Rabu, 28 Juni 2017

ISLAM BUKAN WARISAN DAN DAULAH UNTUK PEMUDA

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 



ISLAM BUKAN WARISAN 


Islam Bukan Warisan Nenek Moyang dan Orang Tua. Agama Islam bukanlah agama yang semata-mata diwariskan dari nenek moyang atau dari kedua orangtuanya kepada anak-anaknya. Sudah terlalu banyak bukti bahwa Islam adalah agama fitrah yang sesuai dengan fitrah manusia.

Allah Ta’ala berfirman,

ﻓَﺄَﻗِﻢْ ﻭَﺟْﻬَﻚَ ﻟِﻠﺪِّﻳﻦِ ﺣَﻨِﻴﻔًﺎ ۚ ﻓِﻄْﺮَﺕَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻓَﻄَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ۚ ﻟَﺎ ﺗَﺒْﺪِﻳﻞَ ﻟِﺨَﻠْﻖِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ۚ ﺫَٰﻟِﻚَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦُ ﺍﻟْﻘَﻴِّﻢُ ﻭَﻟَٰﻜِﻦَّ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” 

📖(Ar-Ruum: 30).


Al-Qurthubi membawakan makna fitrah dalam tafsir, yaitu bermakna Islam. Beliau berkata:

ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻣﺬ ﺧﻠﻘﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺁﺩﻡ ﺟﻤﻴﻌﺎ

“Maknanya yaitu Islam, Ini sejak Allah menciptakan nabi Adam dan seluruh manusia” 📚(LIhat tafsir Qurthubi).


Islam Ada Sejak Zaman Nabi Adam
Perlu diketahui terkait tafsir Al-Quthubi bahwa memang agama Islam itu sudah ada sejak zaman Nabi Adam, karena pengertian Islam secara umum adalah sebagaimana berikut:

َﺍْﻹِﺳْﻼَﻡُ : َﺍْﻹِﺳْﺘِﺴْﻼَﻡُ ِﻟﻠﻪِ ﺑِﺎﻟﺘَّﻮْﺣِﻴْﺪِ ﻭَﺍْﻹِﻧْﻘِﻴَﺎﺩُ ﻟَﻪُ ﺑﺎِﻟﻄَّﺎﻋَﺔِ ﻭَﺍﻟْﺒَﺮَﺍﺀَﺓُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙِ ﻭَﺃَﻫْﻠِﻪِ .

“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya” 

📚(Utsul Tsalatsah Syaikh At-Tamimi).


Semua Nabi dan Rasul Mendakwahkan Tauhid
Karenanya semua dakwah nabi dan para Rasul sama yaitu mendakwahkan tauhid dan berlepas dari kesyirikan. Allah berfirman,

ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺑَﻌَﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺭَﺳُﻮﻻً ﺃَﻥِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut’” 📖(QS. An-Nahl: 36).


Setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus dengan Islam dalam pengertian lebih khusus yaitu syariat Islam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah beliau diutus semua agama harus mengikuti syariat Islam beliau. Beliau menjelaskan seandainya Nabi Musa hidup di zaman beliau maka harus mengikuti beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﻴًّﺎ ﻣَﺎ ﻭَﺳِﻌَﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَّﺒِﻌَﻨِﻲ

“Seandainya Musa ‘alaihissalam masih hidup niscaya tidak diperkenan baginya melainkan dia harus mengikutiku” (HR. Ahmad).

Agama Islam Bukan Warisan
Agama Islam bukan warisan tetapi karena hidayah yang Allah berikan kepada yang dikehendaki sesuai dengan ilmu dan hikmah Allah. Buktinya misalnya, Ada orang yang orang tuanya Islam tetapi setelah baligh/dewasa ia malah murtab dan sebaliknya ada yang kedua orang tuanya non-muslim kemudian mendapat hidayah dan menjadi Islam.

-Nabi Nuh mempunyai anak yang tidak ikut agama nabi Nuh dan Nabi Nuh tidak bisa mewariskan kepada semua anaknya.

-Nabi Ibrahim tidak mendapatkan warisan ajaran bapaknya dan semua kaumnya yang menyembah berhala.

Sebagai bukti keadilan Allah, semua anak dilahirkan di atas fitrah yaitu agama Islam. Meskipun kedua orang tuanya bukan Islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻛُﻞُّ ﺇِﻧْﺴَﺎﻥٍ ﺗَﻠِﺪُﻩُ ﺃُﻣُّﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮَﺓِ، ﻓَﺄَﺑَﻮَﺍﻩُ ﻳُﻬَﻮِّﺩَﺍﻧِﻪِ ﺃَﻭْ ﻳُﻨَﺼِّﺮَﺍﻧِﻪِ ﺃَﻭْ ﻳُﻤَﺠِّﺴَﺎﻧِﻪِ

“Setiap manusia dilahirkan ibunya di atas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” 

📙(HR. Muslim).

Orang Tua yang Menjadikan Berbeda Agama?
Orang tua mereka yang memberi “cap” agama selain Islam. Ini hanya “cap” saja sampai mereka baligh. Jika sebelum baligh/dewasa mereka meninggal maka sebagai bukti keadilan Allah, mereka masuk surga semuanya. Karena memang mereka belum baligh dan belum bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Mereka dalam asuhan Nabi Ibrahim di surga sebagaimana dalam hadits berikut.

ﻭَﺍﻟﺸَّﻴْﺦُ ﻓِﻰ ﺃَﺻْﻞِ ﺍﻟﺸَّﺠَﺮَﺓِ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢُ – ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ – ﻭَﺍﻟﺼِّﺒْﻴَﺎﻥُ ﺣَﻮْﻟَﻪُ ﻓَﺄَﻭْﻻَﺩُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ

“Orang tua di bawah pohon adalah Ibrahim. Sedangkan anak-anak kecil yang ada di sekitarnya adalah anak-anak umat manusia (yang mati sebelum baligh).”

Pendapat ulama yang lainnya bahwa anak-anak yang belum baligh akan diuji lagi oleh Allah kelak sebagaimana orang buta, tuli dan orang yang memang tidak sampai ajaran Islam pada mereka sama sekali. Adapun jika telah baligh, mereka sudah bisa berpikir dan merenung serta sudah bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Mereka sudah bisa memilih dan membedakan mana yang baik dan buruk. Sangat jelas ajaran agama Islam adalah yang paling sesuai dengan fitrah dan logika manusia. Jika mencari agama selain Islam, maka akan merugi. Allah berfirman,

ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺒْﺘَﻎِ ﻏَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺈِﺳْﻼﻡِ ﺩِﻳﻨًﺎ ﻓَﻠَﻦْ ﻳُﻘْﺒَﻞَ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮِﻳﻦَ

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” 

📖(QS. Ali Imran: 85).


Tidak Bisa Memilih Islam Sejak Lahir
Sebagian orang protes dengan ketidakadilan bahwa orang-orang yang lahir dari orang tua dan tempat yang bukan beragama Islam maka dia otomatis tidak beragama Islam (tidak mewarisi Islam). Tidak demmikian, banyak yang keadaannya demikian tetapi bisa beragama Islam dan mendapatkan hidayah. Kemudian mengapa mereka hanya protes pada agama saja. Mengapa tidak protes dengan orang yang lahir ada yang pintar, ada yang bodoh. Ada yang lahir di keluarga kaya, ada juga yang lahir di keluarga miskin.

Yang benar adalah semuanya sudah ditetapkan dalam takdir Allah dan sesuai dengan ilmu serta hikmah Allah. Kita sebagai manusia dan Hamba-Nya sangat tidak layak bertanya-tanya “Mengapa Allah takdirkan ini, mengapa tidak Allah takdirkan itu.” Karena kita hanya hamba dan kitalah yang akan ditanya (diminta pertanggung jawaban) atas perbuatan kita sedangkan Allah tidak ditanya.

Allah berfirman,

ﻟَﺎ ﻳُﺴْﺄَﻝُ ﻋَﻤَّﺎ ﻳَﻔْﻌَﻞُ ﻭَﻫُﻢْ ﻳُﺴْﺄَﻟُﻮﻥَ

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat -Nya dan merekalah yang akan ditanyai” 

📖(Al-Anbiya`: 23).


Tentu sangat tidak layak seorang pembantu/budak ketika di suruh majikannya kemudian protes, mengapa ia harus melakukan hal tersebut. Apalagi dengan Rabb pencipta, tentu sangat tidak layak.



DAULAH UNTUK PEMUDA 


Wahai Para Pemuda, Inilah Daulah Kalian, Bersegeralah !



Oleh: Abu Bakar Aman Al Hattari (@aman12000)

Terjemah: Syahid Salim


Pemuda adalah tonggak bangsa dan tiang negara. Dengan peran dan di atas mereka tegaknya peradaban. Pada pundak-pundak mereka bangkitnya bangsa dan negara. Bangsa tanpa pemuda takkan pernah survive. Pemuda dalam islam mendapat mahkota kehormatan yang agung. Sejarah panjang islam penuh dengan catatan emas pemuda-pemuda agung yang takkan pernah terlupakan apalagi terhapuskan dari ingatan manusia.

