Rabu, 10 Juni 2020

HANYA NABI IBRAHIM DAN NABI MUSA YANG BISA MENAWAR KEMATIAN

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" HANYA NABI IBRAHIM DAN NABI MUSA YANG BISA MENAWAR KEMATIAN "
•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊




بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

===================================

⚰️TIAP insan sudah pasti akan mati. Hanya saja, manusia pada umumnya tidak suka, bahkan sangat takut pada kematian. Bagi sebagian orang, kematian sangat menakutkan. Mereka membayangkan kematian sebagai peristiwa yang amat tragis dan mengerikan.

⚰️Dalam buku Mizan Al 'Amal, Imam Ghazali menjelaskan beberapa alasan mengapa manusia takut terhadap kematian. 

1️⃣. Pertama, karena ia ingin bersenang-senang dan menikmati hidup ini lebih lama lagi.

2️⃣. Kedua, ia tidak siap berpisah dengan orang-orang yang dicintai, termasuk harta dan kekayaannya yang selama ini dikumpulkannya dengan susah payah. 

3️⃣. Ketiga, karena ia tidak tahu keadaan mati nanti seperti apa. Keempat, karena ia takut pada dosa-dosa yang selama ini ia lakukan.

⚰️Alhasil, manusia takut karena ia tidak pernah ingat kematian dan tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut kehadirannya. Manusia, kata Ghazali, biasanya ingat kematian hanya kalau tiba-tiba ada jenazah lewat di depannya. Seketika itu, ia membaca istirja': 
➖''Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.


⚰️Namun, istirja' yang dibaca itu hanyalah di mulut saja, karena ia tidak secara benar-benar ingin kembali kepada Allah dengan ibadah dan amal saleh.

⚰️Jadi, kalau demikian, agar tidak alergi dan fobia dengan kematian, manusia, menurut Ghazali, harus sering-sering ingat kematian sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
➖ ''Perbanyaklah olehmu mengingat kematian, si penghancur segala kesenangan duniawi.'' 
📙(HR Ahmad).

⚰️Menurut Ghazali, ingat kematian akan menimbulkan berbagai kebaikan. Di antaranya, membuat manusia tidak ngoyo dalam mengejar pangkat dan kemewahan dunia. Ia bisa menjadi legawa (qonaah) dengan apa yang dicapainya sekarang, serta tidak akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisi pribadinya.

⚰️Kebaikan lain, manusia bisa lebih terdorong untuk bertaubat alias berhenti dari dosa-dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. Lalu, kebaikan berikutnya, manusia bisa lebih giat dalam beribadah dan beramal saleh sebagai bekal untuk kebaikannya di akhirat kelak.

⚰️Dengan berbagai kebaikan ini, orang-orang beriman tidak takut dan tidak gentar menghadapi kematian. Mereka justru merindukannya, karena hanya lewat kematian mereka dapat menggapai kebahagiaan yang sebenar-benarnya, yaitu berjumpa dengan Allah dalam ridha dan perkenan-Nya.

⚰️Inilah anugerah dan kabar gembira dari Allah kepada mereka. Firman-Nya,

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

➖''Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka seraya berkata, 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu'.'' 
📖(QS Fushshilat: 30).


SAKITNYA KEMATIAN 

⚰️Kematian dan sakitnya mati memang tak terkira. Rasulullah SAW bersabda : 
➖"Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian Kain sutera yang terkoyak?"

⚰️Hanya saja, di bagian lain Rasulullah -- seperti yang dikisahkan oleh Al-Hasan pernah menyinggung soal kematian, cekikan, dan rasa pedih. 
➖"Sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang," sabda beliau.

⚰️Suatu ketika, Nabi Ibrahim AS bertanya kepada Izrail, 
➖"Dapatkah engkau memperlihatkan rupamu saat engkau mencabut nyawa manusia yang gemar berbuat dosa?"

➖"Engkau tak akan sanggup," jawab Izrail singkat.

➖"Aku pasti sanggup," tegas Nabi Ibrahim.

➖"Baiklah, berpalinglah dariku," pinta petugas pencabut nyawa ini.

⚰️Saat Nabi Ibrahim berpaling kembali, di hadapannya telah berdiri sesosok makhluk berkulit legam dengan rambut berdiri, berbau busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari hidung dan mulutnya tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim AS jatuh pingsan!

⚰️Ketika tersadar kembali, beliau pun berkata kepada Izrail:
 ➖"Wahai Malaikat Maut, seandainya para pendosa itu tak menghadapi sesuatu yang lain dari wajahmu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu menjadi hukuman untuknya."

⚰️Di kesempatan lain, kisah yang diriwayatkan oleh 'Ikrimah dari Ibn 'Abbas ini, menceritakan Nabi Ibrahim AS meminta Malaikat Maut mengubah wujudnya saat mencabut nyawa orang-orang beriman.

⚰️Dengan mengajukan syarat yang sama kepada Nabi Ibrahim AS, Malaikat Maut pun mengubah wujudnya. Maka di hadapan Nabi yang telah membalikkan badannya kembali, telah berdiri seorang pemuda tampan, gagah, berpakaian indah dan menyebar aroma wewangian yang sangat harum.

➖"Seandainya orang beriman melihat rupamu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu sebagai imbalan amal baiknya," kata Nabi Ibrahim AS.

⚰️Suatu hari Nabi Ibrahim sedang duduk di teras rumahnya. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki tua dengan wajah yang lusuh sambil bersandar di tongkatnya. Kemudian Ibrahim pun mempersilakan laki-laki itu masuk ke dalam rumah dan menjamunya dengan makanan.

⚰️Ternyata laki-laki tua itu adalah Izrail. Ketika tamu Ibrahim tersebut sedang menyantap hidangan yang telah disuguhkan, tiba-tiba makanan itu berjatuhan. Kemudian Ibrahim pun bertanya kepada tamunya itu, 
➖“Apa yang terjadi dan menimpamu?”

⚰️Lalu laki-laki itu menjawab, 
➖“usiaku sudah tua 201 tahun,” dan Ibrahim pun terheran-heran karena usia tamunya ini tidak jauh berbeda dengannya. Kala itu usia Ibrahim adalah 200 tahun.

⚰️Satu tahun kemudian, jelmaan Izrail itu datang lagi, tapi kali ini dengan penampilan lain. Wajahnya menjadi tampan, bukan tua, dan lusuh seperti sebelumnya. Nabi Ibrahim tahu kalau itu malaikat maut.

⚰️Sebelum malaikat maut mencabut nyawanya, Nabi Ibrahim berkata kepadanya 
➖"Hai malaikat maut, apakah kamu pernah tahu ada seorang kekasih yang tega mencabut nyawa orang yang dicintainya?”

⚰️Malaikat maut naik ke langit untuk melaporkan kepada Allah bahwa kekasihnya ini protes. Allah berkata,
➖ "Katakanlah kepada kekasihKu, apakah seorang kekasih tidak suka bertemu dengan orang yang dicintainya?"

⚰️Kemudian Izrail kembali kepada Ibrahim. Ia menyampaikan apa yang dikatakan Tuhannya. Mendengar jawaban Allah, Ibrahim berkata kepada dirinya, 
➖"Tenanglah diriku untuk saat ini." Tak lama malaikat maut pun mencabut nyawa Nabi Ibrahim.

⚰️Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim AS akan dicabut, Allah SWT bertanya kepadanya: ➖"Bagaimana engkau merasakan kematian wahai kawanku?"

➖"Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulu basah yang kemudian ditarik," jawab Ibrahim

➖“Yang seperti itulah, sudah Kami ringankan atas dirimu," firman-Nya.

⚰️Tentang sakratulmaut, Rasulullah bersabda, ➖“Manusia pasti akan merasakan derita dan rasa sakit kematian, dan sesungguhnya sendi-sendinya akan mengucapkan selamat tinggal satu sama lain seraya berkata 'Sejahteralah atasmu; sekarang kita saling berpisah hingga datang hari kiamat kelak'."

⚰️Tatkala Rasulullah terbaring lemah, datang malaikat Jibril menemui Rasulullah dan berkata ➖"Malaikat maut ada di pintu, meminta izin menemuimu, dan tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu."

⚰️Rasulullah mengizinkan malaikat Izrail masuk. Setelah masuk malaikat Izrail berkata
 ➖"Assalamu'alaika wahai Rasulullah. Allah mengutusku untuk memberikan pilihan kepada mu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di akhirat." 
Dan Rasulullah akhirnya memilih untuk bertemu dengan Allah SWT.

Baca juga :



MENOLAK MATI 

⚰️Jika Nabi Ibrahim sempat tawar menawar dengan Allah dan malaikat Izrail tentang kematiannya. Nabi Musa lebih dramatis lagi. Ketika Malaikat maut datang kepada Nabi Musa, kemudian meminta izin untuk mencabut nyawanya, maka Nabi Musa menampar Malaikat itu hingga rusak matanya. 

⚰️Dalam hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah RA berkata, 
➖"Malaikat maut diutus kepada Musa. Ketika dia datang, Musa menamparnya.
 Lalu Malaikat maut kembali kepada Tuhannya dan berkata, 
➖'Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang menolak mati.’ Lalu Allah mengembalikan matanya (yang rusak karena tamparan Musa).

⚰️Allah berfirman kepadanya,
➖ "Kembalilah kepada Musa. Katakan kepadanya agar dia meletakkan tangannya di punggung sapi jantan, maka bulu sapi yang tertutup oleh tangannya itulah sisa umurnya. Satu bulu satu tahun."

⚰️Musa berkata, 
➖"Ya Rabbi setelah itu apa?" 
Malaikat menjawab, 
➖"Maut." 
Musa berkata, 
➖"Sekarang aku pasrah." 
Maka Musa memohon kepada Allah agar didekatkan kepada Tanah Suci sejauh lemparan batu.

⚰️Lain lagi cerita Nabi Daud AS. Ketika akan mencabut nyawa Nabi Daud, Izrail tampil sebagai lelaki yang menyelinap ke dalam kerajaan Raja Daud. 
➖"Siapa kamu?" tanya Nabi Daud. 

