Senin, 03 Agustus 2020

PERANG BADAR "TEWASNYA PARA PENGHINA RASULULLAH" "313 MUSLIM MENGALAHKAN 1000 KAUM KAFIR"

                                ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
             ๐Ÿด๐Ÿซ PERANG BADAR ๐Ÿซ๐Ÿด
"TEWASNYA PARA PENGHINA RASULULLAH" 
"313 MUSLIM MENGALAHKAN 1000 KAUM KAFIR"
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mempunyai 313 pasukan, sedangkan kaum kafir mempunyai 1.300 tentara. 
Di dalam 313 pasukan kaum muslimin hanya terdapat dua ekor kuda, sedangkan dalam tentara musuh terdapat lebih dari 200 kuda. 
Pasukan muslimin mempunyai 70 onta untuk 313 pasukan, sedangkan kaum kafir mempunyai lebih dari 1.000 onta.

Pertanyaannya, apakah jumlah itu seimbang?

Abu Bakar Ash-Shiddiq lantas berdiri dan berkata dengan lantang, 
"Wahai Rasulullah... 
Pergilah!!! 
Kami senantiasa berada di belakangmu."

Kemudian menuyusul Umar bin Khattab, ia berkata, "Wahai Muhammad!!! 
Pergilah...!!! 
Kami berada di belakangmu."

Mendengar ungkapan dari para sahabat, maka Rasulillah SAW melangkahkan kaki keluar dari tendanya. 
Beliau menengadah ke langit lalu berseru, "Allahuakbar....!!! 
Jibril bersama 3.000 Malaikat turun untuk membantu orang-orang yang beriman."

1433 tahun yang lalu di bulan Ramadhan, tepat hari ke-17 Ramadhan, adalah terjadinya perang yang besar, perang Badar. 
Perang besar yang Allah telah jelaskan sebagai pertempuran furqan, pembeda antara yang haq dengan yang bathil.

Perang ini dimulai ketika Nabi Muhammad mendengar kabar bahwa Abu Sufyan telah memimpin sebuah karavan besar dengan ratusan onta. 
Maka Rasul memutuskan untuk menghadang rombongan yang hendak menyuplai orang-orang Quraisy yang sebelumnya telah merampas hak-hak kaum muslim.

Nabi Muhammad segera keluar Madinah bersama beberapa rombongan sahabat, 313 sahabat yang beriman. 
313 sahabat dengan perlengkapan seadanya, hanya beberapa orang saja yang bersenjatakan lengkap.

Di lain sisi, Abu Sufyan yang terkenal cerdik telah mendengar berita penghadangan ini. 
Maka Abu Sufyan segera mengutus beberapa orang untuk menemui kaum Quraisy agar menyerang kaum muslimin. 
Maka, Abu Jahal dengan rasa benci yang terlalu tinggi terhadap Muhammad dan Islam segera menyiapkan 1.300 orang untuk menyerang Muhammad.

Sebenarnya, Abu Sufyan sudah berhasil lolos dari hadangan pasukan muslimin. 
Dan Abu Sufyan juga sudah mengirim utusan kepada Abu Jahal untuk menarik pasukannya kembali ke Makkah (yang kembali ke Makkah berjumlah 300 orang), tapi Abu Jahal ingin tetap berperang melawan Muhammad.

Di sinilah Rasul mendengar berita bahwa Abu Sufyan telah berhasil lolos, dan di hadapan kaum muslim justru ada pasukan yang dipimpin Abu Jahal dengan jumlah yang tak seimbang. 
Rasullulah segera mengumpulkan para sahabat, lalu beliau bersabda, 
"Aku menjanjikan kepada kalian bahwa kita akan keluar dan menyerang karavan Abu Sufyan dan mengganti kerugian kita ketika di Makkah dan kembali dengan ghanimah ke Madinah, tapi seperti yang kalian ketahui bahwa Abu Sufyan berhasil lolos melewati rute yang lain untuk menuju Makkah. 
Dan sekarang kaum Quraisy telah keluar dengan 1.000 pasukan untuk menghadapi dan memerangi kalian, jadi pendapat kalian?"

Lihatlah bahwa Rasulillah dan para sahabat tidak siap untuk menghadapi 1.000 pasukan yang dipimpin oleh Abu Jahal.

Diskusi terus berlanjut, dan Rasul kembali bersabda,
 "Aku menjanjikan kepada kalian satu hal, tapi sekarang menjadi perang dengan orang-orang yang jumlahnya tiga sampai empat kali lipat jumlah kita, dan mereka lebih siap dari kita. 
Jadi bagaimana menurut kalian?"

Setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab menyampaikan pendapatnya, maka giliran Al-Miqdad bin Aswad berdiri dan ia berkata, 
"Wahai Rasulillah...!!!
Apakah Rasulullah pikir kami akan berkata padamu apa yang dikatakan Bani Israel kepada Musa, ketika Musa memerintah mereka untuk memasuki Yerusalem, maka Bani Israel berkata kepada Musa, 'Kau dan Tuhanmu pergilah. 
Kami akan tetap di sini.'"

Al Miqdad terdiam sejenak dan ia tetap berdiri di tengah-tengah kerumunan para sahabat, lantas ia melanjutkan perkataannya, 
"Ya Rasulullah...!!! 
Kami tidak akan mengatakan seperti perkataan dari Bani Israel. 
Kami akan berkata padamu, 'Kau dan Tuhanmu pergilah. Kami akan ikut bersamamu.'"

Abu Bakar, Umar, dan Al-Miqdad adalah tiga sosok pemimpin dari Muhajirin, dari orang-orang yang berhijrah. 
Sedangkan dari 313 pasukan tersebut mayoritas berasal dari kaum Anshar Madinah. 
Maka Rasulillah dengan kebijaksanaannya ingin mendengar pendapat dari kaum Anshar. 
Beliau bertanya kepada mereka, 
"Katakanlah apa yang kalian pikirkan. 
Berilah aku saran. Katakan!!!"

Giliran Sa'ad bin Mu'adh, seoarang pemimpin dari kaum Anshar. 
Siapa yang tidak mengenal beliau, beliau lah yang dimaksud dari hadist Rasulillah SAW, "Inilah seseorang yang dikarenakan kematiannya singgasana Allah berguncang."
Sa'ad bin Mu'adh langsung berdiri, ia berkata kepada Rasulullah SAW, 
"Wahai Rasulullah...!!! 
Allah telah mengutusmu kepada kami dengan membawa kebenaran. 
Dan kami mengikutimu. 
Kau memberi perintah kepada kami, maka kami mematuhimu. 
Kau melarang kami, maka kami pun meninggalkannya."

Kedua mata Sa'ad melihat sekeliling para sahabat, lalu ia melanjutkan perkataanya,
 "Wahai Rasulullah...!!! 
Kami telah memberikan sumpah dan ikrar kami kepadamu bahwa kami akan tetap berdiri bersamamu bagaimanapun situasinya. 
Dan demi Allah, jika kau melintasi samudra, maka kami akan berada di belakangmu. 
Hari ini adalah hari di mana Allah Azza wa Jalla ingin menunjukkan kepadamu bahwa kami adalah pria sejati dan kami patuh terhadap kata-katamu. 
Dan demi Allah, kami sangat sabar berkenaan dengan pertarungan dan sangat teguh berkenaan dengan perang."

Rasulillah akhirnya melihat semangat yang luar biasa dari para sahabat. 
313 orang dengan 2 kuda dan 70 onta, setiap onta mengangkut 2 atau 3 orang sahabat termasuk Nabi Muhammad. 
Bahkan Rasulillah berbagi satu onta dengan Ali bin Abi Thalib r.a dan Usama r.a.

Ali dan Usama saling bertatap mata, "Bagaimana mungkin kita saling berbagi onta dengan Rasulullah SAW? 
Biarkan Rasulullah yang naik, dan kami yang berjalan."


Baca juga :

Mereka segera bertanya pada Rasulillah SAW, "Ya Rasulullah, bagaimana jika engkau yang menaiki ontanya, dan kami yang berjalan?"

Maka Rasul bersabda kepada mereka, "Kalian tidak lebih kuat dariku untukku tidak berjalan, dan tidak juga kalian lebih baik dariku untukku tidak mendapatkan pahala dari Allah Azza wa Jalla."

Lihatlah, betapa rendah hatinya seorang Nabi kepada sahabat dan untuk orang-orang yang beriman. 
Mereka menuju Badar, 150 kilometer dari Madinah, setengah perjalanan menuju Makkah.

Keyakinan para sahabat sudah bulat, bagaimana mereka akan kalah jika Allah bersama mereka meski di depan ada pasukan yang jumlahnya jauh melebihi mereka. 
Bagaimana pasukan kecil akan kalah jika mereka didukung oleh Allah dan Rasul serta Malaikat-Nya.

Ada dua pilihan di hadapan mereka, mati syahid dan mendapat kemulyaan di syurga ataukah pulang dengan membawa kemenangan.

Segera setelah sampai di Badar, Rasulillah segera memerintahkan kepada para sahabat unutk membagi jumlah pasukannya. 
Pasukan Anshar dipimpin oleh Sa'ad bin Mu'adh, dan dari Muhajirin dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib. 
Dari sayap sebelah kanan dipimpin oleh Zubair bin Al-Awwam yang mengendarai kuda. 
Dan dari sayap kiri dipimpin oleh Al-Miqdad bin Aswad yang juga mengendarai kuda. 
Sedangkan bendera perang dibawa oleh Musab bin Umair. 
Dan kepemimpinan perang berada pada Rasulillah SAW sendiri.

Pada malam ke-17 Ramadhan, Allah membuat seluruh sahabat tertidur dengan pulas. 
Hanya Rasulillah yang tetap terjaga. 
Beliau tetap terjaga di bawah naungan Allah Azza wa Jalla, Rasulullah sepanjang malam melakukan shalat dan berdo'a agar Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada kaum muslimin yang sedikit jumlahnya.

Dan di pagi hari, tepat hari ke-17 Ramadhan, telah tertata rapi barisan musuh tepat di depan perkemahan kaum muslimin. 
Allah telah mengabulkan do'a-do'a Rasulillah, pasukan musuh yang berjumlah besar itu tampak sangatlah kecil di mata para sahabat.

Majulah utusan Quraisy, ia meminta untuk mengirim tiga orang muslim yang terkuat untuk maju ke medan perang untuk melawan tiga orang terkuat dari kaum Quraisy.

Tiga orang dari Quraisy itu adalah Utbah, Sheibah, dan anaknya Al-Walid bin Sheibah. 
Maka Rasulillah segera mengutus tiga orang dari Anshar Madinah tapi pihak Quraisy menolak untuk bertempur dengan ketiga orang Anshar tersebut dengan alasan bahwa mereka hanya ingin bertempur melawan kaum mereka sendiri, yaitu sama-sama berasal dari Makkah.

Jadi Rasulullah berseru kepada pasukan, 
"Wahai Hamzah, wahai Ali, wahai Ubaidah...!!! 
Bangunlah untuk syurga. 
Luasnya pintu syurga seluas langit dan bumi. Bangun...!!! 
Bangun dan lawanlah orang-orang ini."

Tak menunggu waktu lama, mereka pun berdiri. Ketahuilah bahwa Hamzah, Ali, dan Ubaidah adalah sahabat sekaligus keluarga dekat dari Nabi Muhammad. 

Akhirnya pertarungan dimulai, Hamzah dan Ali berhasil membunuh musuhnya masing-masing. Sedangkan Ubaidah terluka terkena sabetan pedang, dan setelah itu Hamzah bersama Ali membantu Ubaidah untuk membunuh musuh terakhir itu. 
Ketiga orang tertangguh dari Quraisy telah berhasil dilumpuhkan. 
Kejadian ini tentu saja menambah semangat dari orang-orang yang beriman dan menurunkan moral dari orang-orang kafir Quraisy.

Dan saatnya, 313 melawan 1.000 pasukan.
Rasulillah segera berdo'a, 
"Ya Allah, kemenangan yang telah Engkau janjikan padaku."

Lalu Rasulillah keluar dari tendanya dan berseru, "ALLAHUAKBAR....!!! 
Jibril dengan 3.000 Malaikat telah turun untuk membantu umat muslim."

Dan saya pernah membaca suatu riwayat bahwa pasukan Quraisy juga didatangi oleh setan yang berwujud manusia, ia bernama Suraqah bin Malik. Suraqah memberi semangat kepada kaum kafir dengan berkata, 
"Kau tak akan kalah karena aku bersama kalian. 
Dan aku lah yang akan membantu kalian."

Tapi ketika Suraqah bin Malik melihat Jibril, Mikail, dan ribuan Malaikat turun ke bumi, maka ia pun melarikan diri. 
Maka Abu Jahal berteriak memanggilnya, 
"Wahai Suraqah...!!! 
Kemana engkau hendak pergi?" 
Maka setan itu pun menjawab, "Aku bebas dari kalian. Aku mengundurkan diri dari kalian."

Ketahuilah kalian siapakah yang berhasil mendekati dan merobohkan Abu Jahal?
Mereka adalah dua anak kecil dari kaum Anshar Madinah, mereka bernama Muadh bin Affrah (syahid) dan Muadh bin Amr Al-Jammuh.

Allah memenuhi janji-Nya... Allah telah memberi kemenangan kepada kaum muslim dalam pertempuran ini. 
70 orang kafir telah terbunuh dan 70 menjadi tawanan. 
Sedangkan dari kaum muslimin hanya 14 orang yang menemui syahid. 
Dan yang terbunuh dari kafir Quraisy kebanyakan adalah para pemimpinnya. 
Yaitu Abu Jahal, Umayyah, Utbah, Sheibah, dan Al-Walid. 
Mereka lah yang paling sering menghina Rasulillah SAW.

Sejarah telah membuktikan, bahwa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok yang besar. Ingatlah, bahwa kebenaran selalu ada, bahwa kebenaran selalu megalahkan kebathilan.

"Al-haqqu min rabbika falaa takuunanna minal mumtariin..."

"Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu..." 
๐Ÿ“–(Al-Baqarah: 147)


Baca juga :

Minggu, 02 Agustus 2020

PENTINGNYA SEGERA MELUNASI HUTANG

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
    PENTINGNYA SEGERA MELUNASI HUTANG
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

===================================

๐Ÿ’ฅ Utang piutang merupakan satu jenis muamalah yang dibenarkan syari’at Islam. Transaksi ini wajib dilakukan sesuai dengan syari’at Islam, tak boleh menipu, tak boleh ada unsur riba, tak boleh ada kecurangan dan kebohongan, dan yang perlu diperhatikan adalah, hutang wajib dibayar.

๐Ÿ’ฅ Selain itu, setiap transaksi utang piutang harus dicatat atau ditulis nominal serta waktu pelunasannya. Ini sebagai janji dan janji wajib ditepati. Jika saat jatuh tempo memang belum mampu untuk membayar, maka sampaikan pada yang memberikan hutang bahwa kita belum mampu membayarnya pada hari atau pekan ini atau bulan ini dan minta tempo lagi, agar diberi kelonggaran waktu pada hari, atau pekan, atau bulan berikutnya.

๐Ÿ’ฅ Dalam beberapa hadits, Baginda Rasulullah SAW pernah menjelaskan tentang musibah besar bagi siapa saja yang berhutang namun tak melunasinya, diantaranya adalah sebagai berikut:

1️⃣. RUH SEORANG MUKMIN AKAN TERKATUNG-KATUNG (TERTAHAN) PADA HUTANGNYA HINGGA DILUNASI

๐ŸŸค Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda :

ู†َูْุณُ ุงู„ْู€ู…ُุคْู…ِู†ِ ู…ُุนَู„َّู‚َุฉٌ ุจِุฏَูŠْู†ِู‡ِ ุญَุชَّู‰ٰ ูŠُู‚ْุถَู‰ ุนَู†ْู‡ُ

➖ Jiwa seorang mukmin itu terkatung-katung dengan sebab utangnya sampai hutang dilunasi. ๐Ÿ“™(HR. Ahmad)

๐ŸŸค Bahkan, Rasulullah pernah menjelaskan, sekalipun seorang mukmin tersebut mati dalam keadaan syahid, hutang pun akan tetap ditangguhkan

๐ŸŸค Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu bahwa Rasรปlullรขh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ูŠُุบْูَุฑُ ู„ِู„ุดَّู‡ِูŠْุฏِ ูƒُู„ُّ ุฐَู†ْุจٍ ุฅِู„َّุง ุงู„ุฏَّูŠْู†َ

➖Orang yang mati syahid diampuni seluruh dosanya, kecuali utang ๐Ÿ“™(HR. Muslim)

2️⃣. SIAPA SAJA YANG MATI NAMUN BELUM MELUNASI HUTANG, MAKA SURGA HARAM BAGINYA

๐ŸŸค Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW,

ุนَู†ْ ุณَู…ُุฑَุฉَ ุจْู†ِ ุฌُู†ْุฏُุจٍ ู‚َุงู„َ ูƒُู†َّุง ู…َุนَ ุงู„ู†َّุจِู‰ِّ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ูِู‰ ุฌَู†َุงุฒَุฉٍ ูَู‚َุงู„َ ุฃَู‡َุง ู‡ُู†َุง ู…ِู†ْ ุจَู†ِู‰ ูُู„ุงَู†ٍ ุฃَุญَุฏٌ . ู‚َุงู„َู‡َุง ุซَู„ุงَุซุงً ูَู‚َุงู…َ ุฑَุฌُู„ٌ ูَู‚َุงู„َ ู„َู‡ُ ุงู„ู†َّุจِู‰ُّ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ู…َุง ู…َู†َุนَูƒَ ูِู‰ ุงู„ْู…َุฑَّุชَูŠْู†ِ ุงู„ุฃُูˆู„َูŠَูŠْู†ِ ุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆู†َ ุฃَุฌَุจْุชَู†ِู‰ ุฃَู…َุง ุฅِู†ِّู‰ ู„َู…ْ ุฃُู†َูˆِّู‡ْ ุจِูƒَ ุฅِู„ุงَّ ู„َุฎَูŠْุฑٍ ุฅِู†َّ ูُู„ุงَู†ุงً - ู„ِุฑَุฌُู„ٍ ู…ِู†ْู‡ُู…ْ - ู…َุงุชَ ุฅِู†َّู‡ُ ู…َุฃْุณُูˆุฑٌ ุจِุฏَูŠْู†ِู‡ِ . ู‚َุงู„َ ู‚َุงู„َ ู„َู‚َุฏْ ุฑَุฃَูŠْุชُ ุฃَู‡ْู„َู‡ُ ูˆَู…َู†ْ ูŠَุชَุญَุฒَّู†ُ ู„َู‡ُ ู‚َุถَูˆْุง ุนَู†ْู‡ُ ุญَุชَّู‰ ู…َุง ุฌَุงุกَ ุฃَุญَุฏٌ ูŠَุทْู„ُุจُู‡ُ ุจِุดَู‰ْุกٍ

➖Samurah bin Jundub berkata: “Kami pernah bersam Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan seorang jenazah, lalu beliau bersabda: “Apakah disini ada seorang dari Bani Fulan?”, beliau bertanya itu sebanyal tiga kali, lalu seorang berdiri, maka Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Apa yang menahanmu pada yang kedua dan ketiga kalinya untuk menjawabku, aku tidak akan menyebutnya di hadapanmu kecuali untuk kebaikan, sesungguhnya si fulan –salah satu dari keluarga mereka- ia meninggal dan ia tertahan dengan hutangnya”, ia (Samurah) berkata: “Sungguh aku telah melihat keluarganya dan siapa saja yang sedih untuknya melunasi hutangnya, sehingga tidak ada seorangpun yang menagih sesuatu kepadanya.” ๐Ÿ“™ (HR. Ahmad)

๐ŸŸค Syeikh Abdul Muhsin Al Abbad berkata:

ุฃูŠ: ู…ุญุจูˆุณ ุนู† ุฏุฎูˆู„ ุงู„ุฌู†ุฉ.

➖“Maksud dari “ia tertahan dengan hutangnya” adalah ia tertahan dari masuk surga.

๐Ÿ’ฅ Berpikirlah Seribu Kali Sebelum Berniat Untuk Hutang
Saat Terlilit Hutang, Bacalah Doa Yang Diajarkan Nabi Ini

๐Ÿ’ฅ Allohumma inni a'udzubika minal hammi wal hazani, wa'audzubika minal ajzi wal kasali, wa'audzubika minal jubni wal bukhli, wa a'udzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijali

➖ (Ya Allah.. sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas, Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan manusia)

Amiin Ya Rabbal 'Alamiin


Baca juga :

15 AMALAN PEMBUKA PINTU REZEQI BESERTA DALILNYA & 10 HAL YANG AKAN BUKA PINTU RIZKI SETIAP HARI

                            ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
15 AMALAN PEMBUKA PINTU REZEQI BESERTA DALILNYA
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

===================================

๐ŸŒพ Siapa bilang amalan pembuka pintu rezeki hanyalah hal-hal yang berkaitan dengan ikhtiar dan usaha kita dalam berjualan? Banyak hal-hal yang sepintas terlihat 'tidak nyambung', namun ternyata menjadi amalan kunci pembuka pintu rezeki yang sangat luar biasa!

๐ŸŒพ Berikut ini ada 15 amalan pembuka pintu rezeki yang wajib dicoba oleh tiap muslimin muslimah yang yakin kepada Allah. 

๐ŸŒพ Rasakan langsung bagaimana efek turunnya rezeki setelah melakukan ke-15 poin berikut ini:

1. ISTIGHFAR DAN TAUBAT

Allah SWT berfirman: “Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Robb mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, membanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” 
๐Ÿ“–(Qs. Nuh: 10-12).

2. TINGGALKAN PERBUATAN DOSA

“… Dan seorang pria akan diharamkan baginya rezeki karena dosa yang dibuatnya.” 
๐Ÿ“™ (Riwayat at-Tirmidzi)

3. TAQWA KEPADA ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA 

Allah berfirman: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” 
๐Ÿ“–(Qs. Ath-Thalaq: 2-3)

4. JANGAN SEKALI-KALI LUPA UNTUK MENUNAIKAN IBADAH KEPADA ALLAH

“Wahai anak Adam, sempatkanlah untuk menyembah-Ku maka Aku akan membuat hatimu kaya dan menutup kefakiranmu. Jika tidak melakukannya maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu. “
๐Ÿ“™(Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abu Hurairah ra)

5. BERUSAHA DAN BERIKHTIAR SEBAIK-BAIKNYA

“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang merubahnya.” 
๐Ÿ“–(QS. Ar-Ra'du: 11)

6. TAWAKAL KEPADA ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA 

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sungguh, seandainya kalian betawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung, mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang di petang hari dalam keadaan kenyang.” 
๐Ÿ“™ (Ahmad dan Tirmizi).

7. BERIBADAH SEPENUH HATI & KHUSYU’

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, “Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi keperluanmu. Jika kalian tidak lakukan yang sedemikian, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak aku penuhi keperluanmu (kepada manusia).” 
๐Ÿ“™ ( Tirmizi, Ahmad, dan Ibnu Majah).

8. SILATURRAHIM 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya) maka hendaknya ia menyambung (tali) silaturahim.” 
๐Ÿ“™ (HR. Bukhari).

9. BERBUAT BAIK: KEPADA ORANG TUA, SAHABAT, KERABAT, & ORANG-ORANG YANG LEMAH

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tdk akan zalim pd hambanya yg berbuat kebaikan. Dia akan dibalas dengan diberi rezeki di dunia dan akan dibalas dengan pahala di akhirat. ๐Ÿ“™(HR. Ahmad)

 Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia menyambung silaturahmi.” ๐Ÿ“™ (HR. Ahmad). 

Rasulullah SAW bersabda, “Bantulah orang-orang lemah, kerana kalian diberi rezeki dan ditolong lantaran orang-orang lemah di antara kalian.” ๐Ÿ“™ (Muslim dan An-Nasa`i).

10. MEMUDAHKAN KESULITAN ORANG LAIN

Rasulullah SAW bersabda: “Allah ta’ala menolong seorang hamba selagi hamba tersebut menolong sesamanya.” Beliau juga bersabda: “Barang siapa menolong saudaranya yang membutuhkan maka Allah ta’ala akan menolongnya.” 
๐Ÿ“™ (HR. Muslim).

11. BERINFAQ DAN SHADAQAH

Allah SWT berfirman, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Robb ku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki Nya)’, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” 
๐Ÿ“–(Qs. Saba`: 39).

12. SELALU MENUNAIKAN SHALAT DHUHA

“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (shalat Dhuha), nanti pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” 
๐Ÿ“™ (Riwayat al-Hakim dan Thabrani)

13. BERSYUKUR KEPADA ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA

Allah berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku tambahkan nikmat-Ku kepadamu, dan sesungguhnya jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku sangat keras. “(Ibrahim: 7). “… Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” 
๐Ÿ“–(Ali Imran: 145)

14. BANGUN PAGI

Fatimah (Puteri Rasulullah) berkata bahwa saat Rasulullah melihatnya masih terlentang di tempat tidurnya di pagi hari, beliau (S.A.W) mengatakan kepadanya, “Puteriku, bangunlah dan saksikanlah kemurahan hati Allah, dan janganlah menjadi seperti kebanyakan orang. Allah membagikan rezeki setiap harinya pada waktu antara mulainya subuh sampai terbitnya matahari.” 
๐Ÿ“™(HR. Al-Baihaqi).

15. SELALU BERADA DALAM KONDISI BERWUDHU

Rasulullah SAW bersabda, “Senantiasalah berada dalam kondisi bersih (dari hadas) niscaya Allah SWT akan memurahkan rezeki.” 
๐Ÿ“š(Diriwayatkan dari Sayidina Khalid al-Walid

Baca juga :


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" 10 HAL YANG AKAN BUKA PINTU RIZKI SETIAP HARI "
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


===================================

➖ "Bangunlah pagi hari untuk mencari rizki 
dan kebutuhan-kebutuhanmu.
Sesungguhnya pada pagi hari terdapat 
barokah dan keberuntungan".
๐Ÿ“™(HR.Ath-Thobroni&Al-Bazzar)

๐Ÿ’ MANUSIA pada dasarnya suka kepada kesenangan dan kemewahan. Tapi kadang-kadang kita sudah bekerja siang malam banting tulang peras keringat, tapi hasilnya nol. Sehingga kemudian sering orang berpikir untuk mencari jalan pintas.

๐Ÿ’ Berikut ini adalah beberapa tips dan nasehat dari para ‘alim agar dipermudah rezekinya:

1️⃣. Bertawakal dan hanya berharap kepada Allah

Dengan tawakal, maka seseorang akan dikaruniai rasa kaya oleh Allah SWT. Meski mungkin tidak berlebih, tapi ada perasaan kaya dalam hati. Firman-Nya:

➖ “Barang siapa bertawakal kepada Allah (SWT), niscaya Allah (SWT) mencukupkan (kebutuhannya).” ๐Ÿ“–(At-Thalaq: 3)

๐Ÿ’Nabi s.a.w. bersabda:
➖“Seandainya kamu bertawakal kepada Allah (SWT) dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan sore hari telah kenyang.” ๐Ÿ“™(Riwayat Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al -Hakim dari Umar bin al-Khattab ra).

2️⃣. Memperbanyak Istighfar

Istighfar adalah rintihan dan pengakuan dosa seorang hamba di depan Allah (SWT), yang menjadi sebab Allah (SWT) berbelas kasih pada hamba-Nya lalu Dia berkenan melapangkan jiwa dan kehidupan si hamba.

Sabda Nabi saw: 
➖ “Barang siapa memperbanyak istighfar maka Allah (SWT) akan menghapus segala kedukaannya, menyelesaikan segala masalahnya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka.” 
๐Ÿ“™ (Riwayat Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al -Hakim dari Abdullah bin Abbas ra)

3️⃣. Tinggalkan perbuatan dosa

Istighfar tidak laku di sisi Allah (SWT) jika masih buat dosa. Dosa bukan saja membuat hati resah, bahkan bisa menutup pintu rezeki. Sabda Nabi s.a.w. :

➖ “… Dan seorang pria akan diharamkan baginya rezeki karena dosa yang dibuatnya.”
๐Ÿ“™(Riwayat at-Tirmidzi)

4️⃣. Berzikir dan selalu ingat Allah (SWT)

Banyak ingat Allah (SWT) membuat hati tenang dan kehidupan terasa lapang. Ini rezeki yang hanya Allah (SWT) berikan kepada orang beriman. Firman-Nya:

➖ “(Yaitu) orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah (SWT). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah (SWT) hati menjadi tenteram. “๐Ÿ“–(Ar-Ra’d: 28)

5⃣. Berbakti dan mendoakan orang tua

Dalam hadits riwayat Imam Ahmad, Rasulullah s.a.w. berpesan agar siapa yang ingin panjang umur dan ditambahi rezekinya, harus berbakti kepada orangtua dan menyambung tali kekeluargaan. Beliau s.a.w. juga bersabda:

➖ “Siapa berbakti kepada orang tuanya maka kebahagiaanlah buatnya dan Allah (SWT) akan memperpanjang umurnya.” 
๐Ÿ“™ (Riwayat Abu Ya’ala, at-Thabrani, al-Asybahani dan al-Hakim)

Mendoakan orang tua juga menjadi sebab mengalirnya rezeki, berdasarkan sabda Nabi saw :

➖ “Bila hamba itu meninggalkan berdoa kepada kedua orang tuanya niscaya terputuslah rezeki (Allah (SWT)) darinya.” 
๐Ÿ“™ (Riwayat al-Hakim dan ad-Dailami)

6️⃣. Berbuat baik dan menolong orang yang lemah

Berbuat baik kepada orang yang lemah ini termasuk berbakti dan membuat senang orang tua, orang sakit, anak yatim dan fakir miskin, juga istri dan anak-anak yang masih kecil. Sabda Nabi s.a.w. : “Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan karena orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Riwayat Bukhari)

7⃣. Tunaikan hajat orang lain

Menunaikan hajat orang menjadi sebab Allah (SWT) melapangkan rezeki dalam bentuk tertunainya hajat sendiri, seperti sabda Nabi saw:
➖ “Siapa yang menunaikan hajat saudaranya maka Allah (SWT) akan menunaikan hajatnya” ๐Ÿ“™(HR Muslim)

8️⃣. Perbanyaklah bershalawat

Ada hadis yang menganjurkan bershalawat jika hajat atau cita-cita tidak tercapai. Karena shalawat itu dapat menghilangkan kesusahan, kesedihan, dan kesulitan serta memperluas rezeki dan menyebabkan terlaksananya semua hajat. Wallahu a’lam.

9️⃣. Banyak berbuat kebaikan Ibnu Abbas berkata:

➖ “Sesungguhnya kebajikan itu memberi cahaya pada hati, kemurahan rezeki, kekuatan jasad dan disayangi oleh makhluk yang lain. Sedangkan kejahatan pula bisa menggelapkan rupa, menggelapkan hati, melemahkan tubuh, sempit rezeki dan makhluk lain mengutuknya. “

๐Ÿ”Ÿ. Bangun pagi lebih awal (Jangan tidur sampai siang)

Menurut Rasulullah saw, Allah SWT membagikan rezekinya pada waktu pagi. Maka memulai aktifitas sesudah sholat subuh berjamaah sangat baik dilakukan. Ada banyak manfaat juga yang bisa didapatkan dari bangun lebih pagi ini dalam kesehatan. Ingat, kesehatan juga adalah rejeki yang tiada terkira.


Baca juga :

Sabtu, 01 Agustus 2020

CUCU RASULULLAH YANG SYAHID DAN DIPENGGAL DALAM TRAGEDI KARBALA ( IMAM HUSEIN RADHIALLAHU’ANHU )

                                ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
CUCU RASULULLAH YANG SYAHID DAN DIPENGGAL DALAM TRAGEDI KARBALA
( IMAM HUSEIN RADHIALLAHU’ANHU )
        •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

Imam Husein dilahirkan di Madinah, selasa 5 sya’ban 4 H / 584 M; ibunya Sayyidah Fatimah adalah putri kesayangan Rasulullah SAW; Sedangkan ayahandanya, Ali bin Abi Thalib adalah seorang tokoh terkemuka di awal dakwah islam. 
Beliau dibesarkan oleh Pasangan sejoli yang menerima asuhan langsung dari Rasulullah SAW.

 Nama Husein merupakan tasghir (“pengecilan”) dari nama kakaknya Hasan, yang dua-duanya berarti “bahagia”. 
Beliau adalah cucu tersayang Rasullah.
Pernah suatu hari, Rasulullah SAW menunaikan shalat dan sangat lama melakukan sujud. 
Bukan hanya karena ingin lebih dekat kepada Allah SWT, melainkan juga karena menjaga agar Husein dan kakaknya Hasan tidak terjatuh dari punggung beliau. 
Ketika itu kedua cucunda tengah bermain-main di punggung kakekanda yang mulia. 
Sungguh kasih sayang yang luar biasa. 
Nabi sangat mencintai kedua cucunda, sehingga kehidupan mereka seperti kehidupan malaikat; berada dalam naungan Allah SWT. 

Di masa kanak-kanak, mereka mendapat ucapan-ucapan wahyu di lingkungan kenabian. Rasulullah SAW memberi mereka pelajaran dan cara hidup islami. 
Sementara dari lingkungan kedua orang tua, mengambil suri teladan yang mulia. Dalam lingkungan yang mulia seperti itulah Hasan dan Husein hidup berdampingan.

Abu Hurairah bercerita : “Rasulullah Saw datang kepada kami bersama ke dua cucu beliau, Hasan dan Husein. Yang pertama di bahu beliau yang satu, yang ke dua di bahu beliau yang lain. Sesekali Rasulullah menciumi mereka, sampai berhenti di tempat kami berada. Kemudian beliau bersabda :

”Barang siapa mencintai keduanya ( Hasan dan Husein ) berarti juga mencintai daku; barang siapa membenci keduanya berarti juga membenci daku”. 

Pada hadits yang lain :

ุญุณูŠู† ู…ู†ّู‰ ูˆุงู†ุง ู…ู† ุญุณูŠู†, ุงุญุจّ ุงู„ู„ّู‡ ู…ู† ุงุญุจّ ุญุณูŠู†ุง, ุญุณูŠู† ุณุจุท ู…ู† ุงู„ุฃุณุจุงุท. 
( ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุชّุฑู…ุฐู‰ ) 
“Husein adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari diri Husein. Semoga Allah swt mencintai orang yang mencintai Husein. Husein adalah salah satu cucu diantara para cucuku”. 
๐Ÿ“š( HR. Turmudzi )

ุงู„ุญุณู† ูˆุงู„ุญุณูŠู† ุฑูŠุญู†ุชุงูŠ ู…ู† ุงู„ุฏّู†ูŠุง. ( ุฑูˆุงู‡ ุงุญู…ุฏ,..) 
“Hasan dan Husein adalah dua wewangian saya dari dunia.” 
๐Ÿ“š( HR. Ahmad, Ibnu Adi, Ibnu Asakir dan Turmudzi )

ู…ู† ุณุฑّู‡ ุงู† ูŠู†ุธุฑ ุงู„ู‰ ุณูŠّุฏ ุดุจุงุจ ุงู‡ู„ ุงู„ุฌู†ّุฉ ูุชูŠู†ุธุฑ ุงู„ู‰ ุงู„ุญุณูŠู†. ( ุฑูˆุงู‡ ุงุจูˆ ูŠุนู„ู‰ ) 
“Barangsiapa yang senang melihat junjungan ( Sayyid ) para penduduk surga, maka hendaklah ia melihat kepada Husein.”
๐Ÿ“š( HR. Abu Ya’la )

“Ya Allah aku memohokan perlindungan kepadamu untuk Husein dan anak cucunya dari godaan syetan yang terkutuk.” 

“Ahli Baitku yang paling kucintai adalah Hasan dan Husein.”

Pada hari ketujuh kelahiran Sayyidina Husein, Rasulullah SAW menyembelih dua ekor kambing kibas berwarna putih keabu-abuan sebagai aqiqah. Kemudian beliau memberikan dua paha kambing itu kepada hadirin, lalu mencukur rambut Husein serta menimbangnya dengan perak. 
Selanjutnya perak itu disedekahkan kepada faqir miskin. Lalu beliau mengurapi kepala cucunda dengan pacar, sebagaimana yang pernah beliau lakukan kepada Sayyidina Hasan. 

Sejak kecil Sayyidina Husein sudah menunjukkan bakat sebagai ilmuwan, perajurit dan orang yang sholeh. 
Bersama kakaknya, bakat sang adik kian berkembang, selama masa pemerintahan empat kholifah pertama. 
Sifat mereka yang luhur mendapat penghargaan dan perhatian yang besar dari para kholifah.


๐Ÿ’ฅKEPRIBADIAN IMAM HUSEIN 

Sayyidina Husein memiliki beberapa gelar. Yaitu :

• Az-Zaki ( yang suci )
• Ar-Rosyid ( yang cerdik )
• Ath-Thoyyib ( yang baik )
• Al-Wafi ( yang setia )
• As-Sayyid ( yang amat terhormat ) 
• At-Tabi’Limardlotillah ( yang mengikuti keridloan Allah swt )
• As-Sibth ( cucu Rasulullah )

Ulama meriwayatkan bahwa Sayyidina Hasan adalah orang yang paling mirip Rasulullah antara dada sampai kepalanya; sedangkan Sayyidina Husein adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah saw antara leher sampai bagian tengah badannya.
Berkali-kali Sayyidina Husein dan Sayyidina Hasan naik di atas punggung Nabi saw, ketika keduanya sedang bercanda ria bersama beliau. 
Bahkan seringkali hal itu dilakukan ketika Nabi saw sedang bersujud di waktu shalat. 
Maka beliaupun tetap bersujud sampai keduanya turun dari punggung beliau. Seorang penyair berkata : 

“Siapakah di alam semesta ini orang yang bisa mendapatkan punggung Nabi Muhammad seperti Husein, 
Ia berhasil mendapatkannya dengan jalan terpuji. “

Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra ketika mengunjungi Rasulullah saw, pada waktu beliau sakit yang terakhir dengan ditemani oleh putranya Sayyidina Hasan dan Husein. Ia berkata kepada Rasulullah saw :

“Ya Rasulullah ini adalah kedua putramu, maka berilah warisan keduanya.”

Rasulullah bersabda :

“Adapun Hasan maka ia mewarisi kedermawanan dan kewibawaanku, adapun Husein maka ia mewarisi keberanian dan keluhuranku.”
( HR. Ibnu Mandah, Thabrani, Abu Nu’aim dan Ibnu Asakir )

Sayyidina Husein adalah seorang ahli ibadah dan orang yang sangat ta’at, beliau selalu berpuasa dan berqiyamul lail, dermawan, suka menyambung tali persaudaraan, suka menolong orang yang minta tolong kepadanya dan tekun menjalankan perintah tuhannya. 
Beliau adalah seorang yang sabar menghadapi kesulitan, tabah menerima cobaan, tidak suka marah serta bersedih hati dan tidak suka merasa cemas serta patah semangat.

Para Ulama meriwayatkan bahwa suatu ketika putra Sayyidina Husein meninggal dunia, namun beliau tidak merasa sedih. 
Maka orang-orang bertanya kepadanya tentang hal itu. 
Beliau menjawab :
“Sesungguhnya kami para Ahli Bait selalu meminta kepada Allah swt, maka Allah swt mamberi kami. Lalu bilamana Allah swt menghendaki sesuatu yang tidak kami sukai, sedangkan Allah swt menyukainya, maka kami pun merelakannya.”


Baca juga :


๐Ÿ’ฅLATAR BELAKANG SYAHIDNYA IMAM HUSEIN 

Sesungguhnya orang yang mau mempelajari peristiwa yang menyedihkan ini beserta faktor-faktor pemicunya, tentu akan mengetahui bahwa tangan-tangan bersembunyi yang berlumuran dengan darah-darah kaum muslimin serta kepala-kepala penghianat yang menjadi biang perpecahan kaum muslimin, mereka itulah sebenarnya yang telah memicu terjadinya kejahatan besar ini dan yang telah melakukannya secara keji dan licik. 

Sebagaimana juga mereka sebelumnya telah mengatur scenario pembunuhan terhadap Kholifah Utsman bin Affan ra; setelah mereka berhasil menyebarkan berita-berita bohong dan membuat surat - surat palsu dengan memakai nama Kholifah Utsman ra, Sayyidina Ali serta nama-nama lainnya. Sehingga pada akhirnya mereka berhasil membunuh Kholoifah Utsman ra yang sedang berpuasa dan sedang membaca Al-Qur’an. Beliau tidak mau dilindungi oleh seorangpun dari kalangan para sahabat, agar tidak ada darah seorang muslimpun mengalir gara-gara dirinya.

Dan mereka itulah yang telah menyebabkan terjadinya perang Jamal. Lalu ketika kedua pihak yang sedang bertikai sudah berdamai berkat usaha Qa’ba bin Amr; maka mereka menyulut kembali api peperangan di pagi harinya dan mereka membunuh Sayyidina Thalhah bin Ubaidillah, salah satu dari dari sepuluh orang yang mendapat jaminan surga dari Nabi saw. Padahal Sayyidina Thalhah ketika itu sedang berusaha meleraikan pihak-pihak yang saling bermusuhan. Mereka juga membunuh Sayyidina Zubair yang sedang melakukan Shalat sambil berdoa’ kepada Allah swt agar segera memadamkan api peperangan yang sedang terjadi.

Mereka juga menghasut orang-orang agar membunuh Sayyidatuna Aisyah ra, maka akibatnya ratusan sahabat terbunuh. Dan mereka juga membunuh Ka’ab bin Sur Al ‘Azdi yang telah mengangkat mushaf atas perintah Sayyidatuna Aisyah untuk menghentikan peperangan diantara mereka.
Demikian juga provokasi keji yang telah berhasil memicu terjadinya perang Shiffin, mereka menghalangi sampainya berita-berita dan orang-orang yang berusaha menciptakan hubungan damai.

Setelah berakhirnya peperangan serta diterimanya Tahkim dan setelah terbunuhnya beribu-ribu nyawa para sahabat dan Tabi’in, maka terlihatlah persekongkolan para dalang terjadinya kekacauan ini. Mereka adalah komplotan Abdullah bin Saba’ seorang pendeta besar yahudi dari Yaman yang masuk islam dengan tujuan menhancurkan islam dari dalam. Pada mulanya ia benci kepada Kholifah Utsman bin Affan ra dan berusaha meruntuhkannya serta menggantikannya dengan Sayyidina Ali.
 
Dengan kelicikannya dan provokasinya, usahanya berhasil mendapat respon di kota-kota besar ketika seperti kota Madinah dan Basrah. Kemudian dia pergi ke Mesir, Kufah dan Damsyik serta beberapa kota lain untuk menyebarkan propaganda tentang kemulyaan Sayyidina Ali kw dan menghasut orang-orang agar tidak simpati kepada Kholifah Utsman bin Affan ra.
Abdullah bin Saba’ sangat berlebihan dalam mengagungkan Sayyidina Ali , bahkan berani membuat hadits-hadits palsu untuk menjatuhkan Kholifah Utsman ra dan menghinakan Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khottob ra. 

Diantara ajaran Abdullah bin Saba’ adalah :

1. Al-Wishoyah : Wasiat. Nabi Muhammad saw berwasiat supaya yang menjadi kholifa sesudah beliau wafat adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Dan mereka memberi gelar Sayyidina Ali “Al-Washyi”, yakni orang yang diberi wasiat.

2. Ar-Roj’ah : kembali. Ia mengajarkan bahwa Nabi Muhammad saw tidak boleh kalah dari Nabi Isa as. Kalau Nabi Isa as akan kembali di akhir zaman, maka Sayyidina Ali kw akan kembali di akhir zaman untuk menegakkan keadilan. Ia mengajarkan bahwa Sayyidina Ali kw tidak mati terbunuh, beliau akan kembali lagi. Ibnu Hazm, seorang ahli tarikh mengatakan bahwa Abdullah bin Saba’ mengabarkan bahwa Sayyidina Ali belum mati tetapi masih bersembunyi dan akan kembali di akhir zaman. Ajaran ini dibawanya dari kepercayaan kaumyahudi yang mengatakan bahwa Nabi Ilyas juga belum mati. Ajaran inilah yang kemudian menjadi kepercayaan orang Syi’ah, bahwa imannya yang terakhir belum mati, sekarang masih bersembunyi dan pada akhir zaman nanti akan kembali untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.

3. Ilahiyah : ketuhanan. Ajaran ini mengatakan bahwa pada diri Sayyidina ali kw, bersamayam unsur-unsur ketuhanan. Olek karena itu beliau mengetahui segala yang ghaib ( kasyaf ). Abdullah bin Saba’ mengangkat Sayyidina Ali kepada kedudukan Tuhan.

Seorang Ulama dan pengarang dari kalangan Syi’ah Mu’tazilah bernama Ibnu Abil Hadid mengakui bahwa Abdullah bin Saba’ ini adalah seorang pendeta Yahudi yang masuk Islam yang mengobarkan Syia’ah Sabaiyah. Diantara pemuka Syi’ah Sabaiyah ini terdapat seorang bernama Muqiroh bin Said yang memfatwakan bahwa Dzat Tuhan bersemayam pada tubuh Sayyidina Ali kw. Seorang lagi yang bernama Ishak bin Zaid yang memfatwakan bahwa orang-orang yang sudah sampai pada derajat yang tinggi, sudah habis taklif baginya, yaitu sudah tidak lagi wajib sholat, puasa dan berbagai kewajiban lainnya. 
Nasib Abdullah bin Saba’ pada akhir hayatnya menjadi orang buangan, yang dibuang oleh Sayyidina Ali kw stelah beliau menjadi Kholifah keempat, beliau marah karena dia membuat fitnah atas diri beliau, dia akhirnya dibuang ke daerah Madain. 

Kelompok Abdullah bin Saba’ ini terpisah menjadi 2 ( dua ) kelompok besar, yaitu :

1. Kelompok yang menyatakan bahwa sesungguhnya Sayyidina Ali kw adalah Allah sendiri yang menciptakan segala sesuatu dan memberi rizki. Dalam hal ini, Sayyidina Ali kw mengajak mereka berdialog, namun mereka ternyata bersikeras mempertahankan pendapatnya. Maka akhirnya Sayyidina Ali kw membakar orang– orang yang diketahui dari golongan mereka dengan api. Kemudian golongan mereka berkata : “Seandainya Ali bukan Allah itu sendiri tentu ia tidak membakar mereka dengan api. Karena sesungguhnya tidak akan melakukan pembakaran dengan api kecuali tuhan.” Mereka berkeyakinan bahwa Ali akan menghidupkan mereka, setelah ia membunuh mereka. Mereka inilah orang-orang yang membawa kepercayaan bahwa tuhan melakukan penitisan kepada makhluknya ( Hulul ) beserta cabang-cabang kepercayaan ini meliputi faham-faham yang sesat.

2. Kelompok yang memberontak terhadap Sayyidina Ali kw setelah terjadinya perang Shiffin. Mereka juga menuduh Ali Kafir, karena beliau telah menghentikan peperangan dan menyetujui Tahkim dengan kitabullah dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi Sayyidina Ali kw dan Muawiyah ra. Sebagian dari mereka juga ada yang mengkafirkan ketiga orang Khalifah sebelum Sayyidina Ali. Mereka ini telah membunuh seorang Tabi’in besar yang bernama Abdullah bin Khobbab ra dan istrinya, karena ia memuji keempat Khulafaur Rasyidin. Kemudian ketika Sayyidina Ali kw meminta agar mereka menyerahkan para pembunuhnya, mereka menolak sambil berkata: “Kami semua ikut membunuh mereka dan kami semua menganggap halal terhadap darah-darah kalian dan darah-darah mereka semua.”


๐Ÿ’ฅ GUGUR SYAHIDNYA SAYYIDINA HUSEIN 

Ketika Muawiyah memberontak, kekholifahan islam terbagi dua : satu di pimpin Imam Ali, lainnya dibawah Muawiyah. Muawiyah adalah famili Kholifah Usman bin Affan, yang sebelumnya menjabat gubernur Damaskus. Ia, sebagaimana keluarga Sayyidina Utsman yang lain, mencurigai Sayyidina Ali terlibat komplotan pembunuh Kholifah Ustman.
Ketika Imam Ali syahid terbunuh, terbukalah peluang bagi Muawiyah untuk menuju jenjang kekuasaan. Demi keutuhan umat islam, Imam Hasan yang menggantikan ayahandanya, berkompromi atau lebih tepat mengalah, dengan menyerahkan kekuasaan kepada kepada Muawiyah. Tapi belakangan Imam Hasan justru diracun hingga wafat pada tahun 50 H / 630 M; beliau meninggal setelah diracun istri mudanya sendiri, Ja’dah binti Al-As’as, atas hasutan kelompok Muawiyah, dengan janji akan mendapat hadiah 100.000 dirham.

Ketika itulah banyak kalangan mendesak Imam Husein agar memberontak terhadap Kholifah Muawiyah. Tapi, beliau hanya menjawab pendek, 
“selama Muawiyah masih hidup, tak ada yang bisa diperbuat, karena begitu kuatnya kholifah itu.”
Di lain pihak, Muawiyah tak terlalu khawatir mendengar isu pemberontakan tersebut dari Gubernur Hijaz, Marwan bin Hakam. Ia bahkan minta Marwan mendekati Imam Husein secara baik-baik.
Pada tahun-tahun terakhir kekuasaannya sebagai kholifah; Muawiyah merobohkan sendi-sendi demokrasi. Mengikuti saran Mughira, gubernur Basrah, ia mengangkat Yazid sebagai penggantinya. Dengan pengangkatan ini, demokrasi dalam islam menjadi monarki, karena Yazid tiada lain anak Muawiyah. Tindakan itu juga melanggar perjanjian dengan Imam Hasan bahwa pengangkatan kholifah harus melalui pemilihan yang demokratis. 

“Dua orang telah menimbulkan kekacauan di kalangan kaum muslimin : Amr bin Ash, yang menyarankan Muawiyah mengangkat Al qur’an di ujung lembing, ketika hendak berunding dengan Imam Ali; dan Mughira, yang menyarankan agar Muawiyah mengangkat Yazid sebagai kholifah. Jika tidak, tentulah akan terbentuk sebuah dewan Pemilihan” 
kata Imam Hasan dari Basrah. 


Baca juga :


Yazid naik tahta pada bulan April 683 M ( Muawiyah wafat tahun 60 H ). para sejarawan menilai, Yazid ini tidak layak diangkat sebagai kholifah. Bukan hanya terlalu mementingkan kehidupan duniawi, tapi juga karena dia tidak terlalu dekat dengan ulama. Namun dengan licik, ia berusaha memperkuat kekuasaan dengan cara minta sumpah setia dari para ulama, termasuk Imam Husein, yang mewarisi keshalehan dan kesatriaan ayahandanya, Imam Ali, tidak mudah dipaksa atau dibujuk dengan berbagai hadiah.

 Secara bersama, tiga sahabat yang cukup berpengaruh, yaitu Abdullah bin Umar, Abdurrahman bin Abu Bakar dan Abdullah bin Zubair, terang-terangan menolak Yazid. 
Melalui walid bin Utba, gubernur Madinah, Yazid memerintahkannya agar menyuruh seluruh penduduk Madinah untuk membai’at Yazid. Mereka yang menolak pembai’atan Yazid, termasuk Sayyidina Husein menyingkir ke Makkah. 

Selama menetap di Makkah, Sayyidina Husein menerima kiriman surat-surat dari penduduk Kufah serta utusan-utusan mereka. Para utusan ini meminta kepada Sayyidina Husein agar beliau bersedia datang ke Kufah untuk menerima bai’at dari mereka. Karena itulah Sayyidina Husein bermaksud mendatangi mereka; tapi Sayyidina Abdullah bin Abbas dan Abdullah in Umar menasehati beliau agar tidak mendatangi mereka, karena keduanya telah mengetahui sikap orang-orang Kufah dan sebagian orang Iraq yang suka berkhianat. Namun Sayyidina Husein ra berbaik sangka kepada orang-orang yang berkirim surat kepadanya, maka beliau tetap ingin mendatangi penduduk Kufah.

Kemudian berangkatlah Sayyidina Husein dari Makkah menuju Kufah pada hari Tarwiyah, namun sebelumnya sepupunya yang bernama Muslim bin Aqil bin Abi Thalib telah berangkat lebih dahulu. Akhirnya Sayyidina Husein dibai’at oleh orang-orang Kufah sebanyak 12.000.orang. Akan tetapi tidak berapa lama kemudian, mereka bercerai berai meninggalkan Sayyidina HUsein ketika tindakan mereka ini diketahui oleh Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Kufah yang menjadi bawahan Yazid bin Muawiyah. Ubaidillah kemudian menangkap Muslim bin Aqil dan membunuhnya.

Berita terbunuhnya Muslim ini terdengar oleh Sayyidina Husein, ketika beliau sampai di dekat Qadisiyah. Maka saudara-saudara Muslim berkata :
“Kita tidak akan kembali, sehingga kita menuntut balas terhadap kematian saudara kita Muslim bin Aqil atau lebih kita terbunuh.”
Lalu Sayyidina Husein berkata “
“Tidak ada lagi keuntungan hidup sepeninggal kalian.”
Dan Sayyidina Husein memberitahu kepada orang-orang yang menyertainya tentang peristiwa yang telah terjadi serta beliau mengumumkan bahwa barangsiapa yang ingin pergi, maka hendaklah ia segera pergi. Maka mereka segera memisahkan diri, sehingga Sayyidina Husein hanya ditemani oleh sahabat-sahabatnya yang dating bersama dengan dirinya dari Makkah. Mereka berjumlah 70 orang, diantaranya terdapat 30 orang berkuda. Ketika itu Ubaidillah bin Ziyad telah mengirimkan komandan pasukannya yang bernama Hushoin bin Tamin At-Tamimi disertai pasukan berkuda.

Hushoin berhenti di Qadisiyah dan mengatur pasukan kudanya untuk mencegah Sayyidina Husein agar tidak bergerak kemana-mana. Demikian halnya Ubaidillah bin Ziyad juga mengirim 1000 orang pasukan berkuda yang dipimpin oleh Hur bin Yazid At-Tamimi untuk menghadang Sayyidina Husein ra agar tidak pulang meninggalkan tempatnya. Maka merekapun dapat menyusul Sayyidina Husein dan mereka berhenti dihadapannya. 
Peristiwa ini terjadi tengah hari. 

Sayyidina Husein kemudian tampil berbicara kepada mereka :
“Wahai para manusia, ketahuilah bahwa ini adalah alasan saya kepada Allah swt dan kepada kalian, sesungguhnya saya tidak akan mendatangi kalian seandainya surat-surat kalian dan orang-orang utusan kalian dating ke tempat saya. Mereka telah menyatakan : Hendaklah anda datang ke tempat kami, karena kami tidak mempunyai Imam. Semoga lewat diri anda Allah swt menyatukan kami di atas petunjuknya. Dan saya sekarang telah mendatangi kalian, karena itu bila kalian mau menepati janji-janji kalian yang saya percayai kepada saya, maka saya bersedia datang ke kota kalian. Dan bilamana kalian merasa tidak senang terhadap kedatangan saya ini, maka saya siap kembali ke tempat asal mula kedatangan saya.”

Mereka terdiam. Mendengar pernyataan Imam Husein, Hur bin Yazid ragu. Nuraninya ingin membela Imam Husein, tapi ia bimbang, mengingat kekuatan pasukan Ubaidillah bin Ziyad di Iraq. Apalagi ia juga diperintahkan Gubernur Kufah Ubaidillah bin Ziyad, untuk menggiring Imam Husein ke Karbala, sekitar 25 mil di timur laut Kufah.
Kemudian salah seorang dari pihak Sayyidina Husein mengumandangkan adzan, lalu dilaksanakan sholat dzuhur. Maka Hur bin Yazid ikut sholat bersama Sayyidina Husein. Kemudian Hur kembali ke tempatnya semula. 

Ketika Sayyidina Husein juga melaksanakan Sholat ‘Ashar. Kemudian beliau mendatangi mereka sambil berkata :
“Bila kalian semua bertaqwa kepada Allah swt serta mengetahui haq seseorang, tentu hal itu lebih membuat Allah swt ridho. Kami para Ahli Bait adalah lebih utama untuk memimpin masalah ini daripada mereka-mereka yang berjalan dengan sikap arogannya dan kedzolimannya. Karena itu, jika kalian merasa tidak senang kepada kami dan kalian bersikap masa bodoh terhadap haq kami serta pendapat kalian sudah tidak lagi seperti yang pernah dibawa oleh surat-surat dan orang-orang utusan kalian kepada saya, maka saya siap pergi meninggalkan kalian!”

Kemudian Sayyidina Husein mengeluarkan dua wadah yang penuh berisi lembaran-lembaran surat, lalu ia sebar di hadapan mereka. Kemudian Hur bin Yazid at Tamimi berkata :
Sesungguhnya kami telah mendapat perintah bila kami sudah bertemu anda agar kami tidak meninggalkan Anda, sehingga kami dapat membawa Anda dating ke Kufah untuk menghadap Ubaidillah bin Ziyad. 

Ketika itu Sayyidina Husein mengetahui adanya suatu tipu muslihat serta kebohongan yang besar. Lalu beliau mengajukan tawaran kepada Umar bin Sa’ad selaku panglima pasukan Ubaidillah bin Ziyad, agar Umar membiarkan Sayyidina Husein kembali ke tempat asalnya atau mereka membiarkan Sayyidina melakukan jihad di jalan Allah swt atau mereka bersedia membawa Sayyidina Husein pergi menghadap Yazid bin Muawiyah di Damaskus.

Mereka menolak tawaran Sayyidina Husein ini, kecuali jika Sayyidina Husein bersedia tunduk di bawah perintah Ubaidillah bin Ziyad. Dan tawaran inipun ditolak mentah-mentah oleh Sayyidina Husein ra, karena tidaklah pantas bagi seorang cucu Rasulullah saw serta putra dari seorang Kholifah, untuk menyerahkan diri begitu saja. Beliau bertekad untuk siap perang dengan berijtihad serta berkeyakinan bahwa dirinya sedang berada di atas kebenaran dan sesungguhnya mereka berdiri di atas kebatilan. 

Kemudian Sayyidina Husein ra berkata :
“Kami telah ditelantarkan oleh para pengikut kami, karena itu barangsiapa diantara kalian yang ingin pergi (meninggalkan kelompok kami ), maka hendaklah ia pergi tanpa ada yang mempersalahkan dan tanpa mendapat kecaman dari pihak kami.”

Maka kebanyakan dari para pengikutnya memisahkan diri dari Sayyidina Husein, sampai akhirnya Sayyidina Husein hanya ditemani oleh keluarganya sendiri dan sahabat-sahabatnya yang datang dari Makkah bersama dirinya. Sayyidina Husein tidak ingin mereka berpihak kepada dirinya, kecuali bila mereka mengetahui terlebih dahulu terhadap apa yang akan mereka hadapi. Sebenarnya Sayyidina Husein telah menyadari, jika beliau menjelaskan permasalahan yang beliau hadapi kepada mereka, tentu beliau tidak akan ditemani selain oleh orang-orang yang benar-benar setia menyertai dirinya untuk menghadapi kematian bersama-sama.

Sayyidina Husein hanya ditemani oleh 70 orang laki-laki termasuk para pengikutnya dari kalangan Ahli Bait. Sedangkan sebagian orang-orang yang menyertainya dari golongan mereka yang menginginkan terjadinya kekacauan sudah menggabungkan diri ke dalam pasukan Ubaidillah bin Ziyad, agar diri mereka selamat dari ancaman maut di depan mata mereka.
Ketika Sayyidina Husein bersama para sahabatnya ingin berangkat menuju ke tempat asal mereka, mereka dihalangi oleh Hur; dan ia berkata kepada Sayyidina Husein : 
“Saya ingin membawa pergi anda menghadap Ubaidillah bin Ziyad. Saya diperintahkan agar tidak meninggalkan anda, sehingga saya dapat membawa dating ke Kufah. Karena itu, untuk sementara waktu ambillah jalan yang tidak membawamu masuk ke Kufah. Dan janganlah anda menuju Madinah, sehingga saya berkirim surat dahulu kepada Ubaidillah bin Ziyad, sementara anda berkirim surat kepada Yazid selaku atasan Ubaidillah bin Ziyad. Maka dengan cara ini, mudah-mudahan Allah swt memberikan jalan keluar yang dapat memberikan anugerah keselamatan dari cobaan yang menimpa saya berupa keterlibatan saya dengan urusan anda.”

Baca juga :

Maka Sayyidina Husein bergerak meninggalkan jalan Qadisiyah, sedangkan Hur mengiringinya untuk mencegah Sayyidina Husein agar tidak terus pulang.
Ketika telah tiba hari jum’at tanggal 3 Muharram tahun 61 h, datanglah Umar bin Sa’ad bin Abi Waqas dari Kufah dengan diiringi 4.000 orang pasukan berkuda. Pasukan ini kebanyakan terdiri dari orang-orang yang pernah berkirim surat kepada Sayyidina Husein ra dan orang-orang yang pernah membai’atnya. Kemudian Umar menyuruh seorang utusan kepada Sayyidina Husein ra, agar menanyakan kepada Sayyidina Husein tentang alasannya yang telah membawanya kemari, lalu Sayyidina Husein berkata :
“Orang-orang kota kalian telah berkirim surat kepada saya agar dating ke tempat mereka, maka saya melakukannya. Jika kalian tidak senang terhadap hal itu, maka sesungguhnya saya siap pergi dari tempat kalian.”

Kemudian Umar bin Sa’ad melaporkan hal itu kepada Ubaidillah bin Ziyad; lalu Ubaidillah bin Ziyad mengirim perintah kepada Umar agar ia memberikan tawaran kepada Sayyidina Husein untuk bersedia membai’at Yazid; jika Sayyidina Husein mau melakukannya, maka kami akan menentukan sikap kami terhadap terhadap Sayyidina Husein. Namun jika ia tidak bersedia, maka halangilah Sayyidina beserta para pengikutnya dari tempat air. Karena Sayyidina Husein menolak membai’at Yazid, maka mereka menghalangi beliau beserta pengikutnya dari tempat air. Selama 4 hari ( 7-10 Muharram ) rombongan Imam Husein kehausan. Itulah awal kesengsaraan keturunan mulia Rasulullah SAW. Sampai-sampai hal itu membuat Hur bin Yazid, salah seorang komando pasukan Yazid terharu. Pada tanggal 10 Muharram 61 H / 641 M, ia menyaksikan Imam Husein yang sangat sengsara, lunglai, kehausan dan kelaparan.

Umar bin Sa’ad dan Sayyidina Husein berkali-kali mengadakan perundingan, lalu Umar mengirimkan laporan kepada Ubaidillah bin Ziyad yang berbunyi :
“Perlu diketahui bahwa sesungguhnya Allah swt telah memadamkan api kekacauan dan menyatukan semua pandangan. Husein telah memberikan pernyataan kepada saya yaitu ia akan kembali ke tempat asal mula kedatangannya atau anda membiarkan ia mengambil posisi dilokasi tapal batas ( siap tempur ) atau ia boleh mendatangi Yazid untuk mengadakan perdamaian dengannya. Dalam hal ini tentu akan membawa kepuasan bagi anda dan membawa kemaslahatan umat.”

Kemudian Ubaidillah bin Ziyad menyuruh Syamir bin Dzil Jausyan untuk dating kepada Umar dengan membawa surat yang isinya meminta Husein agar tunduk di bawah perintah Ubaidillah bin Ziyad dan memerintahkan agar Umar membawa Husein beserta para pengikutnya untuk menghadap Ubaidillah bin Ziyad; bila Husein menolak maka ia harus diperangi. Selain itu, Ubaidillah bin Ziyad telah berkata kepada Syamir :
“jika Umar bin Sa’ad mau melakukan apa yang kuperintahkan, maka dengarkanlah perintahnya; namun jika ia membangkang maka engkau mengambil alih kepemimpinannya dan tebaslah leher Umar.”

Ubaidillah bin Ziyad di dalam suratnya juga berkata kepada Umar bin Sa’ad :
“Sesungguhnya saya tidak pernah mengirimkan kamu kepada Husein, agar kamu membiarkannya dan tidak pula supaya kamu memberinya harapan serta memperpanjang kesempatannya dan tidak pula supaya kamu berlutut dihadapanku guna memintakan pertolongan untuknya. Perhatikanlah, jika Husein bersama para pengikutnya bersedia tunduk di bawah perintah, maka hadapkanlah mereka kepadaku, lalu jika mereka menolak maka seranglah mereka sehingga kamu dapat membunuh mereka semuanya dan cacahlah tubuh-tubuh mereka, karena sesungguhnya mereka telah berhak menerima hal itu. Kemudian jika Husein telah berhasil dibunuh, maka injaklah dada dan punggungnya dengan kuda-kuda kalian karena sesungguhnya ia adalah seorang yang melakukan tindakan makar, seorang pemberontak, perampok dan orang dzolim. Jika kamu ( Umar ) sanggup melaksanakan perintahkami, maka kami pasti akan memberimu balasan sebagai orang yang menta’ati perintah dan jika kamu membangkang, maka tinggalkanlah pasukan kami serta serahkanlah urusan ini kepada Syamir dan pasukan kami.”
Ketika surat perintah ini diterima Umar bin Sa’ad, maka ia segera memberi komando kepada pasukannya agar segera mempersiapkan diri.

 Peristiwa ini terjadi setelah ashar. Dan Umar memberitahukan kepada Sayyidina Husein tentang isi surat perintah dari Ubaidillah bin Ziyad; kemudian Husein meminta penundaan kepada mereka sampai besok pagi. Ketika malam telah tiba, maka Sayyidina Husein bersama-sama dengan para sahabatnya menjalankan Qiyamul lail semalam penuh, mereka melakukan Shalat serta beristighfar, berdoa’ dan bertadlarru’ kepada Allah swt. 

Kemudian ketika Umar bin Sa’ad telah menjalankan shalat subuh pada hari sabtu ( riwayat lain hari Jum’at, hari Asyura 10 muharam ) maka ia mulai melangsungkan peperangan dan mengepung Sayyidina Husein dari semua penjuru. Sayyidina Husein berseru :
“Wahai orang-orang Kufah, saya tidak pernah melihat manusia lebih berkhianat daripada kalian semua; sungguh jelek kalian dan sungguh celaka sekali, binasalah kalian……….binasalah……kalian telah berteriak-teriak kepada kami, lalu kamipun mendatangi kalian, lalu kalian cepat-cepat membai’at kami secepat lalat dan ketika kami telah berada di tempat kalian, maka kalian langsung bertebaran menjauhkan diri seperti laron-laron yang berhamburan. Kalian menghadapi kami dengan hunusan pedang layaknya musuh-musuh kami yang tidak pernah menyebarkan keadilan kepada kalian, padahal tidak ada dosa yang kami perbuat kepada diri kalian, ingatlah….laknat Allah swt pasti menimpa orang-orang yang dzolim.”

Kemudian Sayyidina Husein ra menyerang mereka dan peperangan ini berlangsung sampai dhuhur; lalu Sayyidina Husein menjalankan shalat. Kemudian setelah sholat dhuhur, beliau kembali berperang, sedangkan kebanyakan dari para pengikutnya sudah habis terbunuh. satu demi satu; sahabat, saudara, sepupu, kemenakan Imam Husein wafat sebagai Syuhada dengan tubuh tertancap panah. Yang mula-mula gugur ialah : Ali Akbar bin Imam Husein, Abdullah bin Ja’far, Kasim bin Husein, seorang anak Muslim bin Aqil dan kemenakan Imam Husein. 

Yazid bin Harits bertempur membela Sayyidina Husein sampai ia terbunuh. Hur bin Ziyad di pihak pasukan Umar bi Sa’ad akhirnya membelot dan membela Sayyidina Husein, sambil berseru :
“Wahai putra Rasulullah sw, saya adalah orang yang pertama kali bertempur melawan kalian dan sekarang ini saya berada di pihakmu, mudah-mudahan saya bisa mendapatkan syafaat dari kakekmu.”
Lalu ia berperang mati-matian membela Sayyidina Husein sampai ia terbunuh dan akhirnya tinggallah Sayyidina Husein bersama bayinya, Ali Al Asghar.

 Suatu saat Ali Asghar berteriak-teriak kehausan minta minum. Sambil menggendong anaknya, Imam Husein mendekati lawan, lalu menyampaikan nasehat. Pasukan Yazid bukannya memberikan seteguk air, mereka justru memanah sang bayi yang tak berdosa itu, sehingga mati syahid seketika. Dengan perasaan campur aduk, sedih dan marah, Imam Husein menggendong Asghar yang berdarah-darah ke pangkuan ibunya, Syahr Banu. 

Ketika itulah beliau tahu, ajalnya menjelang. beliau berperang melawan mereka sampai mereka berhasil melemahkan beliau dengan luka-luka yang banyak dan beliau merasa sangat kehausan, sehingga jatuh ke tanah, lalu seorang laki-laki dari Kindah menyerangnya dengan pedang tepat mengenai kepalanya, maka hal ini membuat darahnya mengalir; kemudian Sayyidina Husein mengambil darah di kepalanya, lalu beliau tuangkan ke tanah sambil berkata :
“Ya Allah bilamana engkau telah menahan pertolonganmu dari langit kepada kami, maka jadikanlah hal itu untuk sesuatu yang terbaik buat kami dan balaslah mereka-mereka yang dzolim ini.”

Sayyidina HUsein merasa haus luar biasa, lalu ia mendekati tempat air untuk minum, tapi Hushain bin Tamim langsung menyerangnya dengan anak panah tepat mengenai mulut Sayyidina Husein, maka Sayyidina Husein berkata :
“Ya Allah bunuhlah Hushain dengan kehausan.”
( Al Allamah Al Juhri berkata : akhirnya Hushain bin Thamim menerima balasan azab berupa rasa panas di dalam perutnya dan rasa kedinginan di punggungnya; sehingga didepannya harus diletakkan es dan kipas, sedangkan di belakang tubuhnya dipasang tempat perapian. Ia menjerit-jerit rasa panas, haus dan dingin. Jika ia minum, tetap tidak merasakan kesegaran/hilang hausnya, walau minum banyak. Hal itu mengakibatkan perutnya menjadi besar dan ia mati setelah beberapa hari wafatnya Sayyidina Husein )

Ketika Sayyidina Husein ra merasa tubuhnya lemah sekali dan tidak mampu bangkit lagi, dikarenakan luka-luka yang banyak, maka beliau memanjatkan doa’ kepadaAllah swt :
Ya Allah sesungguhnya aku mengadu kepadamu terhadap perlakuan yang diberikan kepada cucu Nabi-Mu. Ya Allah hitunglah jumlah mereka dan binasakanlah mereka semua serta janganlah Engkau menyisakan seorangpun dari mereka.”


Baca juga :


Ketika melihat keadaan Sayyidina Husein sudah lemah tak berdaya, mereka menyerang Sayyidina Husein dari semua arah; Shor’ah bin Syarik At Tamimi memukul telapak tangan kiri beliau dengan pedang, kemudian Sinan bin Atsan An Nakha’i menusuk beliau dengan tombak, lalu Syamir bin Dzil Jausan memenggal kepala Sayyidina Husein dan membawanya kehadapan Ubaidillah bin Ziyad.

 Mereka juga menginjak-injak tubuh, punggung dan dada Sayyidina Husein dengan kuda-kuda mereka seperti yang telah diperintahkan Ubaidillah bin Ziyad.
Enam dari tujuh anak-anak Imam Husein Syahid di padang Karbala, juga istri tercintanya, Syahr Banu, salah seorang putri Khosru Yasdajird II dari dinasti Sasanid II, Persia ( Iran ). Empat putranya : Ali Al Akbar, Ali Ausath, Ali Al-Asghar, Abdullah; sedangkan tiga putrinya : Zainab, Sakinah dan Fatimah. Seluruh anak Husein terbunuh, kecuali Ali Ausath yang dibelakang hari terkenal sebagai wali, yaitu Ali Zainal Abidin bin Husein. Dialah satu-satunya keturunan Rasulullah SAW yang selamat dari pembantaian di Karbala.

Ketika pertempuran tak seimbang itu terjadi, Ali Zainal Abidin tengah tergolek sakit di tenda. Beliau hanya ditunggui bibinya, Zainab binti Ali, yang dengan gigih melindunginya ketika beberapa orang anggota pasukan musuh menerobos masuk ke perkemahan yang hanya ditunggui kaum wanita dan anak-anak.
Sayyidatuna Zainab berteriak lantang : 
“Apakah kalian tidak menyisakan satu laki-lakipun dari keluarga kami?” 
perajurit itu tertegun sebentar, kemudian berbalik arah meninggalkan tenda tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun. 

Sementara tubuh Imam Husein dimakamkan di Karbala, kepalanya dimakamkan dengan penuh kehormatan di pemakaman Baqi, Medinah, di sisi makam ibundanya dan kakaknya, Imam Hasan. Menurut riwayat lain, kepala Imam Husein dibawa ke Mesir dan dimakamkan disana. 

Ibnu Hajar memberitahukan sebuah hadits dari suatu sumber yang diriwayatkan dari Ali, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda " Pembunuh Husein kelak akan disiksa dalam peti api, yang beratnya sama dengan siksaan separuh penduduk dunia."

Abu Na'im meriwayatkan bahwa pada hari terbunuhnya Sayyidina Husein, terdengar Jin meratap dan pada hari itu juga terjadi gerhana matahari hingga tampak bintang-bintang di tengah hari bolong. Langit di bagian ufuk menjadi kemerah-merahan selama enam bulan, tampak seperti warna darah.

Sayyidina Husein sungguh telah memasuki suatu pertempuran menentang orang yang bathil dan mendapatkan syahidnya di sana. Menurut al-Amiri, Sayidina Husein dikarunia 6 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Dan dari keturunan Sayyidina Husein yang meneruskan keturunannya hanya Ali al-Ausath yang diberi gelar 'Zainal Abidin'. Sedangkan Muhammad, Ja'far, Ali al-Akbar, Ali al-Ashgor , Abdullah, tidak mempunyai keturunan (ketiga nama terakhir gugur bersama ayahnya sebagai syahid di karbala). Sedangkan anak perempuannya adalah: Zainab, Sakinah dan Fathimah.

Kekuasaan Yazid dan keturunannya tidak lama. Mukhtar bin Abi Ubaid Ats Tsaqafi berhasil membunuh Ubaidillah bin Ziyad dan Umar bin Sa’ad bin Abi Waqas dan membunuh satu persatu para pembunuh Sayyidina Husein yang lainnya; sehingga ia dapat menghabisi mereka semua.

Makam Imam Husein di Karbala, sudah diziarahi sejak empat tahun setelah Imam Husein syahid. Peziarah pertama pada 65 H / 654 M ialah Sulaiman bin Murad, salah seorang ulama generasi awal asal Madinah. Menurut sejarawan Ibnu Asir dalam kitabnya Al Kamil fi at-Tarikh li Ibn Asir, sejak 436 H / 1016 M kedatangan para peziarah di Karbala semakin meningkat. Ketika itu upacara ritual di Karbala mendapat dukungan dari seorang dermawan bernama Ummu Musa, yang tidak lain adalah Ibunda Khalifah Al-Mahdi dari Dinasti Abbasiyah ( 159-169 H/ 739-749 ).
Tapi lebih dari setengah abad kemudian, Khalifah Mutawakkil ( 232-247 H / 812-827 M ) menghancurkan kubah makam Imam Husein pada tahun 236 H / 816 M, dan menghukum berat para peziarah yang datang ke makam tersebut. Kebijakan ini dibuat, hanya karena gara-gara kelompok syiah memberontak. Namun sekitar satu abad kemudian, sebuah masyhad yang luas dengan kubahnya dibangun disalah satu sudut makam Imam Husein.

 Sejak itu para peziarah pun kembali ramai. Keramaian itu tak lama; dua tahun kemudian, Dabba bin Muhammad As’adi, pemimpin sejumlah suku di ‘Ain tamr, tak jauh dari Karbala, menghancurkannya kembali.
Tapi, pada tahun yang sama, 369 H / 949 M , penyangga Masyhad Husein diperkuat kembali oleh Addud bin Abdullah dari Dinasti Bani Buwaihi. Pembangunan Masyhad itu diteruskan dengan membangun tembok makam oleh Hasan bin Buwaihi. Pada bulan Rabi’ul awal 407 H / 987 M, sekitar 38 tahun kemudian, bangunan utama dan beberapa ruang Masyhad terbakar.

Tapi makam yang dianggap suci dan keramat itu dibangun kembali. Setengah abad kemudian beberapa tokoh datang berziarah. Mereka itu, misalnya Sultan Malik Syah dari Bani Saljuk, yang berziarah pada tahun 479 H / 1059 M. kemudian Ghazan Mahmud dari Dinasti Ilikh Khan, Persia, bersama ayahnya, Argun. Mereka sempat membangun kanal untuk mengalirkan air sungai Eufrat ke Masyhad, yang kemudian dikenal dengan nama Nahr Al-Huseiniyah, “air suci Husein”.
Sultan Pasha Agung dari kekhalifahan Turki usmani ( 1520-1566 M ) sempat memperbaiki kanal tersebut dan memperindahnya dengan taman. Sementara Sultan Murad III ( 1574-1595 M ) pernah minta walikota Baghdad, Ali pasha bin Alwan, membangun sebuah ruangan di Masyhad Husein. Kemudian Radhiah Sultan Begum, putri Sultan Husein I dari Dinasti Safawi (1694-1722 M) mempekerjakan 20.000 orang untuk memperluas Masyhad Husein. Pada abad ke 18 M, Agha Muhammad Khan dari Dinasti Kajar menghadiahkan kubah dan menara berlapis emas untuk makam Husein.
Kompleks makam Imam Husein sangat luas, dua kali lapangan sepak bola. Di samping makam itu terdapat makam Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib, paman Sayyidina Husein dan Hurr bin Yazid. 


๐Ÿ’ฅ KATA-KATA MUTIARA IMAM HUSEIN BIN ALI BIN ABI THALIB :

“Kebutuhan orang-orang kepada kalian adalah merupakan nikmat-nikmat Allah swt untuk kalian; maka janganlah bosan terhadap nikmat-nikmat Allah swt itu sehingga ia akan pergi menjauhkan diri.”

“Orang yang berkeperluan tidaklah berarti memuliakan dirinya dengan tidak meminta kepadamu, maka dari itu muliakanlah dirimu dengan tidak menolak permintaannya.”

“Sabar adalah mahkota, kesetiaan adalah harga diri, memberi adalah kenikmatan, banyak bicara adalah membual ( omong kosong ), tergesa-gesa adalah kebodohan, kebodohan adalah aib, berlebih-lebihan ( dalam berkata ) adalah kebohongan, berteman dengan orang yang ahli berbuat hina adalah kejahatan dan berteman dengan ahli kefasikan adalah pusat prasangka buruk.”

“Bilamana dunia dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga,
maka sesungguhnya pahala Allah swt adalah lebih berharga dan lebih mulia,
Bilamana tubuh ini dirawat hanya untuk menyambut kematian, 
maka terbunuhnya seseorang dengan pedang di jalan Allah swt lebih utama.
Bilamana rizki adalah bagian yang sudah ditentukan,
maka sedikitnya keserakahan seseorang dalam berusaha adalah lebih baik.
Bilamana harta benda dihimpun hanya untuk ditinggalkan,
maka apakah gunanya seseorang pelit terhadap sesuatu yang pasti ia tinggalkan,”

“Bilamana dirimu digigit oleh kekejaman masa,
maka janganlah kamu mengadu kepada manusia.
Dan janganlah kamu meminta selain kepada Allah Tuhan yang Maha penolong, yang Maha Tahu dan yang Maha Benar.
Karena seandainya kamu hidup dan kamu telah berkeliling dari belahan barat sampai kebelahan timur,
maka tentu kamu tidak menemukan seorangpun yang mampu membuat orang lain bahagia atau sengsara.” 

 
๐Ÿ’ฅWASIAT NASEHAT IMAM HUSEIN BIN ALI ABI THALIB : 

“Kebutuhan orang-orang kepada kalian adalah merupakan nikmat-nikmat Allah swt untuk kalian; maka janganlah bosan terhadap nikmat-nikmat Allah swt itu sehingga ia akan pergi menjauhkan diri.”

“Orang yang berkeperluan tidaklah berarti memuliakan dirinya dengan tidak meminta kepadamu, maka dari itu muliakanlah dirimu dengan tidak menolak permintaannya.”

“Sabar adalah mahkota, kesetiaan adalah harga diri, memberi adalah kenikmatan, banyak bicara adalah membual ( omong kosong ), tergesa-gesa adalah kebodohan, kebodohan adalah aib, berlebih-lebihan ( dalam berkata ) adalah kebohongan, berteman dengan orang yang ahli berbuat hina adalah kejahatan dan berteman dengan ahli kefasikan adalah pusat prasangka buruk.”

“Bilamana dunia dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga,
maka sesungguhnya pahala Allah swt adalah lebih berharga dan lebih mulia,
Bilamana tubuh ini dirawat hanya untuk menyambut kematian, 
maka terbunuhnya seseorang dengan pedang di jalan Allah swt lebih utama.
Bilamana rizki adalah bagian yang sudah ditentukan,
maka sedikitnya keserakahan seseorang dalam berusaha adalah lebih baik.
Bilamana harta benda dihimpun hanya untuk ditinggalkan,
maka apakah gunanya seseorang pelit terhadap sesuatu yang pasti ia tinggalkan,”

“Bilamana dirimu digigit oleh kekejaman masa,
maka janganlah kamu mengadu kepada manusia.
Dan janganlah kamu meminta selain kepada Allah Tuhan yang Maha penolong, yang Maha Tahu dan yang Maha Benar.
Karena seandainya kamu hidup dan kamu telah berkeliling dari belahan barat sampai kebelahan timur,
maka tentu kamu tidak menemukan seorangpun yang mampu membuat orang lain bahagia atau sengsara.”

#Subhanallah.....
#Laa_ilaaha_illallaahu_Allahu_Akbar.

#Allahumma_sholli_ala_sayyidina_Muhammad_wa_ala_ali_sayyidina_Muhammad.

#Allahumma_sholli_wasalim_wabarik_alaihi
#Aamiin_yaa_Rabbal_alamiin


Baca juga :