Rabu, 08 Maret 2017

DAHSYATNYA BASMALAH


Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita.
Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Nabi Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

Aamiin yaa Rabbal'alamiin

*
Sebelum mulai kajian, marilah kita sama-sama luruskan niat agar semua yang kita kerjakan selalu dalam keikhlasan, yang hanya mengharapkan Ridho-Nya.
Insya Allah tanpa kita memohon hal ini akan membuat semuanya menjadi bernilai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Aamiin yaa Rabbal'alamiin

*
Sesuai dengan tema , kita awali kajian pada malam hari ini dengan kalimat :

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,"

Kalimat di atas mempunyai kandungan arti yang sangat besar.
Bacaan basmalah ini sangat mudah untuk diucapkan, akan tetapi keistimewaan dan keutamaannya sangatlah besar.

*
Seuntai kalimat yang sangat mulia, begitu mudah dilafalkan serta mendatangkan keberkahan.
Dengan basmalah Allah Ta’ala membuka kitabnya yang mulia, dengan basmalah pula pembuka surat Nabi Sulaiman kepada Bilqis, dan dengan basmalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membuka surat-suratnya kepada para raja untuk mengajak mereka melakukan penghambaan diri hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Dengan membaca basmallah semoga Allah melimpahkan kepada kita keberkahan serta melindungi kita dari keburukan setan.

Aamiin yaa Rabbal'alamiin

*
Basmalah adalah singkatan dari بـسم الله yang berarti “Dengan nama Allah”
atau:
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

yang berarti “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Marilah kita sedikit bahas mengenai makna Basmalah ini....

*
Ungkapan basmalah terdiri dari kata :

1. Kata بــِ yang berarti “dengan”. Ungkapan ini mengandung makna tabarruk, yaitu keinginan untuk diberi barakah oleh Allah swt. Maksudnya, dengan mengucapkan nama Allah aku berharap anugerah barakah dariNya untuk pekerjaan yang akan saya lakukan ini.

2. Kata اســم yang berarti “nama”.

Ungkapan ini mengandung makna isti’anah dan isti’adzah.
Isti’anah artinya mohon pertolongan. Maksudnya dengan mengucap nama Allah aku memohon pertolonganNya untuk pekerjaan yang akan saya lakukan ini.
Adapun isti’adzah artinya mohon perlindungan.
Maksudnya dengan mengucap nama Allah aku memohon perlindunganNya dari gangguan syaitan dan segala hal yang buruk.

Ibnu Sa'diy dalam tafsirnya Taisirul Karimir Rahman menjelaskan bahwa “lafazh ismu ( nama ) itu dalam bentuk mufrad ( tunggal ) dalam posisi mudlaf, namun mengandung makna umum yang mencakup semua Al Asma-ul Husna”. Berarti, sekali mengucap basmalah, maka nama-nama Allah yang berkaitan dengan permohonan barakah, pertolongan dan perlindungan yang akan dilakukan semuanya terkait dalam pengucapannya.

3. Kata الله adalah sebuah nama untuk Tuhan yang Maha Agung lagi Maha Tinggi.

Semua nama dan sifatNya kembali kepada ( mengiringi ) sebutan Allah, seperti ungkapan Ar Rahman ( yang Maha Pengasih ) dan Ar Rahim ( yang Maha Penyayang ) yang terdapat dalam kalimat bismillahirrahmanirrahim. Ibnu Sa’di dalam tafsirnya Taisirul Karimir Rahman berkata : “Allah adalah Zat yang harus dipertuhan dan diibadahi.
Dialah yang berhak sebagai satu-satunya yang harus diibadahi, karena semua sifat-sifat ketuhanan sudah tersandar padaNya. Yaitu sifat-sifat yang mulia”.

4. Kata الرحـــمن artinya Maha Pengasih.

Kata Ar Rahman berasal dari kata rahmat. Maksudnya Allah selalu memberikan rahmatNya kepada semua makhlukNya tanpa pilih kasih.

5. Kata الرحـــيم artinya Maha Penyayang.

Kata Ar Rahim ini juga berasal dari kata rahmat. Maksudnya Allah banyak memiliki rahmat yang Dia sediakan untuk makhluk yang Dia kasihi.

*
Basmalah adalah bagian dari ayat yang ada dalam Al-Quran, ia ialah kalam Allah yang Maha Agung dan Maha Perkasa. Tentunya tidak akan sama dengan perkataan manusia.
Mungkin sebab minimnya pemahaman kita seputar makna Basmalah atau tidak tahunya kita akan kedahsyatan fungsinya, sehingga kita menyepelekan bacaan tersebut.
Atau sewaktu kita membacanya tidak merasakan nuansa yang religious dan juga tidak merasakan kehadiran Allah bersamanya.

Salah satu sebab lainnya , saat kita lupa membaca Basmalah di setiap memulai aktifitas dan kegiatan, kita tidak merasa ada sesuatu yang kurang atau ganjil.
Padahal kalau kita simak bagaimana terjadinya perubahan fenomena alam saat Basmalah itu turun, kita akan menjumpai betapa "Dahsyatnya kalimat Basmalah" tersebut dan betapa pentingnya kalimat itu untuk diucapkan saat memulai segala aktifitas.

*
Mari kita simak yang dikemukakan shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang menceritakan terjadinya perubahan alam saat turun ayat Basmalah!

Jabir bin Abdullah berkata: “Saat Bismillahir rahmanir rahim turun, mendung tebal bergeser dan bergerak ke arah timur dan angin pun terhenti, air laut bergelora dan bergelombang, hewan-hewan mendengarkannya dengan seksama, dan syetan-syetan dilempari bintang dari arah langit. Dan Allah bersumpah dengan kemuliaan dan keagungan-Nya, bahwa tidaklah sesuatu dinamakan dengan menggunakan nama-Nya kecuali Allah akan memberkahinya.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/22 dan Fathul Qadir: 1/18).

*
Lalu Aisyah menguatkan apa yang dinyatakan Jabir di atas dengan perkataannya: “Saat Saat Bismillahir rahmanir rahim turun, bergetarlah gunung-gunung, sampai para penduduk Mekkah mendengar gemuruhnya.
Mereka berkata ‘Muhammad telah menyihir gunung-gunung’.
Lalu Allah mengirim mendung tebal hingga menaungi para penduduk Mekkah. Lalu Rasul s.a.w bersabda, ‘Barangsiapa membaca Basmalah dengan keyakinan yang mantap, maka gunung-gunung akan bertasbih bersamanya, hanya saja dia tidak mendengar suara tasbihnya sama sekali.”
(HR. Abu Na’im dan ad-Dailami)

*
Sebagai bahasan inti berikut ini beberapa riwayat yang menjelaskan keutamaan dan "Dahsyatnya lafadz Basmalah" bila diucapkan oleh seorang mukmin dengan hati yang khusus dan yakin, sehingga ia bisa merasakan kebesaran Allah dan membenarkan sabda Rasul-Nya.

1. Mencegah Syetan ikut Makan bersama kita.

Jika kita makan atau menikmati minuman tanpa disertai membaca bismillah, berarti seseorang telah menyediakan rizki bagi Iblis (syetan).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan:

قَاَلَ إِبْلِيْسُ : كُلُّ خَلْقَكَ بَيَّنْتَ رِزْقَهُ, فَفِيْمَ رِزْقِيْ؟ قَالَ : فِيْما لَمْ يُذْكَرْ اسْمِيْ عَلَيْهِ

Iblis berkata kepada Allah: “Setiap makhluk-Mu telah Engkau terangkan rizkinya. Mana rizkiku?” Kemudian Allah menjawab: “Pada makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya”.
[Ash-Shahîhah, 708].

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ

“Bila salah seorang diantara kalian makan maka hendaknya ia mengucapkan bismillah, bila ia lupa diawalnya, maka hendaknya ia membaca bismillah fi awwalihi wa akhirihi.
(HR. At Tirmidzi no. 1781, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

2. Membuat Syetan Muntah-muntah.

Umaiyah bin Makhsyi berkata: “Saat Rasul s.a.w sedang duduk, ada seorang laki-laki sedang makan dan tidak baca Bismillah sampai makannya hampir habis hanya tinggal satu suapan. Lalu saat dia menyuapkan suapan itu ke mulutnya, dia membaca: ‘Bismillahi awwalahu wa akhirahu’ (Dengan nama Allah di awal dan di akhirnya). Lalu tertawalah Rasul s.a.w, lalu bersabda, ‘Syetan masih terus makan bersamanya, tapi saat dia membaca Bismillah , syetan pun langsung memuntahkan apa yang ada di perutnya.’” (HR. Abu Daud).

3. Mencegah Masuknya Syetan ke Rumah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“…Dan tutuplah pintu kalian seraya membaca Bismillah, sebab syetan tidak akan mampu membuka pintu yang tertutup (dengan baca Bismillah) …”
(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Memboikot Syetan yang Ada di Dalam Rumah.

Rasulullah bersabda,
“Bila seseorang masuk rumahnya, lalu membaca Bismillah saat masuk dan pada saat makan, maka syetan berkata (pada teman-temannya): ‘Tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makan malam bagi kalian.’ Tetapi bila seseorang masuk rumahnya dengan tidak membaca Bismillah, maka syetan berkata (pada teman-temannya): “Kalian dapat bermalam.’ Bila tidak menyebut nama Allah saat makan, maka syetan berkata (pada teman-temannya: ‘Kalian dapat tempat bermalam dan makan malam.” (HR. Muslim)

5. Sebagai Tanda kepasrahan Kita Kepada Allah Saat Hendak Tidur.

Dari shahabat Hudzaifah radhiallahu 'anhu berkata: "Kebiasaan (sunnah) Nabi shalallahu 'alaihi wasallam ketika hendak tidur, beliau membaca:

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا

"Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup."
(HR. Al Bukhari no. 6334, dan Muslim no. 2711)

*
Dari manfaat dan keutamaan no 1 sampai no 5 ini dapat kita simpulkan, bahwa manfaat basmalah itu juga sebagai :
"Pencegah dan Hijab dari Syetan"

Telah diriwayatkan bahwasanya setiap orang yang ingin masuk rumah pasti setan mengikutinya, maka jika seseorang masuk rumah lalu mengucapkan:

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

Setan menyeru, "Tidak ada tempat masuk untukku pada rumah ini".

Jika seseorang menyantap makan seraya berucap:
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

Setan menyeru, "Di sini tidak ada makananku".

Jika seseorang ingin minum seraya berucap:

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ

Setan menyeru, "Di sini tidak ada minumanku."

Jika seseorang ingin tidur lalu mengucapkan
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ

Setan menyeru, "Di sini tidak ada tempat tidur buatku."

6. Memproteksi Diri dari Gangguan Syetan Sepanjang Hari.

Utsman bin Affan berkata: “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘barang yang membaca doa ini disaat sore tiba: ‘Dengan nama Allah (Bismillah), yang dengan (nama)-Nya tidak akan bisa membahayakan sesuatu pun yang ada di bumi dan di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (tiga kali), maka ia tidak akan ditimpa musibah yang tiba-tiba sampai pagi hari. Dan barangsiapa yang membacanya di sore hari, maka ia tidak akan ditimpa musibah yang tiba-tiba sampai sore hari.”
(HR. Tirmidzi, dan dishahihkan al-Albani).

7. Perisai Diri dari Kejahatan yang Ada di Luar Rumah.

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bila seseorang keluar dari rumahnya, lalu ia membaca:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

“Dengan nama Allah, aku bertawakkal hanya kepada Allah, tiada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah.”
Maka dikatakan padanya: “Engkau telah mendapat petunjuk, engkau tercukupi dan engkau telah terjaga (terbentengi),” sehingga para setan lari darinya.
Setan yang lain berkata: “Bagaimana urusanmu dengan seseorang yang telah mendapat petunjuk, tercukupi, dan terbentengi?!
(HR. Abu Dawud no. 4431)

8. Menutup Penglihatan Jin.

Dari shahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمْ الْخَلاَءَ أَنْ يَقُولَ بِسْمِ اللَّهِ

“Penutup antara pandangan-pandangan jin dengan aurat bani Adam ketika seseorang masuk wc adalah membaca basmalah.”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani).

Anas bin Malik berkata: Rasul s.a.w bersabda, “Yang bisa menutupi aurat anak Adam (manusia) dari pandangan mata jin, saat hendak menanggalkan pakaiannya adalah membaca: “Bismillahi ladzi la ilaha illa huwa (Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Dia).”
(HR. Ibnus Sunni)

9. Melindungi Generasi dari Gangguan Syetan.

Dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Bersabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, “Bila salah seorang diantara kalian menggauli istrinya, hendaknya ia berdo’a:

بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan dari apa yang engkau rizkikan kepada kami.”
Bila Allah subhanahu wata’ala memberikan karunia anak kepadanya maka setan tidak akan mampu memudharatkannya.”
[HR. At Tirmidzi no. 1012]

10. Sebagai Obat yang Mujarab dan Ampuh.

Ali bin Abi Thalib berkata: “Bismillahi” adalah obat dari segala macam penyakit dan ialah unsur pokok dalam segala macam obat.

“Rahman” adalah penolong bagi setiap orang yang beriman pada Allah, dan nama tersebut tidak digunakan untuk menemani yang lainnya selain Allah.

“Rohim” adalah penolong bagi orang yang bertaubat dan beriman pada Allah serta beramal shalih. (Tafsir al-Munir: 1/48).

11. Mendatangkan Berkah.

Wahsyi bin Harb berkata: Para sahabat mengadu pada Rasulullah,
Wahai Rasulullah ! Kami telah makan, tapi kami tidak kenyang-keyang.
Rasulullah bertanya, “Mungkin kalian makannya terpisah-pisah (tidak berkumpul)?
Mereka menjawab: ‘Ya’.
Rasulullah bersabda, “Maka berkumpullah kalian saat makan, dan bacalah Basmalah , niscaya Allah akan memberkahi makanan kalian.”
(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

12. Sunah Ketika Hendak Memasukkan Jenazah ke Liang Kubur

Disunnahkan (dianjurkan) membaca:

بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Dengan menyebut nama Allah dan diatas sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam." (HR. Abu Dawud no. 2798)

13. Mengusir Bala'

Pernah Rasulullah berkata pada sayidina Ali Karomallah Wajhah, "Wahai Ali, maukah engkau aku ajari beberapa kalimat yang harus kau baca jika ada sesuatu yang menyulitkanmu."
Sayidina Ali menjawab, "Tentu dan semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu."
Maka beliau bersabda, "Bila kau ada pada sesuatu yang sulit ucapkanlah:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

_"Maka sesungguhnya dengan bacaan itu Allah Subhanahu Wata'ala akan menyingkirkan segala macam bala"."

14. Melemahkan Kekuatan Syetan dan Mengecilkan Bentuknya.

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Walid Abu Malih, ayahnya yang pernah dibonceng Rasulullah menceritakan:

كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَعَثَرَتْ دَابَّتُهُ فَقُلْتُ تَعِسَ الشَّيْطَانُ . فَقَالَ لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ

Ketika aku dibonceng Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tiba-tiba unta beliau tergelincir. Serta merta aku mengatakan, “Celakalah syetan.” Maka beliau bersabda, “Jangan kamu katakan, ‘celakalah syetan,’ sebab jika kamu katakan seperti itu maka syetan akan membesar sebesar rumah dan dengan sombongnya syetan akan berkata; ‘itu terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, ucapkanlah ‘Bismillah’ sebab jika engkau mengucapkan basmalah syetan akan mengecil hingga seukuran lalat.”
(HR. Abu Dawud)

15. Membuat hewan sembelihan menjadi halal.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ

“Dan janganlah kalian makan hewan yang tidak disebut nama Allah atasnya.” (Al-An’am: 121)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

فَلْيَذْبَحْ عَلَى اسْمِ اللَّهِ

“Hendaknya menyembelih dengan (menyebut) nama Allah (basmalah).”
[HR. Al Bukhari no.5500]

Dalam riwayat lain....
Maka sebelum menyembelih hewan hendaknya membaca:

بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

(HR. Abu Dawud no. 2427)

*
Sebagai akhir dari kajian kali ini , mari kita simak keutamaan untuk memulai segala sesuatu dengan bacaan basmalah,berikut ini :

Syaikh shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata,

والحكمة في البدء ببسم الله الرحمن الرحيم التبرك بها لأنها كلمة مباركة فإذا ذكرت في أول الكتاب أو في أول الرسالة تكون بركة عليه. أما الكتب أو الرسائل التي لا تبدأ ببسم الله الرحمن الرحيم فإنها تكون ناقصة لا خير فيها، ومن ناحية أخرى بسم الله الرحمن الرحيم فيها الاستعانة بالله جل وعلا

“Hikmah yang tersimpan dalam mengawali perbuatan dengan bismillahirrahmaanirraahiim adalah demi mencari barakah dengan membacanya. Karena ucapan ini adalah kalimat yang berbarakah, sehingga apabila disebutkan di permulaan kitab atau di awal risalah maka hal itu akan membuahkan barakah baginya. Selain itu di dalamnya juga terdapat permohonan pertolongan kepada Allah ta’ala”

*
Begitu banyak manfaat dan keutamaan dari kalimat "Basmalah" ini.
Semoga ada manfaat yang dapat kita ambil bersama.
Dan semoga kajian yang ringkas ini dapat menambah iman dan ilmu kita serta lebih menguatkan keterkaitan diri kita kepada Allah subhanahu wata'ala Rabbul 'alamin.

Aamiin yaa  Rabbal 'alamin.

*
Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
Mohon maaf atas segala kekurangan.
Semua kebaikan dan kebenaran datangnya dari Allah dan semua kekurangan dan kesalahan berasal dari diri pribadi saya yang masih fakir dalam ilmu.
Mohon dimaafkan....

استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم واتوب اليه

Dari saya....

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

SYAHIDNYA AL FARUQ, AMIRUL MUKMININ UMAR BIN KHATTAB


بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

*
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah memberikan nikmat islam , nikmat iman dan nikmat kesehatan kepada kita semua.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad shallallahu alaihi wasallam, beserta keluarganya, sahabat"nya, dan insya Allah juga kepada kita selaku umatnya.
Aamiin yaa Rabbal'alamiin.

*
Umar bin Khattab dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum. Umar bin Khattab memiliki julukan khusus yang diberikan oleh Rasulullah saw yaitu Al FAruq yang berarti Sang Pembeda. Dalam sebuah hadist Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Hakim dikatakan bahwa “Allah telah menempatkan kebenaran pada lisan dan hati Umar. Dialah mampu membedakan yang hak dan yang batil,” sehingga karena itulah Rasulullah saw memberikan gelar tersebut pada Umar.

Kemudian Al Faruq juga diartikan sebagai penjaga Rasulullah dan pencerai berai barisan orang-orang kafir di zaman itu. Di saat Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi, Umar justru bertanya dengan lantangnya “Ya Rasulullah, bukankah hidup dan mati kita dalam kebenaran?” “Ya” jawab Nabi, “Jika demikian, mengapa kita diam-diam mendakwahkan ajaran kita? Demi Dzat yang mengutusmu atas nama kebenaran, saatnya kita keluar”. Setelah itu Nabi bersama dua barisan yang di pimpin oleh Umar dan Hamzah hingga tak satupun orang Quraisy yang berani menggangu mereka.

Selain dijuluki dengan gelar Al Faruq, beliau juga dijuluki "Singa Padang Pasir" dan juga "Amirul Mukminin" yg berarti pemimpin kaum mukmin.

*
Amirul mukminin Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu adalah figur pemimpin adil. Ia seorang yang kuat dan terpercaya (ber-integritas). Seorang mukmin mujahid dan wara’. Benteng akidah umat. Kepemimpinannya adalah curahan pelayanan. Umar berkhidmat untuk agama, keyakinan, dan rakyat.

Umar adalah kepala negara sekaligus panglima tertinggi militer. Laki-laki Quraisy ini juga berperan sebagai sosok ulama mujtahid yang jadi rujukan. Seorang hakim yang adil. Dan seorang ayah yang mengayomi. Ia adalah pelindung bagi mereka yang kecil dan dewasa. Yang lemah dan yang kuat. Yang miskin dan yang kaya. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya begitu terefleksi dalam kehidupan kesehariannya.

*
Dialog Tentang Benteng Umat

Suatu hari, Umar bin al-Khattab berdialog dengan Hudzaifah bin al-Yaman, radhiallahu ‘anhuma. Hudzaifah adalah seorang sahabat yang banyak dibisiki rahasia umat oleh Rasulullah ﷺ. Hudzaifah berkata: Kami pernah duduk bersama ibn al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Kemudian ia bertanya, “Siapa di antara kalian yang menghafal hadits Rasulullah tentang fitnah (perpecahan umat)?”

“Aku menghafalnya”, jawabku.

Kemudian ia berkata, “Coba sebutkan! Sesungguhnya engkau adalah seorang pemberani.”

“Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Fitnah seseorang pada keluarganya, hartanya, dan tetangganya bisa dihapuskan dosanya dengan shalat, sedekah, dan mengajak kepada yang makruf dan melarang yang mungkar’, jawabku.

Umar mengomentari, “Bukan itu yang ku-inginkan. Yang kumaksudkan adalah fitnah yang datang bergelombang seperti gelombang lautan!”

Umar bertanya tentang permasalahan besar yang silih berganti menimpa umat ini.

“Engkau tidak bermasalah dengannya wahai Amirul mukminin, sesungguhnya di antaramu dan fitnah itu ada pintu yang tertutup.” Jawabku. Artinya Umar tidak akan mengalami fase tersebut.

Umar bertanya, “Apakah pintunya didobrak atau dibuka?”

“Didobrak,” jawabku.

Umar paham, pintu yang didobrak, maka akan rusak. Tidak akan bisa ditutup kembali.
Ia berakta, “Didobrak itu lebih parah keadaannya. Karena selamanya ia tak akan tertutup. Hingga kiamat tiba”. Artinya perpecahan umat ini akan terus terjadi. Seperti gulungan ombak yang selalu susul-menyusul tiada berhenti. Menjadi tantantangan bagi umat Islam hari ini, mencari, manakah jalan kebenaran yang hakiki.

Kemudian orang yang meriwayatkan atsar ini dari Hudzaifah, Abu Wail, bertanya, “Apakah Umar tahu siapakah yang dimaksud dengan pintu itu?”

Hudzaifah menjawab, “Iya. Sebagaimana ia tahu penghalang hari ini dan esok adalah malam. Aku menyebutkan sebuah perkataan yang tidak ada kekeliruan.” Artinya Umar tahu persis akan hal itu.

Abu Wail mengatakan, “Kami suruh Masruq (Masruq bin Ajda, seorang tabiin) bertanya pada Hudzaifah. Ia pun bertanya, “Siapa pintu itu?” Hudzaifah menjawab, “Umar.”

Apa yang disampaikan oleh Hudzaifah bukanlah sebuah rekaan. Atau hanya prediksi yang dikarang. Tapi ia menyampaikan pesan dari Rasulullah ﷺ. Dan Umar bin al-Khattab pun paham, pintu itu adalah dirinya.
Tentu ia tak akan lupa bahwa Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai syahid. Ia akan terbunuh.

قال أنس بن مالك رضي الله عنه: صعد رسول الله جبل أحد، ومعه أبو بكر و عمر وعثمان، فرجف الجبل بهم. فضربه رسول الله صلى الله عليه وسلم برجله، وقال له: “اثبت أُحُد: فإنما عليك نبيّ، وصديق، وشهيدان”.

Anas bin Malik berkata, “Rasulullah naik ke bukit Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Lalu Uhud bergetar. Rasulullah ﷺ menghentakkan kakinya ke Uhud dan berkata, ‘Tenanglah (jangan bergetar) Uhud! Sesungguhnya di atasmu ada seorang nabi, shiddiq (Abu Bakar), dan dua orang syahid (Umar dan Utsman).” (HR. al-Bukhari dalam Kitabul Fitan No. 7096).

Doa Umar

Dari Said bin al-Musayyib rahimahullah: Seusai dari Mina, Umar berada di suatu tempat lapang berkrikil. Di sana, ia taburkan pasir dan kerikil kecil ke kepalanya. Ia bentangkan kain lalu berbaring di atasnya. Kemudian mengangkat tangan ke langit sambil berucap, “Ya Allah, usiaku telah lanjut. Kekuatanku telah berganti lemah. Sementara kekuasaanku (tanggung jawabku) kian luas. Cabutlah nyawaku tanpa disia-siakan”. Kemudian ia kembali ke Madinah (Tarikh al-Madinah oleh Ibnu Syibh. Sanadnya shahih sampai kepada Said bin al-Musayyib, 3/872).

Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzul Hijjah tahun 23 H. Ibadah haji terakhir yang dilaksanakan oleh Umar.

Dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu pernah berdoa,

اللهم ارزقني شهادة في سبيلك، واجعل موتي في بلد نبيك

“Ya Allah karuniakanlah aku syahid di jalanmu. Dan wafatkanlah aku di negeri nabimu (Madinah).”

Dalam riwayat lain,

اللهم قتلًا في سبيلك ووفاة في بلد نبيك

“Ya Allah, aku meminta terbunuh di jalan-Mu dan wafat di negeri nabi-Mu.” (ath-Thabaqat oleh Ibnu Saad, 3/331. Sanadnya hasan).

Permintaan syahid berbeda dengan meminta disegerakan mati. Syaikh Ibnul Mibrad Yusuf bin al-Hasan bin Abdul Hadi rahimahullah mengatakan, “Jika ditanya apa beda meminta syahid dengan meminta kematian. Meminta kematian adalah meminta agar disegerakan wafat dari waktu semestinya. Sedangkan meminta syahid adalah meminta saat ajal datang diwafatkan dalam keadaan syahid. Ini bukan meminta disegerakan mati. Tapi meminta keadaan yang utama saat kematian itu datang.” (Mahadh ash-Shawab fi Fadhail Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab, 3/791).

Khotbah Terakhir

Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu meriwayatkan sebagian ucapan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu pada khotbah Jumat tanggal 21 Dzul Hijjah 23 H. Dan inilah khotbah terakhirnya. Umar mengatakan, “Aku melihat dalam mimpiku, menurutku mimpi itu adalah tanda datangnya ajalku. Kulihat seekor ayam jantan mematukku dua kali. Lalu sebagian orang memintaku untuk menunjuk seorang khalifah pengganti. (ingatlah) Allah tidak akan menelantarkan agama-Nya, khalifah-Nya, dan syariat nabi-Nya. Apabila aku meninggal, maka urusan khilafah dimusyawarahkan oleh enam orang, yang saat Rasulullah ﷺ wafat, beliau ridha kepada mereka.” (al-Mausu’ah al-Haditsiyah Musnad al-Imam Ahmad, No. 89. Sanadnya shahih).

Maksud Umar, ketika dia meninggal. Enam orang tokoh sahabat yang diridhai Rasulullah ﷺ, bermusyawarah menunjuk siapa yang layak memegang amanah khilafah.

Tawanan Dilarang Tinggal di Madinah

Umar bin al-Khattab pernah menetepakan sebuah kebijakan strategis untuk Madinah. Ia melarang tawanan masuk ke ibu kota Daulah Khilafah. Tawanan dan budak dari Majusi, Irak, Persia, Nasrani Syam dilarang tinggal di Madinah. Kecuali jika mereka memeluk Islam. Kebijakan ini untuk menjaga stabilitas di Madinah. Keputusan yang menunjukkan betapa visioner dan kuatnya analisa Umar.

Menurut Umar, mereka adalah orang-orang yang kalah. Mereka memiliki hasad dan berpotensi bertindak ofensif. Umar khawatir mereka meramu sebuah strategi merusak stabilitas Daulah Islam. Namun sebagian sahabat Nabi ﷺ sangat membutuhkan jasa para budak ini untuk membantu mereka bekerja. Di antara mereka ada yang mengajukan perizinan tinggal untuk budak-budak itu. Dengan berat hati, Umar pun mengizinkannya (al-Khulafa ar-Rasyidin oleh Khalidi, Hal. 83).

Budak Itu Membunuh Khalifah

Amr bin Maimun bercerita tentang peristiwa pembunuhan Umar:

Pada suatu subuh, hari dimana Umar mendapat musibah, aku berada di shaf (menunggu datangnya shalat subuh). Antara aku dan Umar, hanya ada Abdullah bin Abbas. Apabila lewat antara dua barisan shaf, Umar berkata, “Luruskanlah shaf”.

Ketika dia sudah tidak melihat lagi celah-celah dalam shaf, ia maju lalu bertakbir. Saat itu, sepertinya Umar membaca surat Yusuf atau An-Nahl atau seperti surat itu pada rakaat pertama. (Karena panjangnya) memungkinkan semua orang bergabung dalam shalat. Ketika aku tidak mendengar sesuatu darinya, tiba-tiba kudengar ia berteriak dengan ucapan takbir, lalu berkata, “Ada orang yang telah membunuhku, atau katanya, “Seekor anjing telah menerkamku”.

Rupanya ada seorang yang menikamnya dengan sebilah pisau bermata dua. Penikam itu melewati orang-orang di sebelah kanan atau kirinya sambil mengayun-ayun tikamnya. Akibatnya, tiga belas orang terluka. Tujuh diantaranya meninggal dunia. Melihat kejadian itu, seseorang dari kaum muslimin melemparkan mantelnya dan tepat mengenai si pembunuh. Sadar bahwa ia pasti tertangkap (tak lagi bisa menghindar), si pembunuh itu pun bunuh diri.

Umar memegang tangan Abdur Rahman bin Auf, lalu menariknya ke depan. Siapa saja yang berada di dekat Umar pasti meilihat apa yang aku lihat. Sementara orang-orang yang berada di sudut-sudut masjid, mereka tidak mengetahui peristiwa yang terjadi. Mereka hanya kehilangan suara Umar. Mereka berseru, “Subhanallah, Subhanallah (maha suci Allah).” Abdurrahman melanjutkan shalat jamaah dengan shalat yang pendek.

Seusai shalat, Umar bertanya, “Wahai Ibnu Abbas, lihat siapa yang menikamku.” Ibnu Abbas berkeliling sesaat lalu kembali, “Budaknya Mughirah”, jawab Ibnu Abbas.

Umar bertanya, “Pembuat gilingan itu? (Umar berisyarat kepada Abu Lu’lu’ah Fayruz, budaknya Mughirah bin Syu’bah)”. “Ya, benar”, jawab Ibnu Abbas.

Kemudian Umar menanggapi, “Semoga Allah membinasakannya, sungguh aku telah memerintahkan dia berbuat ma’ruf (kebaikan). Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku beragama Islam. Sungguh dahulu kamu dan bapakmu suka bila orang kafir non Arab banyak berkeliaran di Madinah.” Abbas adalah orang yang paling banyak memiliki budak.

Ibnu Abbas berkata, “Jika Anda menghendaki, aku akan lakukan apapun. Maksudku, jika kamu menghendaki kami akan membunuhnya.”

Umar berkata, “Kamu salah, (mana boleh kalian membunuhnya) mereka telah berbicara dengan bahasa kalian, shalat menghadap kiblat kalian, dan naik haji seperti haji kalian.” Kemudian Umar dibawa ke rumahnya dan kami pun ikut menyertainya.

Kemudian Umar disuguhi minuman nabidz (sari kurma), dia pun meminumnya. Namun sari kurma itu keluar lewat perutnya. Kemudian diberi susu, dia meminumnya lagi. Namun susu itu keluar melalui lukanya. Akhirnya orang-orang menyadari bahwa Umar akan wafat.

Kami masuk menjenguknya, lalu orang-orang berdatangan dan memujinya. Umar berkata kepada anaknya, Abdullah bin Umar, “Wahai Abdullah bin Umar, periksalah, apakah aku masih memiliki hutang”. Kemudian diperiksa oleh anaknya, ternyata Umar masih memiliki hutang sebesar 86 ribu atau sekitar itu.

Umar mengatakan, “Jika harta keluarga Umar mencukupi bayarlah hutang itu dengan harta mereka. Namun apabila tidak mencukupi, mintalah kepada Bani Adi bin Ka’ab (kabilah Umar). Jika harta mereka juga belum cukup, mintalah kepada masyarakat Quraisy. Jangan kesampingkan mereka dengan meminta kepada selain mereka. Lalu lunasilah hutangku dengan harta-harta itu.

Setelah itu, temuilah Aisyah, ummul mukminin. Katakan, ‘Umar memberikan salam untukmu’. Jangan sebut amirul mukminin. Karena aku bukan lagi amirul mukminin sejak hari ini. Katakan Umar bin al-Khattab meminta izin padanya untuk tinggal bersama kedua sahabatnya.

Abdullah bin Umar pun menyampaikan pesan sang ayah. Ia mengucapkan salam pada ummul mukminin, Aisyah, dan meminta izin masuk. Ternyata Abdullah bin Umar melihat Aisyah sedang menangis. Lalu ia berkata, “Umar bin al-Khattab menitipkan salam untuk Anda dan meminta izin agar boleh dikuburkan di samping kedua shahabatnya (Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar radiyallahu ‘anhu).”

“Sebenarnya aku juga menginginkan hal itu untukku, namun hari ini aku tidak mementingkan diriku,” ucap Aisyah. Mendengar penerimaan Aisyah, Abdullah bin Umar segera mengabarkan kepada ayahnya yang sedang kritis.

Ada yang mengatakan, “Ini Abdullah bin Umar sudah tiba”. Umar beranjak ingin segera menerima kabar. Ia berkata, “Angkat aku”. Lalu ada seseorang datang menopangnya. Umar bertanya, “Berita apa yang kau bawa?” Ibnu Umar menjawab, “Berita yang Anda sukai, wahai amirul mukminin. Aisyah telah mengizinkan Anda”.

“Alhamdulillah, tak ada satu pun yang lebih penting bagiku selain itu. Jika aku telah meninggal, bawalah aku ke sana dan ucapkan salam. Katakan Umar bin al-Khattab meminta izin. Kalau dia mengizinkan, maka masukkanlah aku. Namun apabila dia menolakku, makamkanlah aku di pekuburan kaum muslimin,” kata Umar.

Amr bin Maimun mengatakan, “Keitka Umar wafat, kami pun berjalan menuju ke sana. Abdullah bin Umar mengucapkan salam. Ia berkata, ‘Umar bin al-Khattab meminta izin’. ‘Masukkan dia,’ jawab Aisyah. Jasad Umar pun dibawa masuk. Kemudian ia dimakamkan bersama dua orang sahabatnya, (Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar) (Riwayat al-Bukhari dalam Kitab Fadhl ash-Shahabah, No.3700).

Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengisahkan, “Umar ditikam di pagi hari. Yang menikamnya adalah Abu Lu’lu’ah, budak dari Mughirah bin Syu’bah radhiallahu ‘anhu. Abu Lu’lu’ah adalah seorang majusi.”

Abu Rafi’ radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Abu Lu’lu’ah adalah budak milik Mughirah bin Syu’bah. Ia bekerja membuat penggilingan yang dijalankan dengan tangan. Sebagai tuannya, Mughirah menetapkan mengambil uang sebanyak 4 dirham darinya. Lalu Abu Lu’lu’ah mengadukan hal ini kepada Umar, ‘Wahai amirul mukminin, sungguh Mughirah memberatkanku. Bicaralah kepadanya agar memberi keringanan untukku’.

Umar menanggapinya dengan mengatakan, ‘Bertakwalah kepada Allah. Berbuat baiklah (ma’ruf) kepada tuanmu’. Dihadapan Abu Lu’lu’ah, Umar berbicara demikian untuk menenangkannya. Tapi ia juga berencana berbicara dengan Mughirah agar memberi keringanan untuk Abu Lu’lu’ah. Namun si budak tidak menerima masukan Umar. Ia marah. Ia bergumam, ‘Keadilannya untuk semua orang kecuali aku!’ Ia pun berazam untuk membunuh Umar.

Sejak itu, ia membuat khanjar (belati Arab) yang memiliki dua mata. Lalu ia asah tajam-tajam. Setelah itu ia temui Hurmuzan (pembesar Persia) dan berkata , ‘Apa pendapatmu tentang ini?’ Hurmuzan mengomentari, ‘Menurutku, tidak seorang pun yang kau pukul dengan benda itu kecuali membunuhnya’.

Kemudian Abu Lu’lu’ah mengawasi Umar. Ia mendekat hingga berada di belakang Umar saat shalat. Umar biasa mengatakan ‘luruskan shaf kalian’ apabila shalat hendak ditegakkan. Ketika Umar mengucapkan takbir, Abu Lu’lu’ah menghujamkan (khanjar) di ketiak Umar. Kemudian lagi, di pinggangnya. Umar pun terjatuh.”

Amr bin Maimun mengatakan, “Saat ditikam itu aku mendengar Umar membaca:

وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا

“Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (QS:Al-Ahzab | Ayat: 38) (Shahih at-Tautsiq fi Sirati wa Hayati al-Faruq, Hal: 369-370).

Setelah ditikam, tiga hari kemudian Umar bin al-Khattab wafat.

**
Saat-saat Akhir Kehidupan

Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma mengisahkan kepada kita tentang saat-saat terakhir kehidupan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu:

Aku menemui Umar setelah ia terluka karena ditikam. Kukatakan padanya, “Bergembiralah dengan surga wahai Amirul Mukminin. Engkau memeluk Islam ketika orang-orang masih kufur. Engkau berjihad bersama Rasulullah ﷺ ketika orang-orang tidak membelanya. Saat Rasulullah ﷺ wafat, beliau ridha padamu. Tidak terjadi perselisihan (sengketa) pada masa kekhalifahanmu. Dan engkau wafat dalam keadaan syahid.”

Ia menanggapi ucapanku dengan mengatakan, “Ulangi apa yang kau ucapkan.” Aku pun mengulanginya.

Kemudian ia menjawab, “Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia. Sekiranya aku memiliki emas dan perak sepenuh bumi, niscaya akan kutebus (agar selamat) dari sesuatu yang menakutkan (kiamat).”

Dalam riwayat al-Bukhari, Umar mengatakan, “Perkataanmu, aku menjadi sahabat Rasulllah ﷺ dan ia ridha padaku. Itu semua karunia dari Allah Jalla Dzikruhu yang Dia berikan padaku. Kesedihanku yang kau saksikan adalah karena engkau dan sahabat-sahabatmu. Demi Allah, seandainya aku memiliki emas sepenuh bumi, pasti akan kutebus diriku agar selamat dari adzab Allah ﷻ. Sebelum aku menyaksikan adzab itu.”

Maksud dari engkau dan sahabat-sahabatmu adalah kalian semua rakyatku. Aku diminta pertanggung-jawaban atas kalian. Itu yang membuatku sedih.

Orang yang menyaksikan pemerintahan Umar dan juga membaca sejarah hidupnya, bersaksi bahwa Umar adalah pemimpin yang adil.
Rasulullah ﷺ menyebutkan 7 golongan yang dilindungi oleh Allah ﷻ di padang mahsyar, di antaranya adalah pemimpin yang adil.
Dan beliau ﷺ secara langsung menyebutkan, “Umar di dalam surga”.

Namun hati Umar tidak lengah karena itu semua. Ia tetap takut kepada Allah. Takut akan tanggung jawab yang dipinta di hari kiamat. Sikap Umar bukan hanya sebuah bacaan. Bukan juga bahan untuk membanding-bandingkan. Apalagi mengukur dan mencela orang lain. Renungkan untuk diri kita sendiri. Umar saja demikian, mestinya kita lebih-lebih lagi.
Karena di akhirat, Allah memintai pertanggung-jawaban masing-masing. Kita tidak ditanya tentang apa yang orang lain lakukan.

Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu berkisah mengenang Umar bin al-Khattab:

Aku termasuk yang terakhir menjenguk Umar. Aku masuk menemuinya. Saat itu kepalanya berada di pangkuan anaknya, Abdullah bin Umar. Umar berkata, “Letakkan saja kepalaku di tanah!” “Bukankah sama saja, di pahaku atau di tanah”, jawab Abdullah. Umar mengulangi perintahnya, “Letakkan pipiku di tanah, celaka engkau!” dia mengatakan itu yang kedua atau yang ketiga.

Kemudian Umar merapatkan kedua kakinya, “Celaka aku dan celaka ibuku, kalau Allah belum juga mengampuniku.” Kemudian ruhnya berpisah dari jasadnya. (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah, No. 3692).

Sampai tingkat seperti ini rasa khasy-yah (takut) Amirul Mukminin Umar radhiallahu ‘anhu kepada Allah Yang Maha Mulia. Akhir ucapannya adalah doa. ‘Alangkah celaka dan rugi kiranya ampunan Sang Maha Penyayang belum aku dapatkan’. Rasa takut dan khawatirnya hingga detik-detik menjelang ajal.
Ia hinakan diri di hadapan Allah. Tak mau mengemis kepada Allah dalam keadaan dimuliakan. Ia pinta putranya meletakkan kepalanya di tanah, jangan dipangku. Agar doa itu lebih mungkin untuk diterima. Tergambar di benak kita, alangkah hebatnya usaha Umar menghadirkan Allah dalam hatinya.

*
Tanggal Wafat

Imam adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan, “Umar syahid pada hari Rabu, saat bulan Dzul Hijjah tersisa 4 atau 3 hari saja. Tahun 23 H. Saat itu umurnya 63 tahun. Kekhilafahannya berlangsung selama 10 tahun, 6 bulan, dan beberapa hari.

Termaktub dalam Tarikh Abi Zur’ah, dari Jarir bin Abdillah al-Bajaly, ia mengatakan, “Aku pernah bersama Muawiyah. Ia berkata, ‘Rasulullah ﷺ wafat pada usia 63 tahun. Abu Bakar wafat juga di usia 63 tahun. Dan Umar syahid juga di usia 63 tahun.” (Riwayat Muslim dalam Fadhail ash-Shahabah, No. 2352).

*
Shalat Jenazah

Imam adz-Dzhabai mengatakan, “Shuhaib bin Sinan menjadi imam shalat jenazah Umar”.

Ibnu Saad mengatakan, “Ali bin al-Husein bertanya kepada Said bin al-Musayyib, ‘Siapa yang menjadi imam shalat jenazah Umar?’ “Shuhaib bin Sinan,” jawab Said. “Dengan berapa takbir?” Ali bin al-Husein kembali bertanya. “Empat,” jawab Said. “Dimana dia dishalatkan?” tanya Ali lagi. “Antara kubur Nabi dan mimbar beliau,” jawab Said.

Kemudian Said bin al-Musayyib menjelaskan mengapa yang dipilih menjadi imam adalah Shuhaib bin Sinan. Bukan enam orang sahabat yang utama yang ada saat itu. “Kaum muslimin memandang, apabila Shuhaib menjadi imam dalam shalat wajib atas perintah Umar, tentu dia layak dikedepankan menjadi imam shalat jenazahnya. Umar tidak melebihkan salah seorang dari enam sahabat yang ditunjuk untuk bermusyawarah dalam permasalahan khilafah. Sehingga orang-orang  tidak menyangka, ia mengutamakan salah satunya.” jelas Said bin al-Musayyib (ath-Thabaqat, 3/366).

Shuhaib ditunjuk menjadi imam shalat menggantikan Umar, 3 hari menjelang wafatnya. Ia dipilih menjadi imam, bukan salah satu dari enam orang ahli syura, agar orang-orang tidak langsung menunjuk salah satu dari mereka menjadi khalifah tanpa musyawarah.
Enam orang tersebut adalah: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, az-Zubair bin al-Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah radhiallahu ‘anhum.

Ada satu orang sahabat lagi yang termasuk orang yang diridhai oleh Rasulullah ﷺ. Ia juga termasuk 10 orang yang dijamin surga. Namun tidak disertakan Umar dalam musyawarah. Dialah Said bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Barangkali Umar khawatir, Said akan ditunjuk sebagai penggantinya karena kedekatan hubungan keluarga.
Said bin Zaid adalah adik ipar Umar bin al-Khattab.

*
Prosesi Pemakaman

Adz-Dzhabi mengatakan, “Umar dimakamkan di kamar Nabi”.

Ibnul Jauzi menyebutkan riwayat dari Jabir. Jabir mengatakan, “Utsman, Said bin Zaid, Shuhaib, dan Abdullah bin Umar adalah orang-orang yang turun memasukkan Umar ke liang makamnya.”

*
Pada tahun 88-91 H, di zaman pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik, Masjid Nabawi mengalami perluasan. Dan rumah Aisyah dimasukkan dalam pelebaran. Ada suatu kejadian yang menunjukkan benarnya sabda Rasulullah ﷺ bahwa jasad orang yang syahid tidak hancur. Dari Hisyam bin Aurah, ia berkata, “Ketika tanah kubur (kubur Nabi ﷺ, Abu Bakar, dan Umar radhiallahu ‘anhuma) runtuh karena pemugaran di zaman pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik. Tampaklah satu kaki. Orang-orang pun merasa takut. Mereka khawatir kalau itu kaki Nabi ﷺ. Tak ada seorang pun di antara mereka yang tahu kaki siapa itu. Lalu Aurah bin az-Zubair (ulama tabi’in) berkata kepada mereka, ‘Tidak, demi Allah, itu bukan kaki Nabi ﷺ. Itu adalah kakinya Umar radhiallahu ‘anhu’.”

Kita ketahui bahwa Umar meminta izin kepada Aisyah agar dikubur bersama kedua sahabatnya. Dan Aisyah lebih mendahulukan Umar dari dirinya. Padahal ia ingin dimakamkan bersama suaminya (Rasulullah ﷺ) dan ayahnya (Abu Bakar). Hisyam bin Aurah bin az-Zubair mengatakan, “Apabila ada seorang sahabat yang meminta izin lagi dengannya, Aisyah mengatakan, ‘Demi Allah, aku tidak mengutamakan seorang pun lagi’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Janaiz No. 1326).

Tidak ada perbedaan pendapat ulama, bahwa kubur-kubur yang berada di Masjid Nabawi adalah kubur Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Umar.

*
Persahabatan Sejati Hingga Mati

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Umar diletakkan di atas tempat tidurnya. Lalu orang-orang mengkafaninya. Setelah itu mereka mendoakan dan menyalatkannya. Sebelum jasadnya dibopong -saat itu aku berada di antara mereka-, ada seseorang yang memegang pundakku. Ternyata Ali bin Abi Thalib. Ia bersedih dengan meninggalnya Umar. Ia mengatakan, “Tak ada seorang pun yang aku ingin berjumpa dengan Allah, memiliki amalan seperti yang telah ia perbuat, kecuali engkau (wahai Umar). Aku percaya, Allah akan mengumpulkanmu bersama dua orang sahabatmu.
Karena aku sering mendengar Nabi ﷺ mengatakan, ‘Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar. Aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar. Dan Aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar’
(Riwayat al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah No. 3482).

Inilah persahabatan sejati. Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Umar selalu bersama dalam kehidupan. Kemudian Allah bersamakan mereka dengan dekatnya liang kuburan. Di akhirat Allah kumpulkan mereka dalam surganya. Semoga kita juga dikumpulkan bersama mereka.

*
Duka Atas Wafatnya Umar

Peristiwa wafatnya Umar adalah duka yang begitu mengejutkan. Kematiannya tidak didahului sakit yang ia derita. Kesedihan itu kian bertambah, karena Umar bersama mereka, mengimami mereka shalat. Tentu kepergiannya benar-benar menancapkan duka di jiwa.

Amr bin Maimun mengatakan, “…seolah-olah masyarakat tidak pernah mengalami musibah sebelum hari itu”.

Ibnu Abbas bercerita tentang keadaan orang-orang setelah Umar terluka, “Sungguh tidak dilewati seseorang kecuali mereka menangis. Seolah-olah mereka kehilangan anak-anak mereka yang masih kecil”.
Ibnu Abbas menggambarkan duka dan tangisan mereka dengan kehilangan seorang anak kecil. Usia anak saat sedang lucu-lucunya. Jika mereka tiada, maka akan begitu kehilangan rasanya. Itulah ekspresi kesedihan masyarakat tatkala mendengar kabar bahwa Umar sedang kritis.

Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, apabila diceritakan tentang Umar, maka ia menangis. Air matanya berbulir-bulir menetes. Ia mengatakan, “Sesungguhnya Umar adalah benteng umat Islam. Mereka masuk dan tidak akan keluar dari benteng itu (maksudnya aman). Ketika ia wafat, benteng itu pun pecah. Orang-orang keluar dari Islam.” Artinya dengan wafatnya Umar, muncul perpecahan dan aliran-aliran sesat. Orang-orang keluar dari bimbingan Islam.

Sebelum Umar terbunuh, Abu Ubaidah Ibnul Jarah radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Jika Umar wafat, maka Islam akan (mulai) mundur. Dan aku tidak ingin merasakan kehidupan setelah wafatnya Umar”. Kemudian ada yang bertanya, “Mengapa?” “Kalian akan menyaksikan sendiri kebenaran ucapanku, jika usia kalian panjang. Pemimpin setelah Umar meskipun mengambil hal yang sama dengan Umar, mereka tidak akan ditaati. Dan orang-orang tidak mendukungnya. Jika mereka lemah, maka mereka akan diperangi.” (ath-Thabaqat al-Kubra, 3/284).

Maksudnya, pemimpin setelah Umar, meskipun mereka berhukum dengan Alquran dan Sunnah sama seperti Umar. Mereka tetap tidak akan ditaati bahkan tidak didukung penuh. Karena mulai muncul pemahaman yang berbeda terhadap Alquran dan Sunnah. Muncul pemikiran-pemikiran sesat. Dan apa yang diucapkan Abu Ubaidah sangat tampaknya nyata. Terlebih di zaman kita. Orang yang berusaha menempuh jalan Umar, berhukum dengan hokum syariat, akan ditentang. Ketika kekuasaan mereka lemah, mereka akan diberontak.

*
Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
Semoga ada manfaat yang dapat kita ambil dari kisah hikmah diatas.
Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Semua kebaikan dan kebenaran datangnya dari Allah dan semua kekurangannya berasal dari saya pribadi yang masih fakir dalam ilmu.
Mohon dimaafkan....

استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم واتوب اليه

Dari saya....

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

KEUTAMAAN ISTIGHFAR

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita.
Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

*
Puji dan Syukur tak henti kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang tiada henti memberikan nikmat, berkah, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena nikmat dan hidayah dari Allah berupa keimanan dan keislaman-lah yang membuat kita tetap kokoh berjalan di atas jalan Allah.
Dan nikmat kesehatan dan kesempatan dari Allah pula sehingga hari ini kita dapat bersilaturahmi dalam rangka melaksanakan salah satu aktivitas yang merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam, yakni menuntut ilmu.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala ke muka bumi ini sebagai rahmatan lil alamiin, yang telah menggempur kesesatan dan mengibarkan panji-panji kebenaran, serta memperjuangkan islam hingga sampai kepada kita sebagai rahmat tak terperi dari Allah subhanahu wa ta’ala.

*
Manusia adalah makhluk yang lemah, adakalanya ia sering
berbuat khilaf dan dosa tanpa disadarinya,namun sebaik baiknya orang
yang berbuat dosa adalah yang selalu memohon ampunan atas segala
dosa yang ia lakukan.
Istighfar merupakan salah satu jalan tuk
memohon ampunan_NYA.

*
Qotadah rahimahulah berkata, “Al-Qur’an menunjukkan kepada kalian atas penyakit kalian dan obatnya; adapun penyakit kalian adalah dosa-dosa sedangkan obatnya adalah istighfar”.

Seseorang bertanya kepada Ibnul Jauzi rahimahullah, ”Apakah yang paling utama, apakah aku harus bertasbih atau istighfar?” Beliau menjawab, ”Baju yang kotor lebih membutuhkan sabun daripada minyak wangi.”
(Jawaahiru Shifatish Shafwah)

*
Sepeninggal Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam, Istigfar merupakan satu-satunya benteng aman yang tersisa untuk kita (dari adzab Allah)

Istighfar mempunyai kedudukan yang tinggi dalam diri seorang hamba, bahkan  memadukannya dengan iman
ketika berbicara tentang kaum kuffar Mekah Al-Kahf 55:

وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمْ الْهُدَى وَيَسْتَغْفِرُوا
رَبَّهُمْ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمْ
سُنَّةُ الْأَوَّلِينَ أَوْ يَأْتِيَهُمْ الْعَذَابُ قُبُلًا (الكهف55َ)

"Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman,
ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan dari memohon ampun
kepada Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah
yang telah berlalu pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab
atas mereka dengan nyata".

*
MAKNA ISTIGHFAR
Istighfar dalam pengertian bahasa adalah memohon ampunan
atas segala dosa yang dilakukan oleh seorang hamba dengan upaya
untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.
Hal ini dapat dilakukan baik dengan perkataan maupun perbuatan, beberapa ulama mengungkapkan
istighfar berasal dari kata "alghafar" yang berarti "as-satr /menutup" untuk itu dinamakan istighfar karena mengandung ma'na menutupi sebagaimana firman Allah :

وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(التغابن14)

"Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni
(mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
At-taghabun 14.

Sedangkan dalam alqur'an istighfar mempunyai beberapa pengertian
diantaranya:
1. Al-Islam: Para Ahli Tafsir seperti Mujahid dan `Akramah
mengartikannya demikian berdasarkan pada ayat yang berbunyi:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ
مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada
di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun"
(Al-Anfal 33)

2. Doa: Ulama yang lain mengartikannya dengan do'a.
Setiap do'a yang berisikan permohonan ampunan disebut istighfar ,antara do'a dan
istighfar mempunyai kekhususan dan keumuman, Istighfar menjadi
khusus jika dilakukan dengan perbuatan (al-istighfar bil a'maal)
sebagaimana do'a menjadi khusus jika berisikan bukan permohonan
ampunan.

3. Taubat: Banyak diantara kita mengartikan Istighfar dengan
taubat,seperti diatas keduanya mempunyai kekhususan dan
keumuman.
Istighfar : Memohon ampunan dan perlindungan dari perbuatan
dosa dimasa lampau.
Taubat : Kembali dan memohan perlidungan dari
perbuatan dosa yang sama dimasa yang akan datang.Ibnul Qoyyim
berpendapat Istighfar dua bagian, Istighfar mufrad dan Istighfar
yang diiringi dangan Taubat(maqrun). Pertama seperti ungkapan Nabi
Nuh terhadap kaumnya,

َفقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (نوح10 )

Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun"
(Nuh:10)

Yang kedua seperti firman Allah:

" وَأَنْ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا
حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ
عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada
waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
kiamat"
(Hud: 3)

*
HUKUM ISTIGHFAR
Istighfar merupakan suatu ibadah yang mulia dan salah satu
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt,baik hal tersebut untuk
dirinya sendiri maupun untuk orang lain.Bagaimakah kedudukan hukum
Istighfar itu sendiri?

1. Mandub. Hukum istighfar pada asalnya adalah mandub/sunnah,
berdasarkan dalil al-Qur'an dalam surat Al-Muzammil 20.

وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Dalam ayat tersebut terkandung makna mandub/sunnah,karena seseorang
beristighfar bukan hanya karena ia melakukan maksiat/dosa,namun bisa
jadi beristighfar untuk dirinya sendiri,kedua orangtuanya,anak-
anaknya ataupun untuk kaum muslimin baik yang sudah meninggal maupun
yang masih hidup."

2. Wajib. Istighfar yang dilakuan setelah berbuat dosa,seorang
hamba diwajibkan untuk segera beristighfar jika ia berbuat hal yang
dilarang oleh Allah Swt.

3. Makruh, Seperti beristighfar dibelakang jenazah,karena
memang tidak ada sanadnya dan Rasulullah tidak menganjurkannya,Yang
dianjurkannya adalah beristighfar bagi mayit ketika sholat jenazah
dan setelah pemakamannya.

4. Haram, Seperti beristighfar untuk orang kafir, Istighfar
bagi mereka tidak ada manfaatnya sama sekali,disebabkan oleh
kekufuran dan kefasikannya,walaupun ia saudara dekat kita,
berdasarkan dalil dalam alqur'an yang berbunyi:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ
وَلَوْ كَانُوا أُوْلِي قُرْبَى
مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (التوبة113)
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ
إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا
تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ
مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ (التوبة114) "

"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun
orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas
bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah)
untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim
bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri
dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun".
(At-Taubah 113-114)

Dan juga dalil lain yang
berbunyi:

سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَاسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ
يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ
لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (المنافقون6)

"Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu
mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik".
(al-Munaafiqun 6)

*
Istighfar merupakan amalan yang mulia dan senantiasa dilakukan oleh
para rasul dan waliyullah,berikut beberapa kemulian istighfar :

1. Pujian Allah terhadap Al-Mustaghfirin (mereka yg selalu
beristighfar), Allah Swt memuji mereka sebagaimana termaktub dalam
firmannya:
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ (آل عمران17)

"(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di
waktu sahur"
(Ali-`Imron 17)

Dalam firman Allah yang lain :

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (الذاريات18)

"Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar"
(Adz Dzariyaat 18)

"Ashar" adalah bentuk plural "Sahr" yang berarti sepertiga malam,waktu ini dikhususkan dengan istighfar, karena
berdo'a diwaktu tersebut amat sangat mustajab.

2. Nabi Muhammad Saw selalu melakukannya, Sebagaimana yang
kita ketahui dari sirahnya Rasulullah selalu melakukan perbuatan
yang terbaik(afdhal) sekaligus juga selalu mudawamah (kontinuitas)
dalam mengerjakannya, Istighfar salah satu amalan yang selalu
dilakukan oleh Rasullullah,

Dalam hadist Rasullullah bersabda: "Demi Allah Aku beristighfar dan bertaubat kepada-NYA seratus kali dalam
sehari.
(HR. Bukhari)

Jika Rasullulah Saw yang ma'shum dan dosanya sudah diampuni baik dimasa lalu maupun di masa akan datang selalu
beristighfar seratus kali dalam sehari, bagaimana dengan kita….?

3. Istighfar merupakan syiar para Anbiyaullah.
Tidak ada seorang nabipun yang tidak beristighfar dan selalu mengajak umatnya
untuk beristighfar, Nabi Adam As dan Siti Hawa beristighfar atas
dosa yang telah mereka perbuat, Firman Allah Surat Al-`Araf 23:
Keduanya berkata:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ
(الأعراف23)

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".

4. Istighfar merupakan asas ubudiyah.
Ketika seorang hamba
beristighfar ia akan merasakan betapa hina dan rendah dirinya, akan
selalu merasakan bahwasanya ia tidaklah ada apa-apanya dibandingkan
Sang Khalik dan amat sangat membutuhkan-NYA dalam mengarungi bahtera
kehidupan.

Maka dianjurkan dalam beristighfar untuk merendahkan
diri, ikhlas kepada-NYA dan tentunya istighfar tersebut tidak hanya
sekedar terucap dengan bibir saja namun hatipun harus digerakkan.

5. Dalam Istighfar ada maslahah yang tidak diketahui oleh
seorang hamba, para ulama salaf berkata, dosa seorang hamba bisa
membawanya kesurga,dan amal seorang hamba bisa membawanya ke neraka,
mereka berkata:
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
ketika seorang hamba
berbuat dosa,setiapkali mengingatnya ia menangis,menyesal dan
akhirnya bertobat dan beristighfar,tunduk kepada-NYA berusaha
melakukan perbuatan baik tanpa mengulangi lagi dosa tersebut,maka ia
akan mendapatkan rahmat-NYA dan masuk surga,sebaliknya ketika ia
berbuat baik,kemudian riya',sombong,ta'jub atas pujian orang
kepadanya,maka ia akan mendapat kemurkaan Allah dan akhirnya masuk
neraka.

Tanda-tanda kebahagian adalah menjadikan perbuatan baik
berada dibelakang punggungya dan perbuatan dosa didepan pelupuk mata,
sebaliknya tanda-tanda kesengsaraan adalah menjadikan perbuatan baik
dipelupuk mata dan kejelekannya dibelakang punggungnya.
Alangkah beruntungnya seseorang yang sibuk dengan aibnya sendiri dan
memperbaikinya serta melupakan aib orang lain.

*
BENTUK ISTIGHFAR
Istighfar mempunyai beberapa shighah/bentuk,setiap shighah
yang dipakai akan mendapatkan pahala,shighah tersebut diantaranya
adalah:

1. اللهم أنت ربي لاإله إلا أنت خلقتني, وأنا عبدك,وأنا علي عهدك
ووعدك مااستطعت, أعوذبك من شر ماصنعت,أبوء بنعمتك علي, وأبوء
بذنبي,فاغفرلي, فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت
2. أستغفرالله الذي لاإله إلا هو وأتوب إليه
3. رب اغفرلي وتب علي إنك أنت التواب الرحيم
4. سبحان الله و بحمده و أتوب إليه
5. أستغفرالله, أستغفرالله
6. اللهم اغفرلي
7. غفرانك,غفرانك
8. أستغفرالله الذي لاإله إلاهو الحي القيوم, وأتوب إليه

Jika diperuntukkan untuk orang lain :

9. رب اغفرلي ولوالدي, ربنااغفرلنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان
ولا تجعل في قلوبناغلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم

*
FAEDAH ISTIGHFAR
Istighfar mempunyai banyak faedah baik didunia maupun
diakhirat ,faedah tersebut ada yang memang langsung kita rasakan
dan ada juga yang diakhirkan oleh Allah SWT sampai hari kiamat,
diantaranya:

1. Menghapus dosa.
Istighfar menghapus dosa sebagaimana api membakar kayu bakar ,yang dimaksud disini adalah istighfar dalam
artian taubat.

Allah berfirman: "Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada
Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
(An-Nisa 110)

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرْ اللَّهَ يَجِدْ
اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
(النساء110)

Dalam hadist qudsi allah berfirman : "Wahai Hamba-hamba-KU,
Sesungguhnya kalian selalu berbuat dosa malam dan siang , dan AKU
mengampuni semuanya,jika kalian mohon ampunan kepada-KU,Aku akan
mengampuni"

2. Akan mendapatkan rasa aman dari azab baik secara khusus
maupun umum.
Istighfar mengangkat azab bagi umat baik individu maupun
kolektif, yang disebabkan oleh dosa yang dilakukan, jika beristighfar
dan beriman, Allah akan mengnampuninya, sesuai firman Allah SWT:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ
مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
(الأنفال33)

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada
di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun "
(al-Anfal:33)

3. Kenikmatan yang baik, Allah akan memberikan kehidupan yang
lebih baik bagi mereka yang selalu beristighfar,mereka mendapatkan
rasa aman, damai dan ketenangan jiwa,Allah berfirman:

وَأَنْ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا
حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ
كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ
يَوْمٍ كَبِيرٍ (هود3)

"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada
waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
kiamat".
(Huud:3)

4. Istighfar sebab turunnya hujan,salah satu sebab turunnya
hujan adalah banyaknya kita beristighfar, Allah berfirman:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (نوح10) يُرْسِلْ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
(نوح11)

maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat", (Nuh:10-11)

5. Istighfar sebab bertambahnya kekuatan.
Istighfar mampu menyuntikkan kekuatan bagi jasmani dan rohani,dan dengannya mampu
menanggung beban,Allah berfirman:

وَيَاقَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلْ السَّمَاءَ
عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ
قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ (هود52)

Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu
bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat
deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu,
dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa."
(Hud :52)

6. Menghilangkan kesusahan dan memudahkan rezeki.
Dengan istighfar segala keluh kesah akan sirna dan rezeki akan datang
secara tak terduga,sebagaimana Sabda Rasulullah:
"Barang siapa yang selalu beristighfar,maka Allah akan menjadikan keluh kesah menjadi kegembiaran,kesempitan menjadi keleluasaan.
(HR.Ahmad & Abu Daud)

Ibnu katsir rahimahullah berkata:
Barangsiapa yang menghiasi dirinya dengan amalan ini, yaitu memperbanyak istigfar, maka Allah akan mempermudah rezekinya, memudahkan urusannya dan menjaga kekuatan jiwa dan raganya.

*
Jika membaca kisah ini, pasti hati Anda menjadi bergetar karena saking dahsyatnya kekuasaan Allah yang begitu Rahim kepada hambanya  yang sholeh :

Adalah Imam Ahmad bin Hambal رحمه الله (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hambali. dimasa akhir hidup beliau bercerita, "satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak,". Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat.

Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashroh. Beliau bercerita "Pas tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat".

Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba Marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya "kenapa syaikh, mau ngapain  disini?".
(kata "syaikh" bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena taunya sebagai orang tua).

Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat sholeh dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.

Kata imam Ahmad "saya ingin istirahat, saya musafir".
Kata marbot, "tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid.

Imam Ahmad bercerita "saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikunci pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di teras masjid."

Ketika sudah berbaring di teras masjid Marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mau ngapain lagi syaikh?" Kata marbot.
"Mau tidur, saya musafir" kata imam Ahmad.
Lalu marbot berkata, "di dalam masjid gak boleh, di teras masjid juga gak boleh". Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita " saya didorong-dorong sampai jalanan".

Disamping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Waktu imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh "mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil".
Kata imam Ahmad "baik". Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).

Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau imam Ahmad ngajak ngomong, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah, saat Naruh garam astaghfirullah, mecahin telur astaghfirullah, campur gandum astaghfirullah. Senantiasa mendawamkan istighfar. Sebuah kebiasaan mulia. Imam Ahmad memperhatikan terus.

Lalu imam Ahmad bertanya "sudah berapa lama kamu lakukan ini?".
Orang itu menjawab "sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan".

Imam Ahmad bertanya "ma tsamarotu fi'luk?", "apa hasil dari perbuatanmu ini?", orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta , kecuali pasti dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah...., langsung diterima". (memang Nabi SAW. pernah bersabda "siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya).

Lalu orang itu melanjutkan "semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kasih".
Imam Ahmad penasaran lantas bertanya "apa itu?"

Kata orang itu "saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad. seketika itu juga imam Ahmad bertakbir, "Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashroh dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu"... (penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang didepannya adalah Imam Ahmad)...

Subhanallah... inilah kehendak Allah swt yang tidak ada yang bisa menduga..

*
Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-Mukhtar As-Syinqity pernah mengatakan:
Tidaklah hati seorang hamba selalu beristigfar melainkan akan disucikan:

✒Bila ia lemah, maka akan dikuatkan
✒Bila ia sakit, maka akan disembuhkan
✒Bila ia diuji, maka akan diangkat ujian itu darinya.
✒Bila ia kalut, maka akan diberi petunjuk
✒Dan bila ia galau, maka akan diberi ketenangan.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
"Bila engkau ingin berdo'a, sementara waktu yang kau miliki begitu sempit, padahal dadamu dipenuhi oleh begitu banyak keinginan, maka jadikan seluruh isi do'amu istigfar, agar Allah memaafkanmu. Karena bila Dia memaafkanmu, maka semua keperluanmu akan dipenuhi oleh-Nya tanpa engkau memintanya.

*
Banyak faedah yang didapatkan dari istighfar, tentunya semakin
sering kita beristighfar semakin dekat kita kepada Sang Khalik,hal
tersebut hendaknya dilakukan secara mudawamah terus menerus tanpa
henti.
Sesungguhnya kita adalah makhluk yang lemah kita membutuhkan
istighfar sebagaimana makan dan minum.
Istighfar melepaskan hamba
dari perbuatan yang makruh menjadi mahbub (yang dicintai),yang
kurang menjadi lebih sempurna,mengangkatnya ke derajat yang lebih
tinggi/sempurna.

*

Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
Semoga ada manfaat yang dapat kita ambil bersama.
Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Semua kebaikan dan kebenaran datangnya dari Allah dan semua kekurangannya berasal dari saya pribadi yang masih fakir dalam ilmu.
Mohon dimaafkan....

استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم واتوب اليه

Dari saya....

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.