➖"Aku adalah yang tidak pernah merasa takut dengan para raja dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi diriku!" jawab Izrail.

⚰️Nabi Daud berkata, 
➖“Demi Allah, engkau adalah malaikat pencabut nyawa. Kalau begitu, aku ucapkan selamat datang kepadamu untuk melaksanakan perintah Allah,” ucapnya.

⚰️Nabi Daud yang tampak segar bugar itu bergegas menuju kamar tempat ruhnya akan dicabut.

⚰️Selain malaikat Jibril, para nabi rata-rata memang akrab dengan malaikat Izrail. Bahkan, lewat jasa malaikat Izrail, Nabi Idris AS sempat jalan-jalan ke neraka, juga plesir di surga. Nabi Idris juga sempat minta dicabut nyawanya, kendati belum ada perintah dari Allah SWT kepada Izrail. Akhirnya, Nabi Idris dimatikan sebentar kemudian dihidupkan kembali. 

⚰️Suatu ketika Nabi Idris sedang duduk santai di suatu tempat yang tidak banyak dihuni oleh manusia. Sambil mata terpejam dalam ketenangannya, bibir Nabi Idris terus bergerak-gerak mengagungkan nama Allah, sebagai pencipta alam semesta berikut semua isi dan bagaimana keadaan dunia.

⚰️Tiba-tiba malaikat datang dan mengucapkan salam. Salam wahai Nabi Allah Idris, saya Malaikat Izrail, kata Sang Malaikat kepada Nabi Idris.

⚰️Lalu, Nabi Idris membalas salam Malaikat Izrail dan langsung melemparkan pertanyaan kepada Malaikat Izrail. 
➖"Hai Izrail, Engkau datang ini untuk mencabut nyawa atau untuk berziarah?" tanya Nabi Idris.

➖Aku datang untuk menziarah dengan izin Allah, kata Izrail dan langsung mendekat kepada Nabi Idris yang masih duduk dengan mata terpejam.

⚰️Mulut Nabi Idris terus berzikir kepada Allah. Seperti itulah yang dilakukan para nabi jika dalam keadaan tenang, mulut dan hatinya terjaga selalu mengingat Allah.

⚰️Setelah beberapa saat mata Nabi terbuka, posisi duduknya pun mulai berubah. Ia mengajak Malaikat Izrail mengelilingi kediamannya untuk menyampaikan ihwal keperluannya kepada Malaikat Izrail.

➖“Hai Malaikat Izrail, saya ada keperluan dan kepentingan kepadamu. Apakah Engkau bersedia membantuku,” kata Nabi Idris.

➖“Kepentingan apa itu?" tanya Malaikat Izrail.

➖"Kepentingan denganmu, yaitu supaya Engkau mencabut nyawaku dan kemudian Allah menghidupkan kembali sehingga aku dapat beribadah kepada Allah setelah aku merasakan sakaratul maut," katanya.

⚰️Mendengar permintaan Nabi Idris, Malaikat Izrail sedikit kaget. Dengan berat hati, ia mesti menolak. Pemintaannya itu tidak dapat dipenuhi, meski Sang Nabi merupakan kekasih Allah yang diutus ke bumi.

⚰️Sesungguhnya aku tidak akan mencabut nyawa seseorang melainkan mendapat izin Allah. Setelah itu, tidak lama Allah memberi wahyu kepada Izrail agar mencabut nyawa Nabi Idris. Seketika itu Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris.

⚰️Setelah Nabi Idris tidak bernyawa, Izrail menangis atas kematiannya sambil memohon kepada Allah agar menghidupkan kembali Nabi Idris. Kemudian, Allah mengabulkan permohonan Izrail, Nabi Idris hidup kembali dan mereka berdua kembali berdialog.

⚰️Tentu Izrail yang bertanya lebih dulu kepada Nabi Idris, setelah ia dihidupkan kembali dari kematian. ➖“Hai saudaraku, bagaimana rasanya sakaratul maut itu?” tanya Izrail

➖ “Sesungguhnya rasa sakaratul maut itu saya umpamakan binatang yang hidup itu dilapah kulitnya (dibuang kulitnya semasa hidup-hidup), dan begitulah rasanya sakaratul maut bahkan lebih seribu kali sakit,” katanya.

⚰️Izrail menegaskan kepada Nabi Idris, padahal sesungguhnya ia mencabut nyawa para nabi dengan lemah lembut. “Tidak seperti makhluk lainnya yang merasakan rasa sakit yang begitu dahsyat. Secara halus dan berhati-hati aku mencabut nyawa yang seperti itu,” katanya. 

قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

➖ Allah berfirman, katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” 
📖(QS. Al Jumuah : 8).

⚰️Kematian yang akan datang tidak terduga itu membuat kita menyadari satu hal, bahwa satu-satunya hal yang bisa kita kendalikan adalah amal yang kita lakukan. Yaitu dengan mempersiapkan diri dengan memperbanyak amal saleh, karena kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dikerjakan semasa hidup di dunia. 

Wallahu'alam.


Selasa, 09 Juni 2020

RAMADHAN : MAHER ZAIN

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
     🌙🕌 RAMADHAN : MAHER ZAIN 🕌🌙
•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊






بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

===================================



🌙 Ku menantimu
Saban waktu
Bangkit jiwaku

🕌 Kau suluh hatiku
Dengan sinar
Kudus kasihmu

🌙 Ku harap kan terus
Bersamamu selamanya

🕌 Ramadhan, Ramadhan
Ramadhan di hati
Ramadhan, Ramadhan
Ku mohon usah pergi

🌙 Rahmat melimpah
Damainya ku rasakan

🕌 Ramadhan bulan Al-Quran
Mendidik jiwaku
Menyuburkan iman

🌙 Ku harap kan terus
Bersamamu selamanya

🕌 Ramadhan, Ramadhan
Ramadhan di hati
Ramadhan, Ramadhan
Ku mohon usah pergi

🌙 Sememangnya kau ku nantikan
Hadirmu hidupkan suram di jiwaku
Dan ku berjanji
Akan ku teruskan
Semangatmu itu
Sepanjang hidupku
Ho Ramadhan

🕌 Ramadhan, Ramadhan
Ramadhan di hati
Ramadhan, Ramadhan
Ku mohon usah pergi

🌙 Ramadhan, Ramadhan
Ramadhan di hati
Ramadhan, Ramadhan
Ku mohon usah pergi
Ku mohon usah pergi



Baca juga :



Senin, 08 Juni 2020

ISTIGFAR DAN TAUBAT ADALAH OBAT TERHALANGNYA REZEKI KARENA BANYAK DOSA

  • ۞﷽۞
╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" ISTIGFAR DAN TAUBAT ADALAH OBAT TERHALANGNYA REZEKI KARENA BANYAK DOSA "
•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

===================================

🌾Rezeki merupakan kelengkapan yang pasti dikaruniakan oleh Allah Subhanahu wata'ala kepada mahluk hidup di dunia, khususnya manusia. 
Sebagaimana ajal, keberadaan rezeki manusia telah dijamin oleh Allah, tidak ada manusia hidup di dunia tanpa dilengkapi rezeki.

🌾Lalu tahukah kamu, mengapa ada manusia yang memiliki banyak rezeki dan ada pula yang tidak. 
Itu semua ternyata dipengaruhi banyaknya dosa-dosa yang diperbuat manusia sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wassalam dalam hadist yang diriwayatkan Ibnu majah dalam Sunannya jilid II halaman 489 nomor 4087 dari jalur Ali bin Hasan.

🌾Ali bin Hasan mendapatkan cerita dari Abdullah bin Isa, dari Abdullah bin Abil Ja'di dari Tsauban (budak yang dimerdekakan Rasulullah)

➖ "Tidak dapat menambah usia kecuali kebaikan. Tidak bisa menolak ketentuan takdir kecuali doa. Sesungguhnya manusia kerap terhalang dari rezeki disebabkan oleh dosa yang dilakukannya,".

🌾Menurut para ulama, rezeki bukan hanya berupa uang semata melainkan apa saja yang bisa dimanfaatkan oleh manusia, meliputi makanan, ilmu pengetahuan, rumah, kendaraan, anak-anak, istri, suami, kesehatan, ketenangan dan segala sesuatu yang dirasa nikmat dan membawa manfaat bagi manusia.

🌾Untuk mengatasinya, dianjurkan agar sering-seringlah baca istighfar dan kurangi perbuatan dosa. Namun, kadang ada orang yang sering berbuat dosa tanpa tobat, tapi masih kaya, hartanya berlimpah. Sementara Muslim yang tetap ibadah hanya mendapat rezeki yang pas-pasan.

🌾Dalam menyikapi kondisi seperti ini, seorang Muslim tidak boleh iri dengan hal tersebut. Sebab nikmat seperti itu hakikatnya adalah nikmat yang semu:

🌾Dari Uqbah bin Amir bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: 
➖ “Jika kau melihat Allah memberi nikmat dunia -sesuai keinginannya- kepada seseorang atas perbuatan dosanya, maka hal itu adalah istidraj (kenikmatan semu yang berakhir musibah).

Baca juga :




JANGAN ABAIKAN OBAT INI 


1. Sering Sakit = Silahkan Puasa
2. Wajah Gelap = Qiyamul Lail (Sholat Tahajud)
3. Hati Sempit = Baca Qur'an
4. Susah Bahagia = Sholat Tepat Waktu
5. Emosi Melulu = Wudhu dan Istighfar
6. Gelisah = Banyak Doa dan Olah Raga
7. Tertekan = Baca "Lahaula walaquwwata illa
Billah"
8. Kurang Berkah Rezekinya = Lirik yg Halal aja
9. Miskin Melulu = Bersedekah
10. Bingung Cara Berbuat Baik = Share / Bagikan
tulisan ini.



Minggu, 07 Juni 2020

KENAPA SEORANG MUSLIM HARUS BERSABAR.....??