Sejak merekahnya fajar kenabian para pemuda telah menjadi tumpuan dakwah muhammadiyah. Benturan-benturan yang terjadi setelahnya menjadi saksi kepahlawanan, jihad, dan pengorbanan mereka. Dalam lembaran buku-buku sejarah, dituliskan bahwa pemuda adalah pencetus dan penyebar dakwah. Bahkan mereka telah memberikan contoh keteguhan dan konsistensi dalam dakwah kepada ummat islam.

Tidaklah suatu bangsa hidup dalam kerendahan dan kehinaan, dan tidak pula bangkit meraih martabat dan kemuliaan kecuali engkau dapati pemuda adalah faktor utama perubahan-perubahan yang terjadi saat ini.

Wahai pemuda umat! Inilah contoh nyata yang telah tergores dalam sejarah untuk dijadikan panutan pada zaman krisis panutan ini. Maka jalanilah langkah mereka dan ikutilah jejak mereka. Sungguh ummat islam telah menunggu kalian.

Cukuplah generasi sahabat dan tabi’in sebagai panutan bagi siapa saja yang berusaha mengembalikan kemuliaan dan naik menuju langit kemegahan.

Kisah mereka sudah terabadikan, tinggal diwujudkan dalam kenyataan.


Usamah bin Zaid 18 tahun; Memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu.


Sa’d bin Abi Waqqash 17 tahun; Yang pertama kali melontarkan anak panah di jalan Allah. Termasuk dari enam orang ahlus syuro. Rasul Shallallahu’alahi wasallam bersabda tentangnya: “Ini adalah pamanku, ayo mana paman kalian”.


Al Arqam bin Abil Arqam 16 tahun; Menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasul Shallallahu’alahi wasallam selama 13 tahun berturut-turut.


Zubair bin Awwam 15 tahun; Yang pertama kali menghunuskan pedang di jalan Allah. Diakui oleh Rasul Shallallahu’alaihi wasallam sebagai hawari-nya.

Zaid bin Tsabit 13 tahun; Penulis wahyu. Dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani sehingga menjadi penterjemah Rasul Shallallu’alalihi wasallam. Hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al Qur’an.


Atab bin Usaid; Diangkat oleh Rasul Shallallahu’alaihi wasallam sebagai gubernur Makkah pada umur 18 tahun.

Mu’adz bin Amr bin Jamuh 13 tahun dan Mu’awwidz bin ‘Afra 14 tahun; Membunuh Abu Jahal, jenderal kaum musyrikin, pada perang Badar.


Thalhah bin Ubaidullah 16 tahun; Orang Arab yang paling mulia. Berbaiat untuk mati kepada Rasul Shallallahu’alaihi wasallam pada perang Uhud dan menjadikan dirinya sebagai tameng.


Muhammad Al Fatih 22 tahun; Menaklukkan Konstantinopel ibukota Byzantium pada saat para jenderal agung merasa putus asa.

Abdurrahman An Nashir 21 tahun; Pada masanya Andalusia mencapai puncak keemasannya. Dia mampu menganulir berbagai pertikaian dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya.

Muhammad Al Qasim 17 tahun; Menaklukkan India sebagai seorang jenderal agung pada masanya.


Kisah yang tak terhitung dalam goresan sejarah islam. Cukuplah hal itu sebagai pengingat keagungan pemuda dalam masyarakat islam. Barat sadar akan keagungan pemuda. Maka mereka gariskan konspirasi dan curahkan segala daya untuk mengumumkan perang tanpa belas kasihan kepada pemuda.


Konspirasi musuh-musuh umat islam dalam perang terhadap pemuda tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Namun kita sebutkan beberapa langkah mereka:

1. Mengekspor pemikiran demokrasi yang damai dan mempengaruhi para pemuda untuk memeluk ide impor ini serta menjadikan mereka sebagai pakan dalam konflik dan revolusi demokratik ini.

2. Membiarkan sekte-sekte bid’ah (Rafidhah dan Sufi) serta kelompok-kelompok menyimpang (Murji’ah dan kelompok pecinta damai) untuk menyebarkan pemikirannya dikalangan pemuda.

3. Membuka lebar pintu syahwat kepada korbannya, membentuk channel-channel untuk menyebarkan racun dan menanamkan sedimentasi intelektual. Seorang pemuda bingung takkan pernah mampu bertahan melawan hantaman gelombang.

4. Jalan menuju syahwat yang diharamkan terbuka lebar tanpa membutuhkan biaya banyak dan tanpa penjagaan seorangpun.

5. Menyibukkan pemuda dengan hobi-hobi yang tak berguna (Olahraga dengan seluruh channel, klub dan supporternya). Agar para pemuda islam tersibukkan dari kondisi ummat.

Sehingga hari ini kita mengingat sejarah yang gemilang, menderita karena kenyataan yang menyakitkan dan berharap masa depan yang cerah. Bukankah malam gelap berlalu dengan terbitnya fajar cerah dengan cahaya kemegahan dan kemuliaan? Namun bagaimana?


Inilah Daulah Islamiyah mengembalikan kemuliaan kita, membangun menara khilafah kita dan mengembalikan sejarah kita dari cengkeraman penguasa murtad dan tentara salib.


Wahai yang menginginkan kemenangan islam! Hendaklah kalian bersama Daulah Islam

Wahai yang berharap kembalinya khilafah! Hendaklah kalian bersama daulah khilafah

Syari’at yang ditegakkan, syahadah, tauhid dan pengorbanan.

Daulah Islamiyah amat membutuhkan usaha keras, pemikiran dan kreativitas kalian. Daulah islamiyah lebih pantas untuk ditolong dan didukung dari partai-partai kehinaan dan ketundukan.

Kapan kalian akan bebas dari penghambaan kepada jama’ah-jama’ah yang telah terbukti ketundukan dan pengkhianatannya dari permasalahan ummat? Yang juga telah terbukti membuang prinsip-prinsip dan akidah-akidahnya?

Pilihlah !

Antara harga diri islam dan kehinaan demokrasi

Antara kemuliaan jihad dan aib silmiyyah

Antara mati syahid dan kehinaan

Antara syariat dan undang-undang riddah

Sikap yang kalian ambil akan dicatat dalam sejarah. Kalian akan menemui Rabb kalian dengan sikap itu seorang diri yang tiada membantu kecuali apa yang telah kalian kerjakan. Jangan biarkan syubhat menghalangimu, syahwat mencegahmu, partai menghadangmu atau seorang syaikh menjegalmu dalam perjalananmu ini, karena engkau berada diatas manhaj nubuwwah. Jika tidak, sunnah istibdal akan menguasaimu. Allah berfirman:

(وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ)

“Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” (QS At Taubah : 39)


Demikian semoga bermanfaat

Selasa, 02 Mei 2017

KISAH ABDULLAH BIN MUBARAK

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" KISAH ABDULLAH BIN MUBARAK "
•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

===================================


Nama asli beliau adalah Abdullah bin Mubarak bin Wadhih al Hanzali at Taimi dilahirkan Pada tahun 118 H. Abdullah bin Mubarak berasal dari Khurasan yaitu daerah Marwa. Ibunda Abdullah bin Mubarak adalah wanita Khuwairizmiyah, sedangkan ayahnya adalah mantan budak milik seorang pedagang dari Hamdzan dari Bani Hanzalah.

Hasan mengatakan bahwa, 
➖ "ibu dan ayahnya berasal dari Turki, Itu terbukti saat Abdullah bin Mubarak yang mirip dengan ibunya sedang melepas bajunya dan terlihat bahwa dadanya tidak terdapat bulu sedikitpun."



SIFAT-SIFAT ABDULLAH BIN MUBARAK 

Sudah tidak diragukan lagi bahwa Abdullah bin Mubarak memilik sifat yang sangat terpuji, sehingga banyak yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah melihat sifat sebaik Abdullah bin Mubarak pada diri orang lain.


Ya, beliau adalah orang yang faqih ilmunya, seorang yang zuhud, kaya, pemberani, pemalu, bermurah hati, dia menguasai ilmu nahwu, fiqih, adab, bahasa, syair, fashahah, dia juga rajin berhaji, selalu menunaikan qiyamulail, tidak berbicara yang tidak berguna dan jarang menyelisihi pendapat teman-temannya.

