Rabu, 08 Maret 2017

KEMATIAN SEBAGAI NASEHAT

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita.
Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

Puji dan Syukur tak henti kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang tiada henti memberikan nikmat, berkah, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena nikmat dan hidayah dari Allah berupa keimanan dan keislaman-lah yang membuat kita tetap kokoh berjalan di atas jalan Allah.
Dan nikmat kesehatan dan kesempatan dari Allah pula sehingga hari ini kita dapat bersilaturahmi dalam rangka melaksanakan salah satu aktivitas yang merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam, yakni menuntut ilmu.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala ke muka bumi ini sebagai rahmatan lil alamiin, yang telah menggempur kesesatan dan mengibarkan panji-panji kebenaran, serta memperjuangkan islam hingga sampai kepada kita sebagai rahmat tak terperi dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Tema pembicaraan kali ini adalah mengenai sebuah ayat al-Qur’ān yang sekiranya diturunkan kepada gunung niscaya luluh lantak; yang apabila direnungkan oleh pembacanya maka hatinya bergetar ketakutan dan air matanya mengalir; yang jika dihayati oleh orang yang bergelimang maksiat maka ia bertaubat; serta bila dipahami oleh siapa saja yang berpaling dari seruan Allāh maka ia pun bersegera kepadanya-Nya.

Ayat yang menyebutkan tentang pintu gerbang dari sebuah perjalanan panjang nan berat….

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
(QS. Āli `Īmrān [3]: 185.)

Kematian adalah langkah awal dari perjalanan agung yang memisahkan suami dari istrinya, orang tua dari anaknya, kekasih dari yang dicintainya dan saudagar dari kekayaannya.

Perjalanan yang bermuara kepada keabadian; kenikmatan Surga atau kesengsaraan Neraka.
Kematian merupakan hal yang diyakini namun sering kali sengaja dilupakan atau terlupakan; perkara yang diketahui akan tetapi begitu banyak diabaikan.

Rasa sakit dalam proses kematian telah banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an dan juga Hadist, yaitu sakitnya bagaikan disabet pedang sebanyak 70 kali sabetan, sehingga banyak orang yang lari dan ingin menghindari kematiannya namun setiap makhluk hidup di bumi ini tidak dapat menghindar dari kematian yang telah ditetapkan oleh Allah.
Namun yang akan kita bahas kali ini adalah tentang bagaimana menjadikan kematian tersebut sebagai nasehat.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ – يَعْنِي الْمَوْت

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (yakni kematian).” [Riwayat at-Tirmidzi IV/553/2307, Ibn Mājah II/1422/4258]

Dalam rangka mengingat kematian Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan ziarah kubur.
Beliau bersabda:

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوهَا، فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمْ الْآخِرَةَ

“Dahulu aku pernah melarang kalian dari ziarah kubur. Namun saat ini lakukanlah ziarah kubur, karena hal itu mengingatkan kalian terhadap akhirat.” [Ash-Shahīhah II/545/886.]

Dahulu, jika Khalifah Utsman Ibn 'Affān berdiri di daerah kuburan maka beliau menangis hingga basah jenggot beliau. Ada yang bertanya, “Disebutkan Surga dan Neraka namun Anda tidak menangis, maka mengapa Anda menangis karena kuburan ini?”

Utsmān menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

“Sungguh, kubur merupakan tempat pertama dari akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka yang berikutnya akan lebih mudah. Namun, jika ia tidak selamat, maka yang berikutnya akan lebih keras lagi.”

`Utsmān melanjutkan, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

مَا رَأَيْتُ مَنْظَراً قَطُّ إِلاَّ وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ

“Tidaklah aku melihat suatu pemandangan pun (di dunia) melainkan kuburan lebih buruk darinya.”
[Riwayat at-Tirmidzi IV/553/2308; Ibn Mājah II/1426/4267; Ahmad I/63/454]

Ka`b berkata, “Barangsiapa mengenal kematian, niscaya menjadi remehlah segala musibah dan kegundahan dunia.” [Al-Ihyā’, vol. IV, hal. 451.]

Abud Darda’ radhiyallahu’anhu berkata, “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian niscaya akan menjadi sedikit kegembiraannya dan sedikit kedengkiannya.”

Abud Darda’ radhiyallahu’anhu berkata, “Aku senang dengan kemiskinan, karena hal itu semakin membuatku merendah kepada Rabbku. Aku senang dengan kematian, karena kerinduanku kepada Rabbku. Dan aku menyukai sakit, karena hal itu akan menghapuskan dosa-dosaku.”

Terkadang seseorang menyadari tengah jauh dari-Nya, sehingga terpuruk dalam kehampaan jiwa yang demikian menyakitkan, meskipun secara zahir dikelilingi oleh kenikmatan duniawi.
Ia ingin keluar dari kondisi tersebut, namun ia bingung untuk mencari penawar yang praktis dan tepat.

Mengingat kematian adalah kunci dari obat rohani yang sangat efisien dan ampuh.
Apapun bentuk kesenangan yang melenakan dan menjauhkan dari-Nya, baik berupa harta, wanita, jabatan, anak-anak dan lain sebagainya, seluruhnya akan terputus oleh kematian.

Salah satu penyebab utama kerusakan kalbu yang menimpa banyak orang sehingga mereka terjerumus ke dalam kubangan dosa dan maksiat adalah karena jauhnya mereka dari mengingat dan menghayati kematian yang menanti di depan mereka.

Karena itu Rabī` Ibn Abī Rāsyid berkata,

لَوْ فَارَقَ ذِكْرَ الْمَوْتِ قَلْبِيْ سَاعَةً لَخَشِيْتُ أَنْ يَفْسدَ عَلَيَّ قَلْبِيْ

“Sekiranya kalbuku terpisah sesaat saja dari mengingat kematian, maka aku benar-benar khawatir kalbuku menjadi rusak.”
[Lihat Shifah ash-Shafwah, vol. III, hal. 109; dan az-Zuhd, Ibnu’l Mubārak, hal. 90. Dalam al-Ihyā’, vol. IV, hal. 451, ucapan tersebut dinisbatkan kepada ar-Rabī` Ibn Khutsaim, namun yang tepat adalah sebagaimana telah disebutkan. Allāhu a`lam.]

Seorang wanita pernah mendatangi `Āisyah untuk mengeluhkan tentang kekerasan kalbu.
Āisyah berkata: “Perbanyaklah mengingat kematian, niscaya kalbu itu akan menjadi lembut (baik).”

Dikisahkan bahwa ar-Rabī` Ibn Khutsaim menggali kuburan di tempat tinggalnya dan tidur di dalamnya beberapa kali dalam sehari, agar selalu mengingat kematian.

Tsabit al-Bunani rahimahullah berkata: “Beruntunglah orang yang senantiasa mengingat waktu datangnya kematian. Tidaklah seorang hamba memperbanyak mengingat kematian kecuali akan tampak buahnya di dalam amal perbuatannya.”

`Umar Ibn `Abdu’l `Azīz berkata: “Perbanyaklah mengingat kematian. Sekiranya engkau hidup dalam kelapangan maka hal itu akan menyempitkanmu.
Namun apabila engkau hidup dalam kesempitan maka hal itu akan melapangkanmu.”
[Al-Ihyā’, vol. IV, hal. 451.]

Tidak cukupkah kematian sebagai nasehat?
Bayangkanlah ketika datangnya kematian dengan sekaratnya, alam kubur dengan kesunyian dan kegelapannya, hari kebangkitan dengan detail perhitungannya, serta Neraka dengan siksanya yang kekal atau Surga dengan kenikmatannya nan abadi.

Kita masih saja terperdaya oleh kelezatan dunia yang fana.
Saat kematian membawa kita ke kubur, adakah kenikmatan dunia yang masih terasa?

Semuanya musnah tak berbekas.
Mana rumah yang megah, pakaian yang indah, wajah yang rupawan, tubuh yang bagus, istri yang jelita, kekasih yang dicintai, anak yang dibanggakan, jabatan yang tinggi dan kedudukan yang terhormat?

Kita terbenam dalam tanah.
Di atas, bawah, kanan dan kiri kita hanyalah tanah.
Tiada kawan kecuali kegelapan yang sangat pekat, kesempitan dan serangga yang menggerogoti daging kita.
Kita benar-benar mengharapkan kumpulan amal shalih yang mendampingi dan membantu kita, namun sayangnya harapan dan penyesalan tidak lagi berguna.

Kita menganggap kematian itu berada pada posisi yang sangat jauh dari kita, padahal ia begitu dekatnya.
Waktu berlalu bagaikan kedipan mata. Masa kecil dan remaja bertahun-tahun yang lalu hanyalah bagai hari kemarin, dan tanpa terasa kita telah berada di hari ini.

Begitu pula yang akan terjadi dengan esok hari.
Sampai kemudian kematian tiba-tiba datang menjemput kita untuk mengarungi sebuah perjalanan yang sangat panjang dan berat, sementara kita belum memiliki bekal untuk itu, karena kesengajaan dan kelalaian kita.

Syaikh Abdul Malik al-Qasim berkata, “Betapa seringnya, di sepanjang hari yang kita lalui kita membawa [jenazah] orang-orang yang kita cintai dan teman-teman menuju tempat tinggal tersebut [alam kubur]. Akan tetapi seolah-olah kematian itu tidak mengetuk kecuali pintu mereka, dan tidak menggoncangkan kecuali tempat tidur mereka. Adapun kita; seolah-olah kita tak terjamah sedikit pun olehnya!!”

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan.
Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.
Secara garis besar terdapat 5 nilai yang dapat kita ambil sebagai berikut :

1. Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga

Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat.

Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44:

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….”

2. Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa

Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya.
Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya.
Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita.

Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya.
Semuanya akan berakhir.
Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya.
Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya.
Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.

3. Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa

Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia..
Kaya atau miskin, penguasa atau rakyat jelata, semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.
Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.

Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan....?
Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan....?
Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran.
Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah.

Lalu dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa kecuali, hanya hamba Allah...?
Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

4. Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara

Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya hingga kapan pun.
Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar bahwa, segalanya akan berpisah.
Dan pemisah kenikmatan itu bernama "kematian".
Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

5. Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga

Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga.
Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman.
Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga dengan sungguh-sungguh.
Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77,
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat).

Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu.
Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat.
Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

Tak ada yang akan bisa lepas dari kematian termasuk junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (QS. 39:30)

Memang perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang.
Suatu perjalanan yang banyak aral dan cobaan, yang dalam menempuhnya kita memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit.
Yaitu suatu perjalanan abadi yang menentukan apakah kita termasuk penduduk surga atau neraka.

Perjalanan abadi itu adalah kematian yang akan menjemput kita, yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan alam akhirat.

Karena keagungan perjalanan ini, Rasulullah Saw bersabda:

“Andai saja engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. (Mutafaq ‘Alaih)

Maksudnya apabila kita tahu hakekat kematian dan keadaan alam akhirat serta kejadian-kejadian di dalamnya, niscaya kita akan ingat bahwa setelah kehidupan ini akan ada kehidupan lain yang lebih abadi.

Allah SWT berfirman: “Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Al-A’la: 17).

Sayangnya di zaman kita sekarang, kebanyakan kita kadang lebih memprioritaskan dunia, tidak sedikit dari kita yang melupakan kehidupan akhirat. Kita kejar dunia dengan berbagai cara kita tempuh dengan banyak jalan hingga lupa akan kata-kata bijak bahwa kita di dunia tak lebih hanya seorang anak manusia yang tengah safar (perjalanan) yang hanya sekejap.

Kita lupa akan perjalanan panjang itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang tidak kekal.
Kita korbankan akhirat dan menggantinya dengan dunia.

Tidakkah kita takut dengan ancaman Allah...?

Allah ta’ala berfirman (yang artinya): “Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka dia akan mendapatkan penghidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata: “Wahai Rabbku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta padahal dulu aku bisa melihat?”. [Allah menjawab] Demikianlah yang pantas kamu dapatkan, sebab telah datang kepadamu ayat-ayat Kami tetapi kamu justru melupakannya. Maka, pada hari ini kamu pun dilupakan.”
(QS. Thaha: 124-126)

Di dalam ayat lain, Allah juga berfirman (yang artinya),
“Dan dikatakan: Pada hari ini Kami melupakan kalian sebagaimana halnya dahulu kalian melupakan pertemuan dengan hari kalian ini, tempat tinggal untuk kalian adalah neraka, sama sekali tidak ada bagi kalian seorang penolong.”
(QS. Al-Jatsiyah: 34).

Imam al-Qurthubi menjelaskan, bahwa maksud dari ‘kalian melupakan pertemuan dengan hari kalian ini’ adalah: ‘kalian meninggalkan amal untuk akhirat’ (lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [19/173])

Ulama Salaf berkata,

كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا

“Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.”
[Lihat Shifah ash-Shafwah vol. I, hal. 639; al-`Āqibah fī Dzikri’l Maut, hal. 43; dan al-Ihyā’, vol. IV, hal. 450. Adapun hadits Nabi s.a.w. dengan lafal dimaksud, maka tidak valid.]

‘Amar bin Yasir radhiyallahu’anhu berkata: “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat dan pelajaran. Cukuplah keyakinan sebagai kekayaan. Dan cukuplah ibadah sebagai kegiatan yang menyibukkan.”

Cukuplah kematian menjadikan hati kita bersedih, menjadikan mata kita menangis, perpisahan dengan orang-orang yang kita cintai, penghilang segala kenikmatan kita , pemutus segala cita-cita kita.
Wahai orang yang tertipu oleh dunianya,wahai orang yang berpaling dari Allah , wahai orang yang lengah dari ketaatan kepada Rabbnya, wahai orang yang setiap kali dinasihati, hawa nafsunya menolak nasihat ini, wahai orang yang dilalaikan oleh nafsunya dan tertipu oleh angan-angan panjangnya...

Pernahkah kita memikirkan saat-saat kematian sedangkan kita tetap dalam keadaanmu semula?

Sekaya apapun kita , sesukses apa-pun karir kita, sepandai apapun kita , secantik/setampan apapun kita, sekuat apapun badan kita , sekeras apapun kerja kita untuk mengumpulkan harta yang banyak, marilah tetap ingat!
Seperti ini nanti kita , terbujur kaku dan tidak berdaya.
Hendaklah kita mengambil nasehat dan pelajaran dari kematian itu.
Sebab manakala kita tidak bisa mengambil pelajaran dari kematian, niscaya nasehat apapun tidak akan berguna bagi kita.

Oleh karena itu, ketika kita dinasehati saat kita ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi atau sosok yang berharga bagi kita, bahwa kematian pasti akan menghampiri kita , dan rumah terakhir ini menjadi keharusan bagi kita, maka kita harus bersiap-siap untuk menyambutnya, mengevaluasi diri kita sebelum diri kita dievaluasi (dihisab).

Kita dulu lahir telanjang dan tidak membawa apa-apa, dan sekarang kembali pada Allah juga telanjang dan tidak membawa apa-apa, selain amal saleh.

Tentang kematian sebagai nasehat, dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw bersabda :
“…..aku tinggalkan dua penasehat, yang satu pandai bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara yakni Al Qur'an, dan yang diam saja ialah kematian ...”

Selama hayat masih dikandung badan, marilah kita siapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menyempurnakan perjalanan keabadian itu, yaitu dengan melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah, menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya, serta marilah kita perbanyak taubat dari segala dosa-dosa yang telah kita lakukan.

Marilah kita mencoba merenungi sisa-sisa umur kita, muhasabah pada diri kita masing-masing.
Tentang masa muda kita, untuk apa kita pergunakan.
Apakah untuk melaksanakan taat kepada Allah ataukah hanya bermain-main saja ?

Tentang harta kita, dari mana kita peroleh, halalkah ia atau haram ?
Dan untuk apa kita belanjakan, apakah untuk kita belanjakan di jalan Allah, bersedekah ataukah hanya untuk berfoya-foya?

Dan terus kita muhasabah terhadap diri kita dari hari-hari yang telah kita lalui. Sekarang marilah kita tanyakan kepada diri kita masing-masing.
Apakah kematian sudah menjadi penasehat kita....?

Kalau memang iya, lantas apa yang menjadikan diri kita terperdaya dengan kehidupan dunia, padahal kita tahu akan meninggalkannya.
Perlu kita ingat bahwa pangkat, harta dan kekayaan dunia yang kita miliki tidak akan bisa kita bawa untuk mendekat dan menemui Allah.
Hanya amal saleh yang akan kita bawa nanti, yang dapat membawa kita menemui Allah.

Suatu ketika Imam Ali Bin Abu Thalib melewati daerah pekuburan.
Beliau mengucapkan salam lalu berkata, “Wahai para penghuni kubur, istri kalian maka telah dinikahi, rumah kalian telah dihuni dan harta kalian telah dibagi. Inilah kabar dari kami, maka bagaimana kabar kalian?”
[Tasliyah Ahl al-Mashā'ib, hal. 194 dan al-`Āqibah fī Dzikri'l Maut, hal. 196.]

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya:
“Siapakah yang paling cerdik dari kalangan kaum mukminin?”
Beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولئِكَ الْأَكْيَاسُ

“Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya untuk setelah kematian.
Mereka itulah orang-orang yang cerdik.”

[Shahīh at-Targhīb wa’t Tarhīb III/164/3335.]

Kebanyakan dari kita emang sudah yakin akan pasti datangnya kematian namun masih lalai, kita juga pasti sangat mengharapkan surga namun tidak serius untuk mencarinya.

Sangat tepatlah apa yang pernah dikatakan oleh Hasan al-Bashri berikut ini :

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Tidaklah aku melihat sebuah perkara yang meyakinkan yang lebih mirip dengan perkara yang meragukan daripada keyakinan manusia terhadap kematian sementara mereka lalai darinya. Dan tidaklah aku melihat sebuah kejujuran yang lebih mirip dengan kedustaan daripada ucapan mereka, ‘Kami mencari surga’ padahal mereka tidak mampu menggapainya dan tidak serius dalam mencarinya.”

Sebagai penutup, saya kutipkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah sebagai berikut:

“Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, ” Siapakah orang mukmin yang paling baik? ‘ Beliau menjawab, ‘ Yang paling baik akhlak nya.’ Ia bertanya, ‘ Siapakah orang mukmin yang paling beruntung?’ Beliau menjawab, ‘ Yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik persiapan nya untuk (alam) setelah kematiannya. Itulah orang-orang yang beruntung.”
(HR.Ibnu Majah)

Semoga Allah Swt menjadikan kita dan anak keturunan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang cerdas, yang paling banyak mengingat kematian dan mengumpulkan sebanyak-banyak amal untuk persiapan bekal setelah kematian.
Aamiin ya Robbal'alamiin.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
Semoga ada manfaat yang dapat kita ambil bersama.
Mohon maaf jika ada kekurangannya.
Jika ada kebaikan dan kebenarannya semua datang dari Allah dan jika ada kekurangannya semua datang dari saya pribadi yang masih fakir dalam ilmu.

Dari saya....

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

INILAH PARA PENGHUNI LANGIT KE-1 HINGGA KE-7

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
🌠 INILAH PARA PENGHUNI LANGIT KE-1 HINGGA KE-7 🌠
 •┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•
                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊




بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

======================================

🌠Peristiwa Isra' Mi'raj adalah salah satu peristiwa yang agung dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wa sallam. 
Isra' secara bahasa berasal dari kata 'saro' yang berarti perjalanan di malam hari. Adapun secara istilah, Isra' adalah perjalanan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersama malaikat Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Palestina), berdasarkan firman ALLAH dalam surat Al-Isra : 1 yang berbunyi :

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى
➖"Maha Suci ALLAH, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha." 📖(Al-Isra : 1)

🌠Mi'raj secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik. Adapun secara istilah, Mi'raj berarti tangga khusus yang digunakan oleh Nabi Muhammad untuk naik dari bumi menuju ke atas langit, berdasarkan firman ALLAH dalam Al-Qur'an di surat An-Najm ayat 1-18. Bagi umat Muslim wajib hukumnya mengimani dan meyakini sebagai suatu kebenaran dari ALLAH. Pada peristiwa itu Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wa sallam bertemu dengan ALLAH subhanahu wa ta’ala dan mendapat perintah menjalankan Shalat 5 waktu sehari.

🌠Dalam perjalanan bertemu Sang Pencipta, Rasulullah ditemani malaikat Jibril dengan mengendarai Buraaq, yaitu hewan putih panjang, berbadan besar melebihi keledai dan bersayap. Sekali melangkah, Buraaq bisa menempuh perjalanan sejuta mata memandang dalam sekejap. 

🌠Rasulullah SAW melewati 7 langit dan bertemu dengan para penghuni di setiap tingkatan. Kabar ini dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Muslim dari Anas bin Malik. 
Berikut adalah para penghuni langit ke-1 sampai ke-7 : 

●LANGIT KE-1 
------------------------
Ketika mencapai langit tingkat pertama, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertemu dengan manusia sekaligus wali ALLAH pertama di muka bumi, Nabi Adam Alaihissalam . 

Saat bertemu Nabi Adam , Rasulullah sempat bertegur sapa sebelum akhirnya meninggalkan dan melanjutkan perjalanannya. 
Nabi Adam membekali Rasulullah dengan doa, supaya Rasulullah selalu diberi kebaikan pada setiap urusan yang dihadapinya. Sambil mengucapkan salam, Rasulullah meninggalkan langit pertama untuk menuju langit kedua.

●LANGIT KE-2 
-------------------------
Sesampainya di langit kedua, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bertemu dengan Nabi Isa Alaihissalam dan Nabi Yahya Alaihissalam. 
Seperti halnya di langit pertama, Rasulullah disapa dengan ramah oleh kedua nabi pendahulunya. Sewaktu akan meninggalkan langit kedua, Nabi Isa dan Nabi Yahya juga mendoakan kebaikan kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah bersama malaikat Jibril terbang menuju langit ketiga.

●LANGIT KE-3 
-------------------------
Tidak disangka, di langit ketiga, Rasulullah bertemu dengan Nabi Yusuf Alaihissalam manusia tertampan yang pernah diciptakan ALLAH di bumi. Dalam pertemuannya, Nabi Yusuf memberikan sebagian dari ketampanan wajahnya kepada Nabi Muhammad . Dan juga akhir pertemuannya, Nabi Yusuf memberikan doa kebaikan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. 

●LANGIT KE-4 
-------------------------
Setelah berpisah dengan Nabi Yusuf di langit ketiga, Rasulullah melanjutkan perjalanan dan sampailah Beliau di langit keempat. 
Pada tingkatan ini, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bertemu Nabi Idris Alaihissalam , yaitu manusia pertama yang mengenal tulisan, dan nabi yang berdakwah kepada Bani Qabil dan Memphis di Mesir untuk beriman kepada ALLAH Subhanahu wa ta’ala . 
Seperti pertemuan dengan nabi-nabi sebelumnya, Nabi Idris memberikan doa kepada Rasulullah supaya diberi kebaikan pada setiap urusan yang dilakukannya.

●LANGIT KE-5 
-------------------------
Sesampainya di langit kelima, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam , yaitu nabi yang mendampingi saudaranya, Nabi Musa Alaihissalam berdakwah mengajak Raja Firaun yang menyebut dirinya tuhan dan kaum Bani Israil untuk beriman kepada ALLAH Nabi Harun terkenal sebagai nabi yang memiliki kepandaian berbicara dan meyakinkan orang. Di langit kelima, Nabi Harun mendoakan Rasulullah senantiasa selalu mendapatkan kebaikan pada setiap perbuatannya. Setelah bertemu, kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya ke langit keenam. 

●LANGIT KE-6 
------------------------
Pada langit keenam, Rasulullah dan malaikat Jibril bertemu dengan Nabi Musa Alaihissalam , yaitu nabi yang memiliki jasa besar dalam membebaskan Bani Israil dari perbudakan dan menuntunnya menuju kebenaran Illahi.
 Nabi Musa juga terkenal dengan sifatnya yang penyabar dan penyayang selama menghadapi kolot dan bebalnya Bani Israil. Selama bertemu dengan Rasulullah, Nabi Musa menyambut layaknya kedua sahabat yang lama tidak pernah ketemu. Penuh kehangatan dan keakraban. Sebelum Rasulullah SAW pamit meninggalkan langit keenamm Nabi Musa AS melepasnya dengan doa kebaikan.

●LANGIT KE-7 
------------------------
Tibalah Rasulullah ke langit ketujuh. 
Di langit ini, Rasulullah bertemu dengan bapaknya para nabi yaitu Nabi Ibrahim Alaihissalam . 
Sewaktu bertemu, Nabi Ibrahim sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma'muur, yaitu suatu tempat yang disediakan oleh ALLAH kepada para malaikatnya. Setiap harinya, tidak kurang dari 70 ribu malaikat masuk kedalam. Kemudian Nabi Ibrahim mengajak Rasulullah untuk pergi ke Sidratul Muntaha sebelum bertemu dengan ALLAH untuk menerima perintah wajib Shalat. Sidratul Muntaha merupakan sebuah pohon yang menandai akhir dari batas langit ketujuh. Masih dalam hadits yang sama, Rasulullah menceritakan bentuk fisik dari Sidratul Muntaha, yaitu berdaun lebar seperti telinga gajah dan buahnya yang menyerupai tempayan besar.

🌠Namun ciri fisik Sidratul Muntaha berubah ketika ALLAH Subhanahu wa ta’ala datang, bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sendiri tidak bisa berkata-kata menggambarkan keindahan pohon Sidratul Muntaha. 
Pada kepercayaan agama lain, Sidratul Muntaha juga diartikan sebagai pohon kehidupan. Di Sidratul Muntaha inilah Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wa sallam berdialog dengan ALLAH Subhanahu wa ta’ala untuk menerima perintah wajib Shalat lima waktu dalam sehari.

=====================================

✨✨✨TAMBAHAN✨✨✨

Di antara hadits shahih yang menyebutkan kisah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya , dari sahabat Anas bin Malik :Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

➖“ Didatangkan kepadaku Buraaq – yaitu yaitu hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dia meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya (maksudnya langkahnya sejauh pandangannya). Maka sayapun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang digunakan untuk mengikat tunggangan para Nabi. Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat kemudian keluar . Kemudian datang kepadaku Jibril ‘alaihis salaam dengan membawa bejana berisi khamar dan bejana berisi air susu. Aku memilih bejana yang berisi air susu. Jibril kemudian berkata : “ Engkau telah memilih (yang sesuai) fitrah”.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit (pertama) dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?”

Dia menjawab:“Jibril”.

Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?”

Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Adam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian kami naik ke langit kedua, lalu Jibril ‘alaihis salaam meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?”

Dia menjawab: “Jibril”.

Dikatakan lagi:“Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?”

Dia menjawab:“Dia telah diutus”.

Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kedua) dan saya bertemu dengan Nabi ‘Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya shallawatullahi ‘alaihimaa, Beliau berdua menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit ketiga dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?”

Dia menjawab:“Jibril”.

Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab:“Muhammad”

Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?”

Dia menjawab:“Dia telah diutus”.

Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan saya bertemu dengan Yusuf ‘alaihis salaam yang beliau telah diberi separuh dari kebagusan(wajah). Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit keempat dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?”

Dia menjawab:“Jibril”.

Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab: “Muhammad”

Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?”

Dia menjawab: “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit keempat) dan saya bertemu dengan Idris alaihis salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah berfirman yang artinya : “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi” (Maryam:57).

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit kelima dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?”

Dia menjawab:“Jibril”.

Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab:“Muhammad”

Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?”

Dia menjawab:“Dia telah diutus”.

Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kelima) dan saya bertemu dengan Harun ‘alaihis salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit keenam dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?”

Dia menjawab:“Jibril”.

Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab: “Muhammad”

Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?”

Dia menjawab:“Dia telah diutus”.

Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Musa. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit ketujuh dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?”

Dia menjawab: “Jibril”.

Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab, “Muhammad”

Dikatakan, “Apakah dia telah diutus?”

Dia menjawab, “Dia telah diutus”.

Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketujuh) dan saya bertemu dengan Ibrahim. Beliau sedang menyandarkan punggunya ke Baitul Ma’muur. Setiap hari masuk ke Baitul Ma’muur tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi.

Kemudian Ibrahim pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha. Ternyata daun-daunnya seperti telinga-telinga gajah dan buahnya seperti tempayan besar.

Tatkala dia diliputi oleh perintah Allah, diapun berubah sehingga tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang sanggup mengambarkan keindahannya

 Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan kepadaku 50 shalat sehari semalam. 

Kemudian saya turun menemui Musa ’alaihis salam. 

Lalu dia bertanya: “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas ummatmu?”.

Saya menjawab: “50 shalat”.

Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji dan mencoba Bani Isra`il”.

Beliau bersabda :“Maka sayapun kembali kepada Tuhanku seraya berkata: “Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk ummatku”.

Maka dikurangi dariku 5 shalat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata:“Allah mengurangi untukku 5 shalat”.

Dia berkata:“Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”.

Maka terus menerus saya pulang balik antara Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala dan Musa ‘alaihis salaam, sampai pada akhirnya Allah berfirman:

“Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikitpun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis(baginya) satu kejelekan”.

Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Musa ’alaihis salaam seraya aku ceritakan hal ini kepadanya. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”, maka sayapun berkata: “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai sayapun malu kepada-Nya”. 

📙(H.R Muslim 162)

Minggu, 19 Februari 2017

WANITA SEUMPAMA GELAS KACA

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
    🌹 WANITA SEUMPAMA GELAS KACA 🌹
•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

===================================

🌹Dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam mewasiatkan kaum lelaki untuk berlaku lembut kepada wanita, yang beliau umpamakan sebagai kaca kaca, (atau ada yg menerjemahkannya dengan kristal, atau ada yang menerjemahkan dengan gelas-gelas kaca).

🌹Indah sekali ungkapan tersebut. Mereka adalah ibu kita, bibi kita, saudara perempuan kita, para istri, hingga akhowat saudara kita seiman..

➖“Lembutlah kepada kaca-kaca (maksudnya para wanita)”

📙(HR Al-Bukhari V/2294 no 5856, Muslim IV/1811 no 2323, An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubro VI/135 no 10326 dan ini adalah lafal An-Nasa’i)

🌹Tersebut juga di dalam Al Qur’an surat Al Insan ayat 15 dan 16, sebagai wadah minum para penghuni surga :

➖"Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya"

PERKATAAN PARA ULAMA MENGENAI HADITS DI ATAS 

🌹Berkata Ibnu Hajar, “Al-Qowarir plural (kata jamak) dari singular (kata tunggal) Qoruroh yang artinya adalah kaca…berkata Romahurmuzi, “Para wanita dikinayahkan dengan kaca karena lembutnya mereka dan lemahnya mereka yang tidak mampu untuk bergerak gesit. Para wanita disamakan dengan kaca karena kelembutan, kehalusan, dan kelemahan tubuhnya”…yang lain berkata bahwasanya para wanita disamakan dengan kaca karena begitu cepatnya mereka berubah dari ridho menjadi tidak ridho dan tidak tetapnya mereka (mudah berubah sikap dan pikiran) sebagaimana dengan kaca yang mudah untuk pecah dan tidak menerima kekerasan” (Fathul Bari X/545)

🌹Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin, “…Sebuah kata yang engkau ucapkan bisa menjadikannya menjauh darimu sejauh bintang di langit, dan dengan sebuah kata yang engkau ucapkan bisa menjadikannya dekat hingga di sisimu” 📚(Asy-Syarhul Mumti’ XII/385)

🌹Berkata Al-Qodhi ‘Iyadh, “Para wanita disamakan dengan kaca karena lemahnya hati mereka” 📚( Masyariqol Anwaar II/177).

🌹Demikianlah…Allah telah menciptakan wanita dengan penuh kelembutan dan kelemahan. Hati mereka lemah sehingga sangat perasa. Mudah tersinggung…namun senang dipuji. Mudah berburuk sangka…mudah cemburu…mudah menangis…demikianlah wanita.

🌹Sikap para wanita begitu cepat berubah terhadap sikap suami mereka…terkadang hari ini ridho dengan sikap suaminya…besok hari marah dan tidak ridho…, apalagi jika sang suami melakukan kesalahan….!!!

🌹Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

➖“Seandainya engkau berbuat baik pada salah seorang istri-istrimu sepanjang umurmu kemudian dia melihat suatu (yang tidak disukainya) darimu maka ia akan berkata, “Aku sama sekali tidak pernah kebaikan darimu” 📙(HR Al-Bukhari I/19 no 29 dan Muslim II/626 no 907)

🌹Berkata Ibnu Hajar, “Hadits ini menunjukan akan dianjurkannya untuk berbuat mujamalah (berbasa-basi) untuk menarik hati para wanita dan melembutkan hati mereka. Hadits ini juga menunjukan siasat dalam menghadapi wanita yaitu dengan memaafkan mereka serta sabar dalam menghadapi kebengkokan mereka. Dan barangsiapa yang berharap selamatnya para wanita dari kebengkokan maka ia tidak akan bisa mengambil manfaat dari mereka, padahal seorang pria pasti membutuhkan seorang wanita yang ia merasa tentram bersamanya dan menjalani hidup bersamanya. Seakan-akan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah sempurna menikmati (bersenang-senang) dengan seorang wanita kecuali dengan bersabar menghadapinya” 
📚(Fathul Bari IX/254)

🌹Berkata Imam An-Nawawi, “Hadits ini menunjukan sikap berlemah lembut terhadap para wanita, bersikap baik kepada mereka, sabar menghadapi bengkoknya akhlak mereka, sabar menghadapi lemahnya akal mereka, dan dibencinya menceraikan mereka tanpa ada sebab, serta janganlah berharap lurusnya seorang wanita” 📚(Al-Minhaj X/57)

🌹Oleh karena itu sikap basa-basi dihadapan wanita sangatlah diperlukan untuk menundukannya, bahkan hal ini disunnahkan sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

➖“Ketahuilah bahwasanya wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan jika engkau ingin untuk meluruskannya maka engkau akan mematahkannya, oleh karenya barbasa-basilah niscaya engkau akan bisa menjalani hidup dengannya” 📙(HR Al-Hakim di Al-Mustadrok IV/192 no 7333, Ibnu Hibban (Al-Ihsan IX/485) no 4178, Ad-Darimi II/198 no 2221)

🌹Begitulah kaca (baca :wanita) rapuh, halus, gampang putus asa, mudah sekali hancur berkeping2; kalau sudah berkeping keping, pecahannya dapat melukai sekitarnya dan tak mungkin mengembalikan kaca itu seperti sedia kala. Walaupun berhasil di satukan dengan lem kaca pasti akan meninggalkan bekas..

Rabu, 21 Desember 2016

PRO DAN KONTRA AL HABIB M. RIZIEQ BIN HUSEIN SYIHAB (IMAM BESAR FPI)

Bismillaahirrahmaanirrahiim 

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 


Siapa yang tidak mengenal sosok yang satu ini. Beliau seorang ulama besar Indonesia yang memiliki jutaan pengikut. Seorang tokoh Islam Indonesia yang dikenal sebagai pemimpin atau Imam Besar organisasi Front Pembela Islam. Beliau seorang mujahid tangguh, seorang orator ulung dan seorang singa podium ketika di atas panggung. Beliau mampu membangkitkan ruhul jihad didepan banyak orang. Beliau berani mengatakan yang haq itu haq dan yang batil itu batil walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Setiap pengajian atau atau tabligh akbar yang dimana beliau menjadi penceramahnya suka dihadiri oleh ribuan bahkan ratusan ribu orang. Beliau adalah Dr. Al Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Syihab, Lc.MA.DPMSS. Rumah beliau terletak di Jl. Petamburan III No. 83, Tanah Abang Jakarta Pusat. Walau pun kini Beliau pindah ke Markaz Syariah di Megamendung Bogor Jawa Barat. Beliau lahir di Jakarta, 24 Agustus1965.

Nasabnya hingga ke Rasulullah SAW

Nasab Al Habib Muhammad Rizieq Syihab bin Husein bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Husein bin Muhammad bin Syeikh bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad Syihabuddin Al-Asghar bin Abdurrahman Al-Qadhi bin Ahmad Syihabuddin Al-Akbar bin Abdurrahman bin Syeikh Ali bin Abu Bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Segaf …bin Muhammad Maulad Daawilah bin Ali bin Alwi Ibnul Faqih bin Muhammad Al-Faqihil Muqaddam bin Ali Walidil Faqih bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Muhammad Djamaluddin bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib wa Fathimah Az-Zahra binta Rasulullah Muhammad SAW

Nasab Istrinya

Nasab Istri Habib Rizieq Syihab adalah Syarifah Fadhlun Yahya binti Faadhil bin Hasan bin Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Aqil bin Syeikh bin Abdurrahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alwi bin Muhammad Maulad Daawilah bin Ali bin Alwi Ibnul Faqih bin Muhammad Al-Faqihil Muqaddam bin Ali Walidil Faqih bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Muhammad Djamaluddin bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib wa Fathimah Az-Zahra binta Rasulullah Muhammad SAW.

Beliau memang keturunan Nabi Muhammad Saw yang ke-38. Beliau mewarisi ketegasan datuknya, kesantunan serta akhlaknya yang baik dan ilmunya yang luas. Meskipun begitu Al Habib Muhammad Rizieq pernah berkata :

“garis keturunan bukan untuk tujuan pamer. Jika itu adalah tujuan, maka harus merupakan kesombongan, dan itu adalah dosa,”

Al Habib Husein ayahnya Al Habib Rizieq meninggal dunia tahun 1966. Jadi, ketika itu Al Habib Rizieq baru berusia 11 bulan. ”Jadi saya mengenalnya hanya dari foto,” kata Al Habib Rizieq.

Sang ayah lahir tahun 1920-an, sebelum meninggal di Polonia, Jatinegara, berkata kepada seorang anggota keluarganya, ”Tanyakan kepada putra saya ini, kalau sudah besar mau menjadi ulama atau jagoan. Kalau mau jadi ulama, didik agamanya dengan baik. Kalau mau jadi jagoan, berikan dia golok.”. Al Habib Rizieq pun tumbuh menjadi seorang ulama besar yang segani oleh kawan maupun lawan. Menurut sejumlah teman almarhum Habib Husein Syihab merupakan pemimpin Pandu Arab. Al Habib Husein ini pernah bekerja di Rode Kruis (kini Palang Merah Indonesia) pada masa kembalinya Belanda setelah proklamasi kemerdekaan.

Al Habib Husein, yang ketika itu masih berusia 20 tahunan, bekerja di bagian logistik. Di sini beliau punya hubungan dengan para pejuang kemerdekaan. Beliau banyak memberikan makanan dan pakaian untuk para pejuang yang ketika itu bergerilya di Jakarta dan sekitarnya.

Rupanya pihak NICA (tentara Belanda) mengendus tingkah lakunya itu, karena ada kawannya sendiri yang tega mengkhianatinya dan melaporkannya pada NICA. Tanpa ampun lagi, Al Habib Husein Syihab pun ditangkap. Kedua tangannya diikat dan ia diseret dengan kendaraan Jeep. Di penjara beliau divonis hukuman mati oleh Belanda. Tapi, berkat bantuan Allah, Al Habib Husein Syihab berhasil kabur dari penjara dan melompat ke Kali Malang. Setelah di selamatkan oleh para laskar pimpinan KH. Noer Ali. Beliau selamat, meskipun bagian pantatnya tertembak. Beliau sadar setelah sebelumnya mendapat pertolongan dari KH Noer Ali, pejuang Bekasi yang sangat ditakuti NICA.

Pernah dalam suatu kesempatan Al Habib Muhammad Rizieq Syihab memperlihatkan foto ayahnya dengan istri Bung Karno, Fatmawati, dalam suatu upacara pada awal kemerdekaan. Al Habib Rizieq menyatakan bangga terhadap ayahnya punya semangat nasionalisme yang tinggi dan ikut membakar para pemuda Arab melawan Belanda melalui Pandu Arab Indonesia serta merupakan seorang pejuang kemerdekaan.

Ayah Al Habib Husein Syihab yaitu Al Habib Muhammad Syihab, dahulu pernah memiliki ratusan delman dan memiliki istal kuda di depan RS Pelni. Delman yang bertrayek Tanah Abang ke Kebayoran Lama ini pernah diganggu oleh preman yang mengaku anak buah si Pitung, jagoan Betawi yang dibenci Belanda.

Seperti dituturkan Al Habib Muhammad Rizieq, kakeknya itu langsung menemui singa betawi si Pitung. Ternyata preman tersebut bukanlah anak buah si Pitung dan si Pitung pun merasa tidak senang namanya dicatut. Rupanya pertemuan itu malah membuat dua tokoh Betawi tersebut menjadi akrab. Akhirnya, Al Habib Muhammad dikawinkan dengan ponakan Pitung dari Koebon Nanas, Kebayoran Lama. Dari perkawinan ini lahirlah Al Habib Husein Syihab, ayah dari Al Habib Muhammad Rizieq Syihab. Jadi, bisa dibilang bahwa Al Habib Rizieq masih termasuk cucu Pitung sang singa betawi.

Semenjak ayahnya meninggal Al Habib Muhammad Rizieq Syihab tidak dididik di pesantren. Namun, sejak berusia empat tahun Beliau sudah rajin mengaji dari masjid ke masjid. Ibunya yang sekaligus berperan sebagai bapak dan bekerja sebagai penjahit pakaian serta perias pengantin, sangat memperhatikan pendidikan Al Habib Muhammad Rizieq Syihab

Pendidikan sekolahnya dimulai di SDN 1 Petamburan, SMP 40 Pejompongan, SMP Kristen Bethel Petamburan Jakarta, SMAN 4 Gambir, dan SMA Islamic Village (Tangerang) sampai pada tahun 1982. Kemudian tahun 1983 kuliah di LIPIA selama setahun kemudian Habib mendapat beasiswa dari OKI untuk melanjutkan studi S1 di King Saud University, jurusan Dirasah Islamiyah, Fakultas Tarbiyah. Tahun 1990 Habib Rizieq berhasil menyelesaikan studinya dan sempat mengajar di sebuah SLA di Riyadh selama 1 tahun lalu kembali ke Indonesia pada tahun 1992. Studinya ke King Saudi University, Arab Saudi, yang diselesaikan dalam waktu empat tahun dengan predikat cum-laude. Beliau tinggal di Arab Saudi kurang lebih selama 7 - 8 tahun. Selanjutnya Al Habib Muhammad Rizieq Syihab juga telah menyelesaikan Studi Islam S2 dan S3 di Universitas Antar-Bangsa Malaysia.

Sebelum Beliau sekolah di luar negeri, Beliau juga sering menghadiri berbagai majelis taklim yang ada di Jakarta serta belajar pada para ulama dan Habaib yang ada di Jakarta.

Setelah pulang ke Indonesia beliau mulai mengajar bahkan menjadi kepala sekolah Madrasah Aliyah Jamiat Kheir, Jakarta. Selain itu, sekarang ini beliau masih menjabat sebagai Mufti Besar Kesultanan Darul Islam Sulu (gelar: Datuk Paduka Maulana Syar'i Sulu) Malaysia. Jadi, gelar DPMSS merupakan singkatan dari mufti sulu.

Beliau menikah pada 11 September 1987 dengan Syarifah Fadhlun serta dikaruniai 7 orang anak perempuan : Rufaidah Syihab, Humairah Syihab, Zulfa Syihab, Najwa Syihab, dan Mumtaz Syihab, Fairuz Syihab dan Zahra Syihab. Anak-anak tersebut disekolahkan di Jami’at Khair, dan juga didatangkan guru privat (ilmu agama dan umum).

Al Habib Muhammad Rizieq Syihab mendeklarasikan berdirinya Front Pembela Islam (FPI) tanggal 17 Agustus 1998 atau tanggal 25 Robi’utsani 1419 H. Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Islam yang berpusat di Jakarta. Beliau dalam menegakkan amar maruf nahi munkar memang tegas dan tanpa pandang bulu. Organisasi yang mencanangkan Gerakan Nasional Anti Maksiat pada awal berdirinya. Maka, berbagai kritik, kecaman, tuduhan, tudingan, fitnah dan caci maki, teror, ancaman dan intimidasi kerapkali dialamatkan pada Habib dan organisasi ini.

Berbagai ujian dan cobaan menghantam Habib, serta para aktivis yang tergabung dalam FPI. Pada tanggal 3 Sya’ban 1419 H/ 22 November 1998 terjadi Peristiwa Ketapang, Jakarta, 22 November 1998, sekitar 200 anggota massa FPI bentrok dengan ratusan preman.
Peristiwa ini menyeret FPI ke dalam tragedi berdarah yang menggemparkan dunia.
Bahkan pada tanggal 11 April 1999 Al Habib Rizieq ditembak orang tak dikenal.

Alhamdulillah.. atas berkat pertolongan Allah SWT beliau selamat dari usaha pembunuhan tersebut. Setahun kemudian yaitu sepanjang tahun 2000 terjadi penangkapan besar-besaran terhadap aktivis FPI diberbagai wilayah.

Benarlahlah kata pepatah “semakin tinggi pohon menjulang, semakin kencang angin menerjang”. Begitulah yang dialami oleh Al Habib Rizieq beserta para aktivisnya yang tergabung dalam FPI harus keluar masuk penjara serta menghadapi berbagai badai fitnah, cacian dan ancaman.
Tepatnya pada tanggal 16 Oktober 2002 Al Habib Rizieq dipenjara dalam rumah tahanan Polda Metro Jaya tanpa ada alasan yuridis yang jelas. Kemudian dilanjutkan dengan tahanan rumah, lalu penangguhan penahanan hingga 20 April 2003. Akan tetapi, pada 21 April 2003 Al Habib Rizieq kembali dijebloskan ke penjara rumah Tahanan Salemba. Hal ini pun tanpa alasan hukum yang jelas.

Beberapa tahun kemudian tepatnya pada tanggal 30 Oktober 2008 Habib Muhammad Rizieq Syihab divonis 1,5 tahun penjara karena dinyatakan bersalah terkait penyerangan terhadap massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan atau AKKBB pada peristiwa Insiden Monas 1 Juni. Hal ini pun tanpa alasan hukum yang jelas.

Al Habib Rizieq sangat paham dan mengerti bahwa berbagai penahanan tersebut merupakan bagian dari upaya pemberangusan dakwah Habib bersama FPI dan gerakan amar maruf nahi munkarnya. Berbagai alasan dibuat, pasal berlapis disiapkan dan kedzoliman atas nama hukum dilakukan.

Namun, apapun bentuk kedzoliman yang dilakukan Alhamdulillah.. FPI tetap eksis dan konsisten dengan perjuangan amar maruf nahi munkar. Bahkan jumlah anggota FPI semakin banyak. Diberbagai daerah dari ujung Merauke Aceh sampai ke berbagai pulau yang ada di Indonesia dideklarasikan cabang-cabang FPI. Bahkan di Malaysia telah berdiri cabang FPI. Di negara lainpun seperti di Hadhramaut Yaman, Kairo Mesir telah terdapat cabang FPI yang tergabung dalam FMI (Front Mahasiswa Islam) yaitu organisasi sayap FPI.

Tidaklah heran jika Sulthanul Ilmi Al Habib Salim As Syathiri pimpinan Ribat Tariem Hadhramaut Yaman pernah berkata dalam Haul ayahandanya Al Quthb Al Habib Abdullah bin Umar As Syathiri, “Bahwa para habaib, ulama, shalihin serta aulia banyak sekali di bumi ini termasuk di Indonesia. Akan tetapi, sangat jarang sekali ada seorang habib yang berani seperti Habib Rizieq. Mungkin adanya hanya 800 tahun sekali itu juga dulu ketika zaman Al Imam Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi”.

Al Habib Rizieq berdakwah memang bukan saja melakukan amar maruf nahi munkar dan berjihad, akan tetapi Al Habib Rizieq bersama FPI melakukan berbagai bakti sosial diberbagai penjuru negeri yang ada di Indonesia. Hal ini tentu mengundang simpati masyarakat dan berbagai kalangan. Sangat berbeda jauh dengan pemberitaan-pemberitaan diberbagai media sosial yang selalu menyudutkan atau memojokkan Habib dan FPI. Beberapa bakti atau aksi sosial yang dilakukan oleh Al Habib Rizieq bersama FPI adalah sebagai berikut :
1. Menjadi evakuator mayat terbanyak ketika terjadi Tsunami di Aceh
    Menteri Sosial ketika itu, Dr. Salim Segaf mengapresiasi kontribusi FPI selama ini. "Saya pernah mengunjungi Habib Rizieq dan kawan-kawan FPI ketika bencana tsunami  Aceh, saya salut kepada  FPI yang telah mengevakuasi puluhan ribu mayat ketika itu,"  ujarnya.
   "Saat bencana Tsunami Aceh saya bertemu Habib Rizieq, ternyata beliau dan laskar FPI      itu tinggal    kuburan dengan mendirikan tenda-tenda bukan di hotel. Habib Rizieq  memimpin laskar untuk  mengevakuasi mayat selama 4 bulan, Subhanallah inilah yang FPI lakukan. Bayangkan, tinggal di      kuburan, kita semalam aja udah takut, ini 4 bulan,"    ujar menteri sosial menceritakan.

Dalam peristiwa bencana tsunami di Aceh tahun 2004 lalu, dengan biaya sendiri serta  peralatan   seadanya FPI berhasil mengevakuasi sekitar 100 ribu mayat, banyak mayat  yang sulit dievakusi    namun bisa diatasi oleh anggota FPI, bahkan relawan FPI-lah yang    menemukan mayat, Juru bicara      Aceh, Sayed Husaini. Namun sayang jasa besar FPI  itu, hampir tidak diberitakan sama sekali oleh      media-media sekuler. Dalam tugu Tsunami disitu ditulis bahwa FPI merupakan yang terbanyak  dalam mengevakuasi mayat sedangkan urutan selanjutnya adalah TNI Polri dan lembaga lainnya.

2. Aksi kemanusiaan FPI di lokasi banjir dan kebakaran seperti di Jakarta, hal ini   
    merupakan rutin dilakukan karena Jakarta merupakan daerah yang sering terkena banjir.     posko untuk  menyalurkan bantuan kepada korban banjir berdiri hingga ke berbagai   pelosok Jakarta. Bahkan tak     jarang Imam Besar FPI Al Habib Rizieq juga langsung terjun ke lapangan

3. Gempa Padang
    Seperti halnya di Aceh relawan FPI juga banyak yang turun ke Padang. Bahkan hingga berbulan  bulan menolong korban gempa.
4. Letusan Merapi Yogya
5. longsor Leuwi Gajah
6. air bah Morowali
7. Jebolnya tanggul Situ Gintungg Tangerang.
8. Tsunami di Pangandaran
9. Longsor di Ciwidey Bandung dan berbagai tempat lainnya yang mengalami bencana Relawan FPI selalu terdepan.
10. Bantuan untuk Palestina rutin setiap tahunnya tak kurang dari Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah).
11. Pembagian sembako bagi orang-orang yang tidak mampu di berbagi tempat.
12. Banjir Bandang yg baru baru ini menimpa Garut Jawa Barat.
Kerjasama FPI dengan Kemensos RI secara nasional dalam Program Bedah Kampung. Ribuan rumah miskin di puluhan kampung Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Purwakarta, Pasuruan, Palu, dan Gresik, berhasil dibedah.

Kerjasama FPI dengan Kemenag RI dalam Program Pengembalian Ahmadiyah kepada Islam. Ribuan pengikut Ahmadiyah taubat dan masuk Islam. Seperti di Tenjo Waringin Tasik, 800 warga Ahmadiyah kembali pada Islam.

Sejumlah Pemda di berbagai Daerah bekerjasama dengan FPI dalam program kebersihan lingkungan, penyuluhan kesehatan, pemberantasan hama pertanian, penghijauan lahan gundul, dan sebagainya.

Bahkan pernah ada kerjasama FPI dengan almarhum Taufiq Kiemas Pimpinan MPR RI dalam pemantapan Empat Pilar RI. FPI tidak pernah menolak Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bineka Tunggal Ika selama ditafsirkan secara benar dan lurus.

Maka itu Mantan Menteri Dalam Negeri Indonesia Gamawan Fauzi pernah mengimbau agar Kepala Daerah bisa menjalin kerja sama dengan organisasi masyarakat ini.

Bahkan saat ini FPI sedang melakukan upaya pencegahan banjir Jakarta dengan mereboisasi daerah hulu sungai yang mengarah ke Ibu Kota. Lokasi bertempat di Pesantren Agrikultural dareah Gunung Pangrango, Puncak. Pada Januari FPI menanam sekitar 40 ribuan pohon.

Ketua FPI Habib Rizieq Sihab menargetkan agar di bulan Desember ada 300 ribu pohon tertanam di sana. Sehingga dua tahun kedepan ada satu juta pohon untuk reboisasi hutan Lokasi. Di daerah tersebut ada empat aliran sungai yang mengarah ke Jakarta.

Aksi sosial tersebut merupakan sebagian kecil yang sudah disumbangkan oleh FPI untuk masyarakat dan bangsa Indonesia. Masih banyak kegiatan-kegiatan positif lainnya yang telah dilakukan oleh Al Habi Rizieq Syihab bersama FPI.

Jumat, 14 Oktober 2016

SIFAT TERCELA : RIYA' , SUM'AH, UJUB DAN TAKABBUR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh 


A. RIYA

PENGERTIAN RIYA MENURUT BAHASA


Pengertian Riya menurut Bahasa: riya’ (الرياء) berasal dari kata الرؤية /ru’yah, yang artinya menampakkan
Riya ’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia.


PENGERTIAN RIYA MENURUT ISTILAH:


Pengertian Riya Menurut Istilah yaitu: melakukan ibadah dengan niat supaya ingin dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”.
Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Imam Habib Abdullah Haddad pula berpendapat bahwa riya’ adalah menuntut kedudukan atau meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau penghargaan, dengan harapan agar orang lain memberikan penghormatan padanya.


JENIS-JENIS RIYA

Riya’ dibagi kedalam dua tingkatan:
riya’ kholish yaitu melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia,
riya’ syirik yaitu melakukan perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga karena untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur”.

Riya’ bisa muncul didalam diri seseorang pada saat setelah atau sebelum suatu ibadah selesai dilakukan

Perbuatan riya bila dilihat dari sisi amal/citra yang ditonjolkan menurut Imam Al-Ghazali dapat dibagi atas 5 kategori, yaitu:

Riya dalam masalah agama dengan penampilan jasmani, misalnya memperlihatkan badan yang kurus dan pucat agar disangka banyak puasa dan shalat tahajud;
Riya dalam penampilan tubuh dan pakaian, misalnya memakai baju koko agar disangka shaleh atau memperlihatkan tanda hitam di dahi agar disangka rajin sholat.
Riya dalam perkataan, misalnya orang yang selalu bicara keagamaan agar disangka ahli agama.
Riya dalam perbuatan, misalnya orang yang sengaja memperbanyak shalat sunnah di hadapan orang banyak agar disangka orang sholeh. Atau seseorang yang pergi berhaji/umroh untuk memperbaiki citranya di masyarakat.
Riya dalam persahabatan, misalnya orang yang sengaja mengikuti ustadz ke manapun beliau pergi agar disangka ia termasuk orang alim.
Jangan biarkan pahala ibadah-ibadah yang telah sulit kita kumpulkan hilang tanpa arti dan berbuah keburukkan lantaran masih ada riya di hati kita. Allah SWT mengingatkan dalam firmannya:

“Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak berimana kepada Allah dan hari kemudian.” (Al-Baqarah: 264)

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya” (Al Maa’uun 4-6)


B. SUM’AH

PENGERTIAN SUM’AH SECARA ETIMOLOGI/BAHASA


Kata sum’ah (السمعة) berasal dari kata سمّع samma’a (memperdengarkan)
Kalimat samma’an naasa bi ‘amalihi digunakan jika seseorang menampakkan amalnya kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya.


PENGERTIAN SUM’AH SECARA TERMINOLOGI/ISTILAH


Pengertian sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia. Sehingga, menurutnya semua riya itu tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan manusia.

Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ
Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. (HR. Bukhari)
Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya. Na’udzubillah min dzalik.


C. UJUB

PENGERTIAN SIFAT UJUB


Ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain.
Ibnul Mubarok pernah berkata, “Perasaan ‘ujub adalah ketika engkau merasa bahwa dirimu memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.”
Imam Al Ghozali menuturkan, “Perasaan ‘ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Alloh.”
Memang setiap orang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain, tetapi milik siapakah semua kelebihan itu ? Allohk berfirman :

“Bagi Alloh semua kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya.” (QS. Al Maidah : 120)

Maksud dari ayat di atas adalah apapun yang kita miliki, semuanya adalah milik Alloh yang dipinjamkan kepada kita agar kita dapat memanfaatkannya dan sebagai ujian bagi kita. Tidak seorangpun yang memiliki sesuatu di alam semesta ini walaupun sekecil atom kecuali Alloh


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA SIFAT UJUB

1. Banyak dipuji orang
Pujian seseorang secara langsung kepada orang lain, dapat menimbulkan perasaan ‘ujub dan egois pada diri orang yang dipujinya. Makin lama perasaan itu akan menumpuk dalam hatinya, maka ia akan semakin dekat kepada kebinasaan dan kegagalan sedikit demi sedikit. Karena orang yang mempercayai pujian itu akan selalu merasa bangga dan dirinya punya kelebihan, sehingga menjadikannya malas untuk berbuat kebajikan. Rosululloh pernah terkejut ketika melihat seseorang yang memuji orang lain secara langsung, sampai-sampai beliau bersabda, “Sungguh dengan pujianmu itu, engkau dapat membinasakan orang yang engkau puji. Jikalau ia mendengarnya, niscaya ia tidak akan sukses.”

2. Banyak meraih kesuksesan
Seseorang yang selalu sukses dalam meraih cita-cita dan usahanya, akan mudah dirasuki perasaan ‘ujub dalam hatinya, karena ia merasa bisa mengungguli orang lain yang ada di sekitarnya dan tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang diraihnya adalah atas kehendak Alloh yang Maha Kuasa.

3. Kekuasaan
Setiap penguasa biasanya mempunyai kebebasan bertindak tanpa ada protes dari orang yang ada di sekelilingnya, dan banyak orang yang kagum dan memujinya. Fenomena semacam ini akan menyebabkan hati seseorang mudah dimasuki perasaan ‘ujub. Seperti kisah Raja Namrud yang menyebut dirinya sebagai Tuhan, karena dia menjadi seorang penguasa. Dan seandainya di lemah dan miskin, tentulah tidak akan menyebut dirinya sebagai Tuhan.

4. Tersohor di kalangan orang banyak
Tersohor di kalangan orang banyak merupakan cobaan besar bagi diri seseorang. Karena semakin banyak yang mengenalnya, maka dia semakin kagum terhadap dirinya sendiri. Semuanya itu akan memudahkan timbulnya perasaan ‘ujub pada hati seseorang.

5. Mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang tinggi
Orang yang mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang lebih, biasanya merasa bangga dengan dirinya sendiri dan egois, karena merasa mampu dapat menyelesaikan segala permasalahan kehidupannya tanpa campur tangan orang lain. Kondisi seperti itu akan melahirkan sikap otoriter dengan pendapatnya sendiri. Tidak mau bermusyawarah, menganggap bodoh orang-orang yang tak sependapat dengannya, dan melecehkan pendapat orang lain.

6. Memiliki kesempurnaan fisik
Orang yang memiliki kesempurnaan fisik seperti suara bagus, cantik, postur tubuh yang ideal, tampang ganteng dan sebagainya, lalu ia memandang kepada kelebihan dirinya dan melupakan bahwa semua itu adalah nikmat Alloh yang bisa lenyap setiap saat, berarti orang tersebut telah kemasukan sifat ‘ujub.

7. Lalai atau tidak memahami hakikat dirinya sendiri.
Apabila seseorang lalai atau tidak memahami hakikat bahwa dirinya berasal dari air yang hina serta akan kembali ke dalam tanah, kemudian menjadi bangkai, maka orang seperti ini akan mudah merasa bahwa dirinya hebat. Perasaan seperti ini akan diperkuat oleh bisikan setan yang pada akhirnya akan muncul sifat kagum terhadap diri sendiri.


BAHAYA SIFAT UJUB


Sifat ‘ujub membawa akibat buruk dan menyeret kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Diantara dampak dari sifat ‘ujub tersebut adalah :

1. Membatalkan pahala
Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-sia. Karena Alloh tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya. Rosululloh n bersabda :
“Tiga hal yang membinasakan : Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thobroni).

2. Menyebabkan Murka Alloh
Nabi saw bersabda, “Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Alloh. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menanti murka Alloh.” (HR. Baihaqi)
Perasaan ‘ujub menyebabkan murka Alloh, karena ‘ujub telah mengingkari karunia Alloh yang seharusnya kita syukuri.

3. Terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya) dan takabur.
Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instropeksi diri. Bersamaan dengan perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia terbiasa meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur. Nabi n bersabda, ” Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi. (HR. Nasa’i)

4. Menyebabkan mengumbar nafsu dan melupaka dosa-dosa
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi bersabda, “Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yaitu perasaan ujub.” (HR. Al Bazzar).

5. Menyebabkan orang lain membenci pelakunya.
Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya. Syeikh Mustofa As Sibai berkata, “Separuh kepandaian yang disertai tawadhuk lebih disenangi oleh orang banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian yang sempurna yang disertai kecongkakan.”

6. Menyebabkan Su’ul Khotimah dan kerugian di Akherat
Nabi bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka, dan pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i)

Orang yang mempunyai sifat ‘ujub biasanya suka menyebut-nyebut kembali sesuatu yang sudah diberikan.

Umar Ra pernah berkata,”Siapapun yang mengakui dirinya berilmu, maka ia seorang yang bodoh dan siapapun yang mengaku dirinya akan masuk surga, maka ia akan masuk neraka.”

Qotadah berkata, “Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhuk, maka semua itu akan berakibat buruk baginya pada hari kiamat.”


CARA MENANGGULANGI SIFAT UJUB 


Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh setiap orang muslim agar dirinya terhindar dari penyakit ‘ujub, diantaranya adalah :

1. Selalu mengingat akan hakikat diri
Orang yang kagum pada diri sendiri hendaknya sadar bahwa nyawa yang ada dalam tubuhnya semata-mata anugerah Alloh l. Andaikan nyawa tersebut meninggalkan badannya, maka badan tidak ada harganya lagi sama sekali. Dia harus sadar bahwa tubuhnya pertama-tama dibuat dari tanah yang diinjak-injak manusia dan binatang, kemudian dari air mani yang hina, yang setiap orang merasa jijik melihatnya, lalu kembali lagi ke tanah dan menjadi bangkai yang berbau busuk dan setiap orang tidak suka mencium baunya.

2. Selalu sadar akan hakikat dunia dan akherat
Hendaklah seseorang selalu sadar bahwa dunia adalah tempat menanam kebahagiaan kehidupan akherat. Dia harus sadar bahwa sekalipun umurnya panjang, namun tetap akan mati, kemudian hidup di sebuah kampung abadi yaitu akherat. Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang untuk meluruskan akhlaknya yang bengkok, sebelum nafasnya meninggalkan jasadnya dan sebelum hilang kesempatan untuk bertaubat.

3. Selalu mengingat nikmat Alloh
Alloh berfirman :
“Dan jika kamu menghitung nikmat Alloh, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya.” (QS. Ibrohim : 34)
Dengan kesadaran seperti ini, seseorang akan merasa lemah dan merasa butuh kepada Alloh, sehingga dia akan membersihkan diri dari penyakit kagum diri dan berusaha terhindar darinya.

4. Selalu ingat tentang kematian dan kehidupan setelah mati
Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang meninggalkan perasaan kagum diri karena takut akan berbagai kesengsaraan hidup setelah mati.

5. Tidak berkawan dengan orang yang kagum diri
Sebaiknya, berkawanlah dengan orang-orang yang tawadhuk dan memahami status dirinya. Hal semacam itu sangat membantu seseorang untuk meninggalkan perangai buruk kagum diri.

6. Memperhatikan keadaan orang yang sedang sakit, bahkan keadaan orang yang meninggal dunia, ziarah kubur dan merenungkan keadaan ahli kubur
Cara semacam ini akan mendorong seseorang untuk meninggalkan perasaan kagum diri dan panyakit hati lainnya.

7. Selalu bermuhasabah (Introspeksi diri)
Dengan demikian, mudah dideteksi gejala awal dari segala bentuk penyakit hati, terutama penyakit kagum diri. Dengan demikian, penyakit ini akan mudah diobati.

8. Selalu memohon bantuan dari Alloh
Dengan cara berdoa dan senantiasa memohon perlindungan dari-Nya agar terhindar dari penyakit kagum diri dan tidak terjerumus ke dalamnya.

9. Penyembuhan dengan Al Qur’an
Al Qur’an sangat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit hati, khususnya penyakit ‘ujub dan berbagai sebabnya. Karena Al Qur’an telah mengenalkan diri kita kepada Alloh, dan Al Qur’an juga telah mengenalkan diri kita kepada kita, yaitu kelemahan, kemiskinan, dan kebutuhan kepada Alloh. Maka tidaklah pantas jika seseorang mengagumi dirinya sendiri sementara dia adalah makhluk yang tak mampu berdiri sendiri. Al Qur’an juga telah mengingatkan kita akan akibat dari penyakit ‘ujub, sombong, dan bangga diri. Seperti halnya kisah Fir’aun, Qorun, dan lain sebagainya.

Imam Syafi’i rohimahumulloh berkata :
“Barangsiapa yang mengangkat-angkat diri secara berlebihan, niscaya Allah akan menjatuhkan martabatnya”
DAMPAK SIFAT UJUB
1. Jatuh pada sifat sombong dan terperdaya.
3. Munculnya kebencian terhadap orang lain.
4. Mendapat adzab dari Allah SWT


D.TAKABUR

PENGERTIAN TAKABUR


Takabur berasal dari bahasa arab Takabbara-Yatakabbaru yang artinya sombong atau membanggakan diri sendiri. Takabur semakna dengan Ta’azum, yaitu menampakkan keagungannya dan kebesarannya dibandingkan dengan orang lain. Dalam bahasa indonesia banyak sekali istilah lain dari takabur ini antara lain, sombong, congkak, angkuh, tinggi hati atau besar kepala.
Secara naluri setiap orang tidak menyukai sifat takabur atau sombong. Namun disadari atau tidak terkadang seseorang akan menampakan akan sikap sombongnya, biasanya sifat ini timbul manakala ia merasa memiliki nilai lebih, seperti lebih pandai, lebih kaya, lebih cantik. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya menghindari sifat takabur ini, karena teladannya adalah Rasulullah SAW, yang meskipun penuh dengan kemuliaan dan kelebihan, namun beliau tetap tidak merasa lebih bahkan para pengikutnya dipanggil dengan sebutan sahabat, yang mempunyai arti kesetaraan.

Sifat takabur ini merupakan sifat tercela dan berbahaya, bahkan dibenci oleh Allah SWT, sebagaimana firman-firmannya :
“maka masuklah pintu-pintu neraka jahanam, kamu kekal didalamnya, maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri”. (Q.S An Naml : 29) ..
“sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (Q.S An Nahl : 23)


MACAM-MACAM TAKABUR


Dari segi obyek atau sasarannya takabur menjadi tiga :
1. Takabur kepada Allah SWT, yaitu keadaan seseorang yang tidak mengakui dan menerima kebenaran yang datang dari Allah SWT, seperti perintah shalat, zakat dan yang lainnya.
2. Takabur kepada Rasulullah.
3. Takabur terhadap sesama manusia, hal ini biasannya terlihat dari hal-hal yang bersifat lahiriah, seperti kekayaan, kedudukan, wajah atau kepandaian.

Menurut pandangan tersebut di atas, secara umum takabur dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
1) Takabur Batini ( Takabur dalam sikap )
Takabur batini atau batin adalah sifat takabur yang tertanam dalam hati seseorang sehingga tidak tampak secara lahir/fisik, seperti seseorang yang mengingkari kebenaran yang datang dari Allah swt. padahal dia mengetahui kebenaran tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari orang yang termasuk golongan takabur batin memiliki sikap, antara lain enggan minta tolong kepada orang lain meskipun ia membutuhkan serta tidak mau berdoa untuk memohon pertolongan Allah swt. padahal semua persoalan yang kita hadapi tidak dapat diselesaikan sendiri tanpa pertolongan-Nya
Allah swt. berfirman :
Artinya : “Kuperkenankan (Kukabulkan) bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS Al Mukmin: 60)

2) Takabur Zahiri ( Takabur dalam Perbuatan )
Takabur zahiri adalah sifat takabur yang dapat dilihat langsung dengan panca indra, seperti dalam bentuk ucapan dan gerakan anggota tubuh. Contohnya, riya, angkuh, dan memalingkan muka terhadap orang lain. Allah swt. tidak menyukai orang-orang yang memalingkan muka (sombong) sebagaimana terdapat dalam Surah Luqman Ayat 18 berikut.
Artinya : “ janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman: 18).


Kamis, 15 September 2016

ISLAM MELINDUNGI NON MUSLIM


AJARAN ISLAM MELINDUNGI NON-MUSLIM

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.


Dalam Islam Kafir Terbagi Menjadi Dua, Yaitu Kafir Dzimi (Non Muslim Yang Berdamai) dan Kafir Harbi (Non Muslim/Kafir Yang Memerangi Islam)

KAFIR DZIMI ( NON MUSLIM YANG BERDAMAI )

Beberapa Ayat dan Hadits Untuk Melindungi Kafir Dzimi :

"Barang Siapa Menyakiti Kafir Dzimmi, Maka Aku (Rasulullah) Akan Menjadi Lawannya di Hari Kiamat" (HR. Muslim).

“Barang Siapa Membunuh Seorang Kafir Dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

"Rasulullah saw. mengecam keras pembunuhan terhadap kaum wanita dan anak-anak" (HR. Bukhari [3014] dan Muslim [1744]).

"Bahwasanya, barangsiapa membunuh suatu jiwa, padahal dia tidak membunuh jiwa atau tidak membuat kerusuhan di permukaan bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh manusia seluruhnya" (al-Maidah: 32).

"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil" (QS. 60:8).

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah! karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS.5:8).

"Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk melawan mereka" (QS. 4:90).

“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Surah Ali ‘Imran ayat 110).

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (Surah An-Nisa` ayat 114).

“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaknya dia mengubahnya dengan tangannya, jika dia tidak sanggup maka dengan lisannya, jika dia tidak sanggup maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemah keimanan” (HR. Muslim).

“Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian betul-betul harus memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar atau Allah betul-betul akan mengirimkan kepada kalian siksaan dariNya, lalu kalian berdo’a kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkan do’a kalian”
(HR. At-Tirmidzy dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shohihul Jami’ no. 7070)

“Tidak ada seorangpun yang berada di tengah-tengah sebuah kaum yang diperbuat di tengah-tengah mereka kemaksiatan, mereka mampu untuk mengubahnya akan tetapi mereka tidak mau mengubahnya kecuali Allah akan menimpakan kepada mereka siksaan sebelum mereka meninggal”
(HR. Abu Daud dan dishohihkan oleh Al-Albany dalam Shohih Sunan Abi Daud 3/819/4339)

“Tidak ada satu kaum pun yang diperbuat di tengah-tengah mereka sebuah kemaksiatan, kemudian mereka sanggup untuk mengubahnya akan tetapi mereka tidak mengubahnya kecuali Allah akan meratakan kepada mereka seluruhnya siksaan dari-Nya”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Al-Albany dalam Shohihul Jami’ no. 1974)

Suatu ketia seorang sahabat di tanya oleh seorang non muslim

Non Muslim : Saya takut Jika Negara ini diterapkan Sistem Islam!

Sahabat : Kenapa ?

Non Muslim : Saya takut jika nanti tempat-tembat ibadah kami di tutup!

Sahabat : Islam tidak pernah melarang non muslim untuk beribadah, dan Islam tidak pernah menutup tempat-tempat Ibadah non muslim, karna itu berarati menyakiti Kafir Dzimi dan itu merupakan dosa besar.

Non Muslim : Saya takut ritual agama saya di hapuskan karna bertentangan dengan islam, seperti meminum khamer ( Alkohol ), memakan daging babi, atau merayakan hari raya agama kami!

Sahabat : Islam tidak pernah melarang ritual agama lain, tapi islam akan menghukum seorang muslim yang mengikuti agama lain ( diterangkan dalam surat Al-Kafirun )

KETERANGAN

Islam bukan sekedar agama ritual, tapi islam adalah map'da (Ideologi), dimana tidak ada agama yang memiliki ideologi selain islam, ideologi islam terikat pada hukum syara yang berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits, yang terbagi tiga :
Hukum Syara secara individu (Solat, Zakat, Naik Haji, dsb), hukum tersebut terikat secara individu, barang siapa perindividu tidak mengerjakannya maka akan mendapat dosa, dan jika mengerjakannya akan mendapat pahala.
Hukum Syara secara Kelompok (Amar Ma'ruf Nahi Munkar), tolong menolong dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran
Hukum Syara Dalam Tatanan Negara (Khilafah Islamiyah), Hukum ini hanya dapat dilaksanakan atas perintah Khilafah dalam naungan negara islam, seperti hukum Qisos/hukuman mati, Qital/hukuman cambuk, Rajam, potong tangan, dan jihad, dsb. Hukum tersebut hanya boleh dilaksanakan atas perintah Kilafah sebagai kepala negara, dan melewati banyak persyaratan untuk hukuman tersebut dilaksanakan. Contoh jika seorang pencuri tertangkap, harus ada saksi yang melihatnya tertangkap basah, jika dia mencuri karna faktor ekonomi maka akan dibebaskan dan pemerintah wilayah tempat pencuri itu tinggal akan dihakimi karna tidak bisa mensejahterakan rakyatnya, namun jika seseorang mencuri dimana hidupnya dan hidup keluarganya sejahtera, dan barang yang dicuri mencapai nishabnya sekitar 4 dirham, dengan adanya saksi yang berada di bawah sumpah, dan bukti nyata, maka barulah hukuman potong tangan dilaksanakan atas perintah Khilafah, bukan individu atau kelompok. Khilafah juga akan mensejahterakan semua umat, baik muslim dan non muslim tanpa terkecuali yang berada di bawah naungan hukum islam, juga akan menghukum seorang muslim yang menyakiti non muslim ( Kafir Harbi ). Hukum ini bersifat umum, dilaksanakan kepada semua yang berada di bawah naungan hukum islam, termasuk Khilafah.
Sebuah riwayat pernah menyatakan bahwa pada masa kekhilafan, seorang Khilafah kehilangan baju zirahnya/baju perang, dan dia mendapati baju tersebut ada pada seorang pedagang yahudi. Lalu khilafah membawa orang yahudi tersebut ke pengadilan di bawah hukum islam, namun khilafah tersebut kalah karna tidak memiliki bukti dan saksi yang cukup, lalu pengadilan tersebut di menangkan oleh orang yahudi. Dan Yahudi itupun mengakui bahwa baju zirah tersebut adalah milik Khilafah, yang dia dapatkan ketika terjatuh dari pelana kuda Khilafah tersebut.

BUKTI HUKUM ISLAM MELINDUNGI NON MUSLIM

Pemberian sertifikat tanah kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kekejaman Inkuisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan Islam di Andalusia. (Tahun 925 H/1519 M)

Surat ucapan terima kasih dari Pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim khalifah ke Amerika Serikat yang sedang dilanda kelaparan pasca perang dengan Inggris. (abad 18)

Surat jaminan perlindungan kepada Raja Swedia yang diusir tentara Rusia dan mencari eksil ke Khalifah. (30 Jumadil Awwal 1121 H/7 Agustus 1709 M)

Pemberian izin dan ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang telah berimigrasi ke Rusia namun ingin kembali ke wilayah Khalifah, karena di Rusia mereka justru tidak sejahtera.
(13 Rabiul Akhir 1282 H/5 September 1865 M)

Khalifah membuat peraturan bebas cukai bagi barang bawaan orang-orang Rusia yang mencari eksil ke Wilayah Khalifah Utsmani pasca Revolusi Bolschevik. (25 Desember 1920)

Pasukan khilafah Turki Utsmani tiba di Aceh (1566-1577) termasuk para ahli senjata api, penembak dan para teknisi. untuk mengamankan wilayah Syamatirah (Sumatra) dari Portugis. Dengan bantuan ini Aceh menyerang Portugis di Malaka.

Khalifah Walid ibn ‘Abdul Malik membuat kebijakan dengan memberikan kepada setiap orang jompo dan orang-orang cacat/buta muslim dan non muslim seorang pelayan untuk membantu mereka menjalankan kehidupannya sehari-hari.

Masa khalifah bin Abdul Aziz, tidak seorangpun yang dipandang berhak menerima zakat. Beliau sampai harus memerintahkan para pegawainya berkali-kali untuk menyeru di tengah-tengah masyarakat ramai, kalau-kalau di antara mereka ada yang membutuhkan harta, namun tidak ada seorangpun yang memenuhi seruannya. Karna muslim dan non muslim sejahtera di bawah naungan Khilafah dan sistem islam.
Pada masa beliau pula tidak ada satu orangpun penduduk Afrika yang mau mengambil harta zakat.
Gaji para pegawai Negara hingga ada yang mencapai 300 dinar (1275 gram emas) atau setara dengan 114.750.000,- rupiah.

Pada masa Khalifah Umar Ibn Al Khattab, beliau membangun Dar Ad Daqiq (gudang tepung) tersebar di  berbagai kota dan rute perjalanan yang biasa ditempuh para musafir, penuntut ilmu dan para saudagar baik muslim dan non muslim. Siapa saja diantara mereka yang kehabisan bekal dalam perjalanannya, boleh mengambil bagiannya dari lumbung tersebut tanpa dipungut biaya.

KAFIR HARBI (NON MUSLIM/KAFIR YANG MEMERANGI ISLAM)

Telah diizinkan (Berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong Mereka itu. Maha benar Allah dengan segala Firmannya.

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan kepada mereka dan mereka bergembira hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka yang belum menyusul, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati .” (Ali Imran: 169-170)

Rasulullah saw. bersabda, “Seorang syahid di sisi Allah mendapatkan enam keistimewaan

1. Allah mengampuni dosanya sejak awal perjalanan jihadnya
2. Diperlihatkan tempat tinggalnya di surga
3. Dipelihara dari siksa neraka
4. Diberi rasa aman dari goncangan terbesar (hari kiamat)
5. Ditaruh di atas kepalanya sebuah mahkota mutu manikam, di sana ia lebih baik dari pada dunia seisinya
6. Dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari surga, dan bisa memberi syafaat kepada tujuh puluh anggota keluarganya (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

KETERANGAN

Islam telah mewajibkan berperang (Jihad) terhadap orang-orang yang diperangi, yang di maksud adalah muslim, karna islam adalah agama untuk umat muslim.
Jihad terbagi tiga :
Jihad Harta, yaitu menggunakan hartanya untuk kemajuan agama islam atau untuk perjuangan islam.
Jihad Lisan, yaitu menyampaikan kebenaran pada penguasa atau berdakwah.
Jihad Raga, yaitu berperang atau memerangi kafir/non muslim yang memerangi Islam. Jihad raga hanya bisa dilaksanakan atas Perintah Khilafah dalam naungan hukum Islam, atau jika diperangi dan terancam seperti di Palestina dan Suriah, mereka diwajibkan berjihad karna mereka telah diperangi. jadi jihad raga tidak bisa dilakukan jika tidak ada Khilafah dalam naungan hukum Islam, dan hanya boleh dilakukan jika dalam keadaan terancam atau telah diperangi.


Jumat, 02 September 2016

JANGAN PERNAH REMEHKAN KEBAIKAN WALAU SEKECIL APAPUN!


۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

JANGAN PERNAH REMEHKAN KEBAIKAN WALAU SEKECIL APAPUN!

•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


===================================



💥Jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air, maka angkat dan tolonglah ia., barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akherat.


💥Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa menggangu jalannya kaum muslimin, maka singkirkanlah ia, barangkali itu menjadi penyebab dipermudahnya jalanmu menuju surga.


💥Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya, maka ambil dan susulkan ia dengan induknya, semoga itu menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga.


💥Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan, maka antarkanlah ia, barangkali itu menjadi sebab kelapangan rezekimu di dunia.


💥Jika engkau bukanlah seorang yang mengusai banyak ilmu agama, maka ajarkanlah alif ba' ta' kepada anak-anakmu, setidaknya itu menjadi amal jariyah untukmu yang tak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu.


💥Jika engkau tidak bisa berbuat kebaikan sama sekali, maka tahanlah tangan dan lisan dari menyakiti, setidaknya itu menjadi sedekah darimu.


💥Al-Imam Ibnul Mubarok Rohimahulloh berkata:

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ


➖“Sangat banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya. Dan sangat banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya"


💥Jangan pernah meremehkan kebaikan, bisa jadi seseorang itu masuk surga bukan karena puasa sunnahnya, bukan karena panjang sholat malamnya, tapi karena akhlak baiknya dan sabarnya, ketika musibah datang melanda.


💥Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ


➖ “Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun kamu hanya bertemu dengan saudaramu dengan wajah berseri-seri (wajah tersenyum).” 

📙(HR. Muslim)



Selasa, 09 Agustus 2016

SETIAP KEBAIKAN ADALAH SEDEKAH

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

 💫 SETIAP KEBAIKAN ADALAH SEDEKAH 💫

•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

=========================================

وَعَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ: قاَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ.” أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ.

➖Dari Jābir radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu, dia berkata: Rasūlullāh Shallallāhu Alayhi Wasallam bersabda:
“Seluruh perbuatan baik merupakan sedekah.”
📙(HR Imām Al Bukhari)

🌟 Yang dimaksud sabda Nabi:
• Ma’rūf (مَعْرُوْفٍ) adalah lawan dari munkar.

⇒ Munkar, kita tahu perbuatan munkar dan ma’ruf adalah perbuatan kebaikan.

• Kullu ma’rūfin ( كُلُّ مَعْرُوْف), kullu adalah lafazh yang menunjukkan keumuman.

⇒ Yang kalau kita artikan dalam bahasa kita SELURUH perbuatan baik merupakan sedekah.

💫Hadits ini menjelaskan bahwasanya sedekah di mata syari’at bukan hanya terbatas pada harta, tetapi seluruh perbuatan baik (segala perbuatan kebaikan) juga merupakan sedekah.

💫Kebaikan apapun juga, entah kebaikan yang berkaitan dengan diri sendiri maupun kebaikan yang berkaitan dengan oranglain, pokoknya yang namanya kebaikan merupakan sedekah.

💫Dan telah datang dalam hadits-hadits yang lain dimana Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjelaskan bahwasanya seluruh kebaikan secara rinci juga merupakan sedekah.

💫Dalam hadits, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:


وَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ

➖ “Setiap Tasbih merupakan sedekah, setiap Tahmid (mengucapkan alhamdulillāh) juga merupakan sedekah, setiap bertahlil (mengucapkan lā ilāha illa Allāh) merupakan sedekah dan setiap takbir (mengucapkan Allāhu akbar) maka dia juga bersedekah. Dan menyeru oranglain kepada kebaikan juga sedekah dan juga mencegah oranglain dari perbuatan kemungkaran (nahyi munkar) juga dia bersedekah.”
📙 (HR Muslim no. 2376, dari shahābat Abū Dzar)

💫Kalau tadi Tashbih, Tahlil, Tahmid adalah bersedekah, (maka) ini berkaitan dengan diri hamba; dia memuji Allāh, mengagungkan Allāh maka dia bersedekah kepada dirinya sendiri.

💫Sekarang yang berkaitan dengan oranglain, (yaitu) seperti amr bin ma’ruf adalah sedekah. Menyuruh oranglain untuk melakukan kebaikan berarti dia sedang bersedekah.

💫Bahkan dalam perkara yang kita anggap perkara duniawi, kata Nabi Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam:
وَفِـيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ

➖ “Engkau menggauli istrimu engkau telah bersedekah.”
📙 (HR Muslim)


⇒ Menyenangkan hati istri, berhubungan dengan istri ini dinilai sedekah menurut kacamata syari’at.

تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ

💫Demikian juga jika ada 2 orang datang kemudian menjadikan engkau sebagai hakim (pengambil keputusan) jika engkau berbuat adil kepada keduanya maka berarti engkau telah bersedekah.

وَتُعِينُالرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ

➖Demikian juga jika engkau membantu seseorang lalu engkau mengangkatkan barangnya di atas tunggangannya ini juga merupakan sedekah.
📙(HR Bukhari no. 2989 dan Muslim no. 1009)


⇒ Lihat disini, sedekah tidak mesti dengan uang/harta.

💫Kita membantu oranglain, (yaitu) sedekah dengan tenaga, mengangkatkan barangnya, meletakkan diatas tunggangannya atau bisa meletakkan diatas mobilnya, kita bantu angkat barang, ini juga merupakan sedekah, kata Nabi Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam.

💫Kemudian juga Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan dalam hadits yang lain:

وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ

➖“Dan berkata-kata yang baik merupakan sedekah.”
📙(HR Al Bukhari no. 2707 dan Muslim no. 2332)

💫Seseorang menahan dirinya dari perkataan buruk kemudian berusaha berbicara dengan perkataan yang baik, berarti dia telah bersedekah.

💫Apakah dia berbicara dengan saudaranya, orangtuanya, istrinya, dia berusaha memilih kata-kata yang baik. Tatkala dia berusaha memilih kata-kata yang baik sesungguhnya dia sedang bersedekah.

⇒ Ini dalil menunjukkan bahwasanya seluruh bentuk kebaikan merupakan sedekah.

💫Oleh karenanya, ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

💫Ini menjelaskan bahwasanya sedekah tidak terbatas dengan harta saja tetapi dengan segala kebaikan juga merupakan sedekah.

💫Hal ini menunjukkan sedekah tidak hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya, orang-orang miskin yang tidak punya harta juga bisa bersedekah.

💫Namun Allāh membuka cara sedekah dengan cara yang lain, tidak mesti dengan harta.

💫Dan sebagian ulama mengatakan bahwasanya ini dalil diantara hikmahNya Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan ibadah itu bermacam-macam.

💫Dan ini merupakan ujian bagi hamba. Sebagaimana yang kita katakan di awal pengajian, para hamba berusaha untuk memasuki sebanyak-banyaknya pintu-pintu kebaikan.

💫Dan juga diantaranya hikmah bahwasanya dibuat banyak pintu-pintu kebaikan artinya Allāh memberi kemudahan bagi siapa saja (setiap orang) bisa bersedekah dan berbuat baik.

• Ada yang bisa berbuat baik dengan hartanya, silakan bersedekah dengan hartanya.

• Ada yang bisa bersedekah dengan tenaganya, maka silakan dia bersedekah dengan tenaganya.

• Ada yang bisa bersedekah dengan pikirannya, maka dia membantu kaum muslimin dengan pikirannya.

• Ada yang bersedekah dengan senyumannya, maka silakan dia senyum kepada saudaranya.

• Ada yang bersedekah dengan kata-kata yang baik, maka silakan dia berkata-kata yang baik dengan saudaranya.

• Ada yang bersedekah di rumah, dia bertasbih, dzikir, bertakbir, maka dia juga bisa bersedekah.

💫Oleh karenanya, pintu-pintu sedekah dan pintu-pintu kebaikan banyak, maka semakin banyak kita bisa masuk pintu-pintu kebaikan tersebut dan ini yang terbaik.

💫Dan kalau kita tidak bisa masuk ke seluruh pintu-pintu kebaikan maka kita masuk (ke) yang dimudahkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Demikian.

والله تعالى أعلم بالصواب