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" KENAPA SEORANG MUSLIM HARUS BERSABAR...?? "
•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

========================================

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

========================================


💝Kehidupan seseorang di dunia ini tidak selalu sesuai dengan apa yang direncanakan. Terkadang manusia merencanakan sebuah rencana, dan yang terjadi adalah hal lain yang mungkin tidak sesuai dengan keinginannya. Sebagaimana ketika seorang pelajar yang telah selesai menyelesaikan bangku Sekolah Menengah Atas kemudian ingin melanjutkan studi ke sebuah kampus terkenal. Namun ternyata, Allah belum menghendaki keinginannya.

💝Banyak lagi kita temukan berbagai macam contoh dalam kehidupan manusia yang menunjukan bahwa kehidupan ini tidak selalu sesuai dengan keinginan. Maka disaat seperti inilah seorang Muslim dituntut untuk bisa bersabar. Sabar yang diartikan dengan menahan nafsu untuk melakukan sesuatu atau meninggalkannya hanya untuk mengharap ridho Allah Subhanahu wa ta’ala semata.

💝Allah ta’ala Berfirman :

➖“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu…” 
📖 (Qs. Ali Imran: 200)

➖ “Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” 
📖 (QS. Al-Baqarah: 155)

💝Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda :
➖“Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin, sungguh semua urusannya baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorang pun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan kemudian ia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya, dan jika keburukan menimpanya kemudian ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya.” 
📙(HR. Muslim)

💝Dalil- dalil di atas menunjukkan bahwa sabar adalah salah satu sifat dari berbagai macam sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Karena jika kesabaran seseorang telah hilang dalam menghadapi sebuah urusan, maka yang akan muncul ada sikap terburu-buru (isti’jal), marah, dan mudah berputus asa.

💝Macam-macam Sabar Sabar dalam menjalankan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala. Seperti sabar dalam melaksanakan sholat, shiyam (puasa), beramar ma’ruf nahi mungkar, dan lain sebagainya. Sabar dalam menjauhi semua larangan-Nya. yaitu dengan bersabar dalam menjauhi segala bentuk maksiat dan dosa yang telah diharamkan oleh Allah. Sabar menerima takdir Allah yang menyakitkan (musibah).

💝 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman : 
➖ “Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” 
📖 (Qs. Al Baqarah : 155) 

KEUTAMAAN-KEUTAMAAN SABAR 

💝Di dalam Al qur’an disebutkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala berbagai macam keutamaan bagi seorang muslim yang bersabar, diantaranya sebagai berikut :

1️⃣. Allah akan melipatkan pahala bagi orang yang bersabar.

➖“Mereka itu diberi pahala dua kali (karena beriman kepada taurat dan Al qur’an) disebabkan kesabaran mereka…”
📖 (Qs. Al Qashas :54)

➖ “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” 
📖 (Qs. Az zumar :10)

2️⃣. Allah ta’ala mengaitkan pertolongan-Nya (النصر) dengan sabar dan taqwa.

➖“Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan bertaqwa ketika mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah akan menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.” 
📖 (Qs. Ali Imran: 125)

3️⃣. Sabar dan Taqwa adalah perisai dari tipu daya dan makar musuh.

➖“Dan jika kamu bersabar dan bertaqwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikitpun…” 
📖 (Qs. Ali Imran : 120)

4️⃣. Para Malaikat memberi salam kepada orang beriman di surga karena kesabaran mereka.

➖“Para malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu, sambil mengucapkan (selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu) maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” 
📖(Qs. Ar ra’d : 23-24)

5️⃣. Allah Subhanahu wa ta’ala mencintai orang-orang yang bersabar.

➖“Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar.” 
📖(Qs. Ali Imran :146)

6️⃣. Allah ta’ala memberikan ampunan dan pahala yang besar bagi orang yang bersabar.

➖“Kecuali orang-orang yang sabar, dan beramal shaleh, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” 
📖(Qs. Hud : 11)

7️⃣. Sabar adalah salah satu perbuatan yang mulia.

➖“Barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” 
📖 (Qs. Asy Syura : 43)

💝Itulah beberapa dari keutamaan sabar yang telah disebutkan di dalam kitab suci umat Islam Al qu’an yang mulia.




Ingatlah saudaraku..................!!!


RENCANA ALLAH TETAP YG TERBAIK 
--------------------------------------------------------------

Ketika kita menginginkan sesuatu yang tak kunjung DIDAPATKAN,
Maka Allah meminta kita untuk sabar MENUNGGU.

Ketika kesedihan menjatuhkan AIR MATA,
Maka Allah meminta kita untuk berusaha TERSENYUM.

Ketika perjalanan hidup terasa MEMBOSANKAN,
Maka Allah menyuruh kita untuk banyak BERSYUKUR.

Kita punya RENCANA.
Allah juga punya RENCANA.

Akan tetapi sehebat apapun kita merencanakan sesuatu,
Tetap rencana Allah adalah sebaik-baiknya rancangan.

Ingatlah..

Allah selalu memberikan kelebihan dibalik kekurangan..
Allah selalu memberikan Kekuatan dibalik kelemahan..
Allah selalu memberikan senyum dibalik kesedihan..
Allah selalu memberikan harapan dibalik keputus-asaan..

Yakinlah..

Kebahagiaan itu akan hadir juga pada waktunya.
Sesuai rencana-Nya.
Sesuai rancangan-Nya.
Dan tak ada alasan bagi kita untuk meragukan-Nya.


💝Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan kita semua termasuk dari golongan orang-orang yang bersabar.


ﺁﻣــــــــــــــــــﻴﻦ ﻳَﺎ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِــــــــــﻴْﻦ



Baca juga :

Rabu, 06 Mei 2020

9 AMALAN & IBADAH UTAMA DI BULAN RAMADHAN

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
9 AMALAN & IBADAH UTAMA DI BULAN RAMADHAN
•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


===================================

           
   
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

===================================

 ☪️Sesungguhnya bulan Ramadhan yang mulia ini akan terasa begitu singkat. Hari-harinya akan berlalu begitu cepat, meninggalkan kita penuh penyesalan jika tidak segera tersadar untuk mengisinya dengan berbagai kebaikan. Isyarat begitu dalam tentang hari-hari Ramadhan kita dapatkan setelah ayat perintah kewajiban berpuasa, dimana Allah SWT berfirman:

…يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ

➖“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu...” 
📖[QS. Al-Baqoroh: 183-184]

☪️Hanya beberapa hari tertentu saja, karena ia tidak akan lebih dari 29 atau 30 hari. Karenanya, tanpa mengetahui seluk beluk dan keutamaan ragam amal dalam Ramadhan, bisa jadi Ramadhan yang singkat akan benar-benar berlalu begitu saja, nyaris tanpa amal dan kenangan yang berarti.

☪️Ada banyak kiat sukses menghadapi Ramadhan, yang jika kita jalankan dengan baik, insya Allah akan menjadikan Ramadhan kita lebih berharga, lebih terasa, dan lebih berkah insyaAllah. Salah satu diantaranya yaitu mengoptimalkan segala ibadah wajib dan ibadah sunnah. 

☪️Bulan Ramadhan merupakan bulan kebaikan, bulan Ibadah, bulan berbuat baik, bulan simpati, bulan kemenangan atas nafsu, bulan pembebasan dari neraka. Pada bulan ini, terdapat banyak karunia Allah SWT yang diberikan kepada hambanya yaitu dengan cara pahala dilipatgandakan serta segala dosa diampuni dengan syarat menghindari segala maksiat, terutama dosa besar.

☪️Beruntunglah bagi kaum muslim yang senantiasa memanfaatkan momen ramadhan sebagai sarana untuk memperbanyak pahala, mencari pengampunan dosa, hingga mengharap ridho allah SWT. 
Berikut ini telah kami rangkum beberapa ibadah utama bulan ramadhan yang sangat ditekankan untuk diperhatikan:

1. PUASA RAMADHAN 

Salah satu ibadah utama yang sangat ditekankan untuk diperhatikan yaitu puasa ramadhan, mulai dari sahur hingga berbuka terdapat keutamaan-keutamaan yang sayang untuk dilewatkan. Berikut beberapa dalil yang menggambarkan keutamaan puasa ramadhan:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

➖ “Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” 
📙[HR. Bukhari & Muslim]

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

➖“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” 
📙[HR. Muslim]

☪️Tidak diragukan lagi, keutamaan puasa ramadhan begitu besar, tidak hanya derajat takwa, pengampunan dosa dan pahala yang didapatkan, bahkan dijanjikan bertemu Tuhan dengan puasa yang telah dikerjakan. Namun, puasa di sini tidak hanya sebatas menahan nafsu, dahaga dan lapar, diperlukan tindakan lain agar pahala tetap terjaga. Berdasarkan sabda Nabi SAW berikut:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

➖“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya.” 📙[HR. Bukhari]

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

➖“Semua amalan bani adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah ia mengatakan, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’. 
📙[HR. Bukhari & Muslim]

☪️Selain menjalankan syarat sah puasa berupa menahan nafsu makan, minum dan kebutuhkan biologis, dianjurkan memperbanyak amalan lain dan menghindari segala maksiat bahkan jika ada seorang yang menghasut, dianjurkan untuk bersabar dan berkata saya sedang berpuasa.

2. SHOLAT MALAM (TARAWIH)

☪️Sholat malam (tahajjud) adalah salah satu amaliyah yang sangat ditekankan oleh Nabi SAW, terutama di bulan ramadhan. Bahkan, di luar bulan Ramadhan pun ibadah ini tidak pernah dilewatkan oleh Nabi SAW.

☪️Hal ini didasari pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA yang berkata: “Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk.” 
📙[HR. Abu Dawud & Ahmad]

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

➖“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.”
📖 [QS. Al-Furqan: 63-64]

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ

➖“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” 
📖[QS. Al-Zumar: 9]

☪️Salah satu keutamaan sholat malam di bulan Ramadhan yaitu itu mendapatkan pengampunan dosa-dosa yang telah dikerjakan di masa lalu. Berdasarkan hadis Nabi SAW yang berbunyi:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

➖“Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” 📙[HR. Bukhari & Muslim]

☪️Pentingnya sholat malam, tidak hanya dilakukan oleh diri pribadi. Bahkan bagi seorang kepala keluarga dianjurkan untuk membangunkan anak dan istrinya untuk mengerjakan ibadah mulia ini.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

➖“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
📖 [QS. Thaahaa: 132]

 

رَحِمَ اللهُ رَجُـلاً، قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ اِمْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِيْ وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ اِمْرَأَةً، قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَ أَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِيْ وَجْهِهِ الْمَاءَ

➖“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila si suami enggan untuk bangun ia pun memercikkan air ke wajahnya.” 
📙[HR. Abu Dawud, an-Nasa-i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, & Ibnu Hibban]

مَنِ اسْتَيْقَظَ مِنَ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا، كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ

➖“Barangsiapa yang bangun di waktu malam dan ia pun membangunkan isterinya lalu mereka shalat bersama dua raka’at, maka keduanya akan dicatat termasuk kaum laki-laki dan wanita yang banyak berdzikir kepada Allah.” 
📙[HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, & al-Hakim]

3. SHADAQAH RAMADHAN 

☪️Shadaqah maupun berbagi di bulan ramadhan adalah salah satu amaliyah yang sangat ditekankan bagi seorang muslim yang mampu melakukannya. Bahkan Nabi termasuk dari orang yang paling dermawan saat bulan Ramadhan. Berdasarkan hadis dari Ibn Abbas RA yang berbunyi:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ (صحيح البخاري

➖Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi saat ramadhan, ketika dijumpai Jibril (as), yang mengunjungi beliau setiap malam dibulan ramadhan, dan mengajarkan beliau saw Alqur’an, maka sungguh Rasulullah saw lebih dermawan dalam berbuat baik daripada angin yang berhembus” 📙[HR. Bukhari]

☪️Sesungguhnya shadaqah bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk shadaqah di bulan ini adalah:

a. MEMBERI MAKAN 

Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam firman-Nya:

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا

➖ “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.”
📖 [QS. Al-Nisa: 8-12]

☪️Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan mendahulukannya atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam memberi makan ini kepada orang yang fakir.

☪️Rasullullah SAW bersabda, “Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat.”📙 [HR. Ahmad, Tirmidzi]

☪️Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, “Aku mengundang sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan Islmail.”

☪️Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha’i, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu ‘Anhum. Dan adalah Ibnu Umar, tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

☪️Ada juga sebagian ulama salaf lain yang memberi makan saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan melayani mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin Mubarak.

☪️Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat di masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun dengan sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan, dan jika tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya bersama orang-orang dan mereka makan bersamanya.

b. MEMBERI HIDANGAN BERBUKA BAGI ORANG PUASA 

☪️Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun.” [HR. Ahmad & Nasai]

☪️Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu ‘Anhu, ➖“Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya.”

4. MEMBACA AL-QUR’AN 

☪️Sebagaimana telah kami sebutkan pada artikel Kemuliaan Lailatul Qadar, salah satu kekhususan bulan ramadhan dibandingkan bulan lain adalah yaitu bulan dimana Al-Qur’an diturunkan, sehingga ada banyak keberkahan di dalamnya.

☪️Salah satu amalan yang dianjurkan untuk ditingkatkan adalah memperbanyak membaca al-Qur’an. Selain segala amallan kebajika dilipatgandakan di bulan ramadhan, membaca satu huruf dalam al-Qur’an akan diberikan sepuluh kebaikan, bahkan bagi yang terbata-bata diberikan dua pahala. berdasarkan dua hadis berikut:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

➖“Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala.”📙 [Hadits Muttafaq ‘Alaih]

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ آلم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

➖“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.”
📙(HR Tirmidzi ) 

5. DUDUK DI MASJID HINGGA MATAHARI TERBIT 

Salah satu kebiasaan nabi dalam kehidupan sehari-hari yaitu duduk di masjid hingga matahari terbit. Berdasarkan hadis: Rasulullah SAW, apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Juga hadis dari Anas RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

➖“Siapa shalat Shubuh dengan berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka’at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna.” 
📙[HR. Tirmidzi]

☪️Keutamaan berdiam diri di masjid hingga matahari terbit berlaku pada semua hari, lalu bagaimana jika dikerjakan selama bulan Ramadhan? Sudah barang tentu pahala yang didapatkan akan dilipatgandakan. Sudah selayaknya, agar kita mengoptimlkan salah satu keagungan ini dengan mengindari segala aktivitas malam yang dapat melalaikan untuk bangun di subuh hari.

6. I'TIKAFAKHIR RAMADHAN 

☪️Rasulullah SAW juga senantiasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari terakhir. Bahkan ditahun wafatnya, beliau beri’tikaf hingga 20 hari [HR. Bukhari & Muslim]. I’tikaf merupakan ibadah yang didalamnya terkumpul bermacam-macam ketaatan; baik berupa shalat, doa, dzikir, tadarrus, dan yang lainnya.

☪️Bagi yang tidak terbiasa mengerjakannnya akan terasa berat, namun ibadah ini akan dimudahkan oleh Allah SWT bagi yang berkinginan kuat untuk mengerjakannya. Maka, siapapun yang bertekad dan bersungguh-sung untuk mengerjakannya, pasti akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.

☪️Ibadah i’tikaf dianjurkan untuk dibiasakan setiap harinya di bulan ramadhan, Namun waktu paling utama untuk mengerjakannya yaitu 10 hari terkahir di bulan Ramadhan agar mendapati keagungan malam lailatul qadar.

☪️I’tikaf adalah aktivitas menyendiri yang disyariatkan oleh agama, karena seorang mu’takif (orang yang beri’tikaf) mengurung diri dalam rangka meningkatkan ketaatan kepada Allah dan melupakan sejenea dari aktivitas duniawi yang menyibukkan (baca: panduan i’tikaf). Mu’takif mengurung diri semata-mata untuk merenung, membersihkan diri, dan mengharap ridho Allah SWT.

7. UMRAH BULAN RAMADHAN 

☪️Umrah termasuk dalam sunnah Nabi yang dianjurkan untuk dikerjakan saat bulan Ramadhan, bahkan pahalanya setarah dengan ibadah haji. Berdasarkan hadis Nabi yang berbunyi:

عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ

➖“Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji.” [HR. Al-Bukhari & Muslim] dalam riwayat lain, “seperti haji bersamaku.” Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

☪️Meskipun ibadah umrah di bulan Ramadhan setara dengan pahala haji, namun hal ini tidak menggugurkan kewajiban haji bagi yang mampu melakukkannya.

8. MENGHIDUPKAN LAILATUL QADAR 

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

➖ “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” 
📖[QS. Al-Qadar: 1-3]

وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

➖“Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” 
📙[HR. Bukhari & Muslim]

☪️Rasulullah SAW berusaha mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk menantinya di tiap ramadhan. Nabi juga senantiasa membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar.

☪️Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara marfu’, “Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan datang.” (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)

➖. . . Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim. . .

☪️Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat tabi’in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan tinggikan kedudukannya.

☪️Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan ini. Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya, sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.

☪️Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka’ab Radhiyallahu ‘Anhu, “Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk shalat, yaitu malam ke-27.” Dan Ubai bersumpah atas itu dengan mengatakan, “Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh Ramadhan Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau.”

☪️Dari ‘Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, “Ucapkan:

اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

➖“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku.” 
📙(HR. Ahmad dan al-Tirmidzi)

9. MEMPERBANYAK DZIKIR, DO'A DAN ISTIGHFAR 

☪️Sesungguhnya malam dan siang merupakan waktu-waktu utama dan mulia sepanjang bulan Ramadhan, maka pergunakanlah waktu tersebut untuk memperbanyak doa, dzikir dan meminta ampunan. Khususnya pada waktu mustajab berdoa seperti 3 keadaaan berikut:

☪️Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.
Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan berfirman, “Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia.”
Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” 
📖(QS. Al-Dzaariyat: 18) 

☪️Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu)“. 📙[HR Ibnu Majah].

☪️Hadits diatas menegaskan kepada kita tentang urgensinya beribadah dengan ilmu. Bahkan salah satu syarat diterimanya ibadah adalah ittiba atau sesaui aturan dan sunnah Rasulullah SAW.

☪️Dalam kaitannya dengan puasa, sungguh ibadah ini mempunyai kekhususan dalam aturan fiqhnya yang berbeda dengan lainnya. Para ulama pun menjadikan bab puasa sebagai pembahasan khusus dalam kitab fiqh. Kita perlu mengkaji ulang, bertanya dan mempelajari apa-apa yang belum sepenuhnya kita yakini atau kita ketahui. Agar kita mampu menjalani ibadah ini dengan baik tanpa keraguan sedikitpun.

☪️Hal yang penting kita ketahui utamanya tentang apa-apa yang dibolehkan, apa-apa yang membatalkan, siapa saja yang boleh berbuka dan apa konsekuensinya. Mari kita sempatkan dalam hari-hari ini untuk kembali mengkaji fiqh seputar puasa. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah ilmu ibadah yang mulia.

MENJAGA PUASA AGAR PAHALANYA UTUH 

☪️Yang dimaksud menjaga puasa kita adalah upaya untuk menjadikan pahala puasa kita utuh. Dua cara yang harus kita lakukan dalam kaitannya dengan hal ini, yaitu menjalani sunnah-sunnah puasa, serta menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi pahala dan hikmah puasa.

☪️Adapun sunnah-sunnah puasa, antara lain adalah mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. Sunnah yang sederhana ini adalah bagian dari kemudahan dan keindahan syariat Islam. Kita diminta mengakhirkan sahur, sebagai persiapan untuk menjalani puasa seharian. Begitu pula kita diminta menyegerakan berbuka, sebagai kebutuhan fitrah manusia yang harus diperhatikan.

☪️Sunnah puasa lainnya adalah dengan berdoa sebelum dan saat berbuka, serta berbuka dengan seteguk air. Semoga sunnah yang sederhana ini bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan pahala puasa kita.

☪️Menjaga puasa juga dengan menjauhi segala sikap dan tindakan yang akan mengurangi keberkahan puasa kita, seperti : marah tiada guna, emosional, berdusta dalam perkataan, ghibah, maupun kemaksiatan secara umum. Hal-hal semacam di atas, selain dilarang secara umum bagi seorang muslim, juga akan mempengaruhi kualitas puasanya di hadapan Allah SWT.

☪️Jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita : Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja (HR An-Nasai)

☪️Mari kita mengambil pelajaran dari hadits di atas, untuk kemudian meniti hari-hari ramadhan kita dengan penuh kehati-hatian dan perhitungan. Siapapun kita tidak akan pernah rela jika hanya mendapat lapar dahaga saja di bulan mulia ini.

MENGHIAS PUASA DENGAN AMALIYAH RAMADHAN 

☪️Sesungguhnya ibadah dalam bulan Ramadhan bukan hanya puasa saja. Tetapi banyak ragam ibadah yang juga disyariatkan dalam bulan penuh berkah ini. Mari kita menghias Ramadhan dengan ibadah-ibadah mulia tersebut, agar ramadhan sebagai madrasah ketakwaan benarbenar hadir dalam hidup kita.

☪️Rasulullah SAW telah memberikan contoh pada kita bagaimana beliau menghias hati-hati Ramadhannya dengan: Tadarus Tilawah, memperbanyak sedekah, sholat tarawih, memberi hidangan berbuka, bahkan juga I’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang terakhir. Jika kita ingin merasakan Ramadhan yang berbeda dan begitu bermakna, tentu menjadi penting bagi kita untuk menghias Ramadhan kita dengan amal ibadah tersebut. Keberkahan Ramadhan akan begitu terasa paripurna dalam hati kita.

MENJAGA KEISTIQOMAHAN IBADAH HINGGA AKHIR RAMADHAN. 

☪️Bulan ramdhan dipenuhi banyak amalan yang sungguh akan melelahkan sebagian besar orang. Karenanya kita sering menjadi saksi bagaimana kaum muslimin ‘berguguran’ dalam perlombaan Ramadhan ini sebelum mencapai garis finishnya.

☪️Sholat tarawih di masjid mulai menyusut sedikit demi sedikit seiring berlalunya hari-hari awal Ramadhan. Karenanya, merupakan hal yang tidak bisa dibantah adalah jika kesuksesan Ramadhan bergantung dari keistiqomahan kita menjalani semua kebaikan di dalamnya hingga akhir Ramadhan tiba.

☪️Syariat kita yang indah pun seolah memberikan motivasi di ujung ramadhan, agar kita bertambah semangat dalam beribadah, yaitu dengan menurunkan malam lailatul qadar yang mulia. Rasulullah SAW pun menjalankan I’tikaf untuk menutup bulan keberkahan ini.

☪️Beliau juga bersungguh-sungguh di penghujung Ramadhan. Ibunda Aisyah menceritakan kepada kita: adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya 📙[HR Bukhori & Muslim]

☪️Jika seorang memahami maksud, hikmah dan manfaat dari apa yang dilakukan, maka tentulah ia akan menjalankannya dengan ringan dan senang hati. Maka begitu pula seorang yang berpuasa, ketika ia benar-benar mampu menghayati hikmah puasa, maka ibadah yang terlihat berat ini akan dijalani dengan penuh kekhusyukan dan hati yang ringan.

☪️Diantara hikmah puasa antara lain adalah: Menjadi madrasah ketakwaan dalam diri kita, sebagaimana isyarat Al-Quran ketika berbicara kewajiban puasa, yaitu la’allakum tattaqun .. agar supaya engkau bertakwa.

☪️Hikmah puasa yang lain adalah menggugurkan dosa-dosa kita yang terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat seputar keutamaan ibadah puasa Ramadhan.

☪️Hikmah puasa berikutnya tentu saja menjadikan kemuliaan tersendiri bagi yang menjalaninya saat hari kiamat nanti. Jangankan amal ibadahnya, bahkan bau mulut orang yang berpuasa pun menjadi tanda kemuliaan tersendiri di akhirat nanti. Subhanallah, Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa, lebih wangi di sisi Allah SWT dari aroma kesturi 📙[HR. Bukhori].

☪️Dengan memahami hikmah puasa ramadhan yang begitu besar dan mulia bagi diri kita, maka insya Allah membuat kita lebih semangat dalam menjalani hari-hari Ramadhan kita.


Baca juga :

Kamis, 25 Oktober 2018

SALAH FAHAM TENTANG MEMAHAMI TAWAKAL

۞﷽۞

SALAH FAHAM TENTANG MEMAHAMI TAWAKAL



Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


Sebagian orang ada yang salah paham dengan tawakal. Sebelumnya, perlu diketahui ada dua rukun tawakal:

1. Menempuh dan melakukan sebab/usaha

2. Berdoa memohon bantuan kepada Allah dan menyerahkan hasilnya kepada Allah serta ridha dengan apapun yang Allah takdirkan nanti

Ada dua sikap ekstrim (berlebihan) terkait tawakal:

Pertama: Tidak melakukan sebab atau usaha sama sekali

Inilah yang sering salah dipahami oleh sebagian orang, yaitu memahami tawakal dengan “pasrah” saja. Tidak melakukan sebab atau usaha dengan apapun.

Kedua: Melakukan sebab/usaha dengan sangat giat tetapi tidak memohon bantuan kepada Allah serta tidak menyerahkan hasilnya kepada Allah

Berikut pembahasannya:

Pertama: Tidak melakukan sebab sama sekali

Hal ini tidak dibenarkan, karena Allah telah menciptakan sebab dan akibatnya. Manusia harus menempuh sebab dan melakukan usaha untuk mendapatkan hasilnya nanti.

Perhatikan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai “tawakalnya burung”.

ﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻜُﻢْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺗَﻮَﻛُّﻠِﻪِ ﻟَﺮُﺯِﻗْﺘُﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﺮْﺯَﻕُ ﺍﻟﻄَّﻴْﺮُ ﺗَﻐْﺪُﻭ ﺧِﻤَﺎﺻًﺎ ﻭَﺗَﺮُﻭﺡُ ﺑِﻄَﺎﻧًﺎ

“Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ (HR.Tirmidzi, hasan shahih)

Seekor burung tidak tahu letak di mana biji-bijian dan makanan yang akan didapatkan, bisa jadi di tempat kemarin yang ia dapatkan, sekarang telah habis persediaan biji tersebut.

Yang penting bagi burung adalah:
1. Berusaha keluar sarang dulu, yang penting berusaha (tidak meninggalkan sebab dan usaha)

2. Tidak stress dulu di sangkar terlalu lama memikirkan nasibnya

3. Optimis dengan rezeki dari Allah, untuk memenuhi kebutuhannya

Syaikh Abdurrahman Al-Mubarakfuri menjelaskan,

ﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻜﺴﺐ ﺑﻞ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﺮﺯﻕ

“Hadits ini tidak menunjukkan bahwa kita harus meninggalkan usaha (menempuh sebab), akan tetapi menunjukkan agar melakukan usaha untuk mencari rezeki (Tuhfatul Ahwadzi, syaikh Al-mubarakfury)

Jadi menempuh sebab (melakukan usaha) itu juga penting dan diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah riwayat ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Wahai Rasulullah, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada Allah Azza wa Jalla ataukah saya lepas saja sambil bertawakal kepada-Nya ? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

إِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ

“Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakal !” (HR. At-Tirmidzi no. 2517, hasan)

Kedua: Melakukan sebab/usaha dengan sangat giat tetapi tidak memohon bantuan kepada Allah serta tidak menyerahkan hasilnya kepada Allah

Kita adalah seorang hamba Allah dan jangan sampai melupakan Allah sebagai pencipta kita dan yang memberikan kita kemampuan serta Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,

فالإلتفات الى الأسباب شرك فى التوحيد و محو الأسباب أن تكون أسبابا نقض فى العقل و الأعراض عن الأسباب المأمور بها قدح فى الشرع فعلى العبد أن يكون قلبه متعمدا على الله لا على سبب من الأسباب و الله ييسر له من الأسباب ما يصلحه فى الدنيا و الأخرة

“Mengandalkan (terlalu memperhatikan) sebab atau usaha itu menodai kemurnian tauhid. Tidak percaya bahwa sebab adalah sebab adalah tindakan merusak akal sehat. Tidak mau melakukan usaha atau sebab adalah celaan terhadap syariat (yang memerintahkannya). Hamba berkewajiban menjadikan hatinya bersandar kepada Allah, bukan bersandar kepada usaha semata. Allahlah yang memudahkannya untuk melakukan sebab yang akan mengantarkannya kepada kebaikan di dunia dan akherat” (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah 8/528)

Orang yang terlalu mengandalkan sebab atau usaha sangat berpotensi untuk stres dan depresi ketika ia tidak bisa mencapai target atau hasil yang ia inginkan, padahal ia sudah giat dan bersusah payah. Seorang yang bertawakal tidak akan stres atau depresi karena ia berbaik sangka kepada Allah. Apapun yang Allah takdirkan adalah yang terbaik bagi seorang hamba. Inilah menakjubkannya urusan seorang muslim sebagaimana dalam hadits.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَِحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat musibah, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya” (HR. Muslim)


Jumat, 12 Oktober 2018

JENIUS TAPI TIDAK PERCAYA ADANYA SANG PENCIPTA...??

۞﷽۞ 



Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


Bisa jadi ada seorang jenius dan pintar tapi tidak percaya ada Allah Maha Pencipta yang menciptakan alam semesta, padahal tanda-tanda keberadaan Allah ada itu sangat banyak.

Orang cerdas dan atheis itu tidak percaya adanya Allah karena terlalu mendewakan logika, padahal jika kita memakai logika, Allah Maha Pencipta itu ada. (mohon diingat, agama kita tidak berdalil dengan logika, tetapi berdalil dengan Al-Quran dan hadits. Logika hanya mendukung saja, karena logika manusia terbatas dan tentunya logika manusia yang berjiwa hanif)

Kami contohnya logikanya :

1. Mengharuskan ada “yang lebih besar yang menciptakan”

Misalnya ketika mendefinisikan apa maksudnya kata “rumah”, maka penjelasannya:

“Rumah itu adalah tempat tinggal”

Lalu siapa yang menciptakan dan memberikan kata definisi kata:
“Itu” , “adalah”, dan “tempat tinggal”

Ketika definisikan tentu akan ada definisi lagi, dan tentu akan ada definisi lagi dan seterusnya. Ujungnya harus ada yang Maha Menciptakan

Kemudian akan muncul pertanyaan:
“Siapa yang menciptakan Allah/Maha Pencipta?”

Pertanyaan ini jelas salah secara logika:
Karena ini “pertanyaannya yang salah”

Sebagaimana bentuk “pertanyaan yang salah” lainnya:
“Kapan ayah melahirkan?”

Yang namanya ayah tidak melahirkan, ini pertanyaannya sudah salah

Nah, demikian juga yang namanya Maha pencipta itu yang menciptakan dan tidak diciptakan

⚠️ Karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita mengikuti pertanyaan salah ini dan memerintahkan kita segera berlindung kepada Allah dan berhenti membahas.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ﻳﺄﺗﻲ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥُ ﺃﺣﺪَﻛﻢ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﻣﻦ ﺧﻠﻖ ﻛﺬﺍ ﻭﻛﺬﺍ ؟ ﺣﺘﻰ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺧﻠﻖ ﺭﺑَّﻚ ؟ ﻓﺈﺫﺍ ﺑﻠﻎ ﺫﻟﻚ ﻓﻠﻴﺴﺘﻌﺬ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﻟﻴﻨﺘﻪ

“Setan akan datang kepada salah seorang dari kalian lalu bertanya, ‘Siapa yang menciptakan ini dan itu? Hingga akhirnya dia akan bertanya siapa yang menciptakan tuhanmu? Jika hal itu terjadi, hendaknya dia berlindung kepada Allah dan sudahilah (jangan turuti menjawab pertanyaannya).”
(HR. Muslim)

2. Yang namanya logika manusia terbatas dengan apa yang dia ketahui saat ini. Tidak semua logika manusia bisa memahami segalanya terkait ketuhanan dan wahyu.

Misalnya di zaman dahulu, orang mengatakan:
-Mustahil ada besi terbang
-Mustahil semalam saja bisa pergi dari dari Indonesia ke Mekkah hanya semalam saja
-Mustahil ada orang bisa berbicara “video call” dari jarak jauh hanya dengan kotak kecil gepeng (HP).

Orang dahulu mengatakan ini tidak masuk logika saya dan mereka tidak percaya.

Nah begitu juga sekarang dan hari ini di dunia kita hidup sekarang.

Yang terpenting dan yang utama dan kita pakai untuk berhujjah adalah dalil Al-Quran dan Sunnah yang sangat banyak tentang keberadaan Allah Maha Pencipta. Yaitu dengan ayat-ayat yang berada di dunia-langit dan alam semesta yang berupa pengaturan planet, bintang, matahari dan bulan serta pengaturan sel-sel tubuh yang luar biasa.

Allah berfirman,

ﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺧَﻠْﻖِ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻑِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻭَﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ ﻟَﺂﻳَﺎﺕٍ ﻟِﺄُﻭﻟِﻲ ﺍﻟْﺄَﻟْﺒَﺎﺏِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺬْﻛُﺮُﻭﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗِﻴَﺎﻣًﺎ ﻭَﻗُﻌُﻮﺩًﺍ ﻭَﻋَﻠَﻰٰ ﺟُﻨُﻮﺑِﻬِﻢْ ﻭَﻳَﺘَﻔَﻜَّﺮُﻭﻥَ ﻓِﻲ ﺧَﻠْﻖِ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖَ ﻫَٰﺬَﺍ ﺑَﺎﻃِﻠًﺎ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﻓَﻘِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
[Ali ‘Imran/3:190-191]

Contoh lagi tantangan dari Maha Pencipta bagi manusia yang paling pintar di muka bumi dan silahkan mereka saling mendukung, yaitu tantangan untuk membuat semisal Al-Quran.

Allah berfirman,

ﻗُﻞْ ﻟَﺌِﻦِ ﺍﺟْﺘَﻤَﻌَﺖِ ﺍﻟْﺈِﻧْﺲُ ﻭَﺍﻟْﺠِﻦُّ ﻋَﻠَﻰٰ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑِﻤِﺜْﻞِ ﻫَٰﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻟَﺎ ﻳَﺄْﺗُﻮﻥَ ﺑِﻤِﺜْﻠِﻪِ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﻟِﺒَﻌْﺾٍ ﻇَﻬِﻴﺮًﺍ

Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.
[ al-Isra’/17:88]

Bahkan tantangan membuat satu surat pendek saja.

Allah berfirman,

ﻭَﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻫَٰﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﺃَﻥْ ﻳُﻔْﺘَﺮَﻯٰ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟَٰﻜِﻦْ ﺗَﺼْﺪِﻳﻖَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻭَﺗَﻔْﺼِﻴﻞَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻟَﺎ ﺭَﻳْﺐَ ﻓِﻴﻪِ ﻣِﻦْ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦ ﴿٣٧﴾ ﺃَﻡْ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺍﻓْﺘَﺮَﺍﻩُ ۖ ﻗُﻞْ ﻓَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑِﺴُﻮﺭَﺓٍ ﻣِﺜْﻠِﻪِ ﻭَﺍﺩْﻋُﻮﺍ ﻣَﻦِ ﺍﺳْﺘَﻄَﻌْﺘُﻢْ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺻَﺎﺩِﻗِﻴﻦَ

Tidaklah mungkin al-Qur’an ini dibuat oleh selain Allâh ; akan tetapi (al-Qur’ân itu) membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat semisalnya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.”
[ Yunus/10: 37- 3]

Sampai sekarang tidak ada yang bisa membuat semisal Al-Quran berupa keindahan bahasa serta ajaran hikmah di dalamnya.

Dan masih banyak dalil-dalil lainnya

_

(✒️ : Raehanul Bahraen)


Kamis, 20 September 2018

KEHEBATAN TAUHID, MENGHAPUS SEMUA DOSA

۞﷽۞

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


Apa rahasia kehebatan tauhid, sehingga mampu menghapus segala dosa, sebesar apapun ? Seorang Umar bin Khathab Radhiyallahu anhu misalnya, tokoh yang sebelum masuk Islam terkenal paling menentang ajaran Islam dan terkenal dengan kekafirannya serta pernah mengubur putrinya hidup-hidup. Namun dengan masuk Islam, mentauhidkan peribadatan hanya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala saja, maka terhapuslah segala dosa dan kesalahannya yang menggunung. Bahkan menjadi tokoh paling mulia di sisi Allâh sesudah Abu Bakar Radhiyallahu anhu.

Apalagi jika kesalahan seseorang lebih kecil, tentu akan lebih mudah terhapus dengan tauhid. Bahkan jika kesalahan serta kekufurannya lebih besar dari Umar Radhiyallahu anhu sekalipun, tetap semua itu akan hapus dan sirna dengan tauhid.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“…وَمَنْ لَقِيَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيْئَةً لاَيُشْرِكُ بِي شَيْئًا، لَقِيْتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً” رواه مسلم

Allâh Azza wa Jalla berfirman, “…Dan barangsiapa menjumpai-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Aku, maka Aku akan menjumpainya dengan ampunan yang sepenuh bumi pula”. [HR. Muslim][1] .

Dalam Sunan Tirmidzi, dari Anas Radhiyallahu anhu , beliau mengatakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allâh Tabaraka wa Ta’ala berfirman :

يَاابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَتُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika engkau datang menghadap kepada-Ku dengan membawa kesalahan-kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang kepada-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Ku, maka Aku akan datang kepadanya dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula[2].

Syaikh Abdur Rahman bin Hasan al asy-Syaikh (wafat th. 1285 H) menyebutkan bahwa al-Hâfizh Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang datang dengan membawa tauhid (kepada Allâh), meskipun memiliki kesalahan sepenuh bumi, niscaya Allâh akan menemuinya dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula”[3]

Maksudnya, hadits di atas menegaskan bahwa siapa yang bertauhid dengan sempurna, maka bisa mendapat ampunan dari dosa-dosanya meskipun dosa-dosa itu memenuhi bumi. Bukan hanya itu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa orang yang sempurna tauhidnya, tidak akan diadzab oleh Allâh di akhirat.

Dalam hadits Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu tentang hak dan kewajiban hamba kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ وَلاَيُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئاً، وَحَقُّ الْعِباَدِ عَلَى اللهِ : أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً. قُلْتُ: ياَرَسُوْلَ اللهِ، أَفَلاَ أُبَشِّر الناَّسَ؟ قَالَ : لاَتُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوْا. أخرجاه

Hak Allâh yang menjadi kewajiban para hamba ialah agar mereka beribadah kepada Allâh saja dan tidak mempersekutukan sesuatupun (syirik) dengan Allâh. Sedangkan hak hamba yang akan diperoleh dari Allâh ialah bahwa Allâh tidak akan mengadzab siapapun yang tidak mempersekutukan (syirik) sesuatu dengan Allâh.” Aku (mu’adz) berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, tidakkah kabar gembira ini aku sampaikan kepada orang banyak ?’ Beliau menjawab, “Jangan engkau kabarkan kepada mereka, sebab mereka akan bergantung (dengan mengatakan: yang penting tidak syirik-pen) [HR. Bukhari dan Muslim][4]

Hadits ini menunjukkan, orang yang sama sekali tidak berbuat syirik dalam beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , ia tidak akan di adzab.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula :

مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَابْنُ أَمَتِهِ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ، وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ الله مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ(وفى رواية: أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ). أخرجاه

Siapa yang berkata: Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allâh saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, juga bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allâh dan anak hamba (perempuan) Allâh, ia adalah manusia yang dicipta dengan kalimat-Nya, lalu dimasukkan ke dalam diri Maryam, dan ia adalah ruh yang dicipta oleh Allâh. Juga bersaksi bahwa sorga adalah benar adanya, dan nerakapun benar adanya, maka Allâh pasti akan memasukannya ke dalam sorga, melalui pintu mana saja yang dia kehendaki dari pintu-pintunya yang delapan. (Dalam riwayat lain: maka Allâh pasti akan memasukannya ke dalam sorga, sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukannya). [HR. Bukhari dan Muslim][5]

Masih banyak nash lain yang menceritakan kehebatan tauhid. Apa Rahasianya?
Di sini perlu dikaji beberapa hal di antaranya:

 PENGERTIAN TAUHID

Tauhid ialah meng-Esakan Allâh Azza wa Jalla dengan hanya memberikan peribadatan kepada-Nya saja.[6] Artinya, agar orang beribadah (menyembah) hanya kepada Allâh Azza wa Jalla saja serta tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya (tidak syirik kepada-Nya). Dia beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla dengan mencurahkan kecintaan, pengagungan, harapan dan rasa cemas.[7]

Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimîn rahimahullah menerangkan bahwa kata tauhid merupakan mashdar dari wahhada, yuwahhidu, artinya menjadikan sesuatu menjadi satu-satunya. Dan ini tidak akan terjadi kecuali dengan menggabungkan antara nafi (peniadaan) dan itsbât (penetapan). Meniadakan (peribadatan) dari selain yang di Esakan, serta menetapkan (peribadatan) hanya pada yang di Esakan.[8]

Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tauhid yang di bawa Rasul Allâh sebagai ajarannya tidak lain berisi penetapan bahwa sifat Uluhiyah (berhak disembah) hanyalah milik Allâh Azza wa Jalla saja. Yaitu, ikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allâh Azza wa Jalla , tidak ada yang boleh diibadahi kecuali Dia, tidak diserahkan sikap tawakal kecuali hanya kepada-Nya, tidak ada kecintaan kecuali karena-Nya, tidak dilakukan permusuhan kecuali karena-Nya dan tidak dilakukan amal perbuatan kecuali dalam rangka ridha-Nya. Dan itu semua mencakup penetapan nama-nama serta sifat-sifat-Nya sesuai dengan apa yang telah Dia tetapkannya sendiri bagi diriNya”.[9]

Selanjutnya beliau rahimahullah mengatakan, “Bukanlah tauhid yang dimaksud sekedar Tauhid Rububiyah. Yaitu meyakini bahwa Allâh adalah pencipta alam semesta satu-satunya”.[10]

Itulah hakikat tauhid yang menjadi intisari dakwah serta ajaran setiap Rasul Allâh, yaitu yang berisi dua hal pokok: Pertama, penolakan terhadap setiap sesembahan selain Allâh, dan kedua, penetapan bahwa sesembahan yang benar hanyalah Allâh Azza wa Jalla saja.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada setiap umat untuk menyeru kepada umat masing-masing, “Beribadahlah kalian kepada Allâh saja, dan jauhilah thaghut. [an-Nahl/16:36]

Dan banyak firman Allâh yang senada dengan ayat ini.

 TUJUAN DICIPTAKANNYA MANUSIA

Adalah sangat naif dan dangkal jika orang berprasangka bahwa hidup di dunia ini hanyalah untuk tujuan dunia, untuk membangun dunia dengan segala gebyar serta teknologinya, dan untuk melakukan kebaikan-kebaikan duniawi hanya demi kebaikan serta kesejahteraan dunia.

Orang hidup pasti akan mati dan meninggalkan dunia fana ini menuju kehidupan lain. Dan pasti akan ada pertanggung jawaban dalam kehidupan lain itu. Karenanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, bahwa hidup di dunia ini memiliki tujuan agung yang bukan sekedar hidup, kemudian mati, lalu selesai. Tujuan agung itu adalah peribadatan kepada Allâh Azza wa Jalla . Firman-Nya :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu. [adz-Dzariyât/51:56]

Ibadah yang dimaksud adalah ibadah murni yang tidak terkotori dengan peribadatan kepada selain Allâh Azza wa Jalla . Jika seseorang dalam peribadatannya melakukan perbuatan syirik, mempersekutukan makhluk dengan Allâh, maka pasti Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan murka dan tidak akan ridha.[11]

Di antara dalilnya ialah, firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersukutukan) kepadaNya, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allâh, maka sungguh, dia telah mengadakan dosa yang sangat besar. [an-Nisâ’/4:48]

Juga firman-Nya :

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya (dosa) syirik (mempersekutukan Allâh), benar-benar merupakan kezaliman yang sangat besar. [Luqmân/31:13]

Demikian pula firman-Nya :

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allâh, maka janganlah kamu memohon di dalamnya kepada siapapun, di samping kepada Allâh. [al-Jin/72:18]

Jadi, bagaimana mungkin Allâh Azza wa Jalla tidak murka jika Dia Yang Maha Perkasa dan Sempurna disejajarkan dengan makhluk-Nya yang serba lemah dan kurang. Karena itulah, larangan terbesar dalam Islam adalah syirik. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

Dan beribadahlah kepada Allâh dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun [An-Nisâ/4:36]

Demikian juga maksud diturunkannya kitab-kitab Allâh Azza wa Jalla serta diutusnya para rasul ialah agar para manusia beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla saja.[12] Dalilnya sangat banyak, di antaranya firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”. [Al-Anbiya’/21:25]

Nah, agar orang tidak kecewa kelak dalam kehidupan di alam lain, ia harus tunduk pada aturan yang ditetapkan oleh Penciptanya. Dan Penciptanya ini telah menunjuk utusan kepercayaan-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya. Ia adalah Rasûlullâh, utusan-Nya.

 BAGAIMANA CARA BERTAUHID?

Adalah jelas bahwa Islam dibangun berdasarkan pondasi tauhid.[13] Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

قُلْ إِنَّمَا يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwasanya sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa, maka apakah kamu telah Islam (berserah diri) kepada-Nya”? [al-Anbiyâ’/21:108]

Maka agar keislaman seseorang itu benar dan diterima di sisi Allâh Azza wa Jalla , ia harus bertauhid dengan benar, yaitu hanya memberikan peribadatan kepada Allâh Azza wa Jalla dengan ikhlas dan tidak memberikan sedikitpun dari macam-macam ibadah kepada selain Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allâh Subhanahu wa Ta’ala , hal-hal yang hanya menjadi kekuasaan Allâh untuk memberinya; tidak kepada malaikat, tidak kepada Nabi, tidak kepada wali, tidak kepada ‘orang pintar’, tidak kepada pohon, batu, matahari, bulan, kuburan dan lain sebagainya.[14]

Jadi dalam bertauhid, orang harus menolak dan menyingkiri segala yang disembah selain Allâh Azza wa Jalla , dan hanya mengakui, menetapkan serta menjalankan bahwa peribadatan hanya merupakan hak Allâh saja, Pencipta alam semesta.

Bertauhid bukan sekedar mengikrarkan bahwa Allâh adalah satu-satunya Pencipta, Pemberi rizki, Pengatur serta Pemilik alam semesta. Sebab tauhid semacam ini telah diikrarkan pula oleh kaum musyrikin Arab pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[15] Tetapi bertauhid harus direalisasikan dengan memberikan peribadatan hanya kepada Allâh Azza wa Jalla , permohonan, doa dan kegiatan-kegiatan lain yang semakna, hanya kepada Allâh saja.

Dengan demikian, agar tauhid berfungsi menghapus segala dosa dan menghalangi masuk neraka, maka seseorang harus memurnikan tauhidnya kepada Allâh Azza wa Jalla serta berupaya menyempurnakannya. Ia harus memenuhi syarat-syarat tauhid, baik dengan hati, lidah maupun anggauta badannya. Atau minimal dengan hati dan lidahnya pada saat meninggal dunia.[16]

Intinya, menyerahkan peribadatan, kehidupan dan kematian hanya kepada Allâh, meninggalkan segala bentuk kemusyrikan serta segala pintu yang dapat menjerumuskan ke dalam kemusyrikan, sebagaimana telah diterangkan dalam ayat-ayat atau hadits-hadits di atas.

Demikian secara sangat ringkas gambaran tentang kehebatan tauhid yang memiliki daya hapus luar biasa terhadap dosa-dosa. Karena itu mengapa orang tidak tertarik memanfaatkan kesempatan ini ? yaitu dengan bertaubat, kembali bertauhid serta memurnikan tauhidnya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala ? Dan mengapa tidak takut kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala ?

Perlu disadari oleh setiap insan, bahwa kelak masing-masing akan datang sendiri dan mempertanggung jawabkan dirinya sendiri dihadapan Allâh yang Maha adil keputusan hukumNya.

وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا

Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allâh sendiri-sendiri pada hari Kiamat. [Maryam/19:95]


( Oleh Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin)

______________
REFERENSI
1. Fathul Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri
2. Shahîh Muslim Bisyarhi an-Nawawi, Tahqîq wa Takhrîj: ‘Ishâm ash-Shababithiy Hazim Muhammad dan ‘Imad ‘Amir. Daar al-Hadits, Kairo, cet. III, 1419 H/1998 M
3. Shahîh Muslim Syarh an-Nawawi, Tahqiq : Khalail Ma’mun Syiha
4. Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma’ârif, Riyâdh, cet. I dari terbitan terbaru,
5. Dar’u Ta’ârudh al-‘Aql wa an-Naql, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tahqiq: Iyad bin Abdul Lathif bin Ibrahim al-Qaisy, Maktabah ar-Rusyd, cet.I, 1427 H/2006 M.
6. Fathul Majîd Syarh Kitâbit Tauhîd, Tahqiq: Dr. Al-Walid bin Abdur Rahman Aal Fariyyan, Dar ‘Alam al-Fawa’id, cet. VI, 1420 H.
7. Taqrib at-Tadmuriyah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, I’dad & takhrij: Sayyid Abbas bin Ali al-Julaimi, Maktabah as-Sunnah, Kairo, cet I, 1413 H/1992 M
8. Syarh Kasyfi asy-Syubuhat wa yalihi Syarh al-Ushul as-Sittah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, I’dad : Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Dar ats-Tsurayya, cet. IV, 1426 H/2005 M
9. Syarh Tsalatsati al-Ushul, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, I’dad: Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Daar ats-Tsurayya, cet. III, 1417 H/1997 M

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
___
Footnote
[1]. Lihat Shahih Muslim Bisyarhi an-Nawawi, Tahqîq wa Takhrîj: ‘Ishâm ash-Shababithiy, Hazim Muhammad dan ‘Imad ‘Amir. Dâr al-Hadîts, Kairo, cet. III, 1419 H/1998 M, IX/16, no. 2687. Atau Tahqiq : Khalil Ma’mun Syiha: XVIII/15, no. 6774
[2]. Lihat Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma’ârif, Riyâdh, cet. I dari terbitan terbaru, 1420 H/2000 M. III/455, no. 3540
[3]. Lihat Fathu al-Majîd Syarh Kitâb at-Tauhîd, Tahqiq: Dr. al-Walîd bin Abdurrahmân Aal Fariyyan, Dar ‘Alam al-Fawâ’id, cet. VI, 1420 H. I/151
[4]. Lihat Fathul Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri I/226-227, no. 128, 129 dll, juga Shahîh Muslim Syarh an-Nawawi, Khalil Ma’mûn Syiha, I/177-178, no. 143
[5]. Lihat Fathul Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri VI/474, no. 3435 dan Shahîh Muslim Syarh an-Nawawi, Khalil Ma’mun Syiha, I/173-174, no. 139, 140.
[6]. Demikian Syaikh Muhammad bin Badul Wahhab memberikan definisi kaitannya dengan Tauhid Uluhiyah. Lihat Syarh Kasyfisy Syubuhat wa yalihi Syarh al-Ushulis Sittah, Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin t , I’dad : Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Dar ats-Tsurayya, cet. IV, 1426 H/2005 M, hlm. 20, matan.
[7]. Ibid. Pada bagian penjelasan Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin t
[8]. Ibid. Syarah
[9]. Lihat Dar’u Ta’ârudh al-‘Aql wa an-Naql, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tahqiq: Iyad bin Abdul Lathif bin Ibrahim al-Qaisy, Maktabah ar-Rusyd, cet.I, 1427 H/2006 M. I/186
[10]. Ibid. hlm. 187
[11]. Lihat perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab t dalam al-Ushûl ats Tsalâtsah. Dalam Syarh Tsalâtsati al-Ushûl, karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin trahimahullah, terdapat pada hlm. 33. I’dad: Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Daar ats-Tsurayya, cet. III, 1417 H/1997 M
[12]. Lihat Taqrib at-Tadmuriyah, Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin, I’dad & takhrij: Sayyid Abbas bin Ali al-Julaimi, Maktabah as-Sunnah, Kairo, cet I, 1413 H/1992, hlm. 119
[13]. Ibid, hlm.110
[14]. Ibid. 112
[15]. Ibid. 110
[16]. Lihat Fathul Majîd Syarh Kitâbit Tauhîd, op.cit. I/151


Jumat, 22 Juni 2018

MENGGAPAI RIDHO ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" MENGGAPAI RIDHA ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA " 
•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

===================================

🔘Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

🔘Seperti tersurat dalam surat al-Israa’ ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman :

ﻭَﻗَﻀَﻰٰ ﺭَﺑُّﻚَ ﺃَﻟَّﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻭَﺑِﺎﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ ﺇِﺣْﺴَﺎﻧًﺎ ۚ ﺇِﻣَّﺎ ﻳَﺒْﻠُﻐَﻦَّ ﻋِﻨْﺪَﻙَ ﺍﻟْﻜِﺒَﺮَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﺃَﻭْ ﻛِﻠَﺎﻫُﻤَﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻘُﻞْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺃُﻑٍّ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨْﻬَﺮْﻫُﻤَﺎ ﻭَﻗُﻞْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﻗَﻮْﻟًﺎ ﻛَﺮِﻳﻤًﺎ ﻭَﺍﺧْﻔِﺾْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺟَﻨَﺎﺡَ ﺍﻟﺬُّﻝِّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﻭَﻗُﻞْ ﺭَﺏِّ ﺍﺭْﺣَﻤْﻬُﻤَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺭَﺑَّﻴَﺎﻧِﻲ ﺻَﻐِﻴﺮًﺍ

➖“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. 
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” 
📖[QS. Al-Israa’ : 23-24]

🔘Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36 :

ﻭَﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺸْﺮِﻛُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﺷَﻴْﺌًﺎ ۖ ﻭَﺑِﺎﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ ﺇِﺣْﺴَﺎﻧًﺎ ﻭَﺑِﺬِﻱ ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰٰ ﻭَﺍﻟْﻴَﺘَﺎﻣَﻰٰ ﻭَﺍﻟْﻤَﺴَﺎﻛِﻴﻦِ ﻭَﺍﻟْﺠَﺎﺭِ ﺫِﻱ ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰٰ ﻭَﺍﻟْﺠَﺎﺭِ ﺍﻟْﺠُﻨُﺐِ ﻭَﺍﻟﺼَّﺎﺣِﺐِ ﺑِﺎﻟْﺠَﻨْﺐِ ﻭَﺍﺑْﻦِ ﺍﻟﺴَّﺒِﻴﻞِ ﻭَﻣَﺎ ﻣَﻠَﻜَﺖْ ﺃَﻳْﻤَﺎﻧُﻜُﻢْ ۗ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺨْﺘَﺎﻟًﺎ ﻓَﺨُﻮﺭًﺍ

➖“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” 
📖[An-Nisaa’ : 36]

🔘Dalam surat al-‘Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang kafir jika mereka mengajak kepada kekafiran :

ﻭَﻭَﺻَّﻴْﻨَﺎ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥَ ﺑِﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻪِ ﺣُﺴْﻨًﺎ ۖ ﻭَﺇِﻥْ ﺟَﺎﻫَﺪَﺍﻙَ ﻟِﺘُﺸْﺮِﻙَ ﺑِﻲ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻚَ ﺑِﻪِ ﻋِﻠْﻢٌ ﻓَﻠَﺎ ﺗُﻄِﻌْﻬُﻤَﺎ ۚ ﺇِﻟَﻲَّ ﻣَﺮْﺟِﻌُﻜُﻢْ ﻓَﺄُﻧَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ

➖“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” 
📖[Al-‘Ankabuut (29) : 8] 

KEUTAMAAN BERBAKTI PADA ORANG TUA DAN PAHALANYA

1️⃣. Merupakan Amal Yang Paling Utama
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.

ﺳَﺄَﻟْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻱُّ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞِ ﺃَﻓْﻀَﻞُ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍَﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﻗْﺘِﻬَﺎ، ﻗَﺎﻝَ ﻗُﻠْﺖُ ﺛُﻢَّ ﺃَﻱُّ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺑِﺮُّﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻗُﻠْﺖُ ﺛُﻢَّ ﺃَﻱُّ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍﻟْﺠِﻬَﺎﺩُ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ

➖ “Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab : ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ [2]

2️⃣. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua

Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan :

ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑْﻦِ ﻋَﻤْﺮِﻭ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﻌَﺎﺹِ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ : ﺭِﺿَﺎ ﺍﻟﺮَّﺏِّ ﻓِﻲ ﺭِﺿَﺎ ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪِ، ﻭَﺳُﺨْﻂُ ﺍﻟﺮَّﺏِّ ﻓِﻲ ﺳُﺨْﻂِ ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪِ

➖ “Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” [3]

3️⃣. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami

4️⃣. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur
Sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

ﻣَﻦْ ﺃَﺣَﺐَّ ﺃَﻥْ ﻳُﺒْﺴَﻂَ ﻓِﻲ ﺭِﺯْﻗِﻪِ ﻭَﻳُﻨْﺴَﺄَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺃَﺛَﺮِﻩِ ﻓَﻠْﻴَﺼِﻞْ ﺭَﺣِﻤَﻪُ

➖ “Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya.” [4]

5️⃣. Akan Dimasukkan Ke Surga Oleh Allah ‘Azza wa JallaM

Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. 

ORANG TUA KITA , PINTU SURGA KITA 

🔘Rasulullah Shallallahu 'alahi wa sallam bersabda :

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

➖ “Orang tua adalah pertengahan pintu surga. Jika mau, engkau bisa menyia-nyiakannya. Jika tidak, maka jagalah untuk mendapat tersebut.” 
📙(HR. Tirmidzi no. 1900 dan Ibnu Majah no. 3663, shahih)

🔘Do’akan kedua orang tua :

ﺭَﺏِّ ﺍﺭْﺣَﻤْﻬُﻤَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺭَﺑَّﻴَﺎﻧِﻲ ﺻَﻐِﻴْﺮًﺍ

➖ “Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil.”

Aamiin
                            بَارَكَ اللَّه فِيْك
____________________________________________

📚#Footnote :

[1]. Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu-bapaknya.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 527), Muslim dalam Kitabul Iman (no. 85), an-Nasa-i (I/292-293), at-Tirmidzi (no. 173), ad-Darimi (I/278), Ahmad (I/351, 409, 410, 439).
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 2), Ibnu Hibban (no. 2026 al-Mawaarid), at-Tirmidzi (no. 1899), al-Hakim (IV/151-152)
[4]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5985, 5986), Muslim (no. 2557), Abu Dawud (no. 1693), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu.