Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Oktober 2020

KISAH IMAM ASY-SYIBLI YANG KENINGNYA DICIUM RASULULLAH

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

KISAH IMAM ASY-SYIBLI YANG KENINGNYA DICIUM RASULULLAH 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


☪️ Suatu hari Imam Asy-Syibli mendatangi imam Ibnu Mujahid, lalu imam Ibnu Mujahid merangkulnya seraya mencium kening di antara dua matanya. 

Imam Asy-Syibli yang heran dengan perlakuan imam Ibnu Mujahid tersebut pun bertanya alasan ia melakukan hal itu. 


☪️ Imam Ibnu Mujahid pun berkata:


➖“Aku bermimpi bertemu dengan Nabi saw. dan sungguh beliau menemui Asy-Syibli lalu berdiri ke arahnya dan mencium di antara dua matanya. Aku pun bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini kepada Asy-Syibli?” “Iya, sungguh ia selalu membaca setelah melaksanakan shalat fardhu ayat La qad jaa akum rasuulum min anfusikum sampai dua ayat terakhir dan ia membaca Shalla Allahu alaika ya Muhammad.”


☪️ Lalu imam Ibnu Mujahid mengkonfirmasi kepada imam Asy-Syibli tentang bacaan yang ia baca setelah shalat. 

Ternyata imam Asy-Syibli memang selalu membaca bacaan tersebut, yakni dua ayat terakhir surah At-Taubah dan shalawat kepada Nabi saw.


ู„َู‚َุฏْ ุฌَุงุۤกَูƒُู…ْ ุฑَุณُูˆْู„ٌ ู…ِّู†ْ ุงَู†ْูُุณِูƒُู…ْ ุนَุฒِูŠْุฒٌ ุนَู„َูŠْู‡ِ ู…َุง ุนَู†ِุชُّู…ْ ุญَุฑِูŠْุตٌ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ุจِุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠْู†َ ุฑَุกُูˆْูٌ ุฑَّุญِูŠْู…ٌ


➖laqad jฤ`akum rasแปฅlum min anfusikum ‘azฤซzun ‘alaihi mฤ ‘anittum แธฅarฤซแนฃun ‘alaikum bil-mu`minฤซna ra`แปฅfur raแธฅฤซm


➖Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.


ูَุงِู†ْ ุชَูˆَู„َّูˆْุง ูَู‚ُู„ْ ุญَุณْุจِูŠَ ุงู„ู„ّٰู‡ُ ู„َุงٓ ุงِู„ٰู‡َ ุงِู„َّุง ู‡ُูˆَ ۗ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุชَูˆَูƒَّู„ْุชُ ูˆَู‡ُูˆَ ุฑَุจُّ ุงู„ْุนَุฑْุดِ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…ِ


➖fa in tawallau fa qul แธฅasbiyallฤhu lฤ ilฤha illฤ huw, ‘alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul-‘arsyil-‘aแบ“ฤซm


➖Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.”


ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ


Demikianlah amalan imam Asy-Syibli yang beliau selalu rutinkan setelah melaksanakan shalat hingga membuat Nabi shallallahu alaihi wasallam senang dan mencium kening di antara dua matanya. 


Wa Allahu a’lam bis shawab.


 


๐Ÿ“š Note: Kisah ini ditulis oleh imam Nawawi Al-Bantani di dalam kitab “Nashaihul ‘Ibad Ala Al-Munabbihat Ala Al-Isti’dad li yaumil ma’ad lil imam Ibn Hajar Al’Asqalani” halaman 8.

Selasa, 20 Oktober 2020

GADIS PENGUSAHA JEPANG MASUK ISLAM SETELAH BERTANYA PADA DR. ZAKIR NAIK

 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

GADIS PENGUSAHA JEPANG MASUK ISLAM SETELAH BERTANYA PADA DR. ZAKIR NAIK

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


✨Alhamdulillah seorang gadis pengusaha asal Jepang masuk Islam di acara Dr. Zakir Naik. Gadis yang bernama Risa Mizuno itu menyatakan keislamannya setelah mendapatkan jawaban dari Dr. Zakir Naik atas keraguannya selama ini. 

Risa ragu-ragu apakah dalam Islam seseorang diperbolehkan mempraktekkan budaya dari agama atau bangsa lain. Risa mengalami dilema karena sebagai seorang Jepang, maka dia terkadang harus melakukan praktek-praktek dalam kebudayaan Jepang seperti mengenakan kimono dalam acara-acara tertentu, pergi ke kuil, dan sebagainya. 


✨Akhirnya setelah Dr. Zakir Naik menjawab keraguannya, Risa pun menyatakan keislamannya dengan prosesi syahadat yang dituntun oleh Dr. Zakir Naik. 

Apabila para pembaca ingin menonton video pertanyaan Risa, jawaban Dr. Zakir Naik, hingga masuk Islamnya Risa, bisa dengan mengklik link berikut: Gadis Jepang Masuk Islam Setelah Mendengar Jawaban Dr. Zakir Naik. 


✨Berikut ini transkrip pertanyaan Risa dan jawaban Dr. Zakir Naik:


➖Dr. Zakir: Apakah ada saudari yang non-Muslim di antara penonton? Saudari, apa kau non-Muslim?


➖Risa: Ya, aku non-Muslim, dan aku sangat menghargai karena kau lebih memprioritaskan yang non-Muslim untuk bertanya di sesi tanya-jawab ini.


➖Dr. Zakir: Siapa nama dan apa perkerjaanmu?


➖Risa: Namaku Risa Mizuno. Aku orang Jepang. Aku seorang pengusaha. Aku sudah belajar tentang Islam, dan aku ingin menjadi Muslim nantinya insya Allah. Aku punya satu pertanyaan. Apakah berdosa jika seorang Muslim mengikuti praktek atau budaya dari agama lain? Misalnya apakah berdosa jika aku mengenakan kimono atau mengenakan pakaian tradisional Jepang, pergi ke kuil, mengikuti budaya Shinto, dan sebagainya? Dan juga ketika ada seseorang yang meninggal, umumnya orang Jepang pergi ke kuil untuk pemakamannya. Jadi aku kemungkinan akan menghadapi dilema ini jika masuk Islam. Oleh karena itu aku meminta pendapatmu tentang masalah ini. Terima kasih.


➖Dr. Zakir: Saudari ini mengajukan pertanyaan yang sangat penting. 

๐Ÿ”ธDia bertanya jika seseorang masuk Islam, dapatkah mereka mempraktekkan budaya dari agama lain? Dan dia memberikan contohnya seperti pergi ke kuil, dan sebagainya. Aturan dasarnya dalam Islam, seorang Muslim dapat mengikuti budaya manapun selama budaya itu tidak bertentangan dengan ajaran Quran dan hadits sahih Muhammad s.a.w. Jika budaya itu bertentangan dengan ajaran Quran dan hadits sahih (syariah Islam), maka ini tidak diperbolehkan.


๐Ÿ”ธSebagai contoh, mengenakan jas dan dasi adalah budaya barat. Tapi tidak ada ayat Quran atau hadits yang melarang menggunakan jas dan dasi. Jadi aku mengenakan jas dan dasi dalam acara ini karena hukumnya mubah (dibolehkan). Lain halnya dengan mengenakan celana pendek dimana lutut kita terlihat. Aku sebagai seorang Muslim tidak boleh mengenakan celana pendek, karena aurat seorang pria yang harus ditutupi adalah dari pusar sampai lutut. Begitu juga wanita tidak boleh mengenakan kaus lengan pendek dan menampakkan rambutnya. Ini adalah budaya Barat yang bertentangan dengan syariah Islam.


๐Ÿ”ธAllah berfirman dalam surat Nuur[24]: 31,


“Katakan pada wanita beriman: " Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya...” 

๐Ÿ“–(Qs. Nuur[24]: 31)


๐Ÿ”ธJadi jika budaya itu bertentangan dengan Quran atau hadits sahih Rasulullah, maka ini tidak diperbolehkan. Tapi jika ini tidak bertentangan, kau boleh mempraktekkan budaya itu. Misalnya di Malaysia ada budaya mengenakan topi hitam. Dalam Islam boleh-boleh saja kita mengenakan topi berwarna hitam. Ini tidak masalah. Contoh lainnya di Cina atau Jepang orang-orang suka makan mie. Makan mie tidak dilarang dalam Islam. Jadi kau boleh makan mie meskipun budaya makan mie berasal dari Cina atau Jepang.


๐Ÿ”ธSekarang berkenaan dengan pergi ke kuil. Kalau kau pergi ke kuil hanya untuk berwisata, maka tidak apa-apa. Aku sendiri telah mengunjungi banyak kuil, termasuk di antaranya kuil Shinto dan kuil Hindu. Bahkan aku juga telah ke gereja. Apabila aku melakukannya untuk berekreasi, ini tidak masalah. Tapi jika aku kesana untuk menyembah selain Allah atau menyekutukan Allah (syirik), maka aku telah melakukan dosa terbesar dalam Islam. Ini karena Allah berfirman dalam surat Nisa’[4]: 48 dan surat Nisa’[4]: 116,


๐Ÿ”ธ“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” 

๐Ÿ“–(Qs. An-Nisa’[4]: 48)


๐Ÿ”ธ“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” 

๐Ÿ“–(Qs. An-Nisa’[4]: 116)


๐Ÿ”ธDosa terbesar dalam Islam adalah menyekutukan Tuhan (menyembah yang lain selain Tuhan).


๐Ÿ”ธDengan demikian tidak masalah jika kau pergi ke kuil untuk berekreasi, tapi tidak dibolehkan jika kau ingin beribadah.


๐Ÿ”ธDan jika kau masuk Islam, kau tentunya harus memberitahu kerabatmu perlahan-lahan, dan jelaskan pada mereka tentang siapa itu Tuhan dan bukti-bukti bahwa Tuhan itu ada seperti yang kulakukan.


๐Ÿ”ธAku tahu Shintoisme adalah agama yang mempercayai banyak tuhan (dewa). Dan Shinto itu sendiri berarti “jalan dewa-dewa.” Tapi banyak pakar Shintoisme yang juga setuju bahwa dalam berbagai jenis Shintoisme, ada satu yang mempercayai monoteisme (mempercayai satu Tuhan), meskipun jumlah penganutnya kecil.


๐Ÿ”ธBegitu juga umat Hindu mempercayai banyak tuhan (dewa), meskipun kitab mereka dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan hanya satu dan tidak punya gambar.


๐Ÿ”ธTapi dalam Shintoisme tidak ada kitabnya, tidak seperti Islam dengan kitab Quran, Hinduisme dengan kitab Wedha, Kekristenan dengan kitab Bibel. Namun dalam Shintoisme tidak ada kitab yang dipercayai sebagai firman Tuhan. Karenanya seringkali Shintoisme disebut sebagai sistem etika. Dan apa yang dilakukan Shintoisme adalah menjembatani jurang antara orang Jepang modern dengan orang Jepang tradisional. Ini lebih tepatnya adalah sistem etika dengan aturan-aturan dan bukanlah sebuah agama. Ini karena agama berarti “jalan Tuhan, namun Shintoisme tidak mempunyai sistem seperti yang ada dalam Islam, Kekristenan, dan Hinduisme.


๐Ÿ”ธJadi aku meminta kepadamu untuk menjelaskan materi ceramah ini kepada anggota keluargamu, dan aku percaya bahwa banyak dari etika yang ada dalam Shintoisme juga diikuti dalam Islam, misalnya tentang menjadi manusia yang baik, tentang kemurahan hati, tentang mencintai sesama, semua ini umum. Aku ingin kau mencoba untuk menuntun anggota keluargamu kepada Islam.


➖Saudari aku ingin bertanya, apakah kau percaya Tuhan hanya satu?


➖Risa: Ya.


➖Dr. Zakir: Apa kau percaya bahwa menyembah berhala itu salah?


➖Risa: Menyembah berhala itu salah.


➖Dr. Zakir: Saudari apa kau percaya Nabi Muhammad adalah utusan Allah?


➖Risa: Ya.


➖Dr. Zakir: Masya Allah. Minimal ada 2 syarat yang diperlukan bagi siapapun untuk menjadi Muslim. Yang pertama mempercayai bahwa tak ada yang patut disembah selain Allah. Yang kedua mempercayai bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Dan kau berkata bahwa kau percaya keduanya. Itu artinya kau seorang Muslim. Jadi maukah kau mengucapkan Arabnya bahwa tiada yang patut disembah selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah?


➖Risa: Ya.


➖Dr. Zakir: Apakah ada yang memaksamu untuk masuk Islam?


➖Risa: Tidak.


➖Dr. Zakir: Apakah kau melakukannya karena keinginan sendiri? /


➖Risa: Benar.


➖Dr. Zakir: Tidak ada yang memaksamu.


➖Risa: Tidak.


➖Dr. Zakir: Apa ada orang yang menyuapmu?


➖Risa: Tidak, hahaha.

➖Dr. Zakir: Masya Allah. Karena dalam Islam, menyuap orang itu dilarang. Aku akan mengucapkan Arabnya dan kau bisa mengikutinya.


(Kemudian Dr. Zakir Naik menuntun Risa untuk mengucapkan syahadat)


➖Masya Allah kau telah menjadi Muslim. Alhamdulillah.

Dan aku berdo’a kepada Allah s.w.t semoga Dia semakin menuntunmu dan semoga Dia menghadiahimu surga. Dan aku berdo’a kepada Allah s.w.t semoga melaluimu, Dia menuntun orang Jepang lainnya dan anggota keluargamu kepada jalan Islam.


➖Risa: Terima kasih banyak.


➖Dr. Zakir: Sama-sama

Jumat, 16 Oktober 2020

SIGAPNYA SANG PEMIMPIN

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

        SIGAPNYA SANG PEMIMPIN 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐ŸŒ‘ Suatu malam menjelang kedatangan pasukan Ahzab ke Madinah, demikian Sa'ad ibn Abi Waqqash berkisah, keadaan demikian mencekam. Sungguh tepat apa yang digambarkan Allah; tak tetap lagi penglihatan kami dan hati serasa naik menyesak ke kerongkongan (Surat Al Ahzab Ayat 10).


๐ŸŒ‘ Malam itu aku terbangun dan ingat akan Rasulullah. Atas keinginan sendiri, aku beranjak, lalu berjaga di dekat kediaman beliau. Saat aku disana, Rasulullah bersabda dengan suara agak dikeraskan, "Adakah lelaki shalih yang malam ini sudi menjaga kami ?"


๐ŸŒ‘ Maka aku segera menjawab, "Labbaika yaa Rasuulullah ! Di sini Sa'ad ibn Abi Waqqash berjaga untukmu !" Sesungguhnya yang paling kusukai dari sabda beliau adalah kata-kata 'lelaki shalih', semoga itu menjadi do'a bagi diriku.


๐ŸŒ‘ Beliau keluar menemuiku dengan senyum tulusnya. Setelah memberikan arahan dan memesankan nasihat, beliau masuk kembali. Di larut itu, tiba-tiba kudengar bunyi keras menderu-deru dari ujung kota. Bergegas kunaiki kuda dan kutuju arah asal suara. Aku memacu kudaku. Sampai di satu tempat gelap, dari arah berlawanan muncul bayangan penunggang kuda. Kusiapkan busur dan panahku. Ketika mendekat, aku terkesiap. Ternyata dia Rasulullah ! Aku bertanya, "Dari mana engkau, ya Nabi ? Sungguh aku khawatir atas deru tadi ! Aku khawatir, pasukan musuh dalam jumlah besar datang untuk menyerang Madinah. Mohon pulanglah, dan izinkan aku memeriksanya"


๐ŸŒ‘ Rasulullah tersenyum padaku dan bersabda, "Tenangkan dirimu, hai Sa'ad. Aku telah memeriksanya. Dan itu hanya suara angin gurun"


๐ŸŒ‘ Aku terperangah, takjub dan malu. Aku, si peronda, telah didahului oleh sang Nabi yang kujaga dalam memeriksa kemungkinan bahaya.


_________________*****_________________


๐ŸŒ‘ Kisah Sa'ad ini menjadi pembelajaran indah. Bahwa sang Nabi meminta dijaga bukan karena manja atau suka dilayani pengikutnya. Kesiagaan dan kegesitan beliau bahkan lebih tinggi daripada Sa'ad yang meronda. Permintaan dijaga itu ternyata pendidikan maknanya. Sungguh menakjubkan; pemimpin ini adalah pembawa kedamaian, tak cuma dalam kata, tetapi dengan tindakan yang didasari ketulusan. Dan, kasih sayang agung yang membuat seluruh hidupnya terabdi tuk melayani, tak menghalangi beliau dalam mendidik sahabatnya.


๐ŸŒ‘ Demikian sekelumit kisah, moga mengilhamkan kita tuk menjadi pembawa damai di hati orang-orang yang kita pimpin.


ุขู…ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ูŠู† ุขู„ู„ّู‡ُู…َ ุขู…ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ูŠู†

Kamis, 15 Oktober 2020

ALASAN PARA PEJUANG MEMILIH PAKAIAN ISLAMI, DARIPADA PAKAIAN ADAT


 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

ALASAN PARA PEJUANG MEMILIH PAKAIAN ISLAMI, DARIPADA PAKAIAN ADAT 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Pemilihan pakaian Islami berupa Jubah dan Sorban yang dilakukan para pejuang terdahulu saat melawan penjajah Belanda ternyata memiliki dasar yang kuat.


๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Guru Besar sejarah Universitas Padjajaran Profesor Ahmad Mansur Suryanegara mengungkapkan bahwa alasan para pejuang mengenakan pakaian Islami dengan jubah dan Sorban adalah karena pada masa itu pakaian adat identik dengan para pembantu Penjajah Belanda untuk menindas masyarakat Nusantara.


๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Para pejuang seperti Pangeran Diponegoro, Kiai Mojo dan Sentot Alibasyah Prawirodirjo lebih memilih mengenakan busana Islami dari pada pakaian adat Jawa ketika melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda pada masa itu.


๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Berikut ini penjelasan lengkap yang ditulis Profesor Ahmad Mansur Suryanegara:


➖PANGERAN DIPONEGORO,KIAI MOJO, SENTOT ALIBASYAH PRAWIRODIRJO, Menanggalkan BUSANA ADAT JAWA ketika para Pengena Busana Adat menjadi Pembantu Utama Penjajah Protestan Beland iIkut serta menindas rakyat dgn menggunakan topeng BUDAYA ADAT untuk memadamkan CAHAYA ISLAM .


➖PANGERAN DIPONEGORO, walau menyandang Keris, Menurut DR TJIPTO MANGUNKUSUMO tidak pernah menghunus kerisnya di tengah peperangan. 

Tetapi selalu membacakan AL QURAN untuk membangkitkan Jiwa Juang umat dan rakyat pendukungnya yang anti penjajah.


➖PANGERAN DIPONEGORO, KIAI MOJO, SENTOT ALIBASYAH PRAWIRODIRJO BERBUSANA ISLAMI menyelamatkan bangsanya dari keruntuhan moral bangsanya.


➖Pembusana Adat Djawa bertingkah laku pemadat, merendahkan martabat wanita, perusak keluhuran Adat Djawa, perusak Syariah Islam dalam Istana Kesultanan dan di masyarakat Djawa. 

Berkedok memelihara Adat Djawa, tapi bermental rendah.


➖Bila disebutkan ORA NDJOWO artinya tingkah lakunya TIDAK ISLAMI. 

Saat itu JOWO atau JAWA di masyarakat artinya MENGERTI.

Bila disebut ORA NDJOWO artinya ORA NGERTI atau TIDAK ISLAMI. 

ORA artinya Tidak. 

Djawa artinya Islam dan Pribumi berseberangan penjajah yang asing.


➖Dalam perjalanan Sejarah ADAT DAERAH di Nusantara diperadabkan oleh Ajaran ISLAM. Pada masa penjajahan Kerajaan Protestan Belanda dan pemerintah Kolonial Belanda, ADAT BUDAYA yang bersifat LOKAL dijadikan PEMECAH BELAH KESATUAN BANGSA atau UMAT. 

Dijadikan Alat oleh penjajah melawan ISLAM yang bersifat UNIVERSAL dan PEMERSATU BANGSA INDONESIA.

Rabu, 14 Oktober 2020

KAMIKAH YANG KAU RINDUKAN ITU, YA RASULULLAH......❓

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

KAMIKAH YANG KAU RINDUKAN ITU, YA RASULULLAH......❓

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐Ÿ’ŽUndzur ilaina Yaa Rasulullah. 

๐Ÿ’ŽJangan kau palingkan wajahmu dari kami, tengoklah kami Yaa Rasulullah...... 


๐ŸŒบ AKU RINDU SAUDARA-SAUDARAKU ๐ŸŒบ

---------------------------------------------------------------------


๐Ÿ’ŽSuatu malam, menjelang waktu subuh, Rasulullah SAW bermaksud untuk wudhu untuk menunaikan shalat shubuh.


➖"Apakah ada air untuk wudhu?", beliau bertanya kepada para sahabatnya.


๐Ÿ’ŽTernyata tak ada seorang pun yang memiliki air. Yang ada hanyalah sebuah kantong kulit yang tinggal menyisakan tetesan-tetesan air. Kantong itu pun dibawa ke hadapan Rasulullah. Beliau lalu memasukkan jari-jemarinya yang mulia ke dalam kantong itu. Ketika Rasulullah mengeluarkan tangannya, terpancarlah dengan deras air dari sela-sela jarinya.


๐Ÿ’ŽPara sahabat lalu segera berwudhu dengan air suci itu. Abdullah bin Mas'ud ra bahkan meminum air itu.


๐Ÿ’ŽHayya 'ala as-shalah, Hayya 'ala al-falah… 

Nabi pun kemudian memimpin shalat subuh berjamaah.


๐Ÿ’ŽUsai salat subuh, Rasulullah saw duduk menghadapi para sahabatnya.


➖Beliau bertanya, "Tahukah kalian, siapa yang paling menakjubkan imannya?"


➖Para sahabat menjawab, "Para malaikat."


➖"Bagaimana mereka tak beriman, padahal mereka berada di samping Tuhan mereka?"


➖"Kalau begitu, para Nabi, ya Rasulullah," berkata para sahabat.


➖"Bagaimana para nabi tidak beriman, mereka beriman; mereka menerima wahyu dari Allah," jawab Rasulullah.


➖"Kalau begitu, kami; para sahabatmu, ya Rasulullah" kata para sahabat.


➖"Bagaimana kalian tidak beriman; sementara kalian baru saja menyaksikan apa yang kalian saksikan," Rasulullah merujuk kepada mukjizat yang baru saja terjadi.


➖"Lalu, siapa yang paling menakjubkan imannya itu, ya Rasulullah?" para sahabat bertanya.


➖Rasulullah menjawab, "Mereka adalah kaum yang datang sesudahku. Mereka tidak pernah berjumpa denganku; tidak pernah melihatku. Tapi ketika mereka menemukan Al-Qur'an terbuka di hadapannya, mereka lalu mencintaiku dengan kecintaan yang luar biasa.

Mereka adalah saudara-saudaraku."


➖Para Sahabat kemudian bertanya, “Bukankah kami juga saudaramu, Ya Rasulullah”


➖Rasulullah saw kemudian menjawab, “Benar, kalian adalah para sahabatku. Adapun saudaraku adalah mereka yang hidup setelah aku. Yang beriman kepadaku padahal mereka tak pernah melihatku. Merekalah yang beriman kepada yang gaib, yang menunaikan salat, yang menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan kepada mereka 

๐Ÿ“–(QS. Al-Baqarah; 3)”


➖ Kemudian beliau melanjutkan kata-katanya, “Alangkah rindunya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu.”


                     _____?_______?_____


๐Ÿ’ŽYa Rasulullah….kamikah yang kau rindukan itu?


๐Ÿ’ŽYa Habiballah…

kami yang berlumur dosa inikah yang kau rindukan itu?


๐Ÿ’ŽYa Syafi’al Mudznibin..

sungguh kamipun sangat rindu kepadamu, rindu yang tak tertahankan, ya Rasulullah.


๐Ÿ’ŽYa Allah…sampaikan sebaik-baik sholawat dan salam kami kepada kekasih-Mu, Muhammad Rosulullah.


๐Ÿ’ŽAllahumma Shalli wa Sallim ‘alaa Sayyidina Muhammad wa ‘alaa Aaali Sayyidina Muhammad.


๐Ÿ’ŽSemoga dengan mengistiqomahkan bersholawat, kita semua mukminin mukminat dapat berjumpa serta mendapat syafaat Rosulullah di yaumul hisab nanti.


ุขู…ِู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ูŠْู†َ ูŠَุง ุฑَุจَّ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ูŠْู†َ


   ูˆَุงู„ู„ّู‡ُ ุฃุนู„َู… ุจِุงู„ุตَّูˆَุงุจ

Selasa, 13 Oktober 2020

UNTAIAN NASEHAT IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLAH

 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

๐Ÿ UNTAIAN NASEHAT IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLAH ๐Ÿ

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐Ÿ IMAM SYAFI'I RAHIMAHULLAH BERSYAIR:


ุฏَุนِ ุงู„ุฃَูŠَّุงู…َ ุชَูْุนَู„ ู…َุง ุชَุดَุงุกُ ูˆَุทِุจْ ู†َูْุณุงً ุฅุฐَุง ุญَูƒَู…َ ุงู„ْู‚َุถَุงุกُ


➖“Biarkanlah hari demi hari berbuat sesukanya Tegarkan dan lapangkan jiwa tatkala takdir menjatuhkan ketentuan (setelah diawali dengan tekad dan usaha).”


ูˆَู„ุง ุชَุฌْุฒَุนْ ู„ِู†َุงุฒِู„َุฉِ ุงู„ู„َّูŠَุงู„ِู€ูŠ ูَู…َุง ู„ِู€ุญَูˆَุงุฏِุซِ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุจَู‚َุงุกُ


➖“Janganlah engkau terhenyak dengan musibah malam yang terjadi Karena musibah di dunia ini tak satu pun yang bertahan abadi (musibah tersebut pasti akan berakhir).”


ูˆูƒُู†ْ ุฑَุฌُู„ุงً ุนَู„َู‰ ุงู„ْุฃَู‡ْูˆَุงู„ِ ุฌَู„ْุฏًุง ูˆَุดِูŠْู…َุชُูƒَ ุงู„ุณَّู…َุงุญَุฉُ ูˆَุงู„ْูˆَูَุงุกُ


➖“(Maka) jadilah engkau lelaki sejati tatkala ketakutan menimpa Dengan akhlakmu; kelapangan dada, kesetiaan dan integritas.”


ูˆุฅู†ْ ูƒَุซُุฑَุชْ ุนُูŠُูˆْุจُูƒَ ูِูŠْ ุงู„ْุจَุฑَุงูŠَุง ูˆุณَุฑّูƒَ ุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆู†َ ู„َู‡ุง ุบِุทَุงุกُ


➖“Betapapun aibmu bertebaran di mata makhluk Dan engkau ingin ada tirai yang menutupinya.”


ุชَุณَุชَّุฑْ ุจِุงู„ุณَّุฎَุงุก ูَูƒُู„ُّ ุนَูŠْุจٍ ูŠُุบَุทِّูŠْู‡ِ ูƒَู…َุง ู‚ِูŠْู„َ ุงู„ุณَّุฎَุงุกُ


➖“Maka tutupilah dengan tirai kedermawanan, karena segenap aib Akan tertutupi dengan apa yang disebut orang sebagai kedermawanan.”


ูˆَู„َุง ุชُุฑِ ู„ِู„ْุฃَุนَุงุฏِูŠْ ู‚َุทُّ ุฐُู„ًّุง ูَุฅِู†َّ ุดَู…َุงุชَุฉَ ุงู„ْุฃَุนْุฏَุง ุจَู„َุงุกُ


➖“Jangan sedikitpun memperlihatkan kehinaan di hadapan musuh (orang-orang kafir) Itu akan menjadikan mereka merasa di atas kebenaran disebabkan berjayanya mereka, sungguh itulah malapetaka yang sebenarnya.”


ูˆَู„َุง ุชَุฑْุฌُ ุงู„ุณَّู…َุงุญَุฉَ ู…ِู†ْ ุจَุฎِูŠْู„ٍ ูَู…ุง ูِูŠ ุงู„ู†َّุงุฑِ ู„ِู„ุธْู…ุขู†ِ ู…َุงุกُ


➖“Jangan pernah kau berharap pemberian dari Si Bakhil Karena pada api (Si Bakhil), tidak ada air bagi mereka yang haus.”


ูˆَุฑِุฒْู‚ُูƒَ ู„َูŠْุณَ ูŠُู†ْู‚ِุตُู‡ُ ุงู„ุชَุฃَู†ِّูŠ ูˆู„ูŠุณَ ูŠุฒูŠุฏُ ููŠ ุงู„ุฑุฒู‚ِ ุงู„ุนู†ุงุกُ


➖“Rizkimu (telah terjamin dalam ketentuan Allรขh), tidak akan berkurang hanya karena sifat tenang dan tidak tergesa-gesa (dalam mencarinya) Tidak pula rizkimu itu bertambah dengan ambisi dan keletihan dalam bekerja.”


ูˆَู„ุงَ ุญُุฒْู†ٌ ูŠَุฏُูˆู…ُ ูˆَู„ุงَ ุณُุฑูˆุฑٌ ูˆู„ุงَ ุจุคุณٌ ุนَู„َูŠْูƒَ ูˆَู„ุงَ ุฑَุฎَุงุกُ


➖“Tak ada kesedihan yang kekal, tak ada kebahagiaan yang abadi Tak ada kesengsaraan yang bertahan selamanya, pun demikian halnya dengan kemakmuran. (Beginilah keadaan hari demi hari, yang seharusnya mampu senantiasa memberikan kita harapan demi harapan dalam kehidupan)”


ุฅุฐَุง ู…َุง ูƒُู†ْุชَ ุฐَุง ู‚َู„ْุจٍ ู‚َู†ُูˆْุนٍ ูَุฃَู†ْุชَ ูˆَู…َุงู„ِูƒُ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุณَูˆَุงุกُ


➖“Manakala sifat Qanรข’ah senantiasa ada pada dirimu Maka antara engkau dan raja dunia, sama saja (artinya: orang yang qanรข’ah, senantiasa merasa cukup dengan apa yang diberikan Allรขh untuknya, maka sejatinya dia seperti raja bahkan lebih merdeka dari seorang raja)


ูˆَู…َู†ْ ู†َุฒَู„َุชْ ุจِุณَุงุญَุชِู‡ِ ุงู„ْู…َู†َุงูŠَุง ูู„ุง ุฃุฑุถٌ ุชู‚ูŠู‡ِ ูˆู„ุง ุณู…ุงุกُ


➖“Siapapun yang dihampiri oleh janji kematian Maka tak ada bumi dan tak ada langit yang bisa melindunginya.”


ูˆَุฃَุฑْุถُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุงุณِุนَุฉً ูˆَู„َูƒِู†ْ ุฅุฐَุง ู†َุฒَู„َ ุงู„ْู‚َุถَุง ุถَุงู‚َ ุงู„ْูَุถَุงุกُ


➖“Bumi Allรขh itu teramat luas, namun Tatakala takdir (kematian) turun (menjemput), maka tempat manapun niscaya kan terasa sempit.”


ุฏَุนِ ุงู„ุฃَูŠَّุงู…َ ุชَุบْุฏุฑُ ูƒُู„َّ ุญِูŠู†ٍ ูَู…َุง ูŠُุบْู†ِูŠْ ุนَู†ِ ุงู„ْู…َูˆْุชِ ุงู„ุฏَّูˆَุงุกُ


➖“Biarkanlah hari demi hari melakukan pengkhianatan setiap saat (artinya: jangan kuatir dengan kezaliman yang menimpamu) Toh, (pada akhirnya jika kezaliman tersebut sampai merenggut nyawa, maka ketahuilah bahwa) tak satu pun obat yang bisa menangkal kematian (artinya: mati di atas singgasana sebagai seorang raja dan mati di atas tanah sebagai orang yang terzalimi, sama-sama tidak ada obat penangkalnya).”


๐Ÿ“šDari kitab Dรฎwรขn al-Imรขm asy-Syรขfi’i hal. 10, Ta’lรฎq: Muhammad Ibrรขhรฎm Salรฎm

Selasa, 06 Oktober 2020

KETIKA ABU DZAR AL-GHIFARI MEMINTA MAAF KEPADA BILAL

 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

KETIKA ABU DZAR AL-GHIFARI MEMINTA MAAF KEPADA BILAL 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐ŸŒธGenerasi shahabat adalah generasi terbaik umat ini. Mereka para pendahulu kita yang memperoleh kesempatan untuk hidup bersama Rasulullah SAW. Segala akhlak dan tindak-tanduk mereka pun senantiasa dalam naungan dan pengawasan Rasul. Oleh sebab itu, amatlah buruk jika ada umat Islam yang mencelanya bahkan mengkafirkan mereka para shahabat Radhiallahu ‘anhum.


๐ŸŒธNamun, sahabat tidaklah maksum sebagaimana Rasulullah. Mereka hanyalah manusia biasa yang sangat mungkin berbuat salah hingga mendapat teguran dari Rasulullah. Teguran atau sanggahan dari Rasul ini secara tidak langsung menjadi bahan teladan bagi kita semua sebagai pengikut salafus shalih. Salah satunya adalah ketika Rasulullah menegur perbuatan dari shahabat Abu Dzar Al-Ghifari. 

Inilah kisahnya…


๐ŸŒธSaat itu para shahabat berkumpul dalam satu majelis, sementara Rasulullah SAW tidak bersama mereka. Khalid bin Walid, Abdurrahman bin Auf, Bilal, dan Abu Dzar duduk di dalam majelis. Abu Dzar adalah orang yang memiliki ketajaman dan temperamen tinggi.


๐ŸŒธOrang-orang berbicara mengenai satu topik pembicaraan. 


➖Lalu Abu Dzar berbicara dan menyampaikan sebuah usulan, “Aku mengusulkan agar pasukan diperlakukan demikian dan demikian.”


➖Tiba-tiba Bilal menimpali, “Tidak, itu adalah usulan yang salah.”


➖Lantas Abu Dzar berkata, “Beraninya kamu menyalahkanku, wahai anak wanita berkulit hitam?”


➖“Lรข Ilรขha illallรขh! Bercerminlah engkau. Lihatlah siapa dirimu sebenarnya?”


➖Seketika itu Bilal berdiri dengan terkejut dan marah sejadi-jadinya sambil berkata, “Demi Allah, aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah SAW,” lalu Bilal pun pergi kepada Rasulullah SAW.


๐ŸŒธKetika Bilal sampai kepada Rasulullah SAW, dia berkata, 

➖“Wahai, Rasulullah. Maukah engkau mendengar apa yang telah dikatakan oleh Abu Dzar kepadaku?”


➖ Rasulullah saw. menjawab, “Apakah yang telah dikatakannya?”


➖ Bilal berkata, “Dia telah berkata begini dan begitu.”


๐ŸŒธSeketika itu rona muka Rasulullah SAW berubah.


๐ŸŒธLalu Abu Dzar bergegas datang dengan tergopoh-gopoh. 

➖Dia berkata, “Wahai, Rasulullah. Assalรขmu ‘alaikum wa rahmatullรขhi wa barakรขtuh.”


๐ŸŒธKetika itu Rasulullah sangat marah, hingga dikatakan, “Kami tidak tahu apakah Nabi menjawab salamnya atau tidak.”


➖ Nabi bersabda, “Wahai, Abu Dzar. Engkau telah menghinakannya dengan merendahkan ibunya. Di dalam dirimu terdapat sifat jahiliyah.” 

๐Ÿ“—(HR. Bukhari).


๐ŸŒธKalimat tersebut terdengar bagaikan petir di telinga Abu Dzar. Lantas dia menangis, dan menghampiri Rasulullah, lalu berkata, “Wahai, Rasulullah. Beristigfarlah untukku. Mintakanlah ampunan dari Allah untukku.” Kemudian dia keluar dari masjid sambil menangis.


๐ŸŒธAbu Dzar pergi dan meletakkan kepalanya di atas tanah yang dilalui Bilal. Lalu Bilal menghampirinya.


➖Umar berkata, “Abu Bakar adalah sayyid (tuan) kami, dan dia telah memerdekakan sayyid kami, yaitu Bilal.”


๐ŸŒธAbu Dzar menghempaskan pipinya ke atas tanah, dan berkata, 

➖“Demi Allah, wahai Bilal. Aku tidak akan mengangkat pipiku, kecuali engkau menginjaknya dengan kakimu. Engkaulah orang yang mulia dan akulah yang hina.”


๐ŸŒธAllah akan meninggikan kedudukanmu, wahai Abu Dzar, sampai batas ini. Sungguh, itulah didikan Islam, dan kehidupan di bawah naungan Al-Qur’an.


➖“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Mahabijaksana.” 

๐Ÿ“–(Al-Anfal: 63).


๐ŸŒธLantas Bilal pun menangis melihat pemandangan tersebut. Siapa yang tidak luruh hatinya melihat hal demikian?


๐ŸŒธSebagian dari kita berbuat buruk kepada sebagian yang lain berpuluh kali dalam sehari. Namun, tidak ada yang berani mengatakan, “Maafkan aku, wahai saudaraku.”


๐ŸŒธSebagian dari kita menyakiti yang lain hingga terluka dengan perkara-perkara akidah ataupun ideologi, dan dengan segala hal yang menyangkut sesuatu yang paling berharga dalam hidup. Namun, tidak ada yang berbesar hati mengatakan, “Maafkan aku.”


๐ŸŒธSebagian kita menyakiti temannya ataupun saudaranya dengan tangannya dan tidak berkata, “Maafkan aku.”


๐ŸŒธLihatlah Abu Dzar. 

➖Dia berkata, “Demi Allah, aku tidak akan mengangkat pipiku hingga engkau menginjaknya dengan kakimu.”


๐ŸŒธLantas Bilal menangis dan mendekat, lalu menciumi pipi itu. Pipi itu tidak pantas diinjak dengan kaki, namun hanya pantas untuk dikecup. Pipi itu lebih mulia di sisi Allah daripada diinjak dengan kaki.


๐ŸŒธKemudian keduanya berdiri dan berpelukan sambil menangis.


๐ŸŒธDemikianlah peri kehidupan mereka, di kala mereka hidup berinteraksi dengan Islam. Kita tidak mengenal perbedaan warna. Kita tidak mengenal kulit putih, tidak juga kulit merah, serta kulit hitam. Kita tidak mengenal dia dari keluarga fulan, atau dari keluarga fulan. Kita hanya mengenal takwa.


➖“…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” 

๐Ÿ“–(Al-Hujurat: 13).


๐ŸŒธOleh karenanya, jika engkau melihat seseorang berbangga dengan memuji nenek moyangnya, sementara dia bukanlah orang mulia, ketahuilah sebenarnya dia tidak ada harganya di sisi Allah SWT. Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.

Senin, 05 Oktober 2020

KISAH PALING MENGHARUKAN DALAM KEHIDUPAN RASULULLAH

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

KISAH PALING MENGHARUKAN DALAM KEHIDUPAN RASULULLAH 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ5

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 


☪️ Banyak kisah-kisah dalam kehidupan Rasulullah yang sangat mengharukan, diantaranya adalah sebagai berikut : 


1️⃣. Detik-detik wafatnya Rasulullah

2️⃣. Pengalaman pahit di Thoif

3️⃣. Umat yang dirindukan Rasulullah


--------------------------------------------------------------------------

๐ŸŽ† 1️⃣. DETIK-DETIK WAFATNYA RASULULLAH 


➖Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah: “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya.


➖Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an.

Barang siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,”.


➖Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.


➖Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.


➖Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana sepertinya tengah menahan detik-detik berlalu.


➖Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.


➖“Assalaamu’alaikum… .Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.


➖Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk,

“Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.


➖“Siapakah itu, wahai anakku?”


➖“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak

dikenang.


➖“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan tangisnya.


➖Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat Rasulullah dicabut nyawanya)


➖“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.


➖“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril.


➖Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.


➖“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.

“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”


➖“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’,” kata Jibril.


➖Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.


➖“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.


➖Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.


➖“Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.


➖“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.


➖Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.


➖“Ya Allah, dahsyat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.


➖“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”


➖Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.


➖“Ummatii. ummatii. ummatii.”


➖“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.”


➖‘Aisyah ra berkata: ”Maka jatuhlah tangan Rasulullah, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.”

Dia berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan kukatakan:


➖”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.”


➖Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid, karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan. Adapun Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya.”


➖Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia masuk kepada Rasulullah, memeluk beliau dan berkata: ”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Rasulullah dan berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”

Keluarlah Abu Bakar ra menemui orang-orang dan berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.”


➖‘Aisyah berkata: “Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”


➖Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah manusia yang paling mulia, manusia yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari.


➖Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi tercinta Rasulullah.


➖Allahumma shali’alla sayyidina wa mawlana Muhammad….


-----------------------------------------------------------------

๐ŸŽ† 2️⃣. PENGALAMAN PAHIT DI THAIF


➖Thaif dalam sejarah awal perjuangan Rasulullah Muhammad SAW memang sangat pahit. Terhitung tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan ke Thaif untuk melakukan dakwah dan mengajak Kabilah Tsaqif masuk Islam.Perjalanan ini dilakukan tidak lama setelah wafatnya Siti Khadijah pada 619 Masehi dan wafatnya Abu Thalib, pelindung utama yang juga paman Rasulullah SAW pada 620 Masehi.


➖Meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah ini yang disegani oleh kaum musyrik Qurais, membuat mereka semakin berani mengganggu Rasulullah SAW. Oleh karena itu, jika warga kota Thaif mau menerima Islam, kota ini akan dijadikan tempat berlindung bagi warga muslimin dari kekejaman kaum musyrikin Makkah. Untuk menghindari penganiayaan yang lebih berat secara diam-diam dan dengan berjalan kaki, Rasulullah mencoba pergi ke Thaif untuk meminta pertolongan dan perlindungan. Rasulullah tinggal di Thaif selama sepuluh hari untuk berdakwah dan meminta perlindungan. Namun, ternyata penduduk Thaif melakukan penolakan dan memperlakukan Rasulullah dengan kasar. Saat itu, kaum Tsaqif melempari Rasulullah SAW, sehingga kakinya terluka. Tindakan brutal penduduk Thaif ini membuat Zaid bin Haritsah membelanya dan melindunginya, tapi kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah.


➖Saat itu, Rasulullah SAW berdoa,“Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?

Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”


➖Dari do’a ini tentu semua begitu memahami betapa beratnya cobaan Rasulullah SAW saat itu dalam menghadapi penganiayaan dengan penuh ridho, ikhlas dan sabar, serta tidak pernah berputus asa. Seperti sejumlah cerita yang diriwayatkan kembali Ulama Hadist terkenal, Imam Bukhori dan Muslim dari Asiyah RA (istri kedua Rasulullah SAW). Ia

(Aisyah) berkata, “Wahai Rasulullah SAW, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat dari peristiwa Uhud?“ Jawab Nabi saw, “Aku telah mengalami berbagai penganiayaan dari kaumku. Tetapi penganiayaan terberat yang pernah aku rasakan ialah pada hari ‘Aqabah di mana aku datang dan berdakwah kepada Ibnu Abdi Yalil bin Abdi Kilal, tetapi tersentak dan tersadar ketika sampai di Qarnu’ts-Tsa’alib.


➖Lalu aku angkat kepalaku, dan aku pandang dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata,

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“


➖Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melanjutkan.“Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, “ Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.”


➖ Jawab Rasulullah SAW, “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.“

Subhanallah..!!


-------------------------------------------------------------------

๐ŸŽ† 3️⃣. UMAT YANG DIRINDUKAN RASULULLAH 


➖Diriwayatkan dari Abu Jum’ah ra yang berkata “Suatu saat kami pernah makan siang bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan ketika itu ada Abu Ubaidah bin Jarrah ra yang berkata “Wahai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adakah orang yang lebih baik dari kami? Kami memeluk Islam dan berjihad bersama Engkau”. Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab “Ya ada, yaitu kaum yang akan datang setelah kalian, yang beriman kepadaku padahal mereka tidak melihatku”. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad juz 4 hal 106 hadis no 17017.

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam Sunan Ad Darimi juz 2 hal 398 hadis no 2744 dengan sanad yang shahih.


➖Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu,

diriwayatkan suatu ketika selepas shalat shubuh, seperti biasa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam duduk menghadap para sahabat.

Kemudian beliau bertanya, “Wahai manusia siapakah makhluk Tuhan yang imannya paling menakjubkan?”.


➖“Malikat, ya Rasul,” jawab sahabat.

“Bagaimana malaikat tidak beriman, sedangkan mereka pelaksana perintah Tuhan?” Tukas Rasulullah.


➖“Kalau begitu, para Nabi ya Rasulullah” para sahabat kembali menjawab

“Bagaimana nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari langit turun kepada mereka?” kembali ujar Rasul.


➖“Kalau begitu para sahabat-sahabatmu, ya Rasul”.

“Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman, sedang mereka

menyaksikan apa yang mereka saksikan. Mereka bertemu langsung denganku, melihatku, mendengar kata-kataku, dan juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda kerasulanku.” Ujar Rasulullah.


➖Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam terdiam sejenak, kemudian dengan lembut beliau bersabda,


➖“Yang paling menakjubkan imannya,” ujar Rasul “adalah kaum yang datang sesudah kalian semua. Mereka beriman kepadaku, tanpa pernah melihatku. Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku. Mereka menemukan tulisan dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membela aku seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu.”


➖Kemudian, Nabi Shallallahu alaihi wasallam meneruskan dengan membaca surat Al-Baqarah ayat 3,


➖“Mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menginfakan sebagian dari apa yang Kami berikan kepada mereka.”


➖ Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda,


➖“Berbahagialah orang yang pernah melihatku dan beriman kepadaku” Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengucapkan itu satu kali.


➖“Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku.” Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengucapkan kalimat kedua itu hingga tujuh kali.


➖“Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka,” ucap Rasulullah lagi setelah seketika membisu.

Sabtu, 03 Oktober 2020

KISAH IBNU MAS’UD YANG TETAP CERIA SAAT BERPUASA RAMADHAN

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

KISAH IBNU MAS'UD YANG TETAP CERIA SAAT BERPUASA RAMADHAN 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐Ÿ”ท Abdullah bin Masud R.A berkata bahwa Rasulullah SAW berpesan kepadanya, Hendaknya kamu di waktu pagi pada hari puasamu dalam keadaan berminyak dan bersisir, janganlah kamu di waktu pagi pada hari puasamu dalam keadaan bermuka masam.

๐Ÿ“˜(HR Tabrani dan Abu Nua’im)


๐Ÿ”ท Demi kesempuranaan dan efektivitas ibadah puasa yang dilaksanakan Abdullah bin Mas’ud r.a, Rasulullah SAW berpesan kepadanya agar memulai aktivitas puasa dengan menyembunyikan ibadah puasanya dari orang lain dengan berpenampilan rapi, enerjik dan raut wajah yang selalu berseri-seri.


๐Ÿ”ท Semua itu agar ia dapat lebih ikhlas dan semakin menjauhkan riya dalam menunaikan ibdah puasa (baca: tujuan puasa). Ibnu mas’ud r.a melaksanakan pesai ini dengan baik, bahkan ia menyerukan kaum muslimin untuk melakukan apa yang menjadi pesan Rasululah ini.


๐Ÿ”ท Menyingkap Sebagian Sisi dari Wasiat Rasulullah SAW Kepada Ibnu Mas’ud RA


Wasiat Rasulullah SAW yang ditujukan secara khusus kepada sebagian sahabat secarapersonal biasanya memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Kepada sahabat yang pemarah Nabi berpesan agar tidak marah dan ia akan mendapatkan surga, kepada yang dikhawatirkan tidak dapat bangun di malam hari, nabi berpesan agar witir sebelum tidur.


๐Ÿ”ท Kepada yang berlebihan dalam beribadah, Nabi berpesan agar tidak berlebih-lebihan dalam beribadah sehingga dapat menjaga kontuinitas ibadah.


๐Ÿ”ท Pesan Rasulullah kepada Ibnu Mas’ud untuk memakai minyak dan menyisir rambut serta menampilkan wajah yang berseri-seri, bisa saja dilatarbelakangi oleh beberapa kondisi berikut:


1️⃣. Kondisi Fisik yang Berpotensi menjadikan Ejekan Orang Lain


♦️Secara fisik, Ibnu Mas’ud R.A berpotensi menjadi sasaran ejekan dan bahan tertawaan orang lain karena memiliki postur tubuh yang kecil dan kurus, terutama ketika sedang berpuasa.


➖Ali, R.A berkata. Nabi SAW memerintahkan Ibnu Mas’ud agar mengambil ranting pohon (untuk siwak). Ketika memanjat pohon itu, para sahabat melihat betis Abdullah bin Mas’ud sehingga mereka pun tertawa karena kedua betisnya sangat kecil dan kurus.


➖ Rasulullah SAW bersabda:

Apa yang kalian tertawakan? Sungguh kaki Abdullah ibn Mas’ud jauh lebih berat dalam timbangan hari Kiamat daripada Gunung Uhud ๐Ÿ“˜(HR Ahmad)


♦️Kondisi ini bisa jadi mengundang kesedihan dan kemarahan Ibnu Mas’ud R.A terhadap orang-orang yang mengejek dan menertawakannya. Karena itu Nabi berpesan agar senantiasa ceria dan menghiasi diri dengan senyuman, terutama pada saat berpuasa.


2️⃣. Kondisi Perekonomian yang Miskin


♦️Secara ekonomi, Ibnu Mas’ud adalah seorang yang miskin dan mengalami kesusahan hidup, hingga ia merasa yang paling berhak untuk mendapatkan sedekah dari istrinya daripada orang lain.


➖Zainab, istri Abdullah bin Mas’ud berkata “Wahai Nabi Allah, hari ini engkau telah memerintahkan kami untuk bersedekah, sedang aku memiliki sebuah perhiasan dan aku berniat untuk menyedekahkanya, lalu ibnu Mas’ud mendakwahkan diri bahwa ia dan anaknya adalah orang yang paling berhak untuk menerima sedekah dariku. Nabi SAW bersabda, “Ibnu Mas’ud telah berkata benar, suamimu dan anakmu adalah orang yang paling berhak menerima sedekah darimu” 

๐Ÿ“˜(HR. Bukhari)


♦️Kondisi ini berpotensi menjadi penyebab datangya kesedihan dan kegelisahan berkepanjangan, terutama ketika sedang berpuasa yang diwarnai dengan rasa lapar dan dahaga. Oleh karena itu, Nabi berpesan agar senantiasa ceria dan bermanis muka ketika sedang berpuasa.


3️⃣. Dalam ilmu Agama, Ibnu Mas’ud adalah Teladan Umat


♦️Ibnu Mas’ud menjadi teladan umat dan panutan para sahabat dalam bidang keilmuan dan keagamaan. Aadalah aib jika seorang ulama dan ahli ibadah panutan senantiasa bersedih dan bermuka masam di depan orang lain. Ibnu Mubarak berkata, Sungguh mengangumkan seorang Qari’ yang berwajah ceriah dan periang.


➖Adapun orang yang kamu jumpai dengan wajah ceria, lalu ia menatapmu dengan wajah cemberut, seakan-akan ia menuntutmu untuk menghargai amalannya maka semoga Allah tidak memperbanyak qari’ seperti ini 

๐Ÿ“˜(HR. AL-Baihaqi)


☪️Hikmah Dibalik Perintah Rapi dalam Menjalankan Puasa


♦️Dari kisah Nabi Muhammad SAW dengan Ibnu mas’ud tentu memiliki bebarapa ibrah yang bisa kita terapkan dalam kehidupan, di antara bebarapa hikma tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:


1️⃣. Menyembunyikan Amal kebaikan


Seorang muslim henaknya berusaha menyembunyikan amal kebaikan yang memungkinkan untuk disembunyikan sehingga mendapatkan pahala yang lebih besar.


2️⃣. Mengiri Pahala Puasa dengan Ibadah lain


Ketika menjalankan ibadah puasa, seorang muslim hendaknya senantiasa bermuka manis dan memberikan senyuman kepada orang lain. Dengan begitu ia telah mengiringi ibadah puasanya dengan sedekah yang akan melipatgandakan pahalanya.


3️⃣. Isyarat bahwa Kegembiraan Meringankan Beban Hidup


Apabila Seorang muslim mengahadapi beban dan penderitaan hidup dengan senyum dan keridhan terhadap takdir maka beban tersebut akan terasa ringan hingga ia dengan mudah dapat membalikkan keadaan dari suah menjadi mudah.

Rabu, 30 September 2020

BIOGRAFI SANG IMAM MAZHAB SYAFI’I : IMAM SYAFII (MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFI’I )

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

 BIOGRAFI SANG IMAM MAZHAB SYAFI’I :

                    IMAM SYAFII 

(MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFI’I ) 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


☪️ NAMA DAN GARIS KETURUNAN AL-IMAM ASY-SYAFI’I RAHIMAHULLAHU


➖Nama Al-Imam Asy-Syafi’i adalah Muhammad bin Idris. 

Beliau berasal dari Kabilah | yang terhormat (Al-Qurasyi), tepatnya dari Bani Al-Muththalib (Al-Muththalibi) dan dari anak cucu Syafi’ bin As-Saib (Asy-Syafi’i). 

Adapun ibu beliau adalah seorang wanita mulia dari Kabilah Azd (salah satu kabilah negeri Yaman). 

Kunyah beliau Abu Abdillah, sedangkan laqab (julukan) beliau Nashirul Hadits (pembela hadits NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam). 


➖Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abdu Manaf bin Qushay, sebagaimana dalam silsilah garis keturunan beliau berikut ini:


๐ŸŒน Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al-Muththalib bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin Adnan. 

๐Ÿ“š(Manaqib Asy-Syafi’i karya Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullahu, 1/76, 472, Siyar A’lamin Nubala’karya Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullahu, 10/5-6, dan Tahdzibul Asma’ wal Lughatkarya Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu, 1/44)


☪️ KELAHIRAN DAN MASA TUMBUH AL-IMAM ASY-SYAFI’I RAHIMAHULLAHU 


➖Para sejarawan Islam sepakat bahwa Al-Imam Asy-Syafi’i dilahirkan pada tahun 150H.

Di tahun yang sama, Al-Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit Al-Kufirahimahullahu meninggal dunia. 

Adapun tempat kelahiran beliau, ada tiga versi: Gaza, Asqalan, atau Yaman.


➖Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu dalam Tawalit Ta’sis Bima’ali Ibni Idris (hal. 51-52), tidak ada pertentangan antara tiga versi tersebut, karena Asqalan adalah nama sebuah kota di mana terdapat Desa Gaza.

Sedangkan versi ketiga bahwa Al-Imam Asy-Syafi’i dilahirkan di Yaman, menurut Al-Imam Al-Baihaqi, bukanlah negeri Yaman yang dimaksud, akan tetapi tempat yang didiami oleh sebagian kabilah Yaman, dan Desa Gaza termasuk salah satu darinya. 

๐Ÿ“š(LihatManhaj Al-Imam Asy-Syafi’i Fi Itsbatil Akidah karya Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Aqil, 1/21-22, dan Manaqib Asy-Syafi’i, 1/74)


➖Dengan demikian tiga versi tersebut dapat dikompromikan, yaitu Al-Imam Asy-Syafi’i dilahirkan di Desa Gaza, Kota ‘Asqalan (sekarang masuk wilayah Palestina).


➖Di Desa Gaza, Asy-Syafi’i kecil tumbuh dan berkembang tanpa belaian kasih seorang ayah alias yatim. 

Walau demikian, keberadaan sang ibu yang tulus dan penuh kasih sayang benar-benar menumbuhkan ketegaran pada jiwa beliau untuk menyongsong hidup mulia dan bermartabat.

Pada usia dua tahun sang ibu membawa Asy-Syafi’i kecil ke bumi Hijaz.

 Di Hijaz, Asy-Syafi’i kecil hidup di tengah-tengah keluarga ibunya (keluarga Yaman). 

Di sana pula Asy-Syafi’i kecil belajar Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama, sehingga pada usia tujuh tahun beliau telah berhasil menghafalkan Al-Qur’an dgn sempurna (30 juz).


➖Saat memasuki usia sepuluh tahun, sang ibu khawatir bila nasab mulia anaknya pudar. Maka dibawalah si anak menuju Makkah agar menapak kehidupan di tengah-tengah keluarga ayahnya dari Kabilah Quraisy. 

Kegemaran beliau pun tertuju pada dua hal: memanah dan menuntut ilmu. 

Dalam hal memanah beliau sangat giat berlatih, hingga dari sepuluh sasaran bidik, sembilan atau bahkan semuanya dapat dibidiknya dengan baik. 

Tak ayal bila kemudian unggul atas kawan-kawan sebayanya. 

Dalam hal menuntut ilmu pun tak kalah giatnya, sampai-sampai salah seorang dari kerabat ayahnya mengatakan: “Janganlah engkau terburu menuntut ilmu, sibukkanlah dirimu dengan hal-hal yang bermanfaat (bekerja)!”


➖ Namun kata-kata tersebut tak berpengaruh sedikitpun pada diri Asy-Syafi’i.

Bahkan kelezatan hidup beliau justru didapat pada ilmu dan menuntut ilmu, hingga akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan kepada beliau ilmu yang luas. 

๐Ÿ“š(Tawalit Ta’sis Bima’ali Ibni Idris hal. 51-52, Manhaj Al-Imam Asy-Syafi’i Fi Itsbatil Akidah, 1/22-23)


☪️ PERJALANAN AL-IMAM ASY-SYAFI’I RAHIMAHULLAHU DALAM MENUNTUT ILMU 


➖Di Kota Makkah dengan segala panorama khasnya, Asy-Syafi’i kecil mulai mendalami ilmu nahwu, sastra Arab, dan sejarah. Keinginan beliau untuk menguasainyapun demikian kuat. 

Sehingga setelah memasuki usia baligh dan siap untuk berkelana menuntut ilmu, bulatlah tekad beliau untuk menimba ilmu bahasa Arab dari sumbernya yang murni. 

Pilihan pun jatuh pada Suku Hudzail yang berada di perkampungan badui pinggiran Kota Makkah, mengingat Suku Hudzail -saat itu- adalah suku Arab yang paling fasih dalam berbahasa Arab. 

Dengan misi mulia tersebut Asy-Syafi’i seringkali tinggal bersama Suku Hudzail di perkampungan badui mereka. 

Aktivitas ini pun berlangsung cukup lama. Sebagian riwayat menyebutkan sepuluh tahun dan sebagian lainnya menyebutkan dua puluh tahun. 

Tak heran bila di kemudian hari Asy-Syafi’i menjadi rujukan dalam bahasa Arab. Sebagaimana pengakuan para pakar bahasa Arab di masanya, semisal Al-Imam Abdul Malik bin Hisyam Al-Mu’afiri (pakar bahasa Arab di Mesir), Al-Imam Abdul Malik bin Quraib Al-Ashma’i (pakar bahasa Arab di Irak), Al-Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin Sallam Al-Harawi (sastrawan ulung di masanya), dan yang lainnya.

๐Ÿ“š(Lihat Tawalit Ta’sis Bima’ali Ibni Idris hal. 53, Al-Bidayah wan Nihayah karya Al-Hafizh Ibnu Katsirrahimahullahu, 10/263, Manaqib Asy-Syafi’i 1/102)


➖Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepada Al-Imam Asy-Syafi’i kecintaan pada fiqh (mendalami ilmu agama). Mush’ab bin Abdullah Az-Zubairi menerangkan bahwa kecintaan Al-Imam Asy-Syafi’i pada fiqh bermula dari sindiran sekretaris ayah Mush’ab. Kisahnya, pada suatu hari Al-Imam Asy-Syafi’i sedang menaiki hewan tunggangannya sembari melantunkan bait-bait syair. 

Maka berkatalah sekretaris ayah Mush’ab bin Abdullah Az-Zubairi kepada beliau: “Orang seperti engkau tak pantas berperilaku demikian.

Di manakah engkau dari fiqh?” Kata-kata tersebut benar-benar mengena pada jiwa Al-Imam Asy-Syafi’i, hingga akhirnya bertekad untuk mendalami ilmu agama kepada Muslim bin Khalid Az-Zanji -saat itu sebagai Mufti Makkah- kemudian kepada Al-Imam Malik bin Anas di Kota Madinah. 

๐Ÿ“š(Lihat Manaqib Asy-Syafi’i, 1/96)


➖Upaya menimba berbagai disiplin ilmu agama ditempuhnya dengan penuh kesungguhan.

Dari satu ulama menuju ulama lainnya dan dari satu negeri menuju negeri lainnya; Makkah-Madinah-Yaman-Baghdad. Di daerahnya (Makkah), Al-Imam Asy-Syafi’i menimba ilmu dari Muslim bin Khalid Az-Zanji, Dawud bin Abdurrahman Al-Aththar, Muhammad bin Ali bin Syafi’, Sufyan bin Uyainah, Abdurrahman bin Abu Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Iyadh, dan yang lainnya.


➖Pada usia dua puluh sekian tahun, dalam kondisi telah layak berfatwa dan pantas menjadi seorang imam dalam agama ini- Al-Imam Asy-Syafi’i berkelana menuju Kota Madinah guna menimba ilmu dari para ulama Madinah: Al-Imam Malik bin Anas, Ibrahim bin Abu Yahya Al-Aslami, Abdul Aziz Ad-Darawardi, Aththaf bin Khalid, Ismail bin Ja’far, Ibrahim bin Sa’d, dan yang semisal dengan mereka. Kemudian ke negeri Yaman, menimba ilmu dari para ulamanya: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadhi, dan yang lainnya. Demikian pula di Baghdad, beliau menimba ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani ahli fiqh negeri Irak, Ismail bin ‘Ulayyah, Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi, dan yang lainnya. 

๐Ÿ“š(Diringkas dari Siyar A’lamin Nubala’, 10/6, 7, dan 12)


☪️ KEDUDUKAN AL-IMAM ASY-SYAFI’I RAHIMAHULLAHU DI MATA PEMBESAR UMAT 


➖Perjalanan Al-Imam Asy-Syafi’i yang demikian panjang dalam menuntut ilmu benar-benar membuahkan keilmuan yang tinggi, prinsip keyakinan (manhaj) yang kokoh, akidah yang lurus, amalan ibadah yang baik, dan budi pekerti yang luhur.

Tak heran bila kemudian posisi dan kedudukan beliau demikian terhormat di mata pembesar umat dari kalangan para ahli di bidang tafsir, qiraat Al-Qur’an, hadits, fiqh, sejarah, dan bahasa Arab. 

Kitab-kitab biografi yang ditulis oleh para ulama pun menjadi saksi terbaik atas itu semua. 


✨ Berikut ini contoh dari sekian banyak penghormatan pembesar umat terhadap Al-Imam Asy-Syafi’i yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut:


๐Ÿ“šDalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu disebutkan bahwa:


➖ Al-Imam Abu Zur’ah Ar-Razi rahimahullahu berkata:

 “Tidak ada satu hadits pun yang Asy-Syafi’i keliru dalam meriwayatkannya.”


➖ Al-Imam Abu Dawud rahimahullahu berkata: 

“Asy-Syafi’i belum pernah keliru dalam meriwayatkan suatu hadits.”


➖ Al-Imam Ali bin Al-Madini rahimahullahu berkata kepada putranya: 

“Tulislah semua yang keluar dari Asy-Syafi’i dan jangan kau biarkan satu huruf pun terlewat, karena padanya terdapat ilmu.”


➖ Al-Imam Yahya bin Ma’in rahimahullahu berkata tentang Asy-Syafi’i: 

“Tsiqah (terpercaya).”


➖ Al-Imam Yahya bin Sa’id Al-Qaththan rahimahullahu berkata:

 “Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih berakal dan lebih paham tentang urusan agama daripada Asy-Syafi’i.”


➖ Al-Imam An-Nasa’i rahimahullahu berkata: 

“Asy-Syafi’i di sisi kami adalah seorang ulama yang terpercaya lagi amanah.”


➖ Al-Imam Mush’ab bin Abdullah Az-Zubairi rahimahullahu berkata:

 “Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih berilmu dari Asy-Syafi’i dalam hal sejarah.”


➖Dalam Mukadimah Asy-Syaikh Ahmad bin Muhammad Syakir rahimahullahu terhadap kitab Ar-Risalah karya Al-Imam Asy-Syafi’i (hal. 6) disebutkan bahwa Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu berkata: 

“Kalau bukan karena Asy-Syafi’i (atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, pen.), niscaya kami tidak bisa memahami hadits dengan baik.”


➖Beliau juga berkata:

 “Asy-Syafi’i adalah seorang yang paling paham tentang Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”


๐Ÿ“šDalam kitab Manaqib Asy-Syafi’i karya Al-Imam Dawud bin Ali Azh-Zhahirirahimahullahu disebutkan:

 “Telah berkata kepadaku Ishaq bin Rahawaih: ‘Suatu hari aku pergi ke Makkah bersama Ahmad bin Hanbal untuk berjumpa dengan Asy-Syafi’i. 

Aku pun selalu bertanya kepadanya tentang sesuatu (dari agama ini) dan aku dapati beliau sebagai seorang yang fasih serta berbudi pekerti luhur. 

Setelah kami berpisah dengan beliau, sampailah informasi dari sekelompok orang yang ahli di bidang tafsir Al-Qur’an bahwa Asy-Syafi’i adalah orang yang paling mengerti tafsir Al-Qur’an di masa ini. 

Kalaulah aku tahu hal ini, niscaya aku akan bermulazamah (belajar secara khusus) kepadanya’.”


➖Dawud bin Ali Azh-Zhahiri berkata: 

“Aku melihat adanya penyesalan pada diri Ishaq bin Rahawaih atas kesempatan yang terlewatkan itu.”


๐Ÿ“š Dalam kitab Manaqib Asy-Syafi’i karya Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullahu (2/42-44 dan 48) disebutkan bahwa:


➖Al-Imam Abdul Malik bin Hisyam Al-Mu’afiri rahimahullahu berkata:

 “Asy-Syafi’i termasuk rujukan dalam bahasa Arab.”


➖Al-Imam Abdul Malik bin Quraib Al-Ashma’i rahimahullahu berkata: “Aku mengoreksikan syair-syair Suku Hudzail kepada seorang pemuda Quraisy di Makkah yang bernama Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i.”


➖Al-Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin Sallam Al-Harawi rahimahullahu berkata: “Adalah Asy-Syafi’i sebagai rujukan dalam bahasa Arab atau seorang pakar bahasa Arab.”


➖Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu berkata: “Perkataan Asy-Syafi’i dalam hal bahasa Arab adalah hujjah.”


➖Al-Mubarrid rahimahullahu berkata: “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati Asy-Syafi’i. Beliau termasuk orang yang paling ahli dalam hal syair, sastra Arab, dan dialek bacaan (qiraat) Al-Qur’an.”


☪️ MENELUSURI PRINSIP KEYAKINAN (MANHAJ) AL-IMAM ASY-SYAFI’I RAHIMAHULLAHU


➖Prinsip keyakinan (manhaj) Al-Imam Asy-Syafi’i sesuai dengan prinsip keyakinan (manhaj) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Untuk lebih jelasnya, simaklah keterangan berikut ini:


๐Ÿ”ดA. Pengagungan Al-Imam Asy-Syafi’i terhadap Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


➖Al-Imam Asy-Syafi’i adalah seorang ulama yang selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta berpegang teguh dengan keduanya. 

Cukuplah karya monumental beliau, kitab Al-Umm (terkhusus pada Kitab Jima’ul Ilmi dan Kitab Ibthalul Istihsan) dan juga kitab Ar-Risalah menjadi bukti atas semua itu. Demikian pula beliau melarang dari taklid buta. Sebagaimana dalam wasiat beliau berikut ini:


➖ “Jika kalian mendapati sesuatu pada karya tulisku yang menyelisihi Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ambillah Sunnah RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut dan tinggalkan perkataanku.”


➖ “Jika apa yang aku katakan menyelisihi hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lah yang lebih utama, dan jangan kalian taklid kepadaku.” 

๐Ÿ“š (Lihat Manaqib Asy-Syafi’i, 1/472 dan 473)


➖Al-Imam Al-Muzani rahimahullahu (salah seorang murid senior Al-Imam Asy-Syafi’i) di awal kitab Mukhtashar-nya berkata: “Aku ringkaskan kitab ini dari ilmu Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullahu serta dari kandungan ucapannya untuk memudahkan siapa saja yang menghendakinya, seiring dengan adanya peringatan dari beliau agar tidak bertaklid kepada beliau maupun kepada yang lainnya. 

Hal itu agar seseorang dapat melihat dengan jernih apa yang terbaik bagi agamanya dan lebih berhati-hati bagi dirinya.” 

๐Ÿ“š (Dinukil dari Manhaj Al-Imam Asy-Syafi’i fi Itsbatil Akidah, 1/127)


๐Ÿ”ดB. Hadits ahad dalam pandangan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu


➖Menurut Al-Imam Asy-Syafi’i (dan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah selainnya), tak ada perbedaan antara hadits mutawatir dan hadits ahad dalam hal hujjah, selama derajatnya shahih. 

Bahkan dalam kitab Ar-Risalah (hal. 369-471), Al-Imam Asy-Syafi’i menjelaskan secara panjang lebar bahwa hadits ahad adalah hujjah dalam segenap sendi agama. 

Lebih dari itu beliau membantah orang-orang yang mengingkarinya dengan dalil-dalil yang sangat kuat. 

Sehingga patutlah bila beliau dijuluki Nashirul Hadits (pembela hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam).


๐Ÿ”ดC. Tauhid dalam pandangan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu


➖Al-Imam Asy- Syafi’i merupakan sosok yang kokoh tauhidnya. 

Sangat mendalam pengetahuannya tentang tauhid dan jenis-jenisnya, baik tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah maupun tauhid asma’ wash shifat. Bahkan kitab-kitab beliau merupakan contoh dari cerminan tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


➖Di antaranya apa yang terdapat dalam mukadimah kitab Ar-Risalah berikut ini: “Segala puji hanya milik Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Rabb mereka. 

Segala puji hanya milik Allah yang tidaklah mungkin satu nikmat dari nikmat-nikmat-Nya disyukuri melainkan dengan nikmat dari-Nya pula. 

Yang mengharuskan seseorang kala mensyukuri kenikmatan-Nya yang lampau untuk mensyukuri kenikmatan-Nya yang baru.

 Siapa pun tak akan mampu menyifati hakikat keagungan-Nya. 

Dia sebagaimana yang disifati oleh diri-Nya sendiri dan di atas apa yang disifati oleh para makhluk-Nya. Aku memuji-Nya dengan pujian yang selaras dengan kemuliaan wajah-Nya dan keperkasaan ketinggian-Nya. 

Aku memohon pertolongan dari-Nya, suatu pertolongan dari Dzat yang tidak ada daya dan upaya melainkan dari-Nya. 

Aku memohon petunjuk dari-Nya, Dzat yang dengan petunjuk-Nya tidak akan tersesat siapa pun yang ditunjuki-Nya. 

Aku pun memohon ampunan-Nya atas segala dosa yang telah lalu maupun yang akan datang, permohonan seorang hamba yang meyakini bahwa tiada yang berhak diibadahi melainkan Dia, seorang hamba yang mengetahui dengan pasti bahwa tiada yang dapat mengampuni dosanya dan menyelamatkannya dari dosa tersebut kecuali Dia. 

Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi melainkan Dia semata, dan aku bersaksi pula bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya…”


➖Al-Imam Asy-Syafi’i sangat berupaya untuk menjaga kemurnian tauhid.

Oleh karena itu, beliau sangat keras terhadap segala perbuatan yang dapat mengantarkan kepada syirik akbar (syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam), seperti mendirikan bangunan di atas kubur dan menjadikannya sebagai tempat ibadah, bersumpah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan sebagainya. 

๐Ÿ“š(Manhaj Al-Imam Asy-Syafi’i Fi Itsbatil Akidah, 2/517)


➖Penting untuk disebutkan pula bahwa prinsip Al-Imam Asy-Syafi’i dalam hal tauhid asma’ wash shifat sesuai dengan prinsip Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum serta menyelisihi prinsip kelompok Asy’ariyyah ataupun Maturidiyyah.

Yaitu menetapkan semua nama dan sifat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan dijelaskan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih. 

Menetapkannya tanpa menyerupakan dengan sesuatu pun, dan mensucikan AllahSubhanahu wa Ta’ala tanpa meniadakan (ta’thil) nama-nama dan sifat-sifat-Nya. 

Sebagaimana yang dikandung firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


ู„َูŠْุณَ ูƒَู…ِุซْู„ِู‡ِ ุดَูŠْุกٌ ูˆَู‡ُูˆَ ุงู„ุณَّู…ِูŠุนُ ุงู„ْุจَุตِูŠุฑُ


“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan lagi Maha melihat.” 

๐Ÿ“–(Asy-Syura: 11)


➖Jauh dari sikap membayangkan bagaimana hakikat sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala(takyif) dan jauh pula dari sikap memalingkan makna sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sebenarnya kepada makna yang tidak dimaukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya (tahrif). Demikianlah prinsip yang senantiasa ditanamkan Al-Imam Asy-Syafi’i kepada murid-muridnya.


➖Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Telah diriwayatkan dari Ar-Rabi’ dan yang lainnya, dari para pembesar murid-murid Asy-Syafi’i, apa yang menunjukkan bahwa ayat dan hadits tentang sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut dimaknai sesuai dengan makna zhahirnya, tanpa dibayangkan bagaimana hakikat sifat tersebut (takyif), tanpa diserupakan dengan sifat makhluk-Nya (tasybih), tanpa ditiadakan (ta’thil), dan tanpa dipalingkan dari makna sebenarnya yang dimaukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam (tahrif).” 

๐Ÿ“š(Al-Bidayah wan Nihayah, 10/265)


๐Ÿ”ดD. Permasalahan iman menurut Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu


➖Iman menurut Al-Imam Asy-Syafi’i mencakup ucapan, perbuatan, dan niat (keyakinan). 

Ia bisa bertambah dengan ketaatan dan bisa berkurang dengan kemaksiatan. 

Adapun sikap beliau terhadap pelaku dosa besar (di bawah dosa syirik) yang meninggal dunia dalam keadaan belum bertaubat darinya, maka selaras dengan prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah dan menyelisihi prinsip ahlul bid’ah, dari kalangan Khawarij, Mu’tazilah, maupun Murji’ah. 

Yaitu tergantung kepada kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak untuk diampuni maka terampunilah dosanya, dan jika Allah Subhanahu wa Ta’alaberkehendak untuk diazab maka akan diazab terlebih dahulu dalam An-Nar, namun tidak kekal di dalamnya. 

๐Ÿ“š (Lihat Manhaj Al-Imam Asy-Syafi’i fi Itsbatil Akidah, 2/516)


๐Ÿ”ดE. Permasalahan takdir dan Hari Akhir menurut Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu


➖Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: “Sesungguhnya kehendak para hamba tergantung kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Tidaklah mereka berkehendak kecuali atas kehendak Allah Rabb semesta alam. Manusia tidaklah menciptakan amal perbuatannya sendiri. 

Amal perbuatan mereka adalah ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya takdir baik dan takdir buruk semuanya dari Allah ‘Azza wa jalla. Sesungguhnya azab kubur benar adanya, pertanyaan malaikat kepada penghuni kubur benar adanya, hari kebangkitan benar adanya, penghitungan amal di hari kiamat benar adanya, Al-Jannah dan An-Nar benar adanya, dan hal lainnya yang disebutkan dalam Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta disampaikan melalui lisan para ulama di segenap negeri kaum muslimin (benar pula adanya).” 

๐Ÿ“š (Manaqib Asy-Syafi’i, 1/415)


➖Ketika ditanya tentang dilihatnya Allah Subhanahu wa Ta’ala (ru’yatullah) di hari kiamat, maka Al-Imam Asy-Syafi’i mengatakan: “Demi Allah, jika Muhammad bin Idris tidak meyakini akan dilihatnya Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat, niscaya dia tidak akan beribadah kepada-Nya di dunia.” 

๐Ÿ“š (Manaqib Asy-Syafi’i, 1/419)


๐Ÿ”ดF. Penghormatan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu terhadap para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam


➖Al-Imam Asy-Syafi’i sangat menghormati para sahabat Nabi. 

Hal ini sebagaimana tercermin dalam kata-kata beliau berikut ini: “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al-Qur’an, Taurat, dan Injil. 

Keutamaan itu pun (sungguh) telah terukir melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suatu keutamaan yang belum pernah diraih oleh siapa pun setelah mereka. 

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati mereka dan menganugerahkan kepada mereka tempat tertinggi di sisi para shiddiqin, syuhada, dan shalihin. 

Merekalah para penyampai ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita. Mereka pula para saksi atas turunnya wahyu kepada RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, mereka sangat mengetahui apa yang dimaukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkait dengan hal-hal yang bersifat umum maupun khusus, serta yang bersifat keharusan maupun anjuran. 

Mereka mengetahui Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik yang kita ketahui ataupun yang tidak kita ketahui. Mereka di atas kita dalam hal ilmu, ijtihad, wara’, ketajaman berpikir dan menyimpulkan suatu permasalahan berdasarkan ilmu. Pendapat mereka lebih baik dan lebih utama bagi diri kita daripada pendapat kita sendiri. Wallahu a’lam.” 

๐Ÿ“š (Manaqib Asy-Syafi’i, 1/442)


➖Demikian pula beliau sangat benci terhadap kaum Syi’ah Rafidhah yang menjadikan kebencian terhadap mayoritas para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamsebagai prinsip dalam beragama. Hal ini sebagaimana penuturan Yunus bin Abdul A’la: “Aku mendengar celaan yang dahsyat dari Asy-Syafi’i -jika menyebut Syi’ah Rafidhah- seraya mengatakan: ‘Mereka adalah sejelek-jelek kelompok’.” 

๐Ÿ“š (Manaqib Asy-Syafi’i, 1/468)


๐Ÿ”ดG. Sikap Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu terhadap kelompok-kelompok sesat


➖Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullahu berkata: “Adalah Asy-Syafi’i seorang yang bersikap keras terhadap ahlul ilhad (orang-orang yang menyimpang dalam agama) dan ahlul bid’ah. Beliau tampakkan kebencian dan pemboikotan (hajr) tersebut kepada mereka.” 

๐Ÿ“š (Manaqib Asy-Syafi’i, 1/469)


➖Al-Imam Al-Buwaithi rahimahullahu berkata: “Aku bertanya kepada Asy-Syafi’i, ‘Apakah aku boleh shalat di belakang seorang yang berakidah Syi’ah Rafidhah?’ 

Maka beliau menjawab: ‘Jangan shalat di belakang seorang yang berakidah Syi’ah Rafidhah, seorang yang berakidah Qadariyyah, dan seorang yang berakidah Murjiah’.” 

๐Ÿ“š (Lihat Manhaj Al-Imam Asy-Syafi’i fi Itsbatil Akidah, 1/480)


➖Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: “Tidaklah seorang sufi bisa menjadi sufi tulen hingga mempunyai empat karakter: pemalas, suka makan, suka tidur, dan selalu ingin tahu urusan orang lain.” 

๐Ÿ“š (Manaqib Asy-Syafi’i, 2/207)


☪️ Demikianlah sekelumit tentang kehidupan Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullahu dan prinsip keyakinan (manhaj) beliau. 

Seorang ulama besar yang penuh jasa, yang meninggal dunia di Mesir pada malam Jum’at 29 Rajab 204 H, bertepatan dengan 19 Januari 820 M, dalam usia 54 tahun.


➖Rahimahullahu rahmatan wasi’ah, wa ghafara lahu, wa ajzala matsubatahu, wa askanahu fi fasihi jannatihi.


Aamin yaa Rabbal'alamiin

Selasa, 29 September 2020

BIOGRAFI SANG IMAM MAZHAB MALIKI : IMAM MALIKI (ABU ABDULLAH MALIK BIN ANAS)



 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

BIOGRAFI SANG IMAM MAZHAB MALIKI :

                  IMAM MALIKI

(ABU ABDULLAH MALIK BIN ANAS) 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


☪️ KELAHIRAN IMAM MALIK BIN ANAS 


➖Imam Malik yang bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 712 M dan wafat tahun 796 M. 

Berasal dari keluarga Arab terhormat, berstatus sosial tinggi, baik sebelum maupun sesudah datangnya Islam. 

Tanah asal leluhurnya adalah Yaman, namun setelah nenek moyangnya menganut Islam, mereka pindah ke Madinah. 

Kakeknya, Abu Amir, adalah anggota keluarga pertama yang memeluk agama Islam pada tahun 2 H. 

Saat itu, Madinah adalah kota ilmu yang sangat terkenal.


➖ Kakek dan ayahnya termasuk kelompok ulama hadits terpandang di Madinah. Karenanya, sejak kecil Imam Malik tak berniat meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu. Ia merasa Madinah adalah kota dengan sumber ilmu yang berlimpah lewat kehadiran ulama-ulama besarnya.


➖ Kendati demikian, dalam mencari ilmu Imam Malik rela mengorbankan apa saja. Menurut satu riwayat, sang imam sampai harus menjual atap rumahnya hanya untuk membayar biaya pendidikannya. 

Menurutnya, tak layak seorang yang mencapai derajat intelektual tertinggi sebelum berhasil mengatasi kemiskinan. 

Kemiskinan, katanya, adalah ujian hakiki seorang manusia.


➖ Karena keluarganya ulama ahli hadits, maka Imam Malik pun menekuni pelajaran hadits kepada ayah dan paman-pamannya. 

Kendati demikian, ia pernah berguru pada ulama-ulama terkenal seperti Nafi’ bin Abi Nuaim, Ibnu Syihab az Zuhri, Abul Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said al Anshari, dan Muhammad bin Munkadir. 

Gurunya yang lain adalah Abdurrahman bin Hurmuz, tabi’in ahli hadits, fikih, fatwa dan ilmu berdebat; juga Imam Jafar Shadiq dan Rabi Rayi.


➖ Dalam usia muda, Imam Malik telah menguasai banyak ilmu. 

Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam dunia pendidikan. 

Tidak kurang empat khalifah, mulai dari Al Mansur, Al Mahdi, Hadi Harun, dan Al Ma’mun, pernah jadi murid Imam Malik. 

Ulama besar, Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i pun pernah menimba ilmu dari Imam Malik. 

Belum lagi ilmuwan dan para ahli lainnya. Menurut sebuah riwayat disebutkan murid terkenal Imam Malik mencapai 1.300 orang.


➖ Ciri pengajaran Imam Malik adalah disiplin, ketentraman, dan rasa hormat murid kepada gurunya. 

Prinsip ini dijunjung tinggi olehnya sehingga tak segan-segan ia menegur keras murid-muridnya yang melanggar prinsip tersebut. 

Pernah suatu kali Khalifah Mansur membahas sebuah hadits dengan nada agak keras. 

Sang imam marah dan berkata, ”Jangan melengking bila sedang membahas hadits Nabi.”


➖ Dalam sebuah kunjungan ke kota Madinah, Khalifah Bani Abbasiyyah, Harun Al Rasyid (penguasa saat itu), tertarik mengikuti ceramah al muwatta’ (himpunan hadits) yang diadakan Imam Malik. 

Untuk hal ini, khalifah mengutus orang memanggil Imam. 

Namun Imam Malik memberikan nasihat kepada Khalifah Harun arRasyid :

"Leluhur Anda selalu melindungi pelajaran hadits. 

Mereka amat menghormatinya. 

Bila sebagai khalifah, Anda tidak menghormatinya, maka tidak seorang pun yg akan menaruh hormat kepada anda, Manusia yang mencari ilmu, sementara ilmu tidak akan mencari manusia.”


➖ Akhirnya khalifah ingin agar para jamaah meninggalkan ruangan tempat ceramah itu diadakan. 

Namun, permintaan itu tak dikabulkan Imam Malik. 

”Saya tidak dapat mengorbankan kepentingan umum hanya untuk kepentingan seorang pribadi.” 

Sang khalifah pun akhirnya mengikuti ceramah bersama dua putranya dan duduk berdampingan dengan rakyat kecil.


➖ Ketegasan sikap Imam Malik bukan sekali saja. 

Berulangkali, manakala dihadapkan pada keinginan penguasa yang tak sejalan dengan aqidah Islamiyah, Imam Malik menentang tanpa takut risiko yang dihadapinya. 

Salah satunya dengan Ja’far, gubernur Madinah. 

Suatu ketika, gubernur yang masih keponakan Khalifah Abbasiyah, Al Mansur, meminta seluruh penduduk Madinah melakukan bai’at (janji setia) kepada khalifah. 

Namun, Imam Malik yang saat itu baru berusia 25 tahun merasa tak mungkin penduduk Madinah melakukan bai’at kepada khalifah yang mereka tak sukai.


➖ Ia pun mengingatkan gubernur tentang tak berlakunya bai’at tanpa keikhlasan seperti tidak sahnya perceraian paksa. 

Ja’far meminta Imam Malik tak menyebarluaskan pandangannya tersebut, tapi ditolaknya. 

Gubernur Ja’far merasa terhina sekali. 

Ia pun memerintahkan pengawalnya menghukum dera Imam Malik sebanyak 70 kali. 

Dalam kondisi berlumuran darah, sang imam diarak keliling Madinah dengan untanya. 

Dengan hal itu, Ja’far seakan mengingatkan orang banyak, ulama yang mereka hormati tak dapat menghalangi kehendak sang penguasa.


➖ Namun, ternyata Khalifah Mansur tidak berkenan dengan kelakuan keponakannya itu. Mendengar kabar penyiksaan itu, khalifah segera mengirim utusan untuk menghukum keponakannya dan memerintahkan untuk meminta maaf kepada sang imam. 

Untuk menebus kesalahan itu, khalifah meminta Imam Malik bermukim di ibukota Baghdad dan menjadi salah seorang penasihatnya. 

Khalifah mengirimkan uang 3.000 dinar untuk keperluan perjalanan sang imam. 

Namun, undangan itu pun ditolaknya. 

Imam Malik lebih suka tidak meninggalkan kota Madinah. 

Hingga akhir hayatnya, ia tak pernah pergi keluar Madinah kecuali untuk berhaji.


➖ Pengendalian diri dan kesabaran Imam Malik membuat ia ternama di seantero dunia Islam. 

Pernah semua orang panik lari ketika segerombolan Kharijis bersenjatakan pedang memasuki masjid Kuffah. 

Tetapi, Imam Malik yang sedang shalat tanpa cemas tidak beranjak dari tempatnya. 

Mencium tangan khalifah apabila menghadap di baliurang sudah menjadi adat kebiasaan, namun Imam Malik tidak pernah tunduk pada penghinaan seperti itu. 

Sebaliknya, ia sangat hormat pada para cendekiawan, sehingga pernah ia menawarkan tempat duduknya sendiri kepada Imam Abu Hanifah yang mengunjunginya.


☪️ DARI AL MUWATHTHA’ HINGGA MADZHAB MALIKI


➖ Al Muwatta’ adalah kitab fikih berdasarkan himpunan hadits-hadits pilihan. 

Santri mana yang tak kenal kitab yang satu ini. Ia menjadi rujukan penting, khususnya di kalangan pesantren dan ulama kontemporer. Karya terbesar Imam Malik ini dinilai memiliki banyak keistimewaan. 

Ia disusun berdasarkan klasifikasi fikih dengan memperinci kaidah fikih yang diambil dari hadits dan fatwa sahabat.


➖ Menurut beberapa riwayat, sesungguhnya Al Muwatta’ tak akan lahir bila Imam Malik tidak ‘dipaksa’ Khalifah Mansur. 

Setelah penolakan untuk ke Baghdad, Khalifah Al Mansur meminta Imam Malik mengumpulkan hadits dan membukukannya. 

Awalnya, Imam Malik enggan melakukan itu. Namun, karena dipandang tak ada salahnya melakukan hal tersebut, akhirnya lahirlah Al Muwatta’. 

Ditulis di masa Al Mansur (754-775 M) dan baru selesai di masa Al Mahdi (775-785 M).


➖ Dunia Islam mengakui Al Muwatta’ sebagai karya pilihan yang tak ada duanya. Menurut Syah Walilullah, kitab ini merupakan himpunan hadits paling shahih dan terpilih. 

Imam Malik memang menekankan betul terujinya para perawi. 

Semula, kitab ini memuat 10 ribu hadits. Namun, lewat penelitian ulang, Imam Malik hanya memasukkan 1.720 hadits. 

Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dengan 16 edisi yang berlainan. 

Selain Al Muwatta’, Imam Malik juga menyusun kitab Al Mudawwanah al Kubra, yang berisi fatwa-fatwa dan jawaban Imam Malik atas berbagai persoalan.


➖ Imam Malik tak hanya meninggalkan warisan buku. 

Beliau juga mewariskan mazhab fikih di kalangan Islam Sunni, yang disebut sebagai Mazhab Maliki.

Selain fatwa-fatwa Imam Malik dan Al Muwatta’, kitab-kitab seperti Al Mudawwanah al Kubra, Bidayatul Mujtahid wa Nihaayatul Muqtashid (karya Ibnu Rusyd), Matan ar Risalah fi al Fiqh al Maliki (karya Abu Muhammad Abdullah bin Zaid), Asl al Madarik Syarh Irsyad al Masalik fi Fiqh al Imam Malik (karya Shihabuddin al Baghdadi), dan Bulgah as Salik li Aqrab al Masalik (karya Syeikh Ahmad as Sawi), menjadi rujukan utama mazhab Maliki.


➖ Di samping sangat konsisten memegang teguh hadits, mazhab ini juga dikenal amat mengedepankan aspek kemaslahatan dalam menetapkan hukum. 

Secara berurutan, sumber hukum yang dikembangkan dalam Mazhab Maliki adalah Al-Qur’an, Sunnah Rasulullah SAW, amalan sahabat, tradisi masyarakat Madinah (amal ahli al Madinah), qiyas (analogi), dan al maslahah al mursalah (kemaslahatan yang tidak didukung atau dilarang oleh dalil tertentu).


➖ Mazhab Maliki pernah menjadi mazhab resmi di Mekah, Madinah, Irak, Mesir, Aljazair, Tunisia, Andalusia (kini Spanyol), Marokko, dan Sudan. Kecuali di tiga negara yang disebut terakhir, jumlah pengikut mazhab Maliki kini menyusut. 

Mayoritas penduduk Mekah dan Madinah saat ini mengikuti Mazhab Hanbali. 

Di Iran dan Mesir, jumlah pengikut Mazhab Maliki juga tidak banyak. 

Hanya Marokko saat ini satu-satunya negara yang secara resmi menganut Mazhab Maliki.


☪️ PUJIAN ULAMA UNTUK IMAM MALIK 


➖ An Nasa’i berkata,” Tidak ada yang saya lihat orang yang pintar, mulia dan jujur, tepercaya periwayatan haditsnya melebihi Malik, kami tidak tahu dia ada meriwayatkan hadits dari rawi matruk, kecuali Abdul Karim”.


๐Ÿ“(Ket: Abdul Karim bin Abi al Mukharif al Basri yang menetap di Makkah, karena tidak senegeri dengan Malik, keadaanya tidak banyak diketahui, Malik hanya sedikit mentahrijkan haditsnya tentang keutamaan amal atau menambah pada matan).


➖ Sedangkan Ibnu Hayyan berkata,” Malik adalah orang yang pertama menyeleksi para tokoh ahli fiqh di Madinah, dengan fiqh, agama dan keutamaan ibadah”.


➖ Imam as-Syafi’i berkata : “Imam Malik adalah Hujjatullah atas makhluk-Nya setelah para Tabi’in “.


➖ Yahya bin Ma’in berkata :”Imam Malik adalah Amirul mukminin dalam (ilmu) Hadits”


➖ Ayyub bin Suwaid berkata :”Imam Malik adalah Imam Darul Hijrah (Imam madinah) dan as-Sunnah ,seorang yang Tsiqah, seorang yang dapat dipercaya”.


➖ Ahmad bin Hanbal berkata:” Jika engkau melihat seseorang yang membenci imam malik, maka ketahuilah bahwa orang tersebut adalah ahli bid’ah”


➖ Seseorang bertanya kepada as-Syafi’i :” apakah anda menemukan seseorang yang (alim) seperti imam malik?” as-Syafi’i menjawab :”aku mendengar dari orang yang lebih tua dan lebih berilmu dari pada aku, mereka mengatakan kami tidak menemukan orang yang (alim) seperti Malik, maka bagaimana kami(orang sekarang) menemui yang seperti Malik?”


☪️ KITAB AL- MUWATHTHA


➖ Al-Muwaththa bererti ‘yang disepakati’ atau ‘tunjang’ atau ‘panduan’ yang membahas tentang ilmu dan hukum-hukum agama Islam. Al-Muwaththa merupakan sebuah kitab yang berisikan hadits-hadits yang dikumpulkan oleh Imam Malik serta pendapat para sahabat dan ulama-ulama tabiin. 


➖ Kitab ini lengkap dengan berbagai problem agama yang merangkum ilmu hadits, ilmu fiqh dan sebagainya.

Semua hadits yang ditulis adalah sahih kerana Imam Malik terkenal dengan sifatnya yang tegas dalam penerimaan sebuah hadits. 

Dia sangat berhati-hati ketika menapis, mengasingkan, dan membahas serta menolak riwayat yang meragukan. 

Dari 100.000 hadits yang dihafal beliau, hanya 10.000 saja diakui sah dan dari 10.000 hadits itu, hanya 5.000 saja yang disahkan sahih olehnya setelah diteliti dan dibandingkan dengan Al-Qur'an . 


➖ Menurut sebuah riwayat, Imam Malik menghabiskan 40 tahun untuk mengumpul dan menapis hadits-hadits yang diterima dari guru-gurunya. 

Imam Syafi pernah berkata, “Tiada sebuah kitab di muka bumi ini setelah AL QUR’AN yang lebih banyak mengandungi kebenaran selain dari kitab Al-Muwaththa karangan Imam Malik.”

inilah karangan para ulama muaqoddimin


☪️ WAFATNYA SANG IMAM DARUL HIJRAH 


➖ Imam malik jatuh sakit pada hari ahad dan menderita sakit selama 22 hari kemudian 10 hari setelah itu ia wafat. sebagian meriwayatkan imam Malik wafat pada 14 Rabiul awwal 179 H.


➖ Sahnun meriwayatkan dari abdullah bin nafi’:” 

Imam Malik wafat pada usia 87 tahun” Ibn Kinanah bin Abi Zubair, putranya Yahya dan sekretarisnya Hubaib yang memandikan jenazah imam Malik.

Imam Malik dimakamkan di Baqi’.