Ismail bin Ayyasy berkata, 
➖ "Tidak ada di permukaan bumi ini orang seperti Abdullah bin Mubarak, aku tidak mengetahui bahwa Allah menciptakan salah satu sifat dari sifat-sifat kebaikan melainkan Allah telah menjadikannya dalam diri Abdullah bin Mubarak. Teman-temanku menceritakan kepadaku bahwa mereka menemaninya dari Mesir ke Makkah, dia memberi makan puding kepada mereka sedangkan dia berpuasa."
Kisah Abdullah bin Mubarak saat Belajar

Abdullah bin Mubarak sangat giat belajar ilmu agama, bahkan sampai ulama-ulama pada masanya banyak yang memuji beliau, salah satunya adalah imam Ahmad bin Hambal, beliau berkata, "Pada zaman itu tidak ada yang lebih giat belajarnya kecuali Abdullah bin Mubarak, ia melakukan perjalanan ke Yaman, Mesir, Syam, Bashrah, dan Kuffah. Dia adalah seorang perawi ilmu dan ahlinya, dia menulis dari orang-orang yang lebih muda darinya dan orang-orang yang lebih tua darinya. Dia menulis dari Abdurrahman bin Mahdi dan Al-Farizi.

Tidak ada yang lebih sedikit terjatuh dalam kesalahan daripada Ibnu Mubarak, dia adalah orang yang menceritakan hadits dari kitab, sedangkan orang yang menceritakan hadits dari kitab nyaris tidak ada yang terjatuh dalam kesalahan. Waki’ menceritakan hadits dari hafalannya, dan dia tidak melihat kitab sama sekali. Dan hadits yang ia bacakan sama sekali tidak ada yang salah."

Bahkan dalam buku kisah Abdullah bin Mubarak tertulis, teman-temannya banyak yang menanyakan atas semangatnya beliau dalam menuntut ilmu. 
Salah satunya adalah Abu Khirasy, 
➖ "Wahai Abdullah sampai kapan kau mencari ilmu?" Dia menjawab, "Mungkin sampai batas kata yang berisi keselamatanku tidak aku dengar lagi."

Nu’aim bin Hammad berkata, 
➖ "Abdullah bin Mubarak banyak duduk dirumahnya sendiri, maka aku bertanya kepadanya, 'mengapa kau menyendiri?' Dia menjawab, 'Bagaimana mungkin aku menyepi sedangkan aku bersama Nabi?" Sahabat Abana, dari sekian pujian teman-teman Abdullah bin Mubarak di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa:
Abdullah bin Mubarak mempunyai semangat yang sangat tinggi dalam belajar sampai-sampai berani melakukan perjalanan menuju Yaman-Bashra-Syam-Mesir-Kuffah.
Semangat Abdullah bin Mubarak dalam menuntut ilmu menjadikan dia pandai dalam menulis dan meriwayatkan hadits bahkan dikatakan di atas, Abdullah sampai jarang terjatuh ke dalam kesalahan.
Subhanallah..



KISAH ABDULLAH BIN AL-MUBARAK ULAMA AHLI ILMU YANG MENYEMBUNYIKAN IBADAH DAN AMAL SALEH 


Tentu saja kita semua tahu, bahwa dia bukan hanya ahlu ilmi namun dia juga mengamalkan ilmu tersebut, lantas bagaimana kisah Abdullah bin Mubarak dalam beribadah sampai dia tidak ingin dilihat?


SHALAT MALAM ABDULLAH BIN MUBARAK 

Muhammad bin al-Wazir seseorang yang diberi wasiat oleh Abdullah bin Mubarak, ia berkata,
➖ "Kami bersama Abdullah bin Mubarak di atas pelana unta lalu kami sampai disuatu tempat pada malam hari, dari sana timbullah ketakutan, beliau turun lalu mengendarai kendaraannya sehingga melewati tempat itu, lalu ketika kami sampai di sungai, dia turun dari kendaraannya, akupun mengambil tali kekangnya, dan aku menyandarkan badanku, lalu Abdullah bin Mubarak wudhu dan shalat hingga terbit fajar, sedangkan aku hanya memperhatikannya, ketika sudah masuk subuh, dia memanggilku sambil berkata, 
➖ "Bangunlah dan berwudhulah"

Aku menjawab, 
➖ "Sesungguhnya aku masih dalam keadaan wudhu dan aku tidak tidur sehingga tidak batal."

Mengetahui jawabannya itu, beliau merasa sedih karena aku mengetahuinya shalat malam. Sampai-sampai dia tidak berbicara denganku hingga setengah hari, dan aku sampai di rumah bersamanya."


IBADAH HATI YANG PENUH IMAN 

Sahabat abana, suatu ketika Abdullah bin Mubarak dan temannya menuju ke Syam, mereka makan malam disebuah rumah , tiba-tiba lampu mati,lalu diantara teman beliau berdiri untuk mengambil lampu dan menyalakannya, setelah lampu menyala, beliau terlihat mengeluarkan air mata, karena ia sedang merasa takut, bukan takut karna gelap akan tetapi teringat akan hari kiamat yang gelap. 
Allahuakbar...



JIHAD ABDULLAH BIN MUBARAK YANG TIDAK INGIN DILIHAT 

Diriwayatkan dari sanad Abdah bin Sulaiman yakni al-Marwazi, dia berkata, "Kami berada dalam pasukan detasemen bersama Abdullah bin Mubarak di negeri Romawi, lalu tiba-tiba kami bertemu dengan musuh, ketika dua pasukan bertemu, seorang dari musuh keluar dari barisan dan mengajak perang tanding.

Maka keluarlah seseorang dari barisan muslimin yang tidak diketahui identitasnya, lalu orang muslim tersebut membunuh musuhnya, kemudian keluar lagi satu orang dari barisan musuh, dan orang muslim itu lagi yang membunuhnya, begitu terus hingga tiga orang musuh terbunuh hanya dengan satu orang muslim. Maka orang-orang muslim lainnya langsung mengerumuni dia, ternyata dia menutupi wajahnya dengan kerah bajunya, lalu kami membuka kerah bajunya dan ternyata orang itu adalah Abdullah bin Mubarak.

Abdullah berkata, 
➖ "Engkau wahai Abu Amr, termasuk orang yang membongkar indentitasku, padahal aku tidak ingin dikenal." Subhanallah..
Sifat Zuhud & Wara' serta Tawaddhu (Rendah Hati) Abdullah bin Mubarak

Diantara ilmunya yang tinggi, Ibadahnya yang luar biasa, kedermawaannya dan sifat-sifat baiknya, ternyata ada tabiatnya yang terkenal dalam diri Abdullah bin Al-Mubarak yaitu Zuhud & Wara', Tawadhu dan Rendah Hati dan keberaniannya.

Apa itu Zuhud? 
Zuhud pada asalnya adalah kosongnya hati dari dunia bukan kosongnya tangan dari dunia. Ada suatu kisah yang terjadi oleh Abdullah bin Mubarak yaitu:

Ketika itu Abdullah bi Mubarak adalah seorang pedagang, tetapi hasil dagangnya tidak ia gunakan untuk diri sendiri, ia gunakan untuk untuk membantu saudara-saudara seiman, melaksanakan haji, berjihad, dan kebaikan-kebaikan yang lain. Salah satu teman Abdullah bin Mubarak yang bernama Ali bin Fudhail menceritakan kehidupannya dalam hal perdagangan, ia berkata:

➖"Aku mendengar ayahku saat berkata kepada Ibnu Mubarak, ("Engkau menyuruh kami berzuhud, serta hidup sederhana, tetapi kami melihatmu membawa barang-barang perniagaan dari negeri Khurasan ke negeri Al-Haram, bagaimana itu bisa terjadi?")
Abdullah bin Mubarak menjawab, "Wahai Abu Ali, aku hanyalah melakukan hal itu untuk melindungi wajahku, memuliakan harga diriku, dan sebagai penopang untuk mentaati Rabbku, tidaklah aku melihat ada hak Allah melainkan pasti aku bersegera kepadanya hingga aku melaksanakannya."
Dari sinilah sangat jelas bahwa Abdullah bin Mubarak ulama yang sangat zuhud, ia tidak pernah menyimpan harta untuk dirinya sendiri, namun ia belanjakan di jalan Allah dan untuk beribadah kepada Allah. Adapun Wara' nya (sikap kehati-hatian dalam melakukan segala hal) Abdullah bin Mubarak saat ia berkata :

➖"Seandainya seseorang bertakwa dalam seratus perkara sementara dia tidak bertakwa dalam satu perkara, niscaya dia bukan termasuk orang yang bertakwa, seandainya dia bersikap wara' (berhati-hati) terhadap seratus perkara sementara dia tidak bersikap wara' dalam satu perkara, maka dia bukan termasuk orang ang wara'. 

Barangsiapa memiliki sifat kejahilan, maka dia termasuk orang-orang yang jahil. Tidaklah engkau mendengar Allah telah berfirman kepada Nabi Nuh dalam Qs.Hud: 45:
➖ "Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku."
Lalu Allah melanjutkan firmannya:
➖"Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."



BAGAIMANA DENGAN ADAB DAN KEMURAHAN HATI ABDULLAH BIN MUBARAK ??

Sungguh tidak diragukan lagi dalam hal adab dan rendah hati, karna Abdullah bin Mubarak sendiri sangat menganjurkan untuk membaguskan adab dan menjelaskan kepada manusia tentang adab yang bagus.

Sebagai contoh, suatu ketika ada seorang laki-laki yang bersin di samping Abdullah bin Mubarak, maka Abdullah bin Mubarak berkata,
➖ "Apa yang harus diucapkan ketika selesai bersin?" 
Laki-laki itu menjawab, "Alhamdulillah." 
Maka Abdullah bin Mubarak pun menjawab, "Yarhamukallah."
Subhnallah kami sangat kagum dengan adabnya yang bagus dan mengajarkan kepada manusia akan urgensinya.


Atau melalui perkataan beliau langsung, misalnya saat Abdullah bin Mubarak berkata kepada ahli hadits dan penuntut ilmu, 
➖ "Kalian lebih membutuhkan adab daripada banyaknya ilmu." "Pelajari adab sebelum Engkau pelajari Ilmu."

Kemurahan hati Abdullah bin Mubarak dijelaskan dari sanadnya Hibban bin Musa, dia berkata,
➖ "Abdullah bin Mubarak dicela karena membagi-bagikan hartanya diberbagai negeri, tapi tidak membagi-bagikannya kepada penduduk negerinya sendiri.

Maka Abdullah bin Mubarak berkata,
➖ 'Sesungguhnya aku mengetahui kedudukan kaum yang memiliki keutamaan dan kejujuran, jika mereka mencari hadits, maka mereka mencarinya dengan sebaik-baiknya, dan orang-orang sangat membutuhkan mereka, jika kami membiarkan mereka, maka terlantarlah mereka, jika kami membantu mereka, maka mereka akan menyebarkan ilmu kepada umat Muhammad, dan aku tidak tahu setelah kenabian ada yang lebih utama daripada menyebarkan ilmu."
Allahuakbar...

Selain itu semua dia juga ulama yang sangat bertawadhu' karna tidaklah seseorang bertawadhu’ karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya. Al-Hasan berada di kuffah, dibacakan kepada nya kitab al-Manasik yang berakhir pada hadits pendapat Abdullah bin Mubarak, maka Abdullah bin Mubarak berkata,
➖ "Siapakah yang menulis pendapatku ini?"

Al-Hasan menjawab, 
➖ "Sekretaris yang menulisnya."
 Lalu Abdullah bin Mubarak menghapus tulisan itu sampai benar-benar terhapus, sembari berkata, 
➖ "Siapakah aku ini sehingga kata-kataku harus ditulis?"

 Itulah sepenggal kisah tawadhu’nya Abdullah bin Mubarak, dia malu jika kebaikan nya dianggap oleh manusia.

Dari kisah di atas semua membuat banyak manusia yang mencintai Abdullah bin Mubarak karena ilmunya, karena adabnya, karena takutnya ia kepada Allah dan sebagainya. Adz-dzahabi berkata, 
➖ "Demi Allah, aku mencintainya karena Allah, dan aku mengharapkan kebaikan dengan mencintainya, karena anugrah yang Allah berikan kepadanya berupa ketakwaan, ibadah, keikhlasan, jihad, keluasan ilmu, kesempurnaan, pengorbanan, kedermawanan, dan sifat-sifat terpuji lainnya."

Abdullah bin Mubarak seorang ulama' yang terkenal, meskipun ia tidak ingin dikenal, beliau memiliki banyak ilmu, sudah tentu beliau mempunyai guru-guru yang mengajarkan ilmu kepadanya, sehingga beliau menjadi seorang ulama yang mahir dan luas ilmunya.

Selama perjalanan Abdullah bin Mubarak menuntut ilmu, ia telah berguru dengan banyak ulama’, hingga kurang lebih ada 227 guru. Abana tidak bisa menyebutkan satu-satu, karena banyaknya mereka. Namun sahabat Abana bisa merujuk dalam kitab Tahdzib al-Kamal untuk melihat siapa sajakah guru-guru Abdullah bin Mubarak.


BERIKUT SALAH SATU GURU ABDULLAH BIN MUBARAK : 

Ketika Abdullah bin Mubarak berada di Damaskus, beliau belajar dengan banyak guru diantaranya adalah al-Auza’i, Said bin Abdul Aziz, Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, Yunus bin Abu Ishaq, Malik bin Anas dan sebagainya.



SEDANGKAN MURID-MURID BELIAU BERJUMLAH KURANG LEBIH 143 ORANG 

Di antaranya adalah Abu Bakar bin Ayyasy, Ishaq bin Rahawaih, Fudhail bin Iyyadh, Nu’aim bin Hammad, ats-Tsauri, Yahya bin Ayyub, Abu Kuraib, Ali bin Hajar, Ibnu Mahdi, Yahya bin Ma’in, Hibban bin Musa dan sebagainya. Silakan rujuk lebih lengkapnya murid-murid Abdullah bin Mubarak dalam kitab At-Tadzhib Al-Kamal.


ADAPUN KARYA TULIS ATAU KITAB-KITAB ABDULLAH BIN MUBARAK, sangat banyak sekali di antaranya adalah:

At-Tafsir, terbitan Dar al-Kutub al-Ilmiyah
Al-Musnad, berdasarkan riwayat al-Hasan bin Sufyan bin Amir an-Nasawi.
Kitab al-jihad, dicetak dengan tahqiq Dr.Nazih Hammad, profesor di universitas Malik Abdul Aziz, Makkah.
Kitab al-Birr wa ash-shilah
Kitab As-sunan
Kitab at-tarikh
Arba’in fii al-hadits
Riqa’ al-fatawa
Kitab az-zuhd wayalihi ar-Raqaiq, dicetak dengan tahqiq dan ta’liq syaikh Habiburrahman al-A’zhami.
Kisah Abdullah bin Mubarak Wafat

Abdullah bin Mubarak pergi ke Iraq pada 141 H dan meninggal di Hait atau Anat pada 13 Ramadhan 181 H. (Abdan bin Utsman) Diriwayatkan bahwa usia Abdullah bin Mubarak saat meninggal kurang lebih 63 tahun. Semoga Allah merahmatinya dan ilmunya berkah bagi umat manusia hingga sekarang, sungguh jasa-jasa yang beliau persembahkan untuk kaum Muslimin sangatlah besar.


KATA-KATA INDAH DARI ABDULLAH BIN MUBARAK 

Orang yang berakal itu tidak merasa aman dari empat perkara: 
1️⃣. Pertama, dosa yang telah lalu yang tidak diketahui apa yang akan Allah perbuat terhadapnya. 
2️⃣. Kedua, umur yang masih tersisa yang tidak diketahui apa saja yang ada di dalamnya berupa perkara-perkara yang membinasakan.
3️⃣. Ketiga, keutamaan yang telah diberikan yang mungkin itu adalah tipu daya atau istidraj. 
4️⃣. Keempat, kesesatan yang ditampakkan, baik kepadanya lalu dia melihatnya sebagai petunjuk, dan dari kesesatan hati sesaat demi sesaat yang lebih cepat daripada sekejap mata yang mungkin akan merampas agamanya sedangkan dia tidak menyadarinya."

Itulah empat perkara yang mana kita harus berhati-hati dan selalu memperhatikannya.

Saat Abdullah mengambil Air minum ditengah banyak orang, dan orang-orang di sana tidak mengenalnya, lalu mereka mendesak dan mendorongnya, ketika Abdullah keluar, dia berkata:

➖Kehidupan itu tidak lain hanyalah seperti ini, yakni bila kita tidak mengenalnya maka kita tidak menghormatinya."


📚Refrensi : Min A'lam As-Salam Syaikh Ahmad Farid

Senin, 27 Maret 2017

SIAPAKAH ORANG YANG BANGKRUT SESUNGGUHNYA...??

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 



Imam Muslim rahimahullah berkata di dalam kitab Shahihnya pada hadits nomor 2581:

Telah berkata kepada kami Qutaibah bin Sa’id dan Ali bin Hujr, mereka berdua berkata: Telah berkata kepada kami Isma’il (yaitu Ibnu Ja’far), dari Al ‘Ala`, dari ayahnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

أتدرون ما المفلس؟ قالوا: المفلس فينا من لا درهم له ولا متاع. فقال: إن المفلس من أمتي يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة، ويأتي قد شتم هذا وقذف هذا وأكل مال هذا وسفك دم هذا وضرب هذا، فيعطى هذا من حسناته وهذا من حسناته. فإن فنيت حسناته قبل أن يقضى ما عليه، أخذ من خطاياهم فطرحت عليه ثم طرح في النار

“Tahukah kalian siapa orang yang pailit (bangkrut)? Para sahabat menjawab: “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta.” Nabi berkata: “Sesungguhnya orang yang bangkrut di umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala) shalat, puasa, dan zakat; akan tetapi dia datang (dengan membawa dosa) telah mencaci si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini, dan memukul si itu; maka si ini (orang yang terzhalimi) akan diberikan (pahala) kebaikannya si ini (pelaku kezhaliman), dan si ini (orang yang terzhalimi lainnya) akan diberikan kebaikannya si ini (pelaku kezhaliman). Jika kebaikannya telah habis sebelum dituntaskan dosanya, maka (dosa) kesalahan mereka diambil lalu dilemparkan kepadanya kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.”

Imam An Nawawi rahimahullah di dalam kitab Syarh Shahih Muslim menjelaskan: “Maknanya bahwa hal ini adalah makna orang bangkrut yang sebenarnya. Adapun orang yang tidak memiliki harta ataupun sedikit hartanya lalu manusia menamakannya sebagai orang yang bangkrut, maka ini bukanlah orang bangkrut yang sebenarnya, karena perkara ini (kebangkrutan) akan hilang dan terputus dengan kematiannya. Ataupun bisa jadi ia terputus dengan kemudahan yang dia peroleh setelah itu ketika dia masih hidup.

Sesungguhnya orang bangkrut yang sebenarnya adalah apa yang tersebut di dalam hadits ini, yaitu orang yang celaka dengan keadaan yang parah dan bangkrut secara pasti karena pahala kebaikannya diambil untuk para korban (kezaliman) nya. Apabila kebaikannya telah habis, maka kesalahan mereka akan diambil lalu diletakkan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka. Maka lengkaplah kerugiannya, kehancurannya, dan kebangkrutannya.” Demikian perkataan Imam An Nawawi.

Demikianlah ancaman yang diberikan terhadap orang-orang yang berbuat kezhaliman terhadap manusia, meskipun dia banyak melakukan amalan shalih. Baik kezhaliman itu dilakukan dengan cara mencaci orang lain; atau menuduh orang lain dengan tuduhan yang keji, seperti tuduhan berzina ataupun yang lainnya; atau memakan harta orang lain, membunuh, dan memukul orang lain dengan sebab atau cara yang tidak diizinkan oleh syariat; ataupun dengan berbagai bentuk kezhaliman yang lainnya.

Orang yang demikian ini akan dihukum oleh Allah untuk membayar kezhaliman yang telah dilakukannya terhadap orang lain dengan cara dipindahkan pahala kebaikannya kepada orang yang terzhalimi sesuai kadar kezhalimannya. Jika pahalanya tidak cukup untuk membayar dan menutupi kezhalimannya, maka dosa orang yang terzhalimi akan dipindahkan kepada orang yang menzhalimi sehingga dosanya semakin lebih banyak dan berat daripada pahalanya yang berakibat dia akan dimasukkan ke dalam neraka.

Dengan keadaan nihil pahala seperti ini, maka dia digolongkan sebagai orang bangkrut (palit) yang sebenarnya karena semua kebaikan dan pahala yang dia cari menjadi hilang. Inilah makna sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم di dalam hadits di atas. Adapun kebangkrutan harta benda, maka bukanlah kebangkrutan yang sebenarnya karena bisa jadi dia berhasil memperoleh kekayaan lagi di masa yang akan datang, ataupun terputus dengan kematian.

Kita memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar Dia menghindarkan diri kita dari menzhalimi orang lain ataupun dizhalimi oleh orang lain.

PERINGATAN!

Ada dua hal yang perlu disampaikan di sini agar tidak timbul kesalahpahaman bagi sebagian orang. Dua hal tersebut adalah:

1. Imam At Tirmidzi di dalam kitab Sunannya (13/121) menukilkan kalam Al Maziri rahimahullah: “Sebagian ahli bid’ah menyangka bahwa hadits ini bertentangan dengan firman Allah ta’ala:

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

“Seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” [QS Al An’am: 164]

Ini adalah (persangkaan) batil dan kejahilan yang nyata karena orang itu (pelaku kezhaliman) sesungguhnya dihukum akibat perbuatannya dan dosanya, sehingga ditujukan atasnya hak-hak para korban (kezhaliman) nya, lalu diberikan kepada mereka kebaikannya. Ketika (pahala) kebaikannya habis, diambillah (dosa) perbuatan jelek korbanya, lalu diletakkan untuknya (pelaku). Maka hakikat hukuman (yang dia terima) adalah disebabkan karena kezhalimannya, dan bukan dihukum karena kesalahan yang tidak dilakukannya.” Demikian perkataan Imam Al Maziri.

2. Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata di dalam kitab Syarh Riyadhush Shalihin (27/39): “Akan tetapi hadits ini tidak berarti bahwasanya dia (pelaku kezhaliman yang telah habis pahalanya) kekal berada di neraka. Akan tetapi dia disiksa sesuai dengan kadar dosa orang lain yang telah ditimpakan kepadanya, kemudian setelah itu tempat kembalinya adalah ke surga, karena seorang mukmin tidak kekal berada di dalam neraka.

Akan tetapi api itu panasnya sangat dahsyat. Seseorang tidak akan mampu menahan (panasnya) api walaupun sebentar saja. Ini adalah api dunia, maka terlebih lagi api neraka. 
Semoga Allah melindungi kami dan anda daripadanya.”

Rabu, 08 Maret 2017

DAHSYATNYA BASMALAH


Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita.
Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Nabi Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

Aamiin yaa Rabbal'alamiin

*
Sebelum mulai kajian, marilah kita sama-sama luruskan niat agar semua yang kita kerjakan selalu dalam keikhlasan, yang hanya mengharapkan Ridho-Nya.
Insya Allah tanpa kita memohon hal ini akan membuat semuanya menjadi bernilai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Aamiin yaa Rabbal'alamiin

*
Sesuai dengan tema , kita awali kajian pada malam hari ini dengan kalimat :

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,"

Kalimat di atas mempunyai kandungan arti yang sangat besar.
Bacaan basmalah ini sangat mudah untuk diucapkan, akan tetapi keistimewaan dan keutamaannya sangatlah besar.

*
Seuntai kalimat yang sangat mulia, begitu mudah dilafalkan serta mendatangkan keberkahan.
Dengan basmalah Allah Ta’ala membuka kitabnya yang mulia, dengan basmalah pula pembuka surat Nabi Sulaiman kepada Bilqis, dan dengan basmalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membuka surat-suratnya kepada para raja untuk mengajak mereka melakukan penghambaan diri hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Dengan membaca basmallah semoga Allah melimpahkan kepada kita keberkahan serta melindungi kita dari keburukan setan.

Aamiin yaa Rabbal'alamiin

*
Basmalah adalah singkatan dari بـسم الله yang berarti “Dengan nama Allah”
atau:
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

yang berarti “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Marilah kita sedikit bahas mengenai makna Basmalah ini....

*
Ungkapan basmalah terdiri dari kata :

1. Kata بــِ yang berarti “dengan”. Ungkapan ini mengandung makna tabarruk, yaitu keinginan untuk diberi barakah oleh Allah swt. Maksudnya, dengan mengucapkan nama Allah aku berharap anugerah barakah dariNya untuk pekerjaan yang akan saya lakukan ini.

2. Kata اســم yang berarti “nama”.

Ungkapan ini mengandung makna isti’anah dan isti’adzah.
Isti’anah artinya mohon pertolongan. Maksudnya dengan mengucap nama Allah aku memohon pertolonganNya untuk pekerjaan yang akan saya lakukan ini.
Adapun isti’adzah artinya mohon perlindungan.
Maksudnya dengan mengucap nama Allah aku memohon perlindunganNya dari gangguan syaitan dan segala hal yang buruk.

Ibnu Sa'diy dalam tafsirnya Taisirul Karimir Rahman menjelaskan bahwa “lafazh ismu ( nama ) itu dalam bentuk mufrad ( tunggal ) dalam posisi mudlaf, namun mengandung makna umum yang mencakup semua Al Asma-ul Husna”. Berarti, sekali mengucap basmalah, maka nama-nama Allah yang berkaitan dengan permohonan barakah, pertolongan dan perlindungan yang akan dilakukan semuanya terkait dalam pengucapannya.

3. Kata الله adalah sebuah nama untuk Tuhan yang Maha Agung lagi Maha Tinggi.

Semua nama dan sifatNya kembali kepada ( mengiringi ) sebutan Allah, seperti ungkapan Ar Rahman ( yang Maha Pengasih ) dan Ar Rahim ( yang Maha Penyayang ) yang terdapat dalam kalimat bismillahirrahmanirrahim. Ibnu Sa’di dalam tafsirnya Taisirul Karimir Rahman berkata : “Allah adalah Zat yang harus dipertuhan dan diibadahi.
Dialah yang berhak sebagai satu-satunya yang harus diibadahi, karena semua sifat-sifat ketuhanan sudah tersandar padaNya. Yaitu sifat-sifat yang mulia”.

4. Kata الرحـــمن artinya Maha Pengasih.

Kata Ar Rahman berasal dari kata rahmat. Maksudnya Allah selalu memberikan rahmatNya kepada semua makhlukNya tanpa pilih kasih.

5. Kata الرحـــيم artinya Maha Penyayang.

Kata Ar Rahim ini juga berasal dari kata rahmat. Maksudnya Allah banyak memiliki rahmat yang Dia sediakan untuk makhluk yang Dia kasihi.

*
Basmalah adalah bagian dari ayat yang ada dalam Al-Quran, ia ialah kalam Allah yang Maha Agung dan Maha Perkasa. Tentunya tidak akan sama dengan perkataan manusia.
Mungkin sebab minimnya pemahaman kita seputar makna Basmalah atau tidak tahunya kita akan kedahsyatan fungsinya, sehingga kita menyepelekan bacaan tersebut.
Atau sewaktu kita membacanya tidak merasakan nuansa yang religious dan juga tidak merasakan kehadiran Allah bersamanya.

Salah satu sebab lainnya , saat kita lupa membaca Basmalah di setiap memulai aktifitas dan kegiatan, kita tidak merasa ada sesuatu yang kurang atau ganjil.
Padahal kalau kita simak bagaimana terjadinya perubahan fenomena alam saat Basmalah itu turun, kita akan menjumpai betapa "Dahsyatnya kalimat Basmalah" tersebut dan betapa pentingnya kalimat itu untuk diucapkan saat memulai segala aktifitas.

*
Mari kita simak yang dikemukakan shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang menceritakan terjadinya perubahan alam saat turun ayat Basmalah!

Jabir bin Abdullah berkata: “Saat Bismillahir rahmanir rahim turun, mendung tebal bergeser dan bergerak ke arah timur dan angin pun terhenti, air laut bergelora dan bergelombang, hewan-hewan mendengarkannya dengan seksama, dan syetan-syetan dilempari bintang dari arah langit. Dan Allah bersumpah dengan kemuliaan dan keagungan-Nya, bahwa tidaklah sesuatu dinamakan dengan menggunakan nama-Nya kecuali Allah akan memberkahinya.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/22 dan Fathul Qadir: 1/18).

*
Lalu Aisyah menguatkan apa yang dinyatakan Jabir di atas dengan perkataannya: “Saat Saat Bismillahir rahmanir rahim turun, bergetarlah gunung-gunung, sampai para penduduk Mekkah mendengar gemuruhnya.
Mereka berkata ‘Muhammad telah menyihir gunung-gunung’.
Lalu Allah mengirim mendung tebal hingga menaungi para penduduk Mekkah. Lalu Rasul s.a.w bersabda, ‘Barangsiapa membaca Basmalah dengan keyakinan yang mantap, maka gunung-gunung akan bertasbih bersamanya, hanya saja dia tidak mendengar suara tasbihnya sama sekali.”
(HR. Abu Na’im dan ad-Dailami)

*
Sebagai bahasan inti berikut ini beberapa riwayat yang menjelaskan keutamaan dan "Dahsyatnya lafadz Basmalah" bila diucapkan oleh seorang mukmin dengan hati yang khusus dan yakin, sehingga ia bisa merasakan kebesaran Allah dan membenarkan sabda Rasul-Nya.

1. Mencegah Syetan ikut Makan bersama kita.

Jika kita makan atau menikmati minuman tanpa disertai membaca bismillah, berarti seseorang telah menyediakan rizki bagi Iblis (syetan).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan:

قَاَلَ إِبْلِيْسُ : كُلُّ خَلْقَكَ بَيَّنْتَ رِزْقَهُ, فَفِيْمَ رِزْقِيْ؟ قَالَ : فِيْما لَمْ يُذْكَرْ اسْمِيْ عَلَيْهِ

Iblis berkata kepada Allah: “Setiap makhluk-Mu telah Engkau terangkan rizkinya. Mana rizkiku?” Kemudian Allah menjawab: “Pada makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya”.
[Ash-Shahîhah, 708].

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ

“Bila salah seorang diantara kalian makan maka hendaknya ia mengucapkan bismillah, bila ia lupa diawalnya, maka hendaknya ia membaca bismillah fi awwalihi wa akhirihi.
(HR. At Tirmidzi no. 1781, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

2. Membuat Syetan Muntah-muntah.

Umaiyah bin Makhsyi berkata: “Saat Rasul s.a.w sedang duduk, ada seorang laki-laki sedang makan dan tidak baca Bismillah sampai makannya hampir habis hanya tinggal satu suapan. Lalu saat dia menyuapkan suapan itu ke mulutnya, dia membaca: ‘Bismillahi awwalahu wa akhirahu’ (Dengan nama Allah di awal dan di akhirnya). Lalu tertawalah Rasul s.a.w, lalu bersabda, ‘Syetan masih terus makan bersamanya, tapi saat dia membaca Bismillah , syetan pun langsung memuntahkan apa yang ada di perutnya.’” (HR. Abu Daud).

3. Mencegah Masuknya Syetan ke Rumah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“…Dan tutuplah pintu kalian seraya membaca Bismillah, sebab syetan tidak akan mampu membuka pintu yang tertutup (dengan baca Bismillah) …”
(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Memboikot Syetan yang Ada di Dalam Rumah.

Rasulullah bersabda,
“Bila seseorang masuk rumahnya, lalu membaca Bismillah saat masuk dan pada saat makan, maka syetan berkata (pada teman-temannya): ‘Tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makan malam bagi kalian.’ Tetapi bila seseorang masuk rumahnya dengan tidak membaca Bismillah, maka syetan berkata (pada teman-temannya): “Kalian dapat bermalam.’ Bila tidak menyebut nama Allah saat makan, maka syetan berkata (pada teman-temannya: ‘Kalian dapat tempat bermalam dan makan malam.” (HR. Muslim)

5. Sebagai Tanda kepasrahan Kita Kepada Allah Saat Hendak Tidur.

Dari shahabat Hudzaifah radhiallahu 'anhu berkata: "Kebiasaan (sunnah) Nabi shalallahu 'alaihi wasallam ketika hendak tidur, beliau membaca:

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا

"Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup."
(HR. Al Bukhari no. 6334, dan Muslim no. 2711)

*
Dari manfaat dan keutamaan no 1 sampai no 5 ini dapat kita simpulkan, bahwa manfaat basmalah itu juga sebagai :
"Pencegah dan Hijab dari Syetan"

Telah diriwayatkan bahwasanya setiap orang yang ingin masuk rumah pasti setan mengikutinya, maka jika seseorang masuk rumah lalu mengucapkan:

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

Setan menyeru, "Tidak ada tempat masuk untukku pada rumah ini".

Jika seseorang menyantap makan seraya berucap:
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

Setan menyeru, "Di sini tidak ada makananku".

Jika seseorang ingin minum seraya berucap:

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ

Setan menyeru, "Di sini tidak ada minumanku."

Jika seseorang ingin tidur lalu mengucapkan
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ

Setan menyeru, "Di sini tidak ada tempat tidur buatku."

6. Memproteksi Diri dari Gangguan Syetan Sepanjang Hari.

Utsman bin Affan berkata: “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘barang yang membaca doa ini disaat sore tiba: ‘Dengan nama Allah (Bismillah), yang dengan (nama)-Nya tidak akan bisa membahayakan sesuatu pun yang ada di bumi dan di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (tiga kali), maka ia tidak akan ditimpa musibah yang tiba-tiba sampai pagi hari. Dan barangsiapa yang membacanya di sore hari, maka ia tidak akan ditimpa musibah yang tiba-tiba sampai sore hari.”
(HR. Tirmidzi, dan dishahihkan al-Albani).

7. Perisai Diri dari Kejahatan yang Ada di Luar Rumah.

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bila seseorang keluar dari rumahnya, lalu ia membaca:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

“Dengan nama Allah, aku bertawakkal hanya kepada Allah, tiada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah.”
Maka dikatakan padanya: “Engkau telah mendapat petunjuk, engkau tercukupi dan engkau telah terjaga (terbentengi),” sehingga para setan lari darinya.
Setan yang lain berkata: “Bagaimana urusanmu dengan seseorang yang telah mendapat petunjuk, tercukupi, dan terbentengi?!
(HR. Abu Dawud no. 4431)

8. Menutup Penglihatan Jin.

Dari shahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمْ الْخَلاَءَ أَنْ يَقُولَ بِسْمِ اللَّهِ

“Penutup antara pandangan-pandangan jin dengan aurat bani Adam ketika seseorang masuk wc adalah membaca basmalah.”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani).

Anas bin Malik berkata: Rasul s.a.w bersabda, “Yang bisa menutupi aurat anak Adam (manusia) dari pandangan mata jin, saat hendak menanggalkan pakaiannya adalah membaca: “Bismillahi ladzi la ilaha illa huwa (Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Dia).”
(HR. Ibnus Sunni)

9. Melindungi Generasi dari Gangguan Syetan.

Dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Bersabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, “Bila salah seorang diantara kalian menggauli istrinya, hendaknya ia berdo’a:

بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan dari apa yang engkau rizkikan kepada kami.”
Bila Allah subhanahu wata’ala memberikan karunia anak kepadanya maka setan tidak akan mampu memudharatkannya.”
[HR. At Tirmidzi no. 1012]

10. Sebagai Obat yang Mujarab dan Ampuh.

Ali bin Abi Thalib berkata: “Bismillahi” adalah obat dari segala macam penyakit dan ialah unsur pokok dalam segala macam obat.

“Rahman” adalah penolong bagi setiap orang yang beriman pada Allah, dan nama tersebut tidak digunakan untuk menemani yang lainnya selain Allah.

“Rohim” adalah penolong bagi orang yang bertaubat dan beriman pada Allah serta beramal shalih. (Tafsir al-Munir: 1/48).

11. Mendatangkan Berkah.

Wahsyi bin Harb berkata: Para sahabat mengadu pada Rasulullah,
Wahai Rasulullah ! Kami telah makan, tapi kami tidak kenyang-keyang.
Rasulullah bertanya, “Mungkin kalian makannya terpisah-pisah (tidak berkumpul)?
Mereka menjawab: ‘Ya’.
Rasulullah bersabda, “Maka berkumpullah kalian saat makan, dan bacalah Basmalah , niscaya Allah akan memberkahi makanan kalian.”
(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

12. Sunah Ketika Hendak Memasukkan Jenazah ke Liang Kubur

Disunnahkan (dianjurkan) membaca:

بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Dengan menyebut nama Allah dan diatas sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam." (HR. Abu Dawud no. 2798)

13. Mengusir Bala'

Pernah Rasulullah berkata pada sayidina Ali Karomallah Wajhah, "Wahai Ali, maukah engkau aku ajari beberapa kalimat yang harus kau baca jika ada sesuatu yang menyulitkanmu."
Sayidina Ali menjawab, "Tentu dan semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu."
Maka beliau bersabda, "Bila kau ada pada sesuatu yang sulit ucapkanlah:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

_"Maka sesungguhnya dengan bacaan itu Allah Subhanahu Wata'ala akan menyingkirkan segala macam bala"."

14. Melemahkan Kekuatan Syetan dan Mengecilkan Bentuknya.

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Walid Abu Malih, ayahnya yang pernah dibonceng Rasulullah menceritakan:

كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَعَثَرَتْ دَابَّتُهُ فَقُلْتُ تَعِسَ الشَّيْطَانُ . فَقَالَ لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ

Ketika aku dibonceng Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tiba-tiba unta beliau tergelincir. Serta merta aku mengatakan, “Celakalah syetan.” Maka beliau bersabda, “Jangan kamu katakan, ‘celakalah syetan,’ sebab jika kamu katakan seperti itu maka syetan akan membesar sebesar rumah dan dengan sombongnya syetan akan berkata; ‘itu terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, ucapkanlah ‘Bismillah’ sebab jika engkau mengucapkan basmalah syetan akan mengecil hingga seukuran lalat.”
(HR. Abu Dawud)

15. Membuat hewan sembelihan menjadi halal.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ

“Dan janganlah kalian makan hewan yang tidak disebut nama Allah atasnya.” (Al-An’am: 121)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

فَلْيَذْبَحْ عَلَى اسْمِ اللَّهِ

“Hendaknya menyembelih dengan (menyebut) nama Allah (basmalah).”
[HR. Al Bukhari no.5500]

Dalam riwayat lain....
Maka sebelum menyembelih hewan hendaknya membaca:

بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

(HR. Abu Dawud no. 2427)

*
Sebagai akhir dari kajian kali ini , mari kita simak keutamaan untuk memulai segala sesuatu dengan bacaan basmalah,berikut ini :

Syaikh shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata,

والحكمة في البدء ببسم الله الرحمن الرحيم التبرك بها لأنها كلمة مباركة فإذا ذكرت في أول الكتاب أو في أول الرسالة تكون بركة عليه. أما الكتب أو الرسائل التي لا تبدأ ببسم الله الرحمن الرحيم فإنها تكون ناقصة لا خير فيها، ومن ناحية أخرى بسم الله الرحمن الرحيم فيها الاستعانة بالله جل وعلا

“Hikmah yang tersimpan dalam mengawali perbuatan dengan bismillahirrahmaanirraahiim adalah demi mencari barakah dengan membacanya. Karena ucapan ini adalah kalimat yang berbarakah, sehingga apabila disebutkan di permulaan kitab atau di awal risalah maka hal itu akan membuahkan barakah baginya. Selain itu di dalamnya juga terdapat permohonan pertolongan kepada Allah ta’ala”

*
Begitu banyak manfaat dan keutamaan dari kalimat "Basmalah" ini.
Semoga ada manfaat yang dapat kita ambil bersama.
Dan semoga kajian yang ringkas ini dapat menambah iman dan ilmu kita serta lebih menguatkan keterkaitan diri kita kepada Allah subhanahu wata'ala Rabbul 'alamin.

Aamiin yaa  Rabbal 'alamin.

*
Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
Mohon maaf atas segala kekurangan.
Semua kebaikan dan kebenaran datangnya dari Allah dan semua kekurangan dan kesalahan berasal dari diri pribadi saya yang masih fakir dalam ilmu.
Mohon dimaafkan....

استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم واتوب اليه

Dari saya....

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

SYAHIDNYA AL FARUQ, AMIRUL MUKMININ UMAR BIN KHATTAB


بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

*
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah memberikan nikmat islam , nikmat iman dan nikmat kesehatan kepada kita semua.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad shallallahu alaihi wasallam, beserta keluarganya, sahabat"nya, dan insya Allah juga kepada kita selaku umatnya.
Aamiin yaa Rabbal'alamiin.

*
Umar bin Khattab dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum. Umar bin Khattab memiliki julukan khusus yang diberikan oleh Rasulullah saw yaitu Al FAruq yang berarti Sang Pembeda. Dalam sebuah hadist Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Hakim dikatakan bahwa “Allah telah menempatkan kebenaran pada lisan dan hati Umar. Dialah mampu membedakan yang hak dan yang batil,” sehingga karena itulah Rasulullah saw memberikan gelar tersebut pada Umar.

Kemudian Al Faruq juga diartikan sebagai penjaga Rasulullah dan pencerai berai barisan orang-orang kafir di zaman itu. Di saat Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi, Umar justru bertanya dengan lantangnya “Ya Rasulullah, bukankah hidup dan mati kita dalam kebenaran?” “Ya” jawab Nabi, “Jika demikian, mengapa kita diam-diam mendakwahkan ajaran kita? Demi Dzat yang mengutusmu atas nama kebenaran, saatnya kita keluar”. Setelah itu Nabi bersama dua barisan yang di pimpin oleh Umar dan Hamzah hingga tak satupun orang Quraisy yang berani menggangu mereka.

Selain dijuluki dengan gelar Al Faruq, beliau juga dijuluki "Singa Padang Pasir" dan juga "Amirul Mukminin" yg berarti pemimpin kaum mukmin.

*
Amirul mukminin Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu adalah figur pemimpin adil. Ia seorang yang kuat dan terpercaya (ber-integritas). Seorang mukmin mujahid dan wara’. Benteng akidah umat. Kepemimpinannya adalah curahan pelayanan. Umar berkhidmat untuk agama, keyakinan, dan rakyat.

Umar adalah kepala negara sekaligus panglima tertinggi militer. Laki-laki Quraisy ini juga berperan sebagai sosok ulama mujtahid yang jadi rujukan. Seorang hakim yang adil. Dan seorang ayah yang mengayomi. Ia adalah pelindung bagi mereka yang kecil dan dewasa. Yang lemah dan yang kuat. Yang miskin dan yang kaya. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya begitu terefleksi dalam kehidupan kesehariannya.

*
Dialog Tentang Benteng Umat

Suatu hari, Umar bin al-Khattab berdialog dengan Hudzaifah bin al-Yaman, radhiallahu ‘anhuma. Hudzaifah adalah seorang sahabat yang banyak dibisiki rahasia umat oleh Rasulullah ﷺ. Hudzaifah berkata: Kami pernah duduk bersama ibn al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Kemudian ia bertanya, “Siapa di antara kalian yang menghafal hadits Rasulullah tentang fitnah (perpecahan umat)?”

“Aku menghafalnya”, jawabku.

Kemudian ia berkata, “Coba sebutkan! Sesungguhnya engkau adalah seorang pemberani.”

“Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Fitnah seseorang pada keluarganya, hartanya, dan tetangganya bisa dihapuskan dosanya dengan shalat, sedekah, dan mengajak kepada yang makruf dan melarang yang mungkar’, jawabku.

Umar mengomentari, “Bukan itu yang ku-inginkan. Yang kumaksudkan adalah fitnah yang datang bergelombang seperti gelombang lautan!”

Umar bertanya tentang permasalahan besar yang silih berganti menimpa umat ini.

“Engkau tidak bermasalah dengannya wahai Amirul mukminin, sesungguhnya di antaramu dan fitnah itu ada pintu yang tertutup.” Jawabku. Artinya Umar tidak akan mengalami fase tersebut.

Umar bertanya, “Apakah pintunya didobrak atau dibuka?”

“Didobrak,” jawabku.

Umar paham, pintu yang didobrak, maka akan rusak. Tidak akan bisa ditutup kembali.
Ia berakta, “Didobrak itu lebih parah keadaannya. Karena selamanya ia tak akan tertutup. Hingga kiamat tiba”. Artinya perpecahan umat ini akan terus terjadi. Seperti gulungan ombak yang selalu susul-menyusul tiada berhenti. Menjadi tantantangan bagi umat Islam hari ini, mencari, manakah jalan kebenaran yang hakiki.

Kemudian orang yang meriwayatkan atsar ini dari Hudzaifah, Abu Wail, bertanya, “Apakah Umar tahu siapakah yang dimaksud dengan pintu itu?”

Hudzaifah menjawab, “Iya. Sebagaimana ia tahu penghalang hari ini dan esok adalah malam. Aku menyebutkan sebuah perkataan yang tidak ada kekeliruan.” Artinya Umar tahu persis akan hal itu.

Abu Wail mengatakan, “Kami suruh Masruq (Masruq bin Ajda, seorang tabiin) bertanya pada Hudzaifah. Ia pun bertanya, “Siapa pintu itu?” Hudzaifah menjawab, “Umar.”

Apa yang disampaikan oleh Hudzaifah bukanlah sebuah rekaan. Atau hanya prediksi yang dikarang. Tapi ia menyampaikan pesan dari Rasulullah ﷺ. Dan Umar bin al-Khattab pun paham, pintu itu adalah dirinya.
Tentu ia tak akan lupa bahwa Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai syahid. Ia akan terbunuh.

قال أنس بن مالك رضي الله عنه: صعد رسول الله جبل أحد، ومعه أبو بكر و عمر وعثمان، فرجف الجبل بهم. فضربه رسول الله صلى الله عليه وسلم برجله، وقال له: “اثبت أُحُد: فإنما عليك نبيّ، وصديق، وشهيدان”.

Anas bin Malik berkata, “Rasulullah naik ke bukit Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Lalu Uhud bergetar. Rasulullah ﷺ menghentakkan kakinya ke Uhud dan berkata, ‘Tenanglah (jangan bergetar) Uhud! Sesungguhnya di atasmu ada seorang nabi, shiddiq (Abu Bakar), dan dua orang syahid (Umar dan Utsman).” (HR. al-Bukhari dalam Kitabul Fitan No. 7096).

Doa Umar

Dari Said bin al-Musayyib rahimahullah: Seusai dari Mina, Umar berada di suatu tempat lapang berkrikil. Di sana, ia taburkan pasir dan kerikil kecil ke kepalanya. Ia bentangkan kain lalu berbaring di atasnya. Kemudian mengangkat tangan ke langit sambil berucap, “Ya Allah, usiaku telah lanjut. Kekuatanku telah berganti lemah. Sementara kekuasaanku (tanggung jawabku) kian luas. Cabutlah nyawaku tanpa disia-siakan”. Kemudian ia kembali ke Madinah (Tarikh al-Madinah oleh Ibnu Syibh. Sanadnya shahih sampai kepada Said bin al-Musayyib, 3/872).

Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzul Hijjah tahun 23 H. Ibadah haji terakhir yang dilaksanakan oleh Umar.

Dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu pernah berdoa,

اللهم ارزقني شهادة في سبيلك، واجعل موتي في بلد نبيك

“Ya Allah karuniakanlah aku syahid di jalanmu. Dan wafatkanlah aku di negeri nabimu (Madinah).”

Dalam riwayat lain,

اللهم قتلًا في سبيلك ووفاة في بلد نبيك

“Ya Allah, aku meminta terbunuh di jalan-Mu dan wafat di negeri nabi-Mu.” (ath-Thabaqat oleh Ibnu Saad, 3/331. Sanadnya hasan).

Permintaan syahid berbeda dengan meminta disegerakan mati. Syaikh Ibnul Mibrad Yusuf bin al-Hasan bin Abdul Hadi rahimahullah mengatakan, “Jika ditanya apa beda meminta syahid dengan meminta kematian. Meminta kematian adalah meminta agar disegerakan wafat dari waktu semestinya. Sedangkan meminta syahid adalah meminta saat ajal datang diwafatkan dalam keadaan syahid. Ini bukan meminta disegerakan mati. Tapi meminta keadaan yang utama saat kematian itu datang.” (Mahadh ash-Shawab fi Fadhail Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab, 3/791).

Khotbah Terakhir

Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu meriwayatkan sebagian ucapan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu pada khotbah Jumat tanggal 21 Dzul Hijjah 23 H. Dan inilah khotbah terakhirnya. Umar mengatakan, “Aku melihat dalam mimpiku, menurutku mimpi itu adalah tanda datangnya ajalku. Kulihat seekor ayam jantan mematukku dua kali. Lalu sebagian orang memintaku untuk menunjuk seorang khalifah pengganti. (ingatlah) Allah tidak akan menelantarkan agama-Nya, khalifah-Nya, dan syariat nabi-Nya. Apabila aku meninggal, maka urusan khilafah dimusyawarahkan oleh enam orang, yang saat Rasulullah ﷺ wafat, beliau ridha kepada mereka.” (al-Mausu’ah al-Haditsiyah Musnad al-Imam Ahmad, No. 89. Sanadnya shahih).

Maksud Umar, ketika dia meninggal. Enam orang tokoh sahabat yang diridhai Rasulullah ﷺ, bermusyawarah menunjuk siapa yang layak memegang amanah khilafah.

Tawanan Dilarang Tinggal di Madinah

Umar bin al-Khattab pernah menetepakan sebuah kebijakan strategis untuk Madinah. Ia melarang tawanan masuk ke ibu kota Daulah Khilafah. Tawanan dan budak dari Majusi, Irak, Persia, Nasrani Syam dilarang tinggal di Madinah. Kecuali jika mereka memeluk Islam. Kebijakan ini untuk menjaga stabilitas di Madinah. Keputusan yang menunjukkan betapa visioner dan kuatnya analisa Umar.

Menurut Umar, mereka adalah orang-orang yang kalah. Mereka memiliki hasad dan berpotensi bertindak ofensif. Umar khawatir mereka meramu sebuah strategi merusak stabilitas Daulah Islam. Namun sebagian sahabat Nabi ﷺ sangat membutuhkan jasa para budak ini untuk membantu mereka bekerja. Di antara mereka ada yang mengajukan perizinan tinggal untuk budak-budak itu. Dengan berat hati, Umar pun mengizinkannya (al-Khulafa ar-Rasyidin oleh Khalidi, Hal. 83).

Budak Itu Membunuh Khalifah

Amr bin Maimun bercerita tentang peristiwa pembunuhan Umar:

Pada suatu subuh, hari dimana Umar mendapat musibah, aku berada di shaf (menunggu datangnya shalat subuh). Antara aku dan Umar, hanya ada Abdullah bin Abbas. Apabila lewat antara dua barisan shaf, Umar berkata, “Luruskanlah shaf”.

Ketika dia sudah tidak melihat lagi celah-celah dalam shaf, ia maju lalu bertakbir. Saat itu, sepertinya Umar membaca surat Yusuf atau An-Nahl atau seperti surat itu pada rakaat pertama. (Karena panjangnya) memungkinkan semua orang bergabung dalam shalat. Ketika aku tidak mendengar sesuatu darinya, tiba-tiba kudengar ia berteriak dengan ucapan takbir, lalu berkata, “Ada orang yang telah membunuhku, atau katanya, “Seekor anjing telah menerkamku”.

Rupanya ada seorang yang menikamnya dengan sebilah pisau bermata dua. Penikam itu melewati orang-orang di sebelah kanan atau kirinya sambil mengayun-ayun tikamnya. Akibatnya, tiga belas orang terluka. Tujuh diantaranya meninggal dunia. Melihat kejadian itu, seseorang dari kaum muslimin melemparkan mantelnya dan tepat mengenai si pembunuh. Sadar bahwa ia pasti tertangkap (tak lagi bisa menghindar), si pembunuh itu pun bunuh diri.

Umar memegang tangan Abdur Rahman bin Auf, lalu menariknya ke depan. Siapa saja yang berada di dekat Umar pasti meilihat apa yang aku lihat. Sementara orang-orang yang berada di sudut-sudut masjid, mereka tidak mengetahui peristiwa yang terjadi. Mereka hanya kehilangan suara Umar. Mereka berseru, “Subhanallah, Subhanallah (maha suci Allah).” Abdurrahman melanjutkan shalat jamaah dengan shalat yang pendek.

Seusai shalat, Umar bertanya, “Wahai Ibnu Abbas, lihat siapa yang menikamku.” Ibnu Abbas berkeliling sesaat lalu kembali, