bahwa peribadatan hanya merupakan hak Allรขh saja, Pencipta alam semesta.

Bertauhid bukan sekedar mengikrarkan bahwa Allรขh adalah satu-satunya Pencipta, Pemberi rizki, Pengatur serta Pemilik alam semesta. Sebab tauhid semacam ini telah diikrarkan pula oleh kaum musyrikin Arab pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[15] Tetapi bertauhid harus direalisasikan dengan memberikan peribadatan hanya kepada Allรขh Azza wa Jalla , permohonan, doa dan kegiatan-kegiatan lain yang semakna, hanya kepada Allรขh saja.

Dengan demikian, agar tauhid berfungsi menghapus segala dosa dan menghalangi masuk neraka, maka seseorang harus memurnikan tauhidnya kepada Allรขh Azza wa Jalla serta berupaya menyempurnakannya. Ia harus memenuhi syarat-syarat tauhid, baik dengan hati, lidah maupun anggauta badannya. Atau minimal dengan hati dan lidahnya pada saat meninggal dunia.[16]

Intinya, menyerahkan peribadatan, kehidupan dan kematian hanya kepada Allรขh, meninggalkan segala bentuk kemusyrikan serta segala pintu yang dapat menjerumuskan ke dalam kemusyrikan, sebagaimana telah diterangkan dalam ayat-ayat atau hadits-hadits di atas.

Demikian secara sangat ringkas gambaran tentang kehebatan tauhid yang memiliki daya hapus luar biasa terhadap dosa-dosa. Karena itu mengapa orang tidak tertarik memanfaatkan kesempatan ini ? yaitu dengan bertaubat, kembali bertauhid serta memurnikan tauhidnya kepada Allรขh Subhanahu wa Ta’ala ? Dan mengapa tidak takut kepada Allรขh Subhanahu wa Ta’ala ?

Perlu disadari oleh setiap insan, bahwa kelak masing-masing akan datang sendiri dan mempertanggung jawabkan dirinya sendiri dihadapan Allรขh yang Maha adil keputusan hukumNya.

ูˆَูƒُู„ُّู‡ُู…ْ ุขุชِูŠู‡ِ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ูَุฑْุฏًุง

Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allรขh sendiri-sendiri pada hari Kiamat. [Maryam/19:95]


( Oleh Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin)

______________
REFERENSI
1. Fathul Bรขri Syarh Shahรฎh al-Bukhรขri
2. Shahรฎh Muslim Bisyarhi an-Nawawi, Tahqรฎq wa Takhrรฎj: ‘Ishรขm ash-Shababithiy Hazim Muhammad dan ‘Imad ‘Amir. Daar al-Hadits, Kairo, cet. III, 1419 H/1998 M
3. Shahรฎh Muslim Syarh an-Nawawi, Tahqiq : Khalail Ma’mun Syiha
4. Shahรฎh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albรขni, Maktabah al-Ma’รขrif, Riyรขdh, cet. I dari terbitan terbaru,
5. Dar’u Ta’รขrudh al-‘Aql wa an-Naql, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tahqiq: Iyad bin Abdul Lathif bin Ibrahim al-Qaisy, Maktabah ar-Rusyd, cet.I, 1427 H/2006 M.
6. Fathul Majรฎd Syarh Kitรขbit Tauhรฎd, Tahqiq: Dr. Al-Walid bin Abdur Rahman Aal Fariyyan, Dar ‘Alam al-Fawa’id, cet. VI, 1420 H.
7. Taqrib at-Tadmuriyah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, I’dad & takhrij: Sayyid Abbas bin Ali al-Julaimi, Maktabah as-Sunnah, Kairo, cet I, 1413 H/1992 M
8. Syarh Kasyfi asy-Syubuhat wa yalihi Syarh al-Ushul as-Sittah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, I’dad : Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Dar ats-Tsurayya, cet. IV, 1426 H/2005 M
9. Syarh Tsalatsati al-Ushul, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, I’dad: Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Daar ats-Tsurayya, cet. III, 1417 H/1997 M

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
___
Footnote
[1]. Lihat Shahih Muslim Bisyarhi an-Nawawi, Tahqรฎq wa Takhrรฎj: ‘Ishรขm ash-Shababithiy, Hazim Muhammad dan ‘Imad ‘Amir. Dรขr al-Hadรฎts, Kairo, cet. III, 1419 H/1998 M, IX/16, no. 2687. Atau Tahqiq : Khalil Ma’mun Syiha: XVIII/15, no. 6774
[2]. Lihat Shahรฎh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albรขni, Maktabah al-Ma’รขrif, Riyรขdh, cet. I dari terbitan terbaru, 1420 H/2000 M. III/455, no. 3540
[3]. Lihat Fathu al-Majรฎd Syarh Kitรขb at-Tauhรฎd, Tahqiq: Dr. al-Walรฎd bin Abdurrahmรขn Aal Fariyyan, Dar ‘Alam al-Fawรข’id, cet. VI, 1420 H. I/151
[4]. Lihat Fathul Bรขri Syarh Shahรฎh al-Bukhรขri I/226-227, no. 128, 129 dll, juga Shahรฎh Muslim Syarh an-Nawawi, Khalil Ma’mรปn Syiha, I/177-178, no. 143
[5]. Lihat Fathul Bรขri Syarh Shahรฎh al-Bukhรขri VI/474, no. 3435 dan Shahรฎh Muslim Syarh an-Nawawi, Khalil Ma’mun Syiha, I/173-174, no. 139, 140.
[6]. Demikian Syaikh Muhammad bin Badul Wahhab memberikan definisi kaitannya dengan Tauhid Uluhiyah. Lihat Syarh Kasyfisy Syubuhat wa yalihi Syarh al-Ushulis Sittah, Syaikh Muhammad bin Shรขlih al-Utsaimin t , I’dad : Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Dar ats-Tsurayya, cet. IV, 1426 H/2005 M, hlm. 20, matan.
[7]. Ibid. Pada bagian penjelasan Syaikh Muhammad bin Shรขlih al-Utsaimin t
[8]. Ibid. Syarah
[9]. Lihat Dar’u Ta’รขrudh al-‘Aql wa an-Naql, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tahqiq: Iyad bin Abdul Lathif bin Ibrahim al-Qaisy, Maktabah ar-Rusyd, cet.I, 1427 H/2006 M. I/186
[10]. Ibid. hlm. 187
[11]. Lihat perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab t dalam al-Ushรปl ats Tsalรขtsah. Dalam Syarh Tsalรขtsati al-Ushรปl, karya Syaikh Muhammad bin Shรขlih al-Utsaimin trahimahullah, terdapat pada hlm. 33. I’dad: Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Daar ats-Tsurayya, cet. III, 1417 H/1997 M
[12]. Lihat Taqrib at-Tadmuriyah, Syaikh Muhammad bin Shรขlih al-Utsaimin, I’dad & takhrij: Sayyid Abbas bin Ali al-Julaimi, Maktabah as-Sunnah, Kairo, cet I, 1413 H/1992, hlm. 119
[13]. Ibid, hlm.110
[14]. Ibid. 112
[15]. Ibid. 110
[16]. Lihat Fathul Majรฎd Syarh Kitรขbit Tauhรฎd, op.cit. I/151


Jumat, 22 Juni 2018

MENGGAPAI RIDHO ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" MENGGAPAI RIDHA ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA " 
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

===================================

๐Ÿ”˜Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

๐Ÿ”˜Seperti tersurat dalam surat al-Israa’ ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman :

๏ปญَ๏ป—َ๏ป€َ๏ปฐٰ ๏บญَ๏บ‘ُّ๏ปšَ ๏บƒَ๏ปŸَّ๏บŽ ๏บ—َ๏ปŒْ๏บ’ُ๏บชُ๏ปญ๏บ ๏บ‡ِ๏ปŸَّ๏บŽ ๏บ‡ِ๏ปณَّ๏บŽ๏ปฉُ ๏ปญَ๏บ‘ِ๏บŽ๏ปŸْ๏ปฎَ๏บ๏ปŸِ๏บชَ๏ปณْ๏ปฆِ ๏บ‡ِ๏บฃْ๏บดَ๏บŽ๏ปงً๏บŽ ۚ ๏บ‡ِ๏ปฃَّ๏บŽ ๏ปณَ๏บ’ْ๏ป ُ๏ปَ๏ปฆَّ ๏ป‹ِ๏ปจْ๏บชَ๏ป™َ ๏บ๏ปŸْ๏ปœِ๏บ’َ๏บฎَ ๏บƒَ๏บฃَ๏บชُ๏ปซُ๏ปคَ๏บŽ ๏บƒَ๏ปญْ ๏ป›ِ๏ป َ๏บŽ๏ปซُ๏ปคَ๏บŽ ๏ป“َ๏ป َ๏บŽ ๏บ—َ๏ป˜ُ๏ปžْ ๏ปŸَ๏ปฌُ๏ปคَ๏บŽ ๏บƒُ๏ป‘ٍّ ๏ปญَ๏ปŸَ๏บŽ ๏บ—َ๏ปจْ๏ปฌَ๏บฎْ๏ปซُ๏ปคَ๏บŽ ๏ปญَ๏ป—ُ๏ปžْ ๏ปŸَ๏ปฌُ๏ปคَ๏บŽ ๏ป—َ๏ปฎْ๏ปŸً๏บŽ ๏ป›َ๏บฎِ๏ปณ๏ปคً๏บŽ ๏ปญَ๏บ๏บงْ๏ป”ِ๏บพْ ๏ปŸَ๏ปฌُ๏ปคَ๏บŽ ๏บŸَ๏ปจَ๏บŽ๏บกَ ๏บ๏ปŸ๏บฌُّ๏ปِّ ๏ปฃِ๏ปฆَ ๏บ๏ปŸ๏บฎَّ๏บฃْ๏ปคَ๏บ”ِ ๏ปญَ๏ป—ُ๏ปžْ ๏บญَ๏บِّ ๏บ๏บญْ๏บฃَ๏ปคْ๏ปฌُ๏ปคَ๏บŽ ๏ป›َ๏ปคَ๏บŽ ๏บญَ๏บ‘َّ๏ปดَ๏บŽ๏ปงِ๏ปฒ ๏บปَ๏ปِ๏ปด๏บฎً๏บ

➖“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. 
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” 
๐Ÿ“–[QS. Al-Israa’ : 23-24]

๐Ÿ”˜Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36 :

๏ปญَ๏บ๏ป‹ْ๏บ’ُ๏บชُ๏ปญ๏บ ๏บ๏ปŸ๏ป َّ๏ปชَ ๏ปญَ๏ปŸَ๏บŽ ๏บ—ُ๏บธْ๏บฎِ๏ป›ُ๏ปฎ๏บ ๏บ‘ِ๏ปชِ ๏บทَ๏ปดْ๏บŒً๏บŽ ۖ ๏ปญَ๏บ‘ِ๏บŽ๏ปŸْ๏ปฎَ๏บ๏ปŸِ๏บชَ๏ปณْ๏ปฆِ ๏บ‡ِ๏บฃْ๏บดَ๏บŽ๏ปงً๏บŽ ๏ปญَ๏บ‘ِ๏บฌِ๏ปฑ ๏บ๏ปŸْ๏ป˜ُ๏บฎْ๏บ‘َ๏ปฐٰ ๏ปญَ๏บ๏ปŸْ๏ปดَ๏บ˜َ๏บŽ๏ปฃَ๏ปฐٰ ๏ปญَ๏บ๏ปŸْ๏ปคَ๏บดَ๏บŽ๏ป›ِ๏ปด๏ปฆِ ๏ปญَ๏บ๏ปŸْ๏บ َ๏บŽ๏บญِ ๏บซِ๏ปฑ ๏บ๏ปŸْ๏ป˜ُ๏บฎْ๏บ‘َ๏ปฐٰ ๏ปญَ๏บ๏ปŸْ๏บ َ๏บŽ๏บญِ ๏บ๏ปŸْ๏บ ُ๏ปจُ๏บِ ๏ปญَ๏บ๏ปŸ๏บผَّ๏บŽ๏บฃِ๏บِ ๏บ‘ِ๏บŽ๏ปŸْ๏บ َ๏ปจْ๏บِ ๏ปญَ๏บ๏บ‘ْ๏ปฆِ ๏บ๏ปŸ๏บดَّ๏บ’ِ๏ปด๏ปžِ ๏ปญَ๏ปฃَ๏บŽ ๏ปฃَ๏ป َ๏ปœَ๏บ–ْ ๏บƒَ๏ปณْ๏ปคَ๏บŽ๏ปงُ๏ปœُ๏ปขْ ۗ ๏บ‡ِ๏ปฅَّ ๏บ๏ปŸ๏ป َّ๏ปชَ ๏ปŸَ๏บŽ ๏ปณُ๏บคِ๏บُّ ๏ปฃَ๏ปฆْ ๏ป›َ๏บŽ๏ปฅَ ๏ปฃُ๏บจْ๏บ˜َ๏บŽ๏ปŸً๏บŽ ๏ป“َ๏บจُ๏ปฎ๏บญً๏บ

➖“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” 
๐Ÿ“–[An-Nisaa’ : 36]

๐Ÿ”˜Dalam surat al-‘Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang kafir jika mereka mengajak kepada kekafiran :

๏ปญَ๏ปญَ๏บปَّ๏ปดْ๏ปจَ๏บŽ ๏บ๏ปŸْ๏บˆِ๏ปงْ๏บดَ๏บŽ๏ปฅَ ๏บ‘ِ๏ปฎَ๏บ๏ปŸِ๏บชَ๏ปณْ๏ปชِ ๏บฃُ๏บดْ๏ปจً๏บŽ ۖ ๏ปญَ๏บ‡ِ๏ปฅْ ๏บŸَ๏บŽ๏ปซَ๏บชَ๏บ๏ป™َ ๏ปŸِ๏บ˜ُ๏บธْ๏บฎِ๏ป™َ ๏บ‘ِ๏ปฒ ๏ปฃَ๏บŽ ๏ปŸَ๏ปดْ๏บฒَ ๏ปŸَ๏ปšَ ๏บ‘ِ๏ปชِ ๏ป‹ِ๏ป ْ๏ปขٌ ๏ป“َ๏ป َ๏บŽ ๏บ—ُ๏ป„ِ๏ปŒْ๏ปฌُ๏ปคَ๏บŽ ۚ ๏บ‡ِ๏ปŸَ๏ปฒَّ ๏ปฃَ๏บฎْ๏บŸِ๏ปŒُ๏ปœُ๏ปขْ ๏ป“َ๏บ„ُ๏ปงَ๏บ’ِّ๏บŒُ๏ปœُ๏ปขْ ๏บ‘ِ๏ปคَ๏บŽ ๏ป›ُ๏ปจْ๏บ˜ُ๏ปขْ ๏บ—َ๏ปŒْ๏ปคَ๏ป ُ๏ปฎ๏ปฅَ

➖“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” 
๐Ÿ“–[Al-‘Ankabuut (29) : 8] 

KEUTAMAAN BERBAKTI PADA ORANG TUA DAN PAHALANYA

1️⃣. Merupakan Amal Yang Paling Utama
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.

๏บณَ๏บ„َ๏ปŸْ๏บ–ُ ๏บญَ๏บณُ๏ปฎ๏ปَ ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปชِ ๏บปَ๏ป َّ๏ปฐ ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปชُ ๏ป‹َ๏ป َ๏ปดْ๏ปชِ ๏ปญَ๏บณَ๏ป َّ๏ปขَ ๏บƒَ๏ปฑُّ ๏บ๏ปŸْ๏ปŒَ๏ปคَ๏ปžِ ๏บƒَ๏ป“ْ๏ป€َ๏ปžُ؟ ๏ป—َ๏บŽ๏ปَ : ๏บَ๏ปŸ๏บผَّ๏ปผَ๏บ“ُ ๏ป‹َ๏ป َ๏ปฐ ๏ปญَ๏ป—ْ๏บ˜ِ๏ปฌَ๏บŽ، ๏ป—َ๏บŽ๏ปَ ๏ป—ُ๏ป ْ๏บ–ُ ๏บ›ُ๏ปขَّ ๏บƒَ๏ปฑُّ؟ ๏ป—َ๏บŽ๏ปَ : ๏บ‘ِ๏บฎُّ๏บ๏ปŸْ๏ปฎَ๏บ๏ปŸِ๏บชَ๏ปณْ๏ปฆِ، ๏ป—َ๏บŽ๏ปَ : ๏ป—ُ๏ป ْ๏บ–ُ ๏บ›ُ๏ปขَّ ๏บƒَ๏ปฑُّ؟ ๏ป—َ๏บŽ๏ปَ : ๏บ๏ปŸْ๏บ ِ๏ปฌَ๏บŽ๏บฉُ ๏ป“ِ๏ปฒ ๏บณَ๏บ’ِ๏ปดْ๏ปžِ ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปชِ

➖ “Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab : ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ [2]

2️⃣. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua

Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan :

๏ป‹َ๏ปฆْ ๏ป‹َ๏บ’ْ๏บชِ ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปชِ ๏บ‘ْ๏ปฆِ ๏ป‹َ๏ปคْ๏บฎِ๏ปญ ๏บ‘ْ๏ปฆِ ๏บ๏ปŸْ๏ปŒَ๏บŽ๏บนِ ๏บญَ๏บฟِ๏ปฒَ ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปชُ ๏ป‹َ๏ปจْ๏ปฌُ๏ปคَ๏บŽ ๏บƒَ๏ปฅَّ ๏บญَ๏บณُ๏ปฎْ๏ปَ ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปชِ ๏บปَ๏ป َّ๏ปฐ ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปชُ ๏ป‹َ๏ป َ๏ปดْ๏ปชِ ๏ปญَ๏บณَ๏ป َّ๏ปขَ ๏ป—َ๏บŽ๏ปَ : ๏บญِ๏บฟَ๏บŽ ๏บ๏ปŸ๏บฎَّ๏บِّ ๏ป“ِ๏ปฒ ๏บญِ๏บฟَ๏บŽ ๏บ๏ปŸْ๏ปฎَ๏บ๏ปŸِ๏บชِ، ๏ปญَ๏บณُ๏บจْ๏ป‚ُ ๏บ๏ปŸ๏บฎَّ๏บِّ ๏ป“ِ๏ปฒ ๏บณُ๏บจْ๏ป‚ِ ๏บ๏ปŸْ๏ปฎَ๏บ๏ปŸِ๏บชِ

➖ “Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” [3]

3️⃣. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami

4️⃣. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur
Sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

๏ปฃَ๏ปฆْ ๏บƒَ๏บฃَ๏บَّ ๏บƒَ๏ปฅْ ๏ปณُ๏บ’ْ๏บดَ๏ป‚َ ๏ป“ِ๏ปฒ ๏บญِ๏บฏْ๏ป—ِ๏ปชِ ๏ปญَ๏ปณُ๏ปจْ๏บดَ๏บ„َ ๏ปŸَ๏ปชُ ๏ป“ِ๏ปฒ ๏บƒَ๏บ›َ๏บฎِ๏ปฉِ ๏ป“َ๏ป ْ๏ปดَ๏บผِ๏ปžْ ๏บญَ๏บฃِ๏ปคَ๏ปชُ

➖ “Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya.” [4]

5️⃣. Akan Dimasukkan Ke Surga Oleh Allah ‘Azza wa JallaM

Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. 

ORANG TUA KITA , PINTU SURGA KITA 

๐Ÿ”˜Rasulullah Shallallahu 'alahi wa sallam bersabda :

ุงู„ْูˆَุงู„ِุฏُ ุฃَูˆْุณَุทُ ุฃَุจْูˆَุงุจِ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ูَุฅِู†ْ ุดِุฆْุชَ ูَุฃَุถِุนْ ุฐَู„ِูƒَ ุงู„ْุจَุงุจَ ุฃَูˆِ ุงุญْูَุธْู‡ُ

➖ “Orang tua adalah pertengahan pintu surga. Jika mau, engkau bisa menyia-nyiakannya. Jika tidak, maka jagalah untuk mendapat tersebut.” 
๐Ÿ“™(HR. Tirmidzi no. 1900 dan Ibnu Majah no. 3663, shahih)

๐Ÿ”˜Do’akan kedua orang tua :

๏บญَ๏บِّ ๏บ๏บญْ๏บฃَ๏ปคْ๏ปฌُ๏ปคَ๏บŽ ๏ป›َ๏ปคَ๏บŽ ๏บญَ๏บ‘َّ๏ปดَ๏บŽ๏ปงِ๏ปฒ ๏บปَ๏ปِ๏ปดْ๏บฎً๏บ

➖ “Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil.”

Aamiin
                            ุจَุงุฑَูƒَ ุงู„ู„َّู‡ ูِูŠْูƒ
____________________________________________

๐Ÿ“š#Footnote :

[1]. Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu-bapaknya.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 527), Muslim dalam Kitabul Iman (no. 85), an-Nasa-i (I/292-293), at-Tirmidzi (no. 173), ad-Darimi (I/278), Ahmad (I/351, 409, 410, 439).
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 2), Ibnu Hibban (no. 2026 al-Mawaarid), at-Tirmidzi (no. 1899), al-Hakim (IV/151-152)
[4]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5985, 5986), Muslim (no. 2557), Abu Dawud (no. 1693), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu.

Senin, 18 Juni 2018

TANGIS PERPISAHAN PARA PECINTA RAMADHAN



ุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู…
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

---------------------------------------------------------------------

“Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya.”

Waktu terus bergulir dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu…. Rasanya baru kemarin kita begitu bersemangat mempersiapkan diri untuk memasuki bulan Ramadhan, bulan tarbiyah, bulan latihan, bulan Quran, bulan maghfirah, bulan yang penuh berkah. Namun beberapa saat lagi, Ramadhan akan meninggalkan kita, padahal kita belum optimal melaksanakan qiyamul lail kita, belum optimal membaca Al-Quran serta belum optimal melaksanakan ibadah-ibadah lain, target-target yang kita pasang belum semuanya terlaksana. Dan kita tidak akan pernah tahu apakah kita masih dapat berjumpa dengan Ramadhan berikutnya.

Bagi para salafush shalih, setiap bulan Ramadhan pergi meninggalkan mereka, mereka selalu meneteskan air mata. Di lisan mereka terucap sebuah doa yang merupakan ungkapan kerinduan akan datangnya kembali bulan Ramadhan menghampiri diri mereka.

Orang-orang zaman dahulu, dengan berlalunya bulan Ramadhan, hati mereka mejadi sedih. Maka, tidak mengherankan bila pada malam-malam terakhir Ramadhan, pada masa Rasulullah SAW, Masjid Nabawi penuh sesak dengan orang-orang yang beri’tikaf. Dan di sela-sela i’tikafnya, mereka terkadang menangis terisak-isak, karena Ramadhan akan segera berlalu meninggalkan mereka.

Ada satu riwayat yang mengisahkan bahwa kesedihan ini tidak saja dialami manusia, tapi juga para malaikat dan makhluk-makhluk Allah lainnya.

Dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi umatku.”

Kemudian ada seorang sahabat bertanya, “Apakah musibah itu, ya Rasulullah?”

“Dalam bulan itu segala doa mustajab, sedekah makbul, segala kebajikan digandakan pahalanya, dan siksaan kubur terkecuali, maka apakah musibah yang terlebih besar apabila semuanya itu sudah berlalu?”
Ketika mereka memasuki detik-detik akhir penghujung Ramadhan, air mata mereka menetes. Hati mereka sedih.

Betapa tidak. Bulan yang penuh keberkahan dan keridhaan Allah itu akan segera pergi meninggalkan mereka. Bulan ketika orang-orang berpuasa dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah. Bulan yang Allah bukakan pintu-pintu surga, Dia tutup pintu-pintu neraka, dan Dia belenggu setan. Bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Bulan ketika napas-napas orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak kesturi. Bulan ketika Allah setiap malamnya membebaskan ratusan ribu orang yang harus masuk neraka. Bulan ketika Allah menjadikannya sebagai penghubung antara orang-orang berdosa yang bertaubat dan Allah Ta’ala.

Mereka menangis karena merasa belum banyak mengambil manfaat dari Ramadhan. Mereka sedih karena khawatir amalan-amalan mereka tidak diterima dan dosa-dosa mereka belum dihapuskan. Mereka berduka karena boleh jadi mereka tidak akan bertemu lagi bulan Ramadhan yang akan datang.

Suatu hari, pada sebuah shalat ‘Idul Fithri, Umar bin Abdul Aziz berkata dalam khutbahnya, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa karena Allah selama tiga puluh hari, berdiri melakukan shalat selama tiga puluh hari pula, dan pada hari ini kalian keluar seraya memohon kepada Allah agar menerima amalan tersebut.”

Salah seorang di antara jama’ah terlihat sedih.

Seseorang kemudian bertanya kepadanya, “Sesungguhnya hari ini adalah hari bersuka ria dan bersenang-senang. Kenapa engkau malah bermuram durja? Ada apa gerangan?”

“Ucapanmu benar, wahai sahabatku,” kata orang tesrebut. “Akan tetapi, aku hanyalah hamba yang diperintahkan oleh Rabb-ku untuk mempersembahkan suatu amalan kepada-Nya. Sungguh aku tidak tahu apakah amalanku diterima atau tidak.”

Kekhawatiran serupa juga pernah menimpa para sahabat Rasulullah SAW. Di antaranya Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Diriwayatkan, di penghujung Ramadhan, Sayyidina Ali bergumam, “Aduhai, andai aku tahu siapakah gerangan yang diterima amalannya agar aku dapat memberi ucapan selamat kepadanya, dan siapakah gerangan yang ditolak amalannya agar aku dapat ‘melayatnya’.”

Ucapan Sayyidina Ali RA ini mirip dengan ucapan Abdullah bin Mas’ud RA, “Siapakah gerangan di antara kita yang diterima amalannya untuk kita beri ucapan selamat, dan siapakah gerangan di antara kita yang ditolak amalannya untuk kita ‘layati’. Wahai orang yang diterima amalannya, berbahagialah engkau. Dan wahai orang yang ditolak amalannya, keperkasaan Allah adalah musibah bagimu.”

Imam Mu’alla bin Al-Fadhl RA berkata, “Dahulu para ulama senantiasa berdoa kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar diterima amal ibadah mereka (selama Ramadhan).”

Wajar saja, sebab, tidak ada yang bisa menjamin bahwa tahun depan kita akan kembali berjumpa dengan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah ini. Karenanya, beruntung dan berbahagialah kita saat berpisah dengan Ramadhan membawa segudang pahala untuk bekal di akhirat.

Jika kita merenungi kondisi salafush shalih dan meneliti bagaimana mereka menghabiskan waktu-waktu mereka di bulan Ramadhan, bagaimana mereka memakmurkannya dengan amal shalih, niscaya kita mengetahui jauhnya jarak di antara kita dan mereka.

#Saudara-saudariku...
Bagaimana dengan kita? Adakah kesedihan itu hadir di hati kita di kala Ramadhan meninggalkan kita? Atau malah sebaliknya, karena begitu bergembiranya menyambut kedatangan Hari Raya ‘Idul Fithri, sampai-sampai di sepuluh hari terakhir, yang seharunya kita semakin giat melaksanakan amalan-amalan ibadah, kita malah disibukkan dengan belanja, membeli baju Lebaran, disibukkan memasak, membuat kue, dan lain-lain.

Padahal di sisi lain, masih banyak orang di sekitar kita yang berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi untuk berbuka hari ini, bukan untuk besok, apalagi untuk pesta pora di hari Lebaran.

Tapi apakah salah bila kita menyongsong Hari Raya ‘Idul Fithri dengan kegembiraan? Tentu saja tidak. Bukankah Rasulullah SAW telah mengatakan, “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum mempunyai hari raya, dan sesungguhnya hari ini adalah hari raya kita.” (HR Nasa’i).

√ Lebarannya Rasulullah SAW

#Saudara-saudariku...
Idul Fithri adalah anugerah Allah kepada umat Nabi Muhammad, tak salah bila disambut dengan suka cita. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Annas RA. “Rasulullah SAW datang, dan penduduk Madinah memiliki dua hari, mereka gunakan dua hari itu untuk bermain di masa Jahiliyah. Lalu beliau berkata, ‘Aku telah mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari yang kalian gunakan untuk bermain di masa Jahiliyah. Sungguh Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari yang lebih baik dari itu, yaitu hari Nahr (‘Idul Adha) dan hari Fithr (‘Idul Fithri)’.”

Hanya saja dalam kegembiraan ini jangan sampai berlebih-lebihan, baik itu dalam berpakaian, berdandan, makan, tertawa. Dan di malam Hari Raya ‘Idul Fithri pun, kita hendaknya tidak terlarut dalam kegembiraan sehingga kita lupa untuk menghidupkan malam kita dengan qiyamul lail. Bukankan kita sudah dilatih untuk menghidupkan malam-malam kita dengan Tarawih selama bulan Ramadhan? Dan Rasulullah SAW pun bersabda, dari Abu Umamah RA, “Barang siapa melaksanakan qiyamul lail pada dua malam ‘Id (‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha) dengan ikhlas karena Allah SWT, hatinya tidak akan pernah mati di hari matinya hati-hati manusia’.” (HR Ibnu Majah).

#Saudara-saudariku...
Marilah kita lihat bagaimana Rasulullah SAW menyambut Lebaran dengan keriangan yang bersahaja.
Pagi itu, tepatnya 1 Syawwal, Rasulullah SAW keluar dari tempat i’tikafnya, Masjid Nabawi. Beliau bergegas mempersiapkan diri untuk berkumpul bersama umatnya, melaksanakan salat ‘Id. Nabi juga menyuruh semua kaum muslimin, dewasa, anak-anak, laki-laki, dan perempuan, baik perempuan yang suci maupun yang haid, keluar bersama menuju tempat shalat, supaya mendapat keberkahan pada hari suci tersebut.

Menurut hadits Ummu ‘Athiyyah, “Kami diperintahkan untuk mengeluarkan semua gadis dan wanita, termasuk yang haid, pada kedua hari raya, agar mereka dapat menyaksikan kebaikan hari itu, juga mendapat doa dari kaum muslimin. Hanya saja wanita-wanita yang haid diharapkan menjauhi tempat shalat.” (HR Bukhari-Muslim).

Dikatakan oleh Ibnu Abbas, “Rasulullah SAW keluar dengan seluruh istri dan anak-anak perempuannya pada waktu dua hari raya.” (HR Baihaqi dan Ibnu Majah).

Ibnu Abbas dalam hadits yang diriwayatkannya menuturkan, “Saya ikut pergi bersama Rasulullah SAW (waktu itu Ibnu Abbas masih kecil), menghadiri Hari Raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, kemudian beliau shalat dan berkhutbah. Dan setelah itu mengunjungi tempat kaum wanita, lalu mengajar dan menasihati mereka serta menyuruh mereka agar mengeluarkan sedekah.”

Sebelum melaksanakan salat ‘Id, terlebih dahulu Rasulullah membersihkan diri. Lalu beliau berdoa, “Ya Allah, sucikanlah hati kami sebagaimana Engkau sucikan badan kami, sucikanlah bathin kami sebagaimana Engkau telah menyucikan lahir kami, sucikanlah apa yang tersembunyi dari orang lain sebagaimana Engkau telah menyucikan apa yang tampak dari kami.”

Ada juga riwayat yang mengatakan, Rasulullah, setelah mandi, memakai parfum. Anas bin Malik berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan kita di dua hari raya mengenakan pakaian terbagus yang kita miliki, menggunakan parfum terbaik yang kita miliki, dan berqurban (bersedekah) dengan apa saja yang paling bernilai yang kita miliki.” (HR Al-Hakim, dan sanadnya baik).

Imam Syafi’i dengan sanad yang juga baik meriwayatkan, Rasulullah SAW mengenakan kain burdah (jubah) yang bagus pada setiap hari raya. Pakain terbagus dalam hal ini bukan berarti baru dibeli, tetapi terbagus dari yang dimiliki. Lebih khusus lagi Imam Syafi’i dan Baghawi meriwayatkan, Nabi SAW memakai pakaian buatan Yaman yang indah pada setiap hari raya (Pakaian buatan Yaman merupakan standar keindahan busana saat itu).

Pada hari istimewa itu, beliau mengenakan hullah, pakaiannya yang terbaik yang biasa beliau kenakan setiap hari raya dan hari Jum’at. Ini merupakan tanda syukur kepada Allah, yang telah memberikan nikmat-Nya.

Kemudian, beliau mengambil beberapa butir kurma untuk dimakan. Kurma yang dimakan biasanya jumlahnya ganjil, seperti satu, tiga, dan berikutnya. Ini pertanda, hari itu umat Islam menghentikan puasanya.

Sepanjang perjalanan dari rumah menuju tempat salat ‘Id, Rasulullah tak henti-hentinya mengumandangkan takbir dengan khidmat. “Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamdu.”

Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha di tanah lapang, seperti disebutkan di dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim. Beliau baru melaksanakan salat ‘Id di masjid kalau hari hujan. Menurut ahli fiqih, tempat salat ‘Id yang sering digunakan Rasulullah dan para sahabat itu terletak di sebuah lapangan di pintu timur kota Madinah.

Rasulullah melaksanakan salat ‘Idul Fithri agak siang. Ini untuk memberi kesempatan kepada para sahabat membayar zakat fithrah mereka. Sementara salat ‘Idul Adha dilakukan lebih awal, agar kaum muslimin bisa menyembelih hewan qurban mereka.

Jundab RA berkata, “Rasulullah SAW shalat ‘Idul Fitri dengan kami ketika matahari setinggi dua tombak, dan shalat ‘Idul Adha dengan kami ketika matahari setinggi satu tombak.”

Rasulullah melaksanakan salat ‘Idul Fithri dua rakaat tanpa adzan dan iqamat. Pada rakaat pertama, beliau bertakbir tujuh kali dengan takbiratul ihram dan kaum muslimin di belakangnya bertakbir seperti takbirnya. Kemudian membaca surah Al-Fatihah dan surah lainnya dengan keras.

Pada rakaat kedua, beliau takbir qiyam (berdiri dari sujud) kemudian bertakbir lima kali, kemudian membaca Al-Fatihah, disambung dengan surah lainnya.

Namun ada juga sahabat yang tertinggal shalatnya. Maka misalnya dia hanya mendapat tasyahhud, setelah imam salam dia shalat dua rakaat. Jadi dia shalat dua rakaat, sebagaimana dia ketinggalan dua rakaat dari imam.

Lalu bagaimana dengan orang yang ketinggal shalat hari raya? Menurut Ibnu Mas’ud, “Barang siapa tertinggal shalat hari raya, hendaklah dia shalat empat rakaat sendiri.”

Abu Said Al-Khudri RA berkata, “Rasulullah SAW selalu keluar pada Hari Raya Haji dan Hari Raya Puasa. Beliau memulai dengan shalat. Setelah selesai shalat dan memberi salam, Baginda berdiri menghadap kaum muslimin yang masih duduk di tempat shalatnya masing-masing. Jika mempunyai keperluan yang mesti disampaikan, akan beliau tuturkan hal itu kepada kaum muslimin. Atau ada keperluan lain, maka beliau memerintahkannya kepada kaum muslimin. Beliau pernah bersabda (dalam salah satu khutbahnya di hari raya), ‘Bersedekahlah kalian! Bersedekahlah! Bersedekahlah!’ Dan ternyata kebanyakan yang memberikan sedekah adalah kaum wanita.” (HR Bukhari dan Muslim).

Ketika berangkat untuk melakukan salat ‘Id, Rasulullah selalu melewati jalan yang berbeda ketika pulangnya. Ini memudahkan para sahabat yang hendak menemui beliau untuk mengucapkan selamat hari raya, sekaligus menunjukkan kepada kaum kafir bahwa inilah umat Islam, yang keluar menuju Allah, dan kembali kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, dan berjalan di muka bumi ini agar memperoleh keridhaan-Nya.

√ Saling Bermaafan

#Saudara-saudariku...
Saat bertemu satu sama lain, kaum muslimin saling bermaafan, seraya saling mendoakan. Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Khalid bin Ma’dan RA mengatakan, “Aku menemui Watsilah bin Al-Asqa’ pada hari ‘Id, lalu aku mengatakan, ‘Taqabbalallah minna wa minka (Semoga Allah menerima amal ibadahku dan amal ibadahmu).’

Lalu ia menjawab, ‘Taqabbalallah minna wa minka’.

Kemudian Watsilah berkata, ‘Aku menemui Rasulullah SAW pada hari ‘Id, lalu aku mengucapkan: Taqabbalallah minna wa minka.

Lalu Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, taqabbalallah minna wa minka’.” (HR Baihaqi).

Selanjutnya, di masa sahabat, ucapan ini agak berubah sedikit. Jika sebagian sahabat bertemu dengan sebagian yang lain, mereka berkata, “Taqabballahu minna wa minkum (Semoga Allah menerima amal ibadahku dan amal ibadah kalian).” (HR Ahmad dengan sanad yang baik).

Pada hari raya, Rasulullah mempersilakan para sahabat untuk bergembira. Seperti mengadakan pertunjukan tari dan musik, makan dan minum, serta hiburan lainnya. Namun semua kegembiraan itu tidak dilakukan secara berlebihan atau melanggar batas keharaman. Karena, hari itu adalah hari-hari makan, minum, dan dzikir kepada Allah Azza wa Jalla (HR Muslim).

Aisyah RA menceritakan, “Di Hari Raya ‘Idul Fithri, Rasulullah masuk ke rumahku. Ketika itu, di sampingku ada dua orang tetangga yang sedang bernyanyi dengan nyanyian bu’ats (bagian dari nyayian pada hari-hari besar bangsa Arab ketika terjadi perselisihan antara Kabilah Aush dan Khazraj sebelum masuk Islam). Kemudian Rasulullah berbaring sambil memalingkan mukanya.

Tidak lama setelah itu Abu Bakar masuk, lalu berkata, ‘Kenapa membiarkan nyanyian setan berada di samping Rasulullah?’

Mendengar hal itu, Rasulullah menengok kepada Abu Bakar seraya berkata, ‘Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita’.” (HR Bukhari dan Muslim).

Ada juga riwayat dari Imam Bukhari yang menceritakan, “Rasulullah SAW masuk ke tempatku (Aisyah), kebetulan di sana ada dua orang sahaya sedang menyanyikan syair-syair Perang Bu’ats (Bu’ats adalah nama benteng kepunyaan suku Aus; sedang hari Bu’ats ialah suatu hari yang terkenal di kalangan Arab, waktu terjadi pertempuran besar di antara suku Aus dan Khazraj). Beliau terus masuk dan berbaring di ranjang sambil memalingkan kepalanya.

Tiba-tiba masuk pula Abu Bakar dan membentakku seraya berkata, ‘(Mengapa mereka) mengadakan seruling setan di hadapan Nabi?’

Maka Nabi pun berpaling kepadanya, beliau berkata, ‘Biarkanlah mereka.’

Kemudian setelah beliau terlena, aku pun memberi isyarat kepada mereka supaya keluar, dan mereka pun pergi.

Dan waktu hari raya itu banyak orang Sudan mengadakan permainan senjata dan perisai. Adakalanya aku meminta kepada Nabi SAW untuk melihat, dan adakalanya pula beliau sendiri yang menawarkan, ‘Inginkah kau melihatnya?’

Aku jawab, ‘Ya.’

Maka disuruhnya aku berdiri di belakangnya, hingga kedua pipi kami bersentuhan, lalu sabdanya, ‘Teruskan, hai Bani ‘Arfadah!’

Demikianlah sampai aku merasa bosan.

Maka beliau bertanya, ‘Cukupkah?’

Aku jawab, ‘Cukup.’

‘Kalau begitu, pergilah!’ kata beliau.”

√ Hakikat Kemenangan

#Saudara-saudariku...
Demikianlah, Ramadhan telah melewati kita. Tapi kebaikan-kebaikan lain tetap mesti dipertahakan.
Puasa Ramadhan memang telah berakhir, tapi puasa-puasa sunnah, misalnya, tidaklah berakhir, tetap menanti kita. Seperti puasa enam hari di bulan Syawwal, puasa Senin-Kamis, puasa tiga hari dalam sebulan (ayyaamul bidh, tanggal 13, 14, dan 15 tiap bulan), puasa Asyura’ (tanggal 10 Muharram), puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), dan lain-lain.

Tarawih memang telah berlalu, tapi Tahajjud, misalnya, tetap menanti kita. Juga bermunajat di tengah malam, yang merupakan kebiasaan orang-orang shalih. Abu Sulaiman Ad-Daaraani rahimahullah berkata, “Seandainya tidak ada malam, niscaya aku tidak ingin hidup di dunia.”

Zakat fithrah memang telah berlalu, tapi zakat wajib dan pintu sedekah masih terbuka lebar pada waktu-waktu yang lain.

Karenanya, memasuki ‘Idul Fithri, yang berarti jiwa kita menjadi fithri (suci), “tampilan” kita harus lebih Islami. Baik tujuan, orientasi, motivasi, fikrah (pemikiran), akhlaq, moral, perilaku, interaksi, kebijakan, aktivitas, kiprah, peran, maupun yang lainnya. Individu, rumah tangga, ataupun sosial. Rakyat, ataupun pejabat. Ini merupakan indikator diterimanya puasa Ramadhan kita. Karena jika Allah SWT menerima amal seseorang, Dia akan menolongnya untuk mengadakan perubahan diri ke arah yang lebih positif dan meningkatkan amal kebajikan.

Seorang penyair Arab mengingatkan dalam sya’irya:

Bukanlah Hari Raya ‘Id itu
bagi orang yang berbaju baru
Melainkan hakikat ‘Id itu
bagi orang yang bertambah ta’atnya

Semoga dengan latihan yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan ini, kita disampaikan Allah kepada ketaqwaan.
Semoga ketaqwaan ini dapat kita terus pertahankan dan kita jadikan sebagai pakaian kita sehari-hari.
Dan semoga kita masih dapat dipertemukan Allah dengan Ramadhan berikutnya. Aamiin yaa Rabbal'alamin 

Taqabbalallahu minna waminkum, wakullu ‘aamin wa antum bikhairin.

Wallahul muwafiq
Al afwu minkum...

Hadaanallahu waiyyakum ajma'in

Wallahu'alam bishshawwab...


By : Rita al Khansa