Rabu, 11 Oktober 2017

ASA DIANGKASA HATI TIDAK MEMBUMI

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. 
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. 
Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. 
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. 
Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

*

Puji dan Syukur tak henti kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang tiada henti memberikan nikmat, berkah, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena nikmat dan hidayah dari Allah berupa keimanan dan keislaman-lah yang membuat kita tetap kokoh berjalan di atas jalan Allah. 
Dan nikmat kesehatan dan kesempatan dari Allah pula sehingga hari ini kita dapat bersilaturahmi dalam rangka melaksanakan salah satu aktivitas yang merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam, yakni menuntut ilmu.

*

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala ke muka bumi ini sebagai rahmatan lil alamiin, yang telah menggempur kesesatan dan mengibarkan panji-panji kebenaran, serta memperjuangkan islam hingga sampai kepada kita sebagai rahmat tak terperi dari Allah subhanahu wa ta’ala.

*

Sebagai seorang manusia wajar saja jika kita punya harapan dan cita-cita. 
Namun untuk mewujudkan semua itu bukankah kita harus berdoa dan Ikhtiar dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan asa tersebut....?

Apakah kita bisa berhasil mewujudkannya jika kita tetap males-malesan... ?

*

Begitu pula dengan asa, harapan kita untuk menjadi hamba yang beruntung di akhirat kelak :
Untuk diampuni Allah... 
Untuk bisa masuk surga... 
Untuk terbebas dari api neraka....

Apakah kita akan begitu saja mendapatkan semua itu jika kita tetap terus berbuat dosa...? 
Jika kita tidak melaksanakan perintah Allah...? 
Dan bahkan jika kita selalu melanggar larangan Allah...?

Astaghfirullahal 'adziim waatubu ilaihi.

*

Salim Maula Ubay bin Ka’ab menasehatkan setelah dimintai oleh ‘Umar bin ‘Abdul 'Aziz, “Lantaran sebuah kesalahan yang dilakukannya, Adam dikeluarkan dari surga. 
Adapun kalian, mengerjakan banyak kesalahan, namun herannya kalian mengharapkan masuk surga.”

*

Inilah kelemahan terbesar kita, setelah tertipu untuk berbuat dosa, yaitu angan-angan hampa dan terbujuk prasangka yang melenakan.

*

Al Hasan Al Bashri mengingatkan,

“Ada sekelompok orang yang dilalaikan oleh angan-angan meraih ampunan Allah dan harapan menggapai rahmatNya, sampai-sampai mereka meninggal dunia tanpa membawa amal shalih. 
Salah seorang dari mereka mengatakan (dengan penuh optimisme),

“Saya berprasangka baik kepada Allah dan mengharapkan rahmatNya.”

*

Rupa-rupanya, mereka salah paham terhadap hadits berikut:

Rasulullah bersabda , “Seseorang tidak akan masuk surga karena amalnya.
” Para sahabat Nabi bertanya, “Tidak juga Anda wahai Rasulullah?” 
Rasulullah menjawab, “Tidak juga aku. Kecuali bila Allah menaungi diriku (juga kalian) dengan karunia dan rahmah (serta ampunan) Nya.

Maka berusahalah untuk beramal secara benar. 
Jika tidak bisa, berusahalah mendekati kebenaran. 
Berusahalah di waktu pagi, sore, dan sebagian waktu malam.
Bersikaplah pertengahan (antara berlebihan dan meremehkan).

Bersikaplah pertengahan. Niscaya kalian sampai ke tujuan. 
Janganlah salah seorang dari kalian mengangankan kematian. 
Karena bila ia orang baik, diharapkan ia menambah kebaikan. 
Dan jika ia orang yang buruk, diharapkan ia bisa memperbaiki diri.”

[Muttafaq ‘alaih]

*

Padahal sudah jelas, untuk bisa masuk surga, harus ada jaminan karunia, rahmah, dan ampunan Allah.

Dan agar mendapatkan ketiga jaminan itu, Rasulullah mensyaratkan untuk beribadah kepada Allah seoptimal mungkin dengan metode yang telah beliau tuntunkan.

*

Al Hasan Al Bashri memberikan kritik yang pedas, “Sungguh, ia telah berkata dusta. Kalau saja ia benar-benar berprasangka baik kepada Allah, tentulah ia sungguh-sungguh beramal ketaatan dengan bagus. Sekiranya ia benar-benar mengharap rahmah Allah, sudah pasti ia sungguh-sungguh mencarinya dengan amal-amal shalih. Besar kemungkinan akan binasa, musafir yang mengarungi padang sahara tanpa bekal dan air minum.”

[Al Bidayah wa An Nihayah 9/338]

*

Apa yang dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri ini sangat sesuai dengan firman Allah,

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.”

[QS. Al-Araf : 99]

*

Yahya bin Mu’adz Ar Rozi turut menyindir sikap linglung ini, “Amal bagai fatamorgana, qalbu kosong dari takwa, dosa sebanyak butir pasir dan debu. Berharap gadis surga yang jelita. Alangkah jauhnya. Mustahil. Meski tidak minum khamr, engkau sedang mabuk. Alangkah sempurnanya engkau jika amalmu mendahului anganmu. 
Alangkah mulianya engkau jika amalmu mendahului ajalmu. Alangkah perkasanya engkau jika engkau menyelisihi hawa nafsu.”

[Shifah Ash Shafwah 4/92]

*
Sindiran ini mengingatkan kita pada ungkapan Rasulullah, “Barangsiapa ingin mengetahui apa yang akan ia terima di sisi Allah kelak, hendaklah ia melihat hak-hak Allah di sisinya (apa yang telah ia kerjakan).” 

[Sunan Ad-Daruquthni]

*

Alangkah tepatnya, tidak ada yang didapatkan di akhirat selain yang telah dilakukan di dunia.

Ingin tahu, kita menjadi penghuni surga ataukah penghuni neraka ? 
Marilah kita tengok saja apa yang telah kita perbuat.

*

Allah telah mengingatkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

[QS. Al-Hasyr: 18]

*

Rasulullah bahkan telah menyindir, dengan sindiran yang sangat halus namun mengena, “Saya tidak melihat hal yang lebih mengherankan daripada neraka. Orang-orang mengaku takut kepadanya, tapi masih saja bisa tidur nyenyak. Saya juga tidak melihat hal yang lebih mengherankan daripada surga. Orang-orang mengaku ingin memasukinya, tapi masih saja bisa tidur nyenyak.”

[Sunan At-Tirmidzi no. 2728]

*

Begitu seringnya kita menjadi bangkai di malam hari dan menjadi keledai di siang hari. 
Saat matahari hadir, kita masih seperti orang pandir. 
Saat bulan bersemayam, semangat qiyamul lail kerap padam.

Saat awan berkejaran, kita terus saja dalam kelalaian. 
Saat bintang temaram, dalam tidur, kita tenggelam. 
Laksana seonggok kayu yang tidak punya nyawa. 
Tidak tergerak untuk mempersembahkan penghambaan terbaik kepada Allah. Sementara harapan menjadi penghuni surga dan bebas dari neraka sangat tinggi.

*

Kiranya, patut kita simak syair Isma’il bin Qasim AI Baghdadi yang sangat populer,

“Engkau berharap keselamatan, namun engkau tidak menempuh jalannya. 
Adalah sebuah kemustahilan bahtera berlayar di daratan.”

[Al Bidayah wa An Nihayah 10/279]

*
Begitu pula, kita layak untuk menertawakan diri kita sendiri. Bagaimana tidak, kita seringkali menanti upah ibadah. 
Kita tidak sumringah, kalau ibadah kita tidak berbuah upah.

Kita berdakwah, tapi berharap dunia. 
Kita membaca Al-Qur’an, tapi berharap harta. 
Kita membangun masjid, tapi berharap ada kelebihan dana, lantas mengambilnya dengan dalih ganti keringat.

*

Padahal Rasulullah telah bersabda :  “Tidaklah orang yang berperang di jalan Allah kemudian ia mendapatkan harta rampasan perang (lalu mengambilnya untuk kepentingan diri dan kenikmatan dunia) kecuali ia telah mempercepat duapertiga pahala (yang mestinya didapat utuh) di akhirat sehingga masih tersisa sepertiga. 
Apabila tidak mengambil ghanimah semua pahala akan ia dapatkan.”

[Shahih Muslim no. 1906]

*

Bagaimana bisa kita akan meraih surga tertinggi yang kita idam-idamkan, dan terbebas dari neraka yang ganas, kalau ibadah saja masih terengah-engah, dosa saja masih nikmat terasa, dunia saja masih menjadi fokus asa, kepada Allah saja masih sering kita lupa?

lnilah kelemahan kita yang lain. 
Terbiasa dengan dosa-dosa yang dianggap remeh, sehingga tidak ada rasa takut akan adzabnya, atau mengira pasti segera diampuni Allah.

*

Rasulullah memberikan wejangan: “Jauhilah oleh kalian dosa-dosa yang dianggap remeh. 
Sesungguhnya dosa-dosa yang dianggap remeh itu seperti sebuah kaum yang singgah di sebuah lembah. 
Mereka semua mencari kayu bakar maka si A datang membawa sepotong kayu, si B datang membawa sepotong kayu, dan demikian juga yang lain.

Akhirnya dengan kayu-kayu yang terkumpul, mereka bisa memasak roti sampai matang. 
Sesungguhnya bila dosa-dosa yang dianggap remeh itu diberi hukuman oleh Allah, niscaya akan membinasakan pelakunya."

[Musnad Ahmad. Ash Shahihah no. 389; Shahih Al Jami’ no. 2866, 2867]

*

Demikianlah, bahwa kita adalah hamba Allah, kewajiban kita dalam hidup ini hanyalah mempersembahkan ibadah yang terbaik kepada Allah sesuai ketentuan dariNya dengan penuh cinta, pengagungan, dan asa.

*

Dan harus kita ingat bahwa :
Asa Tidak ada gunanya tanpa rahmah, ridha, maghfirah, dan karunia Allah.

*

Tidak perlu kita mengingat-ingat ibadah yang pernah kita sukses mengoptimalkan pelaksanaannya. 
Yang selalu kita ingat semestinya adalah keburukan kita, agar kita tidak ‘ujub dan lengah, agar semangat kita terjaga dan taubat tidak tersendat.

*

Biarlah Allah yang menilai seberapa bermutunya ibadah kita, dan biarlah kita sibuk dengan bertaubat dan terus memperbagus ibadah kita kepada Allah.

*

Andaipun kita telah mampu berupaya seoptimal mungkin dalam beribadah kepada Allah, dan nampaknya kita telah berada di puncak penghambaan, ingatlah sehebat apapun ibadah kita kepada Allah, kita tidak mampu mencapai kesempurnaan.

*

Misalnya terkadang kita lalai dari Allah, lemah semangat ibadah, terlintas keinginan untuk berbuat buruk. 
Kalau hal ini kita sadari, maka tidak pantas merasa telah sukses mengoptimalkan ibadah.

*

Tidak ada gunanya membanggakan keshalihan diri. 
Tidak ada untungnya merasa diri telah suci.

Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan adzab Rabb mereka…. mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk mengerjakan kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperoleh (balasan/pahala)nya.”

[QS. Al-Mu`minun: 57, 61]

*

Sebelum kita akhiri, salah satu firman Allah ini sangat tepat dengan keadaan kita yang punya asa tinggi namun tidak disertai dengan pembuktian.

Allah berfirman :

كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ

"Sekali-kali tidak ; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya (secara optimal).”

[QS. `Abasa: 23]

*

Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kita emang harus punya harapan setinggi angkasa untuk dapat memperoleh Ridho Allah.... 
Menjadi hamba yang beruntung diakhirat... 
Terbebas dari api neraka....
Dan menjadi penghuni Surga...

*

Namun semua itu harus kita imbangi dengan amalan lahir dan batin... 
Dengan menta'ati perintah Allah... 
Menjauhi larangan Allah... 
Menjalankan sunah... 
Menghindari yang subhat dan makhruh...

....sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

*

Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
Semoga ada manfaat yang dapat kita ambil bersama.

Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Semua kebaikan dan kebenaran datangnya dari Allah dan semua kekurangannya berasal dari saya pribadi yang masih fakir dalam ilmu.
Mohon dimaafkan....

استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....

استغفر الله العظيم واتوب اليه

*

Dari saya....

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dan saran anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.