Tampilkan postingan dengan label Kisah Sahabat Nabi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Sahabat Nabi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 Agustus 2020

MEMILIH BUTA UNTUK MENDAPATKAN SURGA ( ABU SUFYAN BIN HARB)

۞﷽۞
            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
MEMILIH BUTA UNTUK MENDAPATKAN SURGA
            ( ABU SUFYAN BIN HARB) 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

            Abu Sufyan bin Harb adalah tokoh utama kaum kafir Qurasy. 
Setelah kekalahan di Perang Badar, dan tokoh-tokoh kaum Quraisy seperti Abu Jahal, Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah, Umayyah bin Khalaf, Walid bin Utbah dan beberapa lainnya, terbunuh di perang tersebut, Abu Sufyan yang muncul sebagai pemimpin Quraisy Makkah, layaknya ia seorang raja saja.

Pada hari pembebasan atau penaklukan Kota Makkah (Fathul Makkah), Abu Sufyan bin Harb sama sekali tidak diusik oleh Nabi Muhammad.
Padahal beberapa tokoh Quraisy yang sama kerasnya memusuhi Islam seperti dirinya sempat dihalalkan darahnya (dibunuh), meskipun memang pada akhirnya banyak yang diampuni oleh beliau. 
Bahkan ia sempat diistimewakan dengan sabda beliau, "Siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, ia aman ...! "

Memang, ketika Nabi Muhammad bersiap-siap menggerakkan pasukan ke Makkah, Abu Sufyan telah berada di Madinah dengan maksud memperbaharui Perjanjian Hudaibiyah. 
Ia sempat singgah di rumah putrinya yang juga istri Rasulullah, Ummu Habibah, tetapi ia tidak mendapat sambutan yang menggembirakan. 
Bahkan untuk duduk di tikar milik Rasulullah saja ia dilarang oleh putrinya tersebut, dengan alasan masih kotor, yakni musyrik.

Abu Sufyan sempat berbicara dengan Rasulullah tetapi Beliau agak mengabaikannya. 
Ia juga meminta jaminan perlindungan kepada beberapa sahabat, termasuk Ali bin Abi Thalib, tetapi ia tidak memperoleh apa yang diharapkan.
Kebanyakan dari mereka merasa takut, karena Nabi SAW telah memutuskan untuk menyerang dan menaklukkan Kota Makkah.
Namun demikian ia memutuskan untuk tetap bersama tim muslimin yang sedang bergerak menuju Makkah.

Ketika pasukan muslim tiba di Marr Azh Zhahran, dengan bantuan Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad , Abu Sufyan berhasil menemui Nabi Muhammad , dan akhirnya ia memeluk Islam atas dorongan dari Abbas. 

Entah apa motivasi dasarnya, tetapi yang jelas ia mengungkapkan kekaguman dan pengakuannya bahwa pasukan muslim begitu besar, dan orang-orang Quraisy tidak akan mampu menahan jika Nabi Muhammad benar-benar menyerang Makkah.

Pada malam harinya pada hari Penaklukan Makkah itu, istrinya, Hindun berkata kepada Abu Sufyan bin Harb, "Sesungguhnya aku mau berbai'at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ."
"Aku melihat kamu ini masih kufur!" Kata suaminya.
Hindunpun berkata, "Demi Allah! Demi Allah! Tidak pernah aku melihat sebelumnya, Allah disembah dengan sebenar-benarnya, sebagaimana telah dilakukan oleh Muhammad dan sahabat-sahabatnya di masjid ini (Masjidil Haram) pada malam hari ini. Tidaklah mereka menghabiskan malam, kecuali dengan ruku, sujud dan thawaf sampai subuh. " 
Abu Sufyan bertanya, "Apakah kamu melihat semua ini dari Allah?"
"Ya, ini memang dari Allah !!" Kata Hindun dengan tegas.

Pagi harinya, ketika ia menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam , tiba-tiba ia berkata kepadanya, "Kemarin engkau telah bertanya kepada Hindun: Apakah ini semua dari Allah? Dan ia menjawab: Ya, ini memang dari Allah."
Seketika Abu Sufyan memandang Nabi penuh kekaguman. 

Baca juga :


Ia mungkin telah menyatakan diri memeluk Islam saat Nabi dalam perjalanan ke Makkah. 
Tapi pada pagi hari itu ia merasakan kebenaran telah merasuk ke dalam sum-sum dan jiwanya, sehingga sekali lagi ia menyatakan syahadatnya di hadapan Nabi Shallallahu alaihi wasallam dengan segenap ketulusan hatinya. 
Kemudian ia berkata, "Demi Allah, tidak ada yang mendengar ucapanku itu selain Hindun !!"

Dalam perang Thaif, perang pertama yang diikutinya sebagai muslim, ketika sedang makan di kebun Abu Ya'la, Sa'id bin Ubaid berhasil memanahnya dan melukai matanya. 
Ia datang kepada Nabi dan berkata, "Wahai Rasulullah, mataku ini terluka di jalan Allah!"
Rasulullah tersenyum mendengar pengaduannya tersebut. 
Beliau bersabda, "Jika kamu mau, aku akan berdoa kepada Allah agar penglihatanmu kembali seperti sediakala. 
Atau jika tidak, untukmu surga karena cederamu ini!"

"Aku memilih surga saja, wahai Rasulullah!" Kata Abu Sufyan.
Maka ia menjalani sisa hidupnya dengan mata yang cedera, dan bersabar atasnya.


Baca juga :

Jumat, 07 Agustus 2020

100 KEBAIKAN TERPALIT 1 FITNAH ( MUAWIYAH BIN ABU SUFYAN RADHIALLAHU’ANHU)

۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
    100 KEBAIKAN TERPALIT 1 FITNAH 
( MUAWIYAH BIN ABU SUFYAN RADHIALLAHU’ANHU) 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

Muawiyah bin Abu Sufyan bergelar Muawiyah I adalah khalifah pertama dari Bani Umayyah dan penulis wahyu Al Qur'an.

Lahir: 602 M, Mekkah, Arab Saudi
Meninggal: 680 M, Damaskus, Suriah
Pasangan: Maysun bint Bajdal al-Kulaibi al-Nasrania
Orang tua: Hindun binti Utbah, Abu Sufyan
Anak: Yazid bin Muawiyah
Saudara kandung: Yazid bin Abu Sufyan, Ramlah binti Abu Sufyan, Mariam Umm Al Hakam bint Abi Sufyan

Muawiyah I
Masa kekuasaan: 661 – 680
Wangsa: Bani Abdus Syams
Dinasti: Bani Umayyah
Ayah: Abu Sufyan
Ibu: Hindun binti Utbah

Muawiyah bin abu Sufyan Ra menjadi orang besar sejak Rasulullah SAW masih hidup, yaitu sebagai salah seorang penulis wahyu Al Quran. Di zaman kekhalifahan Abu Bakar ra, Muawiyah ra adalah salah seorang panglima penting dalam penakhlukan Syam. Pada masa Umar Ra , Muawiyah ra telah muncul menjadi sosok yang unggul hinggakhalifah Umar ra menyerahkan Damaskus dan Ba’labak dibawah kepemimpinannya. Dan di masa Ustman ra, Muawiyah ra meraih puncak pencapaian yang gemilang, berhasil menaklukan banyak wilayah di Syam, salah satu pusat kekuatan Romawi paling kokoh saat itu.

Dan di masa itu pula , untuk pertama kali, umat Islam berhasil membentuk pasukan angkatan laut yang hebat, dan ini sekali lagi adalah jasa Muawiyah ra. Ketika Ali bin Abi Thalib ra menjadi khalifah, Muawiyah ra tidak mau berbaiat, Sikap Muawiyah ra ini kemudian memicu berbagai peristiwa besar : Perang Shiffin, peristiwa Tahkim, munculnya Khawarij, munculnya agama Syiah; yang hingga kini semua itu terus menjadi bahan kajian menarik. 

Di antara gerakan jihad yang dilakukan Muawiyah adalah menghadapi Romawi Byzantium yang berpusat di Konstantinopel, yang ketika itu adalah palang pintu benua eropa. Dan yang paling spektakuler adalah keberhasilan Muawiyah ra menaklukan Afrika Utara seluruhnya. Kemudian menaklukan ke arah timur hingga mencapai Khurasan, Sijistan dan negeri negeri seberang sungai Jaihun.

Muawiyah telah mengabdikan hidupnya di jalan Allah selama empat puluh tahun; dua puluh tahun sebagai Gubernur dan dua puluh tahun sebagai Khalifah, yang sepanjang masa itu penuh dengan torehan jasa yang luar biasa bagi kaum muslimin. Di akhir hidupnya, ia membaiat putranya Yazid. Di masa Yazid inilah cucu Nabi SAW al Husain bin Ali ra terbunuh.

Muawiyah diakui oleh kalangan Sunni sebagai salah seorang Sahabat Nabi, walaupun keislamannya baru dilakukan setelah Mekkah ditaklukkan. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Muawiyah masuk Islam pada 7 H. 

Kalangan Syi'ah sampai saat ini tidak mengakui Muawiyah sebagai khalifah dan Sahabat Nabi, karena dianggap telah menyimpang setelah meninggalnya Rasulullah SAW. Ia diakui sebagai khalifah sejak Hasan bin Ali, yang selama beberapa bulan menggantikan ayahnya sebagai khalifah, berbai'at padanya. Dia menjabat sebagai khalifah mulai tahun 661 (umur 58–59 tahun) sampai dengan 680.

Terjadinya Perang Shiffin makin memperkokoh posisi Muawiyah dan melemahkan kekhalifahan Ali bin Abu Thalib, walaupun secara militer ia dapat dikalahkan. Hal ini adalah karena keunggulan saat berdiplomasi antara Amru bin Ash (kubu Muawiyah) dengan Abu Musa Al Asy'ari (kubu Ali) yang terjadi di akhir peperangan tersebut. Seperti halnya Amru bin Ash, Muawiyah adalah seorang administrator dan negarawan ulung. Muawiyah adalah sahabat yang kontroversial dan tindakannya sering disalahartikan.

➖Asal-Usul Muawiyah

Nama Lengkap - Nama lengkap Muawiyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab Ia berasal dari bani (klan) Umawiyah.

Kunyah - Muawiyah memiliki kunyah (nama panggilan atau julukan). Kunyah nya adalah Abu Abdurrahman dan Al-Quraisyi al-Umawi Al-Makki.

➖Ciri Fisik Muawiyah

Muawiyah adalah laki-laki yang berperawakan tinggi, berkulit putih, tampan, dan penuh wibawa. Umar bin Khattab juga berkata bahwa Muawiyah suka makan makanan yang lezat dan bergaya seperti raja. Umar berkata begitu bukan bermaksud menjelekkan Muawiyah tapi hanya menginformasikan ciri khas Muawiyah. Bisa dimengerti mengapa Muawiyah melakukan hal itu karena ia memang berasal dari kabilah terpandang di masyarakat.

➖Sifat Muawiyah

Muawiyah adalah orang yang menyukai kebersihan

➖Keluarga Muawiyah

Orangtua Muawiyah - Ayahnya Muawiyah adalah Abu Sufyan bin Harb, seorang sahabat Nabi Muhammad. Sedangkan ibunya adalah Hindun binti Utbah, seorang sahabiyah (sahabat wanita) nabi Muhammad.

Harapan Orangtuanya - Saat kecil, Abu Sufyan pernah melihat Muawiyah yang sedang merangkak, lalu berkata, "anakku ini berkepala besar, dia pantas memimpin kaumnya". Hindun menjawab, "hanya memimpin kaumnya saja? Seharusnya ia memimpin bangsa Arab seluruhnya"

Baca juga :


➖Saudara-Saudara Muawiyah

Muawiyah memiliki beberapa saudara. Mereka adalah sebagai berikut:
Yazid bin Abu Sufyan
Utbah bin Abu Sufyan
Anbasah bin Abu Sufyan
Ummu Habibah binti Abu Sufyan
Ummul Hakam binti Abu Sufyan
Azzah binti Abu Sufyan
Umaimah binti Abu Sufyan

➖Istri-Istri Muawiyah

Muawiyah memiliki beberapa orang istri. Ada yang diceraikannya dan ada pula yang meninggal. Berikut adalah nama-nama mereka:
Maisun binti Bahdal al-Kalbiyah. Muawiyah menceraikannya karena Maisun tidak betah tinggal di istana Muawiyah yang besar dan lebih mencintai desanya.
Fakhitah binti Qarazhah bin Abd Amr bin Naufal bin Abdi Manaf.
Kanud binti Qarazhah. Kanud adalah saudara Fakhitah. Muawiyah menikahinya setelah Fakhitah wafat. Dia lah yang bersama Muawiyah saat pembebasan Cyprus.
Na'ilah binti Imarah al-Kalbiyah. Muawiyah mentalaknya karena sebuah persoalan.

➖Anak-anak Muawiyah

Muawiyah juga memiliki beberapa anak. Ini adalah nama-namanya yang tercatat:
Yazid bin Muawiyah. Ia lahir dari Maisun binti Bahdal. Saat Muawiyah menceraikan Maisun dan kembali ke desanya, Yazid mengikuti ibunya. Jadi, masa kecilnya dihabiskan di desa ibunya, menghirup udara segar dan bahasa Arab fasih.
Abdurrahman bin Muawiyah. Ibunya adalah Fakhitah. Abdurrahman meninggal sewaktu masih kecil.
Abdullah bin Muawiyah. Abdullah adalah anak dari Fakhitah. Ia anak yang terbelakang mental dan sangat lemah.
Ramlah binti Muawiyah. Setelah dewasa, Ramlah dinikahi oleh Amr bin Utsman bin Affan
Hindun binti Muawiyah. Hindun ini kemudian dinikahi oleh Abdullah bin Amir
Aisyah binti Muawiyah
Atikah binti Muawiyah
Shafiyyah binti Muawiyah

➖Masuk Islamnya Muawiyah

Pendapat yang terkenal mengatakan bahwa Muawiyah masuk Islam pada masa Penaklukkan Makkah. Namun, Muawiyah sendiri mengatakan bahwa, "aku masuk Islam dalam peristiwa Umrah Qadha tahun 7 H, tetapi aku menyembunyikannya dari bapakku". Hal itu dapat dimengerti karena situasi saat itu masih mencekam. Selain itu posisi Muawiyah cukup sulit, mengingat Abu Sufyan pada waktu itu masih kafir, bahkanAbu Sufyan adalah pemimpin Quraisy dalam melawan Nabi Muhammad. Muawiyah juga ikut perang Hunain dan Nabi Muhammad memberinya seratus unta dan 40 uqiyah emas dari harta rampasan perang Hunain.

➖Hadist Nabi tentang Muawiyah

"Ya Allah jadikanlah dia sebagai orang yang bisa memberikan petunjuk dan seorang yang diberi petunjuk (Mahdi) dan berikanlah hidayah (kepada manusia) melaluinya.” 

Hadist di atas adalah hadist shahih yang diriwayatkan oleh banyak ahli hadist dan membicarakan tentang kebaikan Muawiyah

➖Muawiyah di Zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq

Zaman Abu Bakar adalah zaman kritis di mana benih kemurtadan mulai merebak. Abu Bakar bertindak tegas dengan memerangi mereka. Muawiyah ikut salah satu pertempuran itu, yakni Perang Yamamah, perang melawan Musailamah si nabi palsu. Setelah pemberontakan internal selesai, kaum Muslimin mengalihkan pandangan mereka ke luar, yakni pembebasan negeri di sekitar mereka dari pemimpin zalim. Abu Bakar mengirim pasukan ke banyak tempat, salah satunya adalah Syam. Dalam kontingen pasukan Syam, ada salah satu pasukan yang dikomandani oleh Muawiyah.

➖Muawiyah di Zaman Umar bin Khattab

Membuka Qaisariyah (Caesarea) - Qaisariyah (sekarang Caesarea) adalah kota dekat Tel Aviv. Pada zaman Umar, Muawiyah ditugaskan untuk membebaskan kota ini. Namun, ternyata Qaisariyah memilliki benteng pertahanan dan pasukan yang sangat kuat. Setelah Qaisariyah dikepung dalam waktu cukup lama, Muawiyah pun berhasil menerobos kota tersebut. Dikatakan prajurit Qaisariyah yang tewas mencapai 100.000 orang

Membuka Pesisir Syam - Mendengar keberhasilan saudaranya, Yazid bin Abu Sufyan yang juga seorang Gubernur Damaskus, meminta Muawiyah untuk ikut membebaskan pesisir Syam. Setelah bertarung melawan orang-orang Romawi, Muawiyah dan prajuritnya berhasil menang.

Menjadi Gubernur Yordania - Setelah Muawiyah membuktikan kekuatannya atas dua peristiwa sebelumnya, Umar mengangkatnya sebagai Gubernur Yordania pada 17 H.

Menjadi Penguasa Damaskus, Ba'labak, dan Balqa - Saudara Muawiyah, Yazid bin Abu Sufyan, meninggal karena wabah Tha'un pada 18 H. Sebagian ulama berpendapat Tha'un adalah wabah pes, tetapi ada pula yang berpendapat Tha'un masih belum jelas termasuk kategori penyakit apa. Untuk mengisi kekosongan, Umar bin Khattabmenugaskan Muawiyah untuk menggantikan posisi saudaranya memimpin Damaskus, Ba'labak (Ballbek, Yordania), dan Balqa (Yordania).

Membagi Pasukan Islam - Byzantium dan Persia terus menyerang daerah perbatasan kekhalifahan. Untuk menahan hal itu, Muawiyah membagi pasukan menjadi dua, yakni pasukan musim panas dan pasukan musim dingin. Selain itu, Muawiyah menutup celah-celah di kota-kota perbatasan agar tak diserang. Muawiyah sempat memimpin penyerangan musim panas melawan Byzantium di 22 H.

Baca juga :


Membangun Angkatan Laut Islam - Mayoritas kaum Muslimin pada saat itu adalah orang Arab. Mereka adalah orang-orang yang tidak akrab dengan laut. Namun, Muawiyah menyadari pentingnya angkatan laut dan di zaman Umar ia mulai membangunnya. Sayangnya, Umar tidak mengizinkan Muawiyah memakai angkatan laut karena ia tidak mau kaum Muslimin habis ditelan laut (karena mereka tidak familiar dengan laut). Angkatan laut baru dipergunakan pada zaman Utsman bin Affan untuk membebaskan Cyprus.

➖Muawiyah di Zaman Utsman bin Affan

Menjadi Gubernur Penuh Syam - Sebagaimana Umar, Utsman bin Affan tidak memakzulkan Muawiyah. Bahkan, Utsman terus memberi Muawiyah kekuasaan sehingga Muawiyah menjadi Gubernur daerah mayoritas Syam. Ia menguasai daerah yang sangat luas dan telah menjadi gubernur Utsman yang paling berpengaruh. Di awal pemerintahan Utsman, di Syam ada beberapa gubernur, yakni Muawiyah bin Abu Sufyan, Umair bin Saad al-Anshari (Himsh), dan Alqamah bin Khalid bin Walid(Palestina). Namun, karena Umair sering sakit-sakitan, ia mengundurkan diri dari jabatannya. Utsman pun memberikan Himsh kepada Muawiyah. Setelah itu Alqamahwafat, Utsman pun memberikan Palestina kepada Muawiyah. Hal ini membuat Muawiyah menjadi gubernur Syam seluruhnya. Sampai akhir hayat Utsman, Muawiyah mengontrol daerah Syam. Pada zaman modern, Syam meliputi Palestina, Yordania, Lebanon, dan Syria -bisa dibayangkan seluas apa daerah kekuasaan Muawiyah.

Inspeksi Militer ke Perbatasan - Pada zaman Utsman, Muawiyah cukup banyak melakukan inspeksi militer ke daerah perbatasan daerah kekuasaannya di Syam. Misalnya, pada 25 H ia menuju Anthakiyah dan Tarsus, tahun 26 H ia kembali melakukannya. Tahun 31 H, Muawiyah berangkat ke Daruliyah. Perbatasan yang berbentuk kepulauan ia serahkan penjagaannya kepada Habib bin Maslamah. Muawiyah juga beberapa turun langsung memimpin pasukannya sampai merambah celah bukit di Konstantinopel.

➖Pembebasan Cyprus

Setelah sebelumnya ditolak Umar, Muawiyah kali ini mencoba meyakinkan Utsmanuntuk memakai angkatan laut demi membebaskan Qubrush (Cyprus). Utsmanmengizinkannya dengan memberi syarat: 
-Muawiyah harus membawa istrinya
-Pasukan yang berangkat harus dengan kemauan sendiri. Jika ada yang tidak mau berangkat maka tidak apa-apa

➖Pembebasan dimulai

Walaupun Muawiyah mempersilahkan masyarakat untuk memilih ikut ke Cyprus atau tidak, kekhalifahan berhasil mengumpulkan armada hingga 1.700 kapal. Mereka tertarik karena sebuah hadist dari Ummu Haram binti Milhan (istri sahabat Nabi Ubadah bin Shamit) yang menyebutkan bahwa akan ada sekelompok dari umatnya yang "mengarungi laut seperti raja-raja di singgasana". Pada 28 H (649 M) mereka pun berangkat. Di pelabuhan, Abdullah bin Qais al-Jasi, panglima angkatan laut bermusyawarah dengan Muawiyah dan sahabat Nabi yang lain. Pasukan segera mengepung ibukota Cyprus dan mengatakan mereka tidak datang untuk mengambil-alih Cyprus, akan tetapi meminta mereka bekerjasama dengan kekhalifahan. Sebab selama ini Cyprus menjadi daerah kekuasaan Byzantium sehingga menjadi duri dalam daging kekhalifahan. Tidak butuh waktu lama, Cyprus pun menyerah dan menyetujui syarat-syarat berikut:
Bila Cyprus menyerang kaum Muslimin, ia tidak akan dibela lagi
Cyprus harus mengabarkan gerak-gerik Byzantium
Cyprus harus membayar jizyah kepada kekhalifahan sebesar 7.200 dinar per tahun
Cprus tidak boleh mendukung Byzantium jika mereka menyerang kekhalifahan dan tidak membocorkan rahasia kekhalifahan

➖Cyprus Mengingkari Perjanjian

Pada 32 H, Cyprus mengingkari perjanjian dengan kekhalifahan karena ditekan Byzantium. Kali ini Muawiyah datang kembali dan mengambil-alih Cyprus. Setelah menguasai Cyprus, Muawiyah menyadari bahwa ternyata Cyprus hanyalah pulau yang lemah. Tradisi militer mereka lemah sekali dan sering dijadikan boneka oleh Byzantium. Oleh karena itulah, Muawiyah menempatkan 12.000 pasukan di Cyprus, mendirikan kota-kota baru, membereskan administrasi, menggaji tentara, dan melindungi Cyprus dari serangan Byzantium.

➖Muawiyah Membantu Utsman Menghadapi Badai Ujian

Di akhir pemerintahannya, Utsman menerima cobaan yang berat. Ia dituduh macam-macam oleh sebagian rakyatnya, mulai dari tuduhan menggelapkan harta, boros, mengangkat keluarganya sendiri untuk menduduki jabatan penting, dan sebagainya. Di masa-masa ini, Muawiyah terus membantu Utsman.

➖Mendebat Perusuh

Pada suatu hari di tahun 33 H, ada sekelompok orang yang mencari ribut di Kufah sampai hampir menyulut pertempuran. Utsman yang mendengar itu menyuruh Said bin Al-Ash, Gubernur Kufah, mengirim mereka ke Syam untuk bertemu Muawiyah. Utsmanmemerintahkan Muawiyah untuk "memperingati mereka dengan tegas, membuat nyali mereka ciut, menakut-nakuti mereka, dan mendidik mereka" agar tidak membuat kerusuhan lagi. Muawiyah pun berkali-kali mendebat mereka dan berkali-kali pula menang. Di akhir debat mereka kalah dan marah, lalu merenggut jenggot Muawiyah. Muawiyah pun mengancam mereka agar jangan macam-macam terhadap dirinya. Ancaman itu membuat mereka mundur.


Baca juga :


Muawiyah mengirim surat kepada Utsman dan mengatakan bahwa mereka "berbicara dengan lidah setan". Utsman mengirim mereka ke Kufah kembali. Namun, karena mereka macam-macam kembali, Utsman kemudian mengirim mereka ke Abdurrahman bin Khalid bin al-Walid, gubernur Himsh. Di sini mereka baru tidak berani macam-macam karena Abdurrahman adalah anak Khalid bin al-Walid dan dia adalah seorang laki-laki yang berkarakter sangat keras seperti ayahnya.

➖Muawiyah Mengikuti Forum Antar gubernur

Kerusuhan yang makin parah menyebabkan Utsman mengundang para gubernur dan sahabat Nabi untuk berunding tentang apa yang harus dilakukannya terhadap para pemberontak ini. Di forum ini, Muawiyah mengusulkan untuk segera mengirim pasukan ke mereka dan dia sendiri akan mengatasi pemberontakan di Syam. Namun, Utsman lebih tertarik dengan perdamaian dan tidak menerima usul Muawiyah.

Sebelum pulang kembali ke Syam, Muawiyah memperingatkan Utsman bahwa ia kemungkinan akan segera dibunuh oleh pemberontak dan Muawiyah menawarkan pasukan Syam untuk melindungi Utsman. Utsman mengatakan ia sudah tahu hal itu, tetapi ia menolak perlindungan dari Muawiyah karena ia tidak mau merepotkan orang-orang Madinah atas kedatangan pasukan Syam.

➖Sikap Muawiyah Atas Terbunuhnya Utsman

Para perusuh yang mencapai 500 orang sudah mencapai rumah Utsman. Para sahabat Nabi mengirimkan anak-anak mereka untuk melindungi Utsman tetapi mereka kalah jumlah. Utsman dibunuh dan para sahabat yang melindunginya terluka. Dan tidak ada satu orang sahabat Nabi Muhammad yang terlibat dan menyetujui pembunuhan itu. Ummu Habibah binti Abu Sufyan mengirimkan baju Utsman yang berlumuran darah ke tangan Muawiyah. Saat mendengar berita pembunuhan itu, Muawiyah berpidato di depan penduduk Syam, bersumpah akan menuntut balas kematiannya. Penduduk Syam sendiri bersumpah akan membantu Muawiyah dengan mengorbankan nyawa mereka.

➖Muawiyah di Zaman Ali bin Abi Thalib

Inti Konflik Ali-Muawiyah - Setelah Utsman terbunuh, para sahabat sepakat untuk menghukum qishash pelaku pembunuhan Utsman. Namun, mereka terbagi tiga kelompok tentang hal ini:
Pertama, mereka harus diqishash secepatnya sebelum baiat kepada Ali. Inilah pendapat Muawiyah dan pendukungnya. Muawiyah berpendapat jika qishash ditunda, pembunuhnya akan berbaur di kehidupan sehari-hari kaum Muslimin dan mereka akan sulit dilacak. Lagipula, Muawiyah adalah wali Utsman dan di antara saudara-saudara Utsman yang lain, Muawiyah lah yang kekuatannya paling besar.
Kedua, mereka harus diqishash tetapi setelah Ali bisa mengendalikan keadaan sehingga tenteram kembali. Jika qishash dilaksanakan sekarang juga, maka akan berakibat keadaan makin kacau. Para perusuh akan melipatgandakan tekanannya kepada kekhalifahan. Ini adalah pendapat Ali dan pendukungnya. Mayoritas sahabat Nabi menjadi pendukung Ali.
Ketiga, uzlah (mengasingkan diri). Ada sahabat-sahabat Nabi yang tidak mau terlibat dalam permasalahan ini dan mereka pun pindah dari pusat konflik. Mereka tidak mau berperang dengan saudara sesama mukmin. Mereka adalah Abdullah bin Umar, Saad bin Abi Waqqash, dan lainnya.

Inti dari permasalahan Ali-Muawiyah adalah perbedaan cara qishash ini. Muawiyah sendiri tidak mengklaim bahwa dirinya khalifah umat Islam dan tidak berniat merebut kekhalifahan. Hanyasaja ia dan penduduk Syam tidak mau baiat (sumpah setia) kepada Ali karena permasalahan terbunuhnya Utsman tersebut. Ketika kita melihat kondisi zaman Ali lewat kacamata abad modern, kita bisa dengan mudah menilai, tetapi bagi orang yang hidup di zaman itu, situasi pada saat tersebut sangat pelik. Menurut mayoritas ulama, dalam persoalan rumit itu yang lebih mendekati kebenaran adalah pendapat Ali karena bagaimanapun juga perdamaian negara lebih diutamakan.

➖Muawiyah pernah ditanya, "Apakah kau penentang Ali?"

Muawiyah menjawab, "Tidak demi Allah. Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui bahwa dia lebih utama dariku dan lebih berhak memegang khilafah dariku. Akan tetapi, sebagaimana yang kalian ketahui bahwa Utsman dibunuh dalam keadaan teraniaya dan aku, sepupu Utsman, akan menuntut darahnya. Datanglah kepada Ali dan katakan, 'serahkan para pembunuh Utsman kepadaku dan aku akan tunduk kepadanya"

Orang-orang segera menemui Ali dan mengatakan perkataan Muawiyah, tetapi Ali tidak mengabulkannya

➖Perang Saudara

Karena situasi makin memanas, akhirnya terjadilah Perang Jamal dan Perang Shiffin antara kubu Ali dan Muawiyah. Tebunuhnya Ammar bin Yasir menjadi kunci selesainya perang ini karena Nabi Muhammad pernah mengabarkan bahwa yang membunuh Ammar adalah kelompok pembangkang. Yang membunuh Ammar bin Yasir ternyata adalah Abu al-Ghadiyah Al-Juhani dari pihak Muawiyah -ia bukanlah sahabat Nabi.

Terbunuhnya Ammar membuat kedua kelompok terguncang dan sepakat untuk berdamai.. 
Mereka juga mengkhawatirkan perbatasan yang sedang lemah dan kapan saja bisa diserang oleh Persia dan Byzantium. 
Perjanjian damai ini dibuat berdasarkan Al-Quran dan Sunnah dengan kedua hakimnya adalah Amr bin Ash dan Abu Musa al-Asy'ari.
Tidak seperti kabar yang terkenal, Amr bin Ash tidak memakzulkan Ali.


Baca juga :

➖Ali Terbunuh dan Sikap Muawiyah

Saat kabar tentang Ali yang terbunuh sampai kepada Muawiyah, ia menangis. Istrinya berkata, "Kamu menangisi orang yang memerangimu?" Muawiyah menjawab, "Diam saja lah kamu. 
Kamu tidak mengetahui berapa banyak manusia kehilangan keutamaan, fikih, dan ilmu karena kematian beliau" Utbah berkata juga, "Jangan sampai orang-orang Syam mendengar hal itu darimu". 
Muawiyah menghardik, "Kamu juga diam saja lah!"

➖Sikap Kita terhadap Konflik Ali-Muawiyah

Menurut mayoritas ulama, sikap Kaum Muslimin dalam menyikapi konflik Ali-Muawiyah adalah meyakini bahwa mereka semua sedang berijtihad merespon situasi yang sangat pelik pada masa itu. 
Di antara mereka ada yang benar dan mendapat dua pahala, tetapi di antara mereka ada yang salah dan mendapat satu pahala. 
Kita tidak boleh membicarakan sahabat Nabi dengan perasaan benci.

Selasa, 04 Agustus 2020

PERANG MU'TAH "SYAHIDNYA 3 PANGLIMA PERANG MUSLIM" "3000 MUSLIM LAWAN 200.000 PASUKAN ROMAWI"

                               ۞﷽۞
                                       
            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
         ๐Ÿด⚔️ PERANG MU'TAH ⚔️๐Ÿด
"SYAHIDNYA 3 PANGLIMA PERANG MUSLIM"
"3000 MUSLIM LAWAN 200.000 PASUKAN ROMAWI"
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

Pertempuran paling heroik dan dahsyat yang dialami umat Islam di era awal perkembangan Islam adalah saat mereka yang hanya hanya berkekuatan 3000 orang melawan pasukan terkuat di muka bumi saat itu, pasukan Romawi dengan kaisarnya Heraclius yang membawa pasukan sebanyak 200.000 orang. Pasukan super besar tersebut merupakan pasukan aliansi antara kaum Nashara Romawi dan Nashara Arab sekitar dataran Syam, jajahan Romawi. Perang terjadi di daerah Mu’tah sehingga sejarawan menyebutnya perang Mu’tah (sekitar Yordania sekarang), pada tanggal 5 Jumadil awal tahun 8 H atau tahun 629 M. 


LATAR_BELAKANG_PEPERANGAN 

Penyebab perang Mu’tah ini bermula ketika Rosulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengirim utusan bernama al Harits bin Umair al ‘Azdi yang akan dikirim ke penguasa Bashra (Romawi Timur) bernama Hanits bin Abi Syamr Al-Ghassani yg baru diangkat oleh Kekaisaran Romawi. Di tengah perjalanan, utusan itu dicegat dan ditangkap penguasa setempat bernama Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani, pemimpin dari bani Gasshaniyah (daerah jajahan romawi) dan dibawa ke hadapan kaisar Romawi Heraclius. Setelah itu kepalanya dipenggal.

Dan pada tahun yg sama, 15 orang utusan Rasulullah dibunuh di Dhat al Talh daerah disekitar negeri Syam (Irak). Sebelumnya, tidak pernah seorang utusan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dibunuh dalam misinya.

Pelecehan dan pembunuhan utusan negara termasuk menyalahi aturan politik dunia. Membunuh utusan sama saja ajakan untuk berperang. Hal inilah yang membuat Rasulullah marah.

Mendengar utusan damainya dibunuh, Rasulullah Shallallรขhu ‘alaihi wasallam sangat sedih. Setelah sebelumnya berunding dengan para Shahabat, lalu diutuslah pasukan muslimin sebanyak 3000 orang untuk berangkat ke daerah Syam, sebuah pasukan terbesar yang dimiliki kaum muslim setelah perang Ahzab. Rasulullah Shallallรขhu ‘alaihi wasallam sadar melawan penguasa Bushra berarti juga melawan pasukan Romawi yang notabene adalah pasukan terbesar dan adidaya di muka bumi ketika itu. Namun ini harus dilakukan karena bisa saja suatu saat pasukan lawan akan menyerang Madinah. Kelak pertempuran ini adalah awal dari pertempuran Arab – Byzantium.

Rasulullah Shallallรขhu ‘alaihi wasallam berkata:

    “Pasukan ini dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, bila ia gugur komando dipegang oleh Ja’far bin Abu Thalib, bila gugur pula panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah –saat itu beliau meneteskan air mata- selanjutnya bendera itu dipegang oleh seorang ‘pedang Allah’ dan akhirnya Allah Subhรขnahu wata‘รขlรข memberikan kemenangan. 
๐Ÿ“—(HR. al-Bukhari)

Ini pertama kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat tiga panglima sekaligus karena beliau mengetahui kekuatan militer Romawi yang tak tertandingi pada waktu itu.

Ketika pasukan ini berangkat Khalid bin al-Walid secara sukarela juga ikut menggabungkan diri. Dengan keikhlasan dan kesanggupannya dalam perang hendak memperlihatkan itikad baiknya sebagai orang Islam. Masyarakat ramai mengucapkan selamat jalan kepada komandan-komandan beserta pasukannya itu, dan Rasulullah Shallallรขhu ‘alaihi wasallam juga turut mengantarkan mereka sampai ke Tsaniatul Wada’, diluar kota Madinah dengan memberikan pesan kepada mereka: Jangan membunuh wanita, bayi, orang-orang buta atau anak-anak, jangan menghancurkan rumah-rumah atau menebangi pohon-pohon. Rasulullah Shallallรขhu ‘alaihi wasallam mendoakan dan kaum Muslimin juga turut mendoakan dengan berkata:

    Allah menyertai dan melindungi kamu sekalian. Semoga kembali dengan selamat.

Komandan pasukan itu semula merencanakan hendak menyergap pasukan Syam secara tiba-tiba, seperti yang biasa dilakukan dalam ekspedisi-ekspedisi yang sebelumnya. Dengan demikian kemenangan akan diperoleh lebih cepat dan kembali dengan membawa kemenangan. Mereka berangkat sampai di Ma’an di bilangan Syam dengan tidak mereka ketahui apa yang akan mereka hadapi di sana.


JALANNYA_PEPERANGAN

Kaum Muslimin bergerak meninggalkan Madinah. Musuh pun mendengar keberangkatan mereka. Dipersiapkanlah pasukan super besar guna menghadapi kekuatan kaum Muslimin. Kaisar Heraclius mengerahkan lebih dari 100.000 tentara Romawi sedangkan Syurahbil bin ‘Amr mengerahkan 100.000 tentara yang terdiri dari kabilah Lakham, Juzdan, Qain dan Bahra‘. Kedua pasukan itupun bergabung. Berdasarkan informasi, pasukan tersebut dipimpin oleh Theodore, saudara Heraklius.

Mendengar kekuatan musuh yang begitu besar, kaum Muslimin berhenti selama dua malam di daerah bernama Ma’an wilayah Syam guna merundingkan apa langkah yang akan diambil. Beberapa orang berpendapat,

    “Sebaiknya kita menulis surat kepada Rasulullah Shallallรขhu ‘alaihi wasallam, melaporkan kekuatan musuh. Mungkin beliau akan menambah kekuatan kita dengan pasukan yang lebih besar lagi, atau memerintahkan sesuatu yang harus kita lakukan.”

Tetapi Abdullah bin Rawahah tidak menyetujui pendapat tersebut. Bahkan ia mengobarkan semangat pasukan dengan ucapan berapi-api:

    “Demi Allah Subhรขnahu wata‘รขlรข, sesungguhnya apa yang kalian tidak sukai ini adalah sesuatu yang kalian keluar mencarinya, yaitu syahid (gugur di medan perang). Kita tidak berperang karena jumlah pasukan atau besarnya kekuatan. Kita berjuang semata-mata untuk agama ini yang Allah Subhรขnahu wata‘รขlรข telah memuliakan kita dengannya. Majulah! Hanya ada salah satu dari dua kebaikan; menang atau gugur (syahid) di medan perang.” Lalu mereka mengatakan, “ Demi Allah, Ibnu Rawahah berkata benar.”

Demikianlah, pasukan terus ke tujuannya, dengan bilangan yang jauh lebih sedikit menghadapi musuh yang berjumlah 200.000 yang berhasil dihimpun orang Romawi untuk menghadapi suatu peperangan dahsyat yang belum ada taranya pada masa sebelum itu.

Perlu kita ketahui, tentara di medan perang dibagi menjadi lima pasukan, yaitu: pasukan depan, belakang, kanan, kiri, dan tengah sebagai pasukan inti. Tentara musuh dengan jumlah yang sangat banyak mengharuskan seorang tentara dari sahabat melawan puluhan tentara musuh. Akan tetapi, tentara Allah yang memiliki kekuatan iman dan semangat jihad untuk meraih kemulian mati syahid tidak merasakannya sebagai beban berat bagi mereka sebab kekuatan mereka satu banding sepuluh –sebagaimana digambarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya,

    “Jika ada di antara kalian 20 orang yang bersabar maka akan mengalahkan 200 orang.” 
๐Ÿ“–(QS. Al Anfal: 65)

Tentara Allah sebagai wali dan kekasih-Nya yang berperang untuk meninggikan agama-Nya, maka pasti Allah bersama mereka. Adapun orang-orang kafir sebanyak apapun bilangan dan kekuatan mereka, maka ibarat buih yang tidak berarti apa-apa.


KEPAHLAWANAN DAN SYAHIDNYA ZAID BIN HARITSAH

Sesuai perintah Rasulullah, pasukan Islam dipimpin Zaid bin Haritsah dengan bendera di tangannya. 3.000 pasukan Islam melawan 200.000 tentara Romawi jelas tak seimbang. Zaid bertempur dengan gagah berani. Sampai kemudian sebuah tombak Romawi menancap di tubuhnya. Darah segar assaabiquunal awwalun tumpah di bumi Mu’tah. Andaikan memiliki air mata, tanah di sana sudah menangis sejak tubuh mulia itu terjatuh. Zaid tergeletak sudah. Syahid


KEPAHLAWANAN DAN SYAHIDNYA JA’FAR BIN ABU THALIB

Melihat Zaid jatuh, Ja’far bin Abu Thalib segera melompat dari punggung kudanya yang kemerah-merahan, lalu dipukulnya kaki kuda itu dengan pedang, agar tidak dapat dimanfaatkan musuh selama-lamanya. Kemudian secepat kilat disambarnya bendera komando Rasulullah dari tangan Zaid, lalu diacungkan tinggi-tinggi sebagai tanda pimpinan kini beralih kepadanya

Ja’far bertempur dengan gagah berani sambil memegang bendera pasukan. Beliau maju ke tengah-tengah barisan musuh sambil mengibaskan pedang kiri dan kanan memukul rubuh setiap musuh yang mendekat kepadanya sampai akhirnya, pasukan musuh dapat mengepung dan mengeroyoknya. Ja’far berputar-putar mengayunkan pedang di tengah-tengah musuh yang mengepungnya. Dia mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kiri dengan hebat sambil bersenandung:

    Wahai … surga nan nikmat sudah mendekat
    Minuman segar, tercium harum
    Tetapi engkau Rum … Rum….
    Menghampiri siksa
    Di malam gelap gulita, jauh dari keluarga
    Tugasku … menggempurmu ..


Baca juga :



Sampai suatu ketika, ada seorang pasukan Romawi yang menebas tangan kanannya hingga putus. Darah suci pahlawan Islam tertumpah ke bumi. Lalu bendera dipegang tangan kirinya. Rupanya pasukan Romawi tidak rela bendera itu tetap berkibar. Tangan kirinya pun ditebas hingga putus. Kini ia kehilangan dua tangannya. Yang tersisa hanyalah sedikit lengan bagian atas. Dalam kondisi demikian, semangat beliau tidak surut, Ja’far tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya sampai beliau gugur oleh senjata lawan. Ada diantara mereka yang menyerang Ja’far dan membelah tubuhnya menjadi dua.

Berdasarkan keterangan Ibnu Umar Radhiyallรขhu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidak kurang 90 luka di bagian tubuh depan beliau akibat tusukan pedang dan anak panah.


KEPAHLAWANAN DAN SYAHIDNYA ABDULLAH BIN RAWAHAH

Ketika ia bertempur sebagai seorang prajurit, ibnu Rawahah menerjang ke muka dan ke belakang, ke kiri dan ke kanan tanpa ragu-ragu dan perduli. Sekarang setelah menjadi panglima seluruh pasukan yang akan dimintai tanggung jawabnya atas hidup mati pasukannya, setelah terlihat kehebatan tentara romawi seketika seolah terlintas rasa kecut dan ragu-ragu pada dirinya. 
Tetapi saat itu hanya sekejap, kemudian ia membangkitkan seluruh semangat dan kekutannya dan melenyapkan semua kekhawatiran dari dirinya, sambil berseru:

    “Aku telah bersumpah wahai diri, maju ke medan laga

    Tapi kenapa kulihat engkau menolak syurga …..
    Wahai diri, bila kau tak tewas terbunuh, kau kan pasti mati
    Inilah kematian sejati yang sejak lama kau nanti …….
    Tibalah waktunya apa yang engkau idam-idamkan selama ini
    Jika kau ikuti jejak keduanya, itulah ksatria sejati ….!”

    (Maksudnya, kedua sahabatnya Zaid dan Ja’far yang telah mendahului gugur sebagai syuhada).

    Jika kamu berbuat seperti keduanya, itulah ksatria sejati…..!”

Ia pun maju menyerbu orang-orang Romawi dengan tabahnya. 
Kalau tidaklah taqdir Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menentukan, bahwa hari itu adalah saat janjinya akan ke syurga, niscaya ia akan terus menebas musuh dengan pedangnya, hingga dapat menewaskan sejumlah besar dari mereka. 
Tetapi waktu keberangkatan sudah tiba, yang memberitahukan awal perjalananya pulang ke hadirat Allah, maka naiklah ia sebagai syahid.

Jasadnya jatuh terkapar, tapi rohnya yang suci dan perwira naik menghadap Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Tinggi, dan tercapailah puncak idamannya: 
“Hingga dikatakan, yaitu bila mereka meliwati mayatku: Wahai prajurit perang yang dipimpin Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan benar ia telah terpimpin!” “Benar engkau, ya Ibnu Rawahah….! Anda adalah seorang prajurit yang telah dipimpin oleh Allah…..!”


KABAR SYAHIDNYA PARA KOMANDAN PERANG MU’TAH SAMPAI KE RASULULLAH

Selagi pertempuran sengit sedang berkecamuk di bumi Balqa’ di Syam, Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam sedang duduk beserta para shahabat di Madinah sambil mempercakapkan mereka. 
Tiba-tiba percakapan yang berjalan dengan tenang tenteram, Nabi terdiam, kedua matanya jadi basah berkaca-kaca. 
Beliau mengangkatkan wajahnya dengan mengedipkan kedua matanya, untuk melepas air mata yang jatuh disebabkan rasa duka… ! 
Seraya memandang berkeliling ke wajah para shahabatnya dengan pandangan haru, beliau berkata:

    “Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga ia gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih oleh Ja’far, dan ia bertempur pula bersamanya sampai syahid pula.”. Be!iau berdiam sebentar, lain diteruskannya ucapannya: “Kemudian panji itu dipegang oleh Abdulah bin Rawahah dan ia bertempur bersama panji itu, sampai akhirnya ia·pun syahid pula”.

Kemudian Rasul diam lagi seketika, sementara mata beliau bercahaya, menyinarkan kegembiraan, ketentraman dan kerinduan, lalu katanya pula : “Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku ke syurga …”

Para sahabat di sisi Rasulullah juga tidak henti-hentinya meneteskan air mata. 
Tangis duka. 
Tangis kehilangan. 
Kehilangan sahabat-sahabat terbaik. 
Kehilangan pahlawan-pahlawan pemberani. 

Namun bersamaan dengan tangis itu juga ada kabar gembira bagi mereka. 
Bahwa ketiga orang itu kini disambut para malaikat dengan penuh hormat, dijemput para bidadari, dan mendapati janji surga serta ridha Ilahi. 
Secara khusus kepada Ja’far bin Abu Thalib yang terbelah tubuhnya, ia dijuluki dengan Ath-Thayyar (penerbang) atau Dzul-Janahain (orang yang memiliki dua sayap) sebab Allah menganugerahinya dua sayap di surga, dan dengan sayap itu ia bisa terbang di surga sekehendaknya.


BERITA_SYAHIDNYA JA’FAR DISAMPAIKAN LANGSUNG OLEH RASULULLAH KEPADA KELUARGA JA’FAR

Rasulullah pun pergi ke rumah Ja’far, didapatinya Asma’, istri Ja’far, sedang bersiap-siap menunggu kedatangan suaminya. Dia mengaduk adonan roti, merawat anak-anak, memandikan dan memakaikan baju mereka yang bersih.

Asma’ bercerita,

    “Ketika Rasulullah mengunjungi kami, terlihat wajah beliau diselubungi kabut sedih. Hatiku cemas, tetapi aku tidak berani menanyakan apa yang terjadi, karena aku takut mendengar berita buruk.”

Rasulullah memberi salam dan menanyakan anak-anak Ja’far dan menyuruh mereka ke hadapan Rasulullah.

Asma’ kemudian memanggil mereka semua dan disuruhnya menemui Rasulullah SAW. Anak-anak Ja’far berlompatan kegirangan mengetahui kedatangan beliau. Mereka berebutan untuk bersalaman kepada Rasulullah. Beliau menengkurapkan mukanya kepada anak-anak sambil menciumi mereka penuh haru. Air mata beliau mengalir membasahi pipi mereka.
Asma’ bertanya,

    “Ya Rasulullah, demi Allah, mengapa anda menangis? Apa yang terjadi dengan Ja’far dan kedua sahabatnya?”

Beliau menjawab, “Ya, mereka telah syahid hari ini.”

Mendengar jawaban beliau, maka reduplah senyum kegirangan di wajah anak-anak, apalagi setelah mendengar ibu mereka menangis tersedu-sedu. Mereka diam terpaku di tempat masing-masing, seolah-olah seekor burung sedang bertengger di kepala mereka.

Rasulullah berdoa sambil menyeka air matanya,

    “Ya Allah, gantilah Ja’far bagi anak-anaknya… Ya Allah, gantilah Ja’far bagi istrinya.”

Kemudian beliau bersabda,

    “Aku melihat, sungguh Ja’far berada di surga. Dia mempunyai dua sayap berlumuran darah dan bertanda di kakinya.”


Baca juga :



STRATEGI_PERANG_KHALID_BIN_WALID 

Tsabit bin Arqam mengambil bendera komando yang telah tak bertuan itu dan berteriak memanggil para shahabat Nabi agar menentukan pengganti yang memimpin kaum muslimin. 
Maka, pilihan mereka jatuh pada Khalid bin Walid

Khalid bin Walid Radhiyallรขhu ‘anhu sangat sadar, tidaklah mungkin menandingi pasukan sebesar pasukan Romawi tanpa siasat yang jitu. 
Ia lalu mengatur strategi, ditebarkan rasa takut ke diri musuh dengan selalu mengganti formasi pasukan setiap hari. 
Pasukan di barisan depan ditukar dibelakang, dan yang dibelakang berada didepan. 
Pasukan sayap kanan berganti posisi ke kiri begitupun sebaliknya. 
Tujuannya adalah agar pasukan romawi mengira pasukan muslimin mendapat bantuan tambahan pasukan baru.

Selain itu, khalid bin Walid mengulur-ulur waktu peperangan sampai sore hari karena menurut aturan peperangan pada waktu itu, peperangan tidak boleh dilakukan pada malam hari. 
Khalid memerintahkan beberapa kelompok prajurit kaum muslimin pada pagi harinya agar berjalan dari arah kejauhan menuju medan perang dengan menarik pelepah-pelepah pohon sehingga dari kejauhan terlihat seperti pasukan bantuan yang datang dengan membuat debu-debu berterbangan.

Pasukan musuh yang menyaksikan peristiwa tersebut mengira bahwa pasukan muslim benar-benar mendapatkan bala bantuan. 
Mereka berpikir, bahwa kemarin dengan 3000 orang pasukan saja merasa kewalahan, apalagi jika datang pasukan bantuan. 
Karena itu, pasukan musuh merasa takut dan akhirnya mengundurkan diri dari medan pertempuran.

Pasukan Islam lalu kembali ke Madinah, mereka tidak mengejar pasukan Romawi yang lari, karena dengan mundurnya pasukan Romawi berarti Islam sudah menang.


HASIL_PEPERANGAN

Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa pertempuran ini berakhir imbang. Hal karena kedua belah pasukan sama-sama menarik mundur pasukannya yang lebih dahulu dilakukan oleh Romawi. 
Sedangkan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa dalam pertempuran ini kemenangan berada di tangan pasukan Muslimin.

Imam Ibnu katsir mengungkapkan ketakjubannya terhadap kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui hasil peperangan yang berakhir dengan kemenangan kaum muslimin dengan berkata,

    “Ini kejadian yang menakjubkan sekali. 
Dua pasukan bertarung, saling bermusuhan dalam agama. 
Pihak pertama pasukan yang berjuang di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan kekuatan 3000 orang. 
Dan pihak lainnya, pasukan kafir yang berjumlah 200 ribu pasukan. 100 ribu orang dari Romawi dan 100 ribu orang dari Nashara Arab. 
Mereka saling bertarung dan menyerang. 
Meski demikian sengitnya, hanya 12 orang yang terbunuh dari pasukan kaum muslimin, padahal, jumlah korban tewas dari kaum musyirikin sangat banyak.”

Sebenarnya tanpa ada justifikasi kemenanganpun akan diketahui ada dipihak siapa. 
Keberanian pasukan yang hanya berjumlah 3.000 dengan gagah berani menghadapi dan dapat mengimbangi pasukan yang sangat besar dan bersenjata lebih canggih dan lengkap cukup menjadi bukti. 
Bahkan jika menghitung jumlah korban dalam perang itu siapapun akan langsung mengatakan bahwa umat islam menang. 
Mengingat korban dari pihak muslim hanya 12 orang (al-Bidayah wan Nihayah (4/214)). 
Menurut riwayat Ibnu Ishaq 8 orang, sedang dalam kitab as-Sรฎrah ash-Shahรฎhah (hal.468) 13 orang) sedangkan pasukan Romawi tercatat sekitar 20.000 orang.

Menurut Imam Ibnu Ishaq – imam dalam ilmu sejarah Islam –, syuhada perang Mu’tah hanya berjumlah 8 sahabat saja. Secara terperinci, yaitu (1) Ja’far bin Abi Thalib, dan mantan budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (2) Zaid bin Haritsah Al-Kalbi, (3) Mas’ud bin Al-Aswad bin Haritsah bin Nadhlah Al-Adawi, (4) Wahb bin Sa’d bin Abi Sarh. Sementara dari kalangan kaum Anshar, (5) Abdullah bin Rawahah, (6) Abbad bin Qais Al-Khazarjayyan, (7) Al-Harits bin an-Nu’man bin Isaf bin Nadhlah an-Najjari, dan (8) Suraqah bin Amr bin Athiyyah bin Khansa Al-mazini.

Di sisi lain, Imam Ibnu Hisyam dengan berlandaskan keterangan Az-Zuhri, menambahkan empat nama dalam deretan Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang gugur di medan perang Mu’tah. 
Yakni, (9) Abu Kulaib dan (10) Jabir. Dua orang ini saudara sekandung. Ditambah Amr bin Amir putra Sa’d bin Al-Harits bin Abbad bin Sa’d bin Amir bin Tsa’labah bin Malik bin Afsha. Mereka juga berasal dari kaum Anshar. 
Dengan ini, jumlah syuhada bertambah menjadi 12 jiwa.

Perang ini adalah perang yang sangat sengit meski jumlah korban hanya sedikit dari pihak muslim. 
Di dalam peperangan ini Khalid Radhiyallรขhu ‘anhu telah menunjukkan suatu kegigihan yang sangat mengagumkan. 
Imam Bukhari meriwayatkan dari Khalid sendiri bahwa ia berkata:

    “Dalam perang Mu‘tah, sembilan bilah pedang patah di tanganku kecuali sebilah pedang kecil dari Yaman.” 
๐Ÿ“˜(HR. Al-Bukhari 4265-4266)

Ibnu Hajar mengatakan, hadits ini menunjukkan bahwa kaum Muslimin telah banyak membunuh musuh mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah? Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” 
๐Ÿ“–(Q.S. Al-Baqarah: 249)


IBRAR_YANG_KITA_BISA_AMBIL_DARI_PERANG_MU’TAH

Kita merasa berat padahal kita tidak pernah berjihad. 
Kita mengeluh sering pulang malam dan kecapekan karena kita tidak pernah membayangkan mobilitas para sahabat seperti Zaid, Ja’far dan Ibnu Rawahah yang menempuh perjalanan beberapa pekan, lalu berperang beberapa pekan pula. 

Kita mengeluhkan hari libur yang tersita sehingga jarang berekreasi bersama keluarga karena kita tak pernah menempatkan diri seperti Zaid, Ja’far dan Ibnu Rawahah yang setiap kali berangkat jihad mereka meninggalkan wasiat pada istri dan keluarganya. 

Kita mengeluh korban tenaga, kehujanan, sampai terkena flu bahkan masuk rumah sakit. 
Karena kita tak pernah membayangkan jika kita yang menjadi para sahabat. 
Bukan flu yang menyerang tetapi anak-anak panah yang menancap di badan.
Bukan panas dan meriang yang datang tetapi tombak yang menghujam. 
Bukan batuk karena kelelahan tapi sayatan pedang yang membentuk luka dan menumpahkan darah.

Kita mengeluh dengan pengeluaran sebagian kecil uang kita karena kita tidak membayangkan betapa besarnya biaya jihad para sahabat. 
Mulai dari membeli unta atau kuda, baju besi sampai senjata. 
Kita mengeluhkan masyarakat kita yang tidak juga menyambut dakwah sementara Zaid, Ja’far, dan Ibnu Rawahah bahkan tak pernah mengeluh meskipun berhadapan dengan 100.000 pasukan musuh. 

Kita merasa berat dan seringkali mengeluh karena kita tak memahami bahwa perjuangan Islam resikonya adalah kematian. 
Maka yang kita alami bukan apa-apa dibandingkan tombak yang menghujam tubuh Zaid bin Haritsah. Yang kita keluhkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sabetan pedang yang memutuskan dua tangan Ja’far bin Abu Thalib dan membelah tubuhnya. 
Yang kita rasa berat tidak seberapa dibandingkan luka-luka di tubuh Ibnu Rawahah yang membawanya pada kesyahidan.

Lalu pantaskah kita berharap Rasulullah menangis karena kematian kita? 
Pantaskah kita berharap malaikat datang menyambut kita? 
Atau bidadari menjemput kita? 
Kemudian pintu surga dibukakan untuk kita?

Ya Allah, jika kami memang belum pantas untuk itu semua, jangan biarkan kami mengeluh di jalan dakwah ini. 
Ya Allah, anugerahkanlah hidayah-Mu kepada kami, dan janganlah Engkau jadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah Engkau memberi hidayah pada kami.

ุขู…ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ูŠู† ูŠَุงุฑَุจَّ ุงู„ْุนَู„َู…ِูŠْู†َ


Baca juga :


Senin, 03 Agustus 2020

PERANG UHUD "DARI GUNCANGAN MENJADI KEMENANGAN" "700 MUSLIM MELAWAN 3000 KAFIR QURAISY"

 ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
             ๐Ÿด๐ŸŽ  PERANG UHUD ๐ŸŽ๐Ÿด
"DARI GUNCANGAN MENJADI KEMENANGAN"
"700 MUSLIM MELAWAN 3000 KAFIR QURAISY" 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

     Perang ini merupakan suatu tanda perjuangan Sang Rasul Muhammad Sholallahu alaihi wa sallam beserta kaum muslimin di Madinah dalam berperang melawan kaum kafir Quraisy di Mekkah.
Perang yang pecah pada tanggal 22 Maret 625 Masehi (7 Syawal 3 Hijriah) di latar belakangi kebencian kaum kafir Quraisy terhadap nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya (kaum muslim). 
Nama Uhud sendiri diambil dari nama sebuah bukit yang berjarak sekitar 4 mil dari masjid Nabawi, Madinah. 
Jumlah pasukan Islam waktu itu hanya 700 orang, sementara pasukan kafir Quraisy berjumlah 3000 orang. 
Sebuah perbandingan angka yang sangat-sangat terlampau jauh.


 PENYEBAB_PERANG_UHUD 

Selain sebab begitu bencinya kafir Quraisy Mekkah terhadap Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan pecahnya Perang Uhud, yaitu :

➖Dendam Perang Badar. 
Kaum kafir Quraisy mengalami kekalahan dalam perang itu dan tokoh-tokoh suku mereka pun banyak yang tewas.
Tekad kafir Quraisy buat mengembalikan kehormatan atau pamor mereka yang kalah dalam Perang Badr.
➖Kafir Quraisy ingin menyelamatkan jalur perdagangan mereke ke negeri Syam dari kaum muslimin, lantaran mereka mengganggap kaum muslim mengganggu aktivitas mereka itu.
➖Kaum kafir Quraisy ingin menghancurkan dan melenyapkan kaum muslim sebelum nantinya berubah menjadi kekuatan besar dan menghancurkan kaum kafir.

Sebelum perang uhud, Rasulullah mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya. 
Dalam musyawarah tersebut,Rasulullah berpendapat, dan pendapat beliau ini sesuai dengan mimpi yang beliau alami beberapa hari sebelumnya, yaitu : “sebaiknya pasukan muslim melakukan perang defensif dengan bertahan di dalam kota Madinah”.

Tetapi, beberapa sahabat muda yang semangatnya berkobar-kobar seperti Anas bin Nadhar, Na’im bin Malik, Mush’ab bin Umair, Ibnu Jahsy, Abu Dujanah, Sumaira melontarkan pernyataan bahwa “mereka sangat berharap agar pasukan muslim maju ke medan perang”, dengan alasan karena mereka dalam perang badar tidak berkesempatan ikut dan mereka juga menginginkan sahid dalam peperangan ini.

Setelah mendengar keluhan dari beberapa sahabat, Rasulullah pun agak dilema dan ragu karena adanya perbedaan pendapat tersebut. 
Akhirnya setelah mendengar banyak permintaan agar pasukan muslim maju ke medan laga, kemudian Rasulullah mengaprove dan beliau langsung mengenakan baju besi dan mengambil pedangnya.


RASULULLAH_BERGERAK_MENUJU_UHUD 

Setibanya pasukan muslim di Uhud, mereka langsung menempati pos mereka masing-masing sesuai dengan strategi/formasi yang diformat oleh Rasulullah. 
Pada saat itu pasukan muslim berjumlah 700 orang.
 
Sebenarnya jumlah pasukan muslim ketika keluar dari madinah sejumlah 1000 orang. 
Namun Abdullah bin Ubay si pembelot dan si gembong kelompok munafik ini menarik dukungannya terhadap pasukan muslim sebanyak 300 orang, kemudian mereka kembali lagi ke Madinah dengan alasan pendapatnya tidak di dengar oleh Rasulullah.

Dalam perang ini, panji-panji pasukan muslim dipegang oleh Mush’ab bin Umair, sementara Zubair bin Awwam memimpin pasukan kavaleri dan Hamzah memimpin pasukan infantri. 
Rasulullah lalu menempatkan regu pemanah di tempat yang sangat strategis yaitu di lereng Gunung Uhud supaya mereka dapat mencegah musuh menyerang pasukan muslim dari belakang.

Adapun sahabat yang ditunjuk untuk memimpin regu pemanah ini adalah Abdullah bin Jubair. 
Ketika itu Rasulullah juga bersabda kepada Abdullah bin Jubair yang isinya
”Panahlah kuda musuh dengan tepat untuk melindungi kami. Mereka tidak akan dapat menyerang kami dari belakang. Meski nanti kami menang atau kalah, tetaplah kau di tempatmu agar kami tidak akan diserang dari arahmu”.

Setelah seluruh pasukan muslim bersiaga, Rasulullah menghunuskan pedangnya dan beliau berseru ”siapakah yang mau menggunakan pedang ini?” Kemudian Abu Dujanah maju seraya menjawab ”saya sanggup menggunakan fungsinya”, Lalu Rasulullah menyerahkan pedangnya kepada Abu Dujanah. 
Dan ketika itu suasananya sangat dahsyat dan sahdu sekali, karena setiap pasukan muslim menyimpan kerinduan akan akhirat dan menginginkan mati sahid.


Baca juga :


TERJADINYA_PERANG 

Pada awal peperangan, pasukan muslim berhasil melaksanakan perintah Rasulullah dengan baik dan bahkan Allah meridhoi-Nya. 
Tahapan tahapan dalam perang Uhud. 
Dalam hal ini, kita dapat membagi perang uhud menjadi 3 tahapan. 

Diantaranya:

1. Tahapan Pertama :
- pada tahapan ini, kita dapat melihat keberhasilan yang dicapai pasukan muslim berkat keputusan yang diambil Rasulullah, karena para pahlawan muslim seperti Hamzah, Abu Dujanah dan Abdullah bin Jahsy berhasil membuat pasukan musuh kocar kacir dan carut marut.
- Dan kemenangan pasukan muslim sudah di depan mata. 
Dan pada tahapan ini juga para wanita quraisy mencegah para lelaki mereka agar tidak meninggalkan medan pertempuran, tapi mereka sudah ketakutan dan tak ada yang berani bertahan.
- Dalam literatur siroh, kita dapati bahwa pasukan muslim ketika itu hanya sebesar 700 orang, padalah saat itu jumlah pasukan musrik mencapai 3000 orang. 
Berarti jumlah pasukan musrik lebih dari empat kali lipat dari jumlah pasukan muslim(4:1)
- Tapi sayang, ketika kemenangan sudah berada di depan mata. 
Sebagian dari pasukan muslim melakukan “kekeliruan” dengan mengabaikan perintah yang telah diberikan kepada mereka.

2. Tahapan Kedua :
- Pada tahapan ini, kekalahan pasukan musyrik benar-benar sudah di ambang mata. 
Seperti ayam kehilangan induknya, para prajurit quraisy tunggang langgang melarikan diri meninggalkan medan perang.
- Dari situlah malapetaka terjadi. Dimana Pasukan pemanah yang melihat sahabatnya mengumpulkan gonimah/harta rampasan perang tergoda untuk melakukan hal yang sama,
- saat itu juga pimpinan regu pemanah Abdullah bin Jubair buru-buru mengingatkan mereka agar mematuhi perintah Raulullah, namum mereka belum memahami perintah Rasulullah dengan baik.
- Akhirnya mereka meninggalkan posisi mereka, walaupun perang belum benar-benar selesai.

3. Tahapan Ketiga :
- Pada tahapan ini, setelah regu pemanah meninggalkan posisi mereka, dan menyebabkan terjadinya celah pada pertahanan kaum muslim.
- Maka keadaan ini sebagai kesempatan emas bagi seorang panglima sehebat Kholid bin Walid yang ketika itu belum masuk islam dan memimpin pasukan musrik.
- Secepat kilat , kholid bin walid ketika melihat kondisi pasukan muslim itu segera mengerahkan pasukannya untuk berputar dan menyerang pasukan muslim dari belakang.
- Beberapa prajurit pemanah muslim yang masih tertinggal di lereng gunung uhud menjadi target utamanya sebelum mereka menyerang prajurit yang berada di medan laga.
- Ketika itu Rasulullah terjebak dalam kepungan pasukan musrik yang kemudian menyebabkan tersiarlah berita tentang tewasnya beliau.
- Tapi beruntung Allah berkenan menyelamatkan Rasulullah dengan adanya beberapa sahabat yang menjadi benteng hidup bagi beliau. Karena ketika itu sabetan pedang para durjana berkelebat, ratusan anak panah deras menghujam seperti hujan, puluhan tombak dilemparkan, semuanya tertuju pada satu titik, Muhammad.
- Tapi tak ada satu pun senjata prajurit musrik yang dapat menyentuh tubuh Rasulullah karena berkat pengorbanan para sahabat yang luar biasa.
- Dalam kesempatan itu Rasulullah memulai menerapkan strategi baru, yaitu Rasulullah memerintahkan para prajurit muslim untuk bergerak ke belakang gunung uhud guna membangun kekuatan baru agar tahapan ketiga dari perang uhud yang nyaris menjadi tragedi itu dapat berakhir dengan kemenangan.


DARI_GUNCANGAN_MENJADI_KEMENANGAN

Setelah sempat kewalahan pada tahapan ketiga perang Uhud . 
Pasukan muslim akhirnya mampu melakukan perlawanan dan berhasil mengusir pasukan musrik. Sampai-Sampai Abu Sofyan mundur dan kembali ke Mekkah.

 Dalam hal ini, kita dapat mengetahui bahwa dalam perang uhud pasukan muslim berhasil mengalahkan musuh dua kali, yaitu di awal dan di akhir, sementara “kekalahan” yang diderita pasukan muslim hanya terjadi di tengah perang. 
Mengapa? karena Allah selalu menganugerahkan kemenangan kepada setiap Rasul yang telah diutus-Nya.

Setelah guncangan yang dialami oleh pasukan muslim di uhud, Rasulullah berhasil mengakhiri pertempuran yang kita anggap sebagi kemenangan bagi pasukan muslim. 
Apalagi setelah peperangan uhud, pasukan musrik yang dipimpin Abu Sufyan buru-buru melarikan diri ke Mekkah sementara pasukan muslim bersama Rasulullah kembali ke Madinah dengan tenang.

Kekalahan kaum muslim dalam Perang Uhud sudah digambarkan dalam mimpi Rasulullah sebelumnya. Bahwa beliau bermimpi sedang mengayunkan pedang, lalu pedang itu patah di ujungnya. Kemudian beliau mengayunkannya lagi dan pedang itu kembali utuh, bahkan lebih baik dari sebelumnya.

➖Subhanallah Walhamdulillaah Walaa ilaaha illallaahu Allahu Akbar

➖Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad


Baca juga :

PERANG BADAR "TEWASNYA PARA PENGHINA RASULULLAH" "313 MUSLIM MENGALAHKAN 1000 KAUM KAFIR"

                                ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
             ๐Ÿด๐Ÿซ PERANG BADAR ๐Ÿซ๐Ÿด
"TEWASNYA PARA PENGHINA RASULULLAH" 
"313 MUSLIM MENGALAHKAN 1000 KAUM KAFIR"
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mempunyai 313 pasukan, sedangkan kaum kafir mempunyai 1.300 tentara. 
Di dalam 313 pasukan kaum muslimin hanya terdapat dua ekor kuda, sedangkan dalam tentara musuh terdapat lebih dari 200 kuda. 
Pasukan muslimin mempunyai 70 onta untuk 313 pasukan, sedangkan kaum kafir mempunyai lebih dari 1.000 onta.

Pertanyaannya, apakah jumlah itu seimbang?

Abu Bakar Ash-Shiddiq lantas berdiri dan berkata dengan lantang, 
"Wahai Rasulullah... 
Pergilah!!! 
Kami senantiasa berada di belakangmu."

Kemudian menuyusul Umar bin Khattab, ia berkata, "Wahai Muhammad!!! 
Pergilah...!!! 
Kami berada di belakangmu."

Mendengar ungkapan dari para sahabat, maka Rasulillah SAW melangkahkan kaki keluar dari tendanya. 
Beliau menengadah ke langit lalu berseru, "Allahuakbar....!!! 
Jibril bersama 3.000 Malaikat turun untuk membantu orang-orang yang beriman."

1433 tahun yang lalu di bulan Ramadhan, tepat hari ke-17 Ramadhan, adalah terjadinya perang yang besar, perang Badar. 
Perang besar yang Allah telah jelaskan sebagai pertempuran furqan, pembeda antara yang haq dengan yang bathil.

Perang ini dimulai ketika Nabi Muhammad mendengar kabar bahwa Abu Sufyan telah memimpin sebuah karavan besar dengan ratusan onta. 
Maka Rasul memutuskan untuk menghadang rombongan yang hendak menyuplai orang-orang Quraisy yang sebelumnya telah merampas hak-hak kaum muslim.

Nabi Muhammad segera keluar Madinah bersama beberapa rombongan sahabat, 313 sahabat yang beriman. 
313 sahabat dengan perlengkapan seadanya, hanya beberapa orang saja yang bersenjatakan lengkap.

Di lain sisi, Abu Sufyan yang terkenal cerdik telah mendengar berita penghadangan ini. 
Maka Abu Sufyan segera mengutus beberapa orang untuk menemui kaum Quraisy agar menyerang kaum muslimin. 
Maka, Abu Jahal dengan rasa benci yang terlalu tinggi terhadap Muhammad dan Islam segera menyiapkan 1.300 orang untuk menyerang Muhammad.

Sebenarnya, Abu Sufyan sudah berhasil lolos dari hadangan pasukan muslimin. 
Dan Abu Sufyan juga sudah mengirim utusan kepada Abu Jahal untuk menarik pasukannya kembali ke Makkah (yang kembali ke Makkah berjumlah 300 orang), tapi Abu Jahal ingin tetap berperang melawan Muhammad.

Di sinilah Rasul mendengar berita bahwa Abu Sufyan telah berhasil lolos, dan di hadapan kaum muslim justru ada pasukan yang dipimpin Abu Jahal dengan jumlah yang tak seimbang. 
Rasullulah segera mengumpulkan para sahabat, lalu beliau bersabda, 
"Aku menjanjikan kepada kalian bahwa kita akan keluar dan menyerang karavan Abu Sufyan dan mengganti kerugian kita ketika di Makkah dan kembali dengan ghanimah ke Madinah, tapi seperti yang kalian ketahui bahwa Abu Sufyan berhasil lolos melewati rute yang lain untuk menuju Makkah. 
Dan sekarang kaum Quraisy telah keluar dengan 1.000 pasukan untuk menghadapi dan memerangi kalian, jadi pendapat kalian?"

Lihatlah bahwa Rasulillah dan para sahabat tidak siap untuk menghadapi 1.000 pasukan yang dipimpin oleh Abu Jahal.

Diskusi terus berlanjut, dan Rasul kembali bersabda,
 "Aku menjanjikan kepada kalian satu hal, tapi sekarang menjadi perang dengan orang-orang yang jumlahnya tiga sampai empat kali lipat jumlah kita, dan mereka lebih siap dari kita. 
Jadi bagaimana menurut kalian?"

Setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab menyampaikan pendapatnya, maka giliran Al-Miqdad bin Aswad berdiri dan ia berkata, 
"Wahai Rasulillah...!!!
Apakah Rasulullah pikir kami akan berkata padamu apa yang dikatakan Bani Israel kepada Musa, ketika Musa memerintah mereka untuk memasuki Yerusalem, maka Bani Israel berkata kepada Musa, 'Kau dan Tuhanmu pergilah. 
Kami akan tetap di sini.'"

Al Miqdad terdiam sejenak dan ia tetap berdiri di tengah-tengah kerumunan para sahabat, lantas ia melanjutkan perkataannya, 
"Ya Rasulullah...!!! 
Kami tidak akan mengatakan seperti perkataan dari Bani Israel. 
Kami akan berkata padamu, 'Kau dan Tuhanmu pergilah. Kami akan ikut bersamamu.'"

Abu Bakar, Umar, dan Al-Miqdad adalah tiga sosok pemimpin dari Muhajirin, dari orang-orang yang berhijrah. 
Sedangkan dari 313 pasukan tersebut mayoritas berasal dari kaum Anshar Madinah. 
Maka Rasulillah dengan kebijaksanaannya ingin mendengar pendapat dari kaum Anshar. 
Beliau bertanya kepada mereka, 
"Katakanlah apa yang kalian pikirkan. 
Berilah aku saran. Katakan!!!"

Giliran Sa'ad bin Mu'adh, seoarang pemimpin dari kaum Anshar. 
Siapa yang tidak mengenal beliau, beliau lah yang dimaksud dari hadist Rasulillah SAW, "Inilah seseorang yang dikarenakan kematiannya singgasana Allah berguncang."
Sa'ad bin Mu'adh langsung berdiri, ia berkata kepada Rasulullah SAW, 
"Wahai Rasulullah...!!! 
Allah telah mengutusmu kepada kami dengan membawa kebenaran. 
Dan kami mengikutimu. 
Kau memberi perintah kepada kami, maka kami mematuhimu. 
Kau melarang kami, maka kami pun meninggalkannya."

Kedua mata Sa'ad melihat sekeliling para sahabat, lalu ia melanjutkan perkataanya,
 "Wahai Rasulullah...!!! 
Kami telah memberikan sumpah dan ikrar kami kepadamu bahwa kami akan tetap berdiri bersamamu bagaimanapun situasinya. 
Dan demi Allah, jika kau melintasi samudra, maka kami akan berada di belakangmu. 
Hari ini adalah hari di mana Allah Azza wa Jalla ingin menunjukkan kepadamu bahwa kami adalah pria sejati dan kami patuh terhadap kata-katamu. 
Dan demi Allah, kami sangat sabar berkenaan dengan pertarungan dan sangat teguh berkenaan dengan perang."

Rasulillah akhirnya melihat semangat yang luar biasa dari para sahabat. 
313 orang dengan 2 kuda dan 70 onta, setiap onta mengangkut 2 atau 3 orang sahabat termasuk Nabi Muhammad. 
Bahkan Rasulillah berbagi satu onta dengan Ali bin Abi Thalib r.a dan Usama r.a.

Ali dan Usama saling bertatap mata, "Bagaimana mungkin kita saling berbagi onta dengan Rasulullah SAW? 
Biarkan Rasulullah yang naik, dan kami yang berjalan."


Baca juga :

Mereka segera bertanya pada Rasulillah SAW, "Ya Rasulullah, bagaimana jika engkau yang menaiki ontanya, dan kami yang berjalan?"

Maka Rasul bersabda kepada mereka, "Kalian tidak lebih kuat dariku untukku tidak berjalan, dan tidak juga kalian lebih baik dariku untukku tidak mendapatkan pahala dari Allah Azza wa Jalla."

Lihatlah, betapa rendah hatinya seorang Nabi kepada sahabat dan untuk orang-orang yang beriman. 
Mereka menuju Badar, 150 kilometer dari Madinah, setengah perjalanan menuju Makkah.

Keyakinan para sahabat sudah bulat, bagaimana mereka akan kalah jika Allah bersama mereka meski di depan ada pasukan yang jumlahnya jauh melebihi mereka. 
Bagaimana pasukan kecil akan kalah jika mereka didukung oleh Allah dan Rasul serta Malaikat-Nya.

Ada dua pilihan di hadapan mereka, mati syahid dan mendapat kemulyaan di syurga ataukah pulang dengan membawa kemenangan.

Segera setelah sampai di Badar, Rasulillah segera memerintahkan kepada para sahabat unutk membagi jumlah pasukannya. 
Pasukan Anshar dipimpin oleh Sa'ad bin Mu'adh, dan dari Muhajirin dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib. 
Dari sayap sebelah kanan dipimpin oleh Zubair bin Al-Awwam yang mengendarai kuda. 
Dan dari sayap kiri dipimpin oleh Al-Miqdad bin Aswad yang juga mengendarai kuda. 
Sedangkan bendera perang dibawa oleh Musab bin Umair. 
Dan kepemimpinan perang berada pada Rasulillah SAW sendiri.

Pada malam ke-17 Ramadhan, Allah membuat seluruh sahabat tertidur dengan pulas. 
Hanya Rasulillah yang tetap terjaga. 
Beliau tetap terjaga di bawah naungan Allah Azza wa Jalla, Rasulullah sepanjang malam melakukan shalat dan berdo'a agar Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada kaum muslimin yang sedikit jumlahnya.

Dan di pagi hari, tepat hari ke-17 Ramadhan, telah tertata rapi barisan musuh tepat di depan perkemahan kaum muslimin. 
Allah telah mengabulkan do'a-do'a Rasulillah, pasukan musuh yang berjumlah besar itu tampak sangatlah kecil di mata para sahabat.

Majulah utusan Quraisy, ia meminta untuk mengirim tiga orang muslim yang terkuat untuk maju ke medan perang untuk melawan tiga orang terkuat dari kaum Quraisy.

Tiga orang dari Quraisy itu adalah Utbah, Sheibah, dan anaknya Al-Walid bin Sheibah. 
Maka Rasulillah segera mengutus tiga orang dari Anshar Madinah tapi pihak Quraisy menolak untuk bertempur dengan ketiga orang Anshar tersebut dengan alasan bahwa mereka hanya ingin bertempur melawan kaum mereka sendiri, yaitu sama-sama berasal dari Makkah.

Jadi Rasulullah berseru kepada pasukan, 
"Wahai Hamzah, wahai Ali, wahai Ubaidah...!!! 
Bangunlah untuk syurga. 
Luasnya pintu syurga seluas langit dan bumi. Bangun...!!! 
Bangun dan lawanlah orang-orang ini."

Tak menunggu waktu lama, mereka pun berdiri. Ketahuilah bahwa Hamzah, Ali, dan Ubaidah adalah sahabat sekaligus keluarga dekat dari Nabi Muhammad. 

Akhirnya pertarungan dimulai, Hamzah dan Ali berhasil membunuh musuhnya masing-masing. Sedangkan Ubaidah terluka terkena sabetan pedang, dan setelah itu Hamzah bersama Ali membantu Ubaidah untuk membunuh musuh terakhir itu. 
Ketiga orang tertangguh dari Quraisy telah berhasil dilumpuhkan. 
Kejadian ini tentu saja menambah semangat dari orang-orang yang beriman dan menurunkan moral dari orang-orang kafir Quraisy.

Dan saatnya, 313 melawan 1.000 pasukan.
Rasulillah segera berdo'a, 
"Ya Allah, kemenangan yang telah Engkau janjikan padaku."

Lalu Rasulillah keluar dari tendanya dan berseru, "ALLAHUAKBAR....!!! 
Jibril dengan 3.000 Malaikat telah turun untuk membantu umat muslim."

Dan saya pernah membaca suatu riwayat bahwa pasukan Quraisy juga didatangi oleh setan yang berwujud manusia, ia bernama Suraqah bin Malik. Suraqah memberi semangat kepada kaum kafir dengan berkata, 
"Kau tak akan kalah karena aku bersama kalian. 
Dan aku lah yang akan membantu kalian."

Tapi ketika Suraqah bin Malik melihat Jibril, Mikail, dan ribuan Malaikat turun ke bumi, maka ia pun melarikan diri. 
Maka Abu Jahal berteriak memanggilnya, 
"Wahai Suraqah...!!! 
Kemana engkau hendak pergi?" 
Maka setan itu pun menjawab, "Aku bebas dari kalian. Aku mengundurkan diri dari kalian."

Ketahuilah kalian siapakah yang berhasil mendekati dan merobohkan Abu Jahal?
Mereka adalah dua anak kecil dari kaum Anshar Madinah, mereka bernama Muadh bin Affrah (syahid) dan Muadh bin Amr Al-Jammuh.

Allah memenuhi janji-Nya... Allah telah memberi kemenangan kepada kaum muslim dalam pertempuran ini. 
70 orang kafir telah terbunuh dan 70 menjadi tawanan. 
Sedangkan dari kaum muslimin hanya 14 orang yang menemui syahid. 
Dan yang terbunuh dari kafir Quraisy kebanyakan adalah para pemimpinnya. 
Yaitu Abu Jahal, Umayyah, Utbah, Sheibah, dan Al-Walid. 
Mereka lah yang paling sering menghina Rasulillah SAW.

Sejarah telah membuktikan, bahwa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok yang besar. Ingatlah, bahwa kebenaran selalu ada, bahwa kebenaran selalu megalahkan kebathilan.

"Al-haqqu min rabbika falaa takuunanna minal mumtariin..."

"Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu..." 
๐Ÿ“–(Al-Baqarah: 147)


Baca juga :