۞﷽۞
╭⊰✿️┈•┈•⊰✿🌟✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
"DIPERCAYA DIBUMI DAN DI LANGIT"
"MASUK SURGA DENGAN CARA MERANGKAK"
(ABDURRAHMÂN BIN AUF RADHIALLAHUANHU)
•┈┈•⊰✿┈•🔸️🌹🔸️•┈✿⊱•┈┈•
╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Inilah salah satu julukan yang diberikan kepada sahabat nabi ini, Pada biografi dan kisah Abdurrahman bin Auf mungkin kebanyakan kita hanya mengenal beliau sebagai sahabat yang pandai berdagang dan mempunyai banyak harta berkat kejujurannya dalam berusaha. Akan tetapi, ada banyak sekali cerita indah dan mengagumkan dalam kehidupan beliau yang patut kita gali dan ketahui untuk dijadikan sebagai teladan untuk kehidupan kita sehari-hari.
Selain kisah soal kekayaan dan kedermawanan Abdurrahman bin Auf, ada satu hadis pula yang sangat familiar dan sering kita dengarkan bahwa menurut penuturan anaknya sendiri, Ibrahin, bahwa Nabi pernah berkata kepadanya bahwa ia akan masuk surga dengan merangkak, sehingga jika ingin melepasakan dirinya dari keadaan tersebut maka ia harus menafkahkan semua harta yang ia dapatkan di waktu sore. Secara umum mungkin kita mengetahui seperti ini, tapi bagaimana kisah lengkapnya, tentunya harus dibaca lebih lengkap lagi di bawah.
KISAH ABDURRAHMAN BIN AUF SAAT KELAHIRANNYA
Tepatnya 10 tahun dari tahun gajah, lahirlah seorang putra yang mulia pada kabilah bernama Zuhrah bin Kilab. Dengan kelahiran bayi tersebut seluruh dari kabilah merasa senang dan bahagia.
Nama lengkap dari anak tersebut adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayyi Al-Quraisy Az-Zuhri. Jadi ayahnya bernama Auf, sedang kakeknya bernama Abdul Harits.
Adapun ibunya bernama Asy-Syifa’ yang mana ia juga jalur keturunan dari Zahrah bin Kilab. Ia juga memeluk agama Islam dan ikut hijrah bersama kaum muslimin lainnya.
Hari berganti hari, Abdurrahman dididik dengan sifat-sifat mulia dari ayahnya sehingga mampu menjadikan ia sebagai anak yang memiliki sifat dermawan, bijaksana, setia dan tak menyalahi janji serta pemberani.
KISAH ABDURRAHMÂN BIN AUF
Di masa mudanya Abdurrahman tumbuh sebagai anak yang memiliki sifat toleransi yang tinggi pada sesamanya dan mampu menjaga diri dari hal hal yang buruk dari sukunya, terutama usahanya berpaling dari menyembah berhala.
Nama Abdurrahman sendiri sebenarnya bukan nama yang ia dapat dari suku maupun ayahnya karena nama tersebut merupakan pemberian dari Nabi saw. Sebelumnya ia bernama Abdul Harits, Abdu Amrin atau pun Abdul Ka’bah.
Sebagai seorang yang termasuk dalam 10 sahabat yang dijamin masuk surga, Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai pribadi yang ringan tangan dalam membantu orang lain. Tangannya selalu terbuka untuk membantu siapa saja yang sedang mengalami kesusahaan. Selain itu, ia dikenal juga sebagai orang yang mudah meneteskan air mata.
CIRI FISIKNYA
Diketahui bahwa Abdurrahman bin Auf adalah orang yang memiliki wajah yang tampan, kulitnya berwarna kemerah-merahan, rambutnya tidak beruban, tangannya tampak besar dan demikian pula jari-jarinya, sedang kakinya tampak pincang karena beliau terkena serangan musuh saat ikut dalam perang Uhud.
HIJRAH
Karena situasi keamanan umat muslim di Makkah waktu itu tidak mendukung akibat tindakan kaum kafir Quraisy yang sering menyiksa dan menyakiti kaum muslim yang lemah, akhirnya Abdurrahman bin Auf beserta muslim lainya mendapat izin Nabi saw. untuk hijrah ke Habsyah, yakni negeri yang dikepalai oleh Raja Najasyi yang berhati baik. Keberangkatan beliau hijrah ke negeri tersebut bukanlah hal yang mudah karena perjalanan dilalui menggunakan laut, sedang keadaan perahu waktu itu belum sebagus sekarang.
Diketahui bahwa Abdurrahman tidak lama berada di Habasyah, ia kemudian kembali ke Makkah, dan pada saat terjadi hijrah besar-besaran ke Madinah, beliau juga ikut dan mejalani hidup bahagia di sana.
ABDURRAHMÂN BIN AUF LEBIH SENANG BERDAGANG DARIPADA DIBERI
Kisah Abdurrahman bin Auf yang satu ini perlu kita camkan dan tiru. Beliau memiliki sifat yang luhur dan percaya betul bahwa jaminan Allah terhadap nafkah untuk hambanya pasti dipenuhi.
Pada waktu di Madinah, Nabi saw mempersaudarakan dari masing-masing kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.
Kebetulan waktu itu Abdurrahman dipersaudarakan oleh Nabi dengan Sa’ad bin Rabi’ Al Anshari.
Dan karena merasa sebagai saudara, Sa’ad kemudian menawarkan kepada Abdurrahman sebagian tanah dan bahan makanan yang dimilikinya kepada saudara seimannya tersebut, yakni Abdurrhman.
Namun, apa yang terjadi?
Abdurrahmana bin Auf lantas berkata kepada saudaranya tersebut:
“Antarkanlah saya ke pasar untuk (agar supaya) bisa berjual beli atau berdagang."
Dari peristiwa ini jelas sekali bahwa beliau memiliki sifat yang sangat hati-hati dan lebih memilih berusaha sendiri ketimbang diberi sama orang lain.
Setelah ia ditunjuki pasar di Madinah waktu itu, ia pun kemudian mulai berjualan dengan penuh kejujuran dan sikap terpercaya.
Banyak ahli sejarah menyebutkan bahwa sekalipun Abdurrahman datang ke Madinah dengan tanpa modal dan tanpa meminta-minta, ia bisa berhasil menjadi pedagang yang sukses dan mampu mengumpulkan banyak sekali harta.
Ini berkat salah satu sifat terpujinya, yakni jujur dalam berdagang.
Saat berdagang ia selalu memisahkan antara barang yang baik dan yang tidak baik dan menjualnya dengan harga yang berbeda sehingga orang-orang merasa puas berbelanja dan berbisnis dengannya.
Inilah teladan yang wajib kita tiru jika ingin sukses dalam menjalankan usaha atau bisnis.
Baca juga :
KEDUDUKAN ABDURRAHMÂN DALAM PERANG MEMBELA ISLAM
Abdurrahmana bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam perang.
Nabi pernah memilihnya untuk memimpin 700 pasukan menuju “daumatil Jandal” pada tahun ke-6 Hijriyah.
Sebelum berangkat, Nabi sendiri yang mengenakan surban di kepalanya dan berkata kepadanya, ”Berjalanlah dengan menyebut nama Allah!”
Sesampainya di tempat tujuan, beliau lalu mengajak kepada penduduknya untuk memeluk agama Islam (sebanyak tigak kali), namun mereka menolak. Akhirnya, melakukan serangan yang akhirnya memperoleh kemenangan. Adapun pimpinan dari kaum tersebut, Al-Ashbagh bin Amrin Al Kulayyi, yang beragama Nasrani akhirnya menyerahkan diri dan masuk Islam.
Dan setelah mengabarkan kemenangannya pada Nabi, ia pun akhirnya diperintahkan untuk menikah dengan Tumadlir binti Ashbagh yang kemudian dikaruniai seorang putra bernama Abu Salamah bin Abdurrahman.
Dalam perang Uhud sendiri Abdurrahman mengalami banyak tusukan dan sabetan pedang dan bila dihitung kurang lebih ada sekitar 21 bekas luka di tubuhnya berkat perang tersebut. Selain itu kakinya juga pincang karena mendapat musibah pada perang tersebut.
Adapun dalam perang Tabuk, yakni perang tandingan antara kaum Romawi dengan umat Muslim, kisah Abdurrahman bin Auf juga terukir di dalamnya. Beliau termasuk salah seorang yang memberikan sumbangan yang besar dalam persiapan perang umat muslim yang pada saat itu sedang mengalami masa sulit. Harta yang ia sumbangkan banyak sekali, bahkan sampai ribuan dirham.
Peristiwa yang juga tercatat dalam sejara pada perang Tabuk ini adalah saat kaum muslimin sudah sampai antara Al-Hijr dan tabuk dan hendak melaksanakn salat subuh, namun karena waktu itu Nabi belum hadir karena mencari Wudhu, sedang waktu sudah akan beranjak pagi, hingga akhirnya kaum muslimin mempersilahkan Abdurrahman bin Auf untuk memimpin salat. Akan tetapi, di tengah mengerjakan salat Nabi akhirnya datang dan ikut salat pada rakaat terakhir. Setelah salam selesai, Nabi kemudian melanjutkan salatnya. Setelah selesai salat, Nabi lalu berbalik ke ummat dan bersabda : Sungguh kamu semua memperoleh kebenaran dan kebaikan.” Ya, karena mereka memilih mengerjakan salat tepat waktu..
Setelah itu nabi juga bersabda mengenai Abdurrahman bin Auf, bahwa “Tiada dicabut (roh) seorang Nabi sehingga ia salat di belakang seorang lelaki yang saleh dari umatnya.”
MENJADI ORANG YANG DIPERCAYA
Pernah suatu ketika dalam sebuah permusyarawatan Abdurrahman bin auf berkata :
“Apakah kamu semua memperkenankan saya memilih kepada kamu semua?”
Ali ra. pun menjawab: Sayalah orang yang pertama kali rela dan memperkenankan, sebab saya pernah mendengar Nabi bersabda:
“Engkau adalah orang yang dipercaya oleh penghuni langit dan oleh penghuni bumi.”
Dengan sabda Nabi saw. tersebut berarti Abdurrahman telah betul-betul dipercaya memiliki sifat yang luhur dan amanah.
BERUSAHA TERBEBAS DARI KEPAYAHAN MASUK SURGA
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda kepadanya: “Wahai Abdurrahman bin Auf, engkau tergolong orang yang kaya, dan engkau tidak akan masuk surga kecuali dengan merangkak, maka hutangilah Allah, niscaya Dia akan melepaskan kedua kakimu.”
Abdurrahman lalu bertanya, “ Apakah yang harus saya hutangkan kepada Allah wahai Rasulullah?”
Nabi menjawab, “Hendaklah engkau bebaskan apa yang didapatkan sore hari.”
Lantas Abdurrahman bertanya lagi, “Apakah dari keseluruhannya wahai Rasulullah?” Dijawab, “Ya dari seluruhnya!”
Dan setelah percakapan tersebut dengan Nabi, Abdurrahman akhirnya pergi dan hendak melaksanakannya. Namun tak lama Malaikat Jibril datang dan berkata, “Perintahlah Abdurrahman agar ia menjamu tamu, memberi makan orang miskin dan meberi peminta-minta. Sebab, jika ia mau mengerjakan semua itu maka hal itu akan menghapuskan apa yang ada padanya.”
SEORANG YANG AHLI HUKUM
Abdurrahman dalam hidupnya banyak bersama Nabi saw, itulah sebabnya ia menjadi salah seorang yang banyak menghafal hadis yang langsung diucapkan oleh Nabi maupun dari segala tindak tanduk Nabi. Abdurrahman digolongkan sebagai salah satu ulama besar dan juga sahabat Nabi oleh sebagian sahabat. Ia biasa menjadi ahli fatwa, bahkan ketika masa nabi masih hidup.
Pernah suatu ketika terjadi wabah penyakit di negeri Syam. Para sahabat waktu itu berselisih soal apakah tetap berada di tempat tersebut atau pergi agar tak terjangkiti penyakit. Waktu itu Umar mengikuti pendapat untuk kembali ke tempat tersebut. Namun, ketika Abdurrahman tiba ia lalu berkata bahwa ia tahu duduk persoalannya lalu membacakan hadis yang mana Nabi pernah bersabda, “Bila di suatu tempat atau daerah terjadi suatu bala’ maka janganlah kamu semua mendatanginya dan bila malapetaka itu berada di situ, maka janganlah kamu semua keluar meninggalkannya.
Selain itu, Umar bin Khatthab ra. juga pernah menggunakan pendapat beliau dalam hal memberi hukuman pada peminum khamr, yakni dengan delapan puluh kali dera.
Baca juga :
BENCI DENGAN MASA JAHILIYAH
Dalam profil Abdurrahman bin Auf sebagai salah seorang dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga banyak diriwayatkan bahwa ketika Abdurrahman kembali ke Makkah setelah hijrah ke Madinah, ia kemudian tidak mau sama sekali singgah ke rumahnya yang dulu ia tinggal saat hijrah. Ia berkata bahwa rumah tersebut mengingatkannya pada ada kebiasaan Jahiliyah yang senantiasa menjalankan hukum-hukum yang hina.
Lebih lanjut ia juga mengatakan bahwa ia benci singgah di rumahnya karena akan mengingatkannya pada penindasan kaum kafir Quraisy pada kaum muslim yang lemah, termasuk pada Bilal, Shuhaib dan lainnya.
RASA TAKUTNYA KEPADA ALLAH DAN SIKAP KEDERMAWANANNYA
Pernah suatu ketika Abdurrahman bin Auf ra. mengeluh pada ibunya bahwa ia khawatir kalau kekayaannya dapat menghancurkannya karena ia adalah orang Quraisy yang paling banyak hartanya. Maka ibunya pun menganjurkannya banyak bersedekah. Setelah itu, Abdurrahman pun pergi menemui Umar ra. mengenai ucapan ibunya, Ummu Salamah. Dan karena Umar ra pun sama, khawatir soal kedudukannya di akhirat maka ia juga menanyakan soal dirinya.
Sebagaimana diketahui bahwa Abdurrahman bin Auf adalah orang yang sangat kaya di masanya.Telah disebutkan di atas, bahwa ketika datang ke Madinah beliau ditawarkan separuh harta dari saudara se Islamnya, yakni Sa’ad bin Rabi’, tapi ia menolak dan hanya minta diantar ke pasar.
Beliau memulai usahanya dengan niat dan kepercayaan penuh kepada Allah. Beliau berusaha sungguh-sungguh dalam melakukan jual beli, serta jujur dalam usahanya. Walau dengan keuntungan yang sedikit ia juga tetap puas. Karena komitmennya dalam berusaha, lambat laun hartanya pun semakin melimpah. Bahkan ia pernah berkata, “Seandainya saya mengangkat batu dari tempatnya, niscaya saya akan menemukan harta di bawahnya.”
Pernah suatu ketika ia ditanya oleh sahabat lain, “Apa sebabnya engkau bisa sukses dalam bidang perdagangan?” Ia berkata, “Karena saya tidak pernah menjual barang yang cacat dan saya tidak menghendaki keuntungan yang banyak, dan Allah akan memberkahi kepada orang yang dikehendaki.”
Dalam biografi dan kisah Abdurrahman bin Auf banyak sekali diberitakan bentuk kedermawanannya, di antaranya beliau pernah menjual baran dari hasil ghanimah senilai sepuluh ribu dinar kemudian beliau membagi-bagikannya kepada isteri-isteri Nabi. Pernah juga Abdurrahman bersedakah dengna separuh hartanya, kemudian bersedekah empat puluh ribu dinar, dan juga pernah menyumbangkan lima ratus kendaraan di jalan Allah. Dan kebanyakan dari yang ia nafkahkan di jalan Allah adalah dari hasil perdagangan. Bahkan disebutkan bahwa surah Al-Baqarah ayat 262 diturunkan berkaitan dengan sikap Abdurrahman dan para sahabat yang mulia.
Pernah juga, suatu hari terdengar kabar yang menggemparkan kota Madinah dan sampai ditelinga Aisyah bahwa ada kurang lebih 700 kendaraan yang datang dari Syam dan itu semua milik Abdurrahman. Mengetahui hal tersebut Aisyah lalu berkata, “Ingatlah! Saya pernah mendengar Nabi saw. bersabda, “Saya melihat Abdurrahman bin Auf masuk surge dengan merangkak.”
Mendengar ucapan Aisyah tersebut, beliau langsung mendatanginya dan minta penjelasannya. Menanggapi hal tersebut ia langsung menyedekahkan 700 unta tersebut berikut pelananya .
Masih soal kedermawanan beliau. Sebuah riwayat dari Ja’far bin Barqan menyebutkan bahwa “Saya telah mendengar bahwa Abdurrahman bin Auf ra. telah memerdekakan budak sebanyak tiga puluh ribu. Bahkan Umar ra. berkata bahwa dalam sehari Abdurrahman memerdekakan sebanyak 30 budak.
WAFATNYA
Setelah menjalani kehidupannya dengan usaha yang sangat baik dalam menjalankan kehidupan sebagai seorang muslim yang taat, akhirnya beliau wafat di usia 73 tahun (sebagian menyebutkan 72). Banyak penutur kisah Abdurrahman bin Auf dalam sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk surge menyebutkan bahwa beliau meninggalkan 28 putra dan putri dan wafat pada tahun 31 hijriyah atau pendapat lain 32 H.
Sebelum dimakamkan beliau juga dimandikan oleh Usman ra. dan dimakamkan di tempat dimana iamewasiatkannya, yakni di Baqii’. Semoga Allah merahmatinya dan ia bukan orang yang merangkak memasuki surga tapi berjalan secepat kilat karena usahanya dalam mendermakan hartanya untuk agama Allah.
Selamat jalan Abdurrahman bin Auf!
Baca juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dan saran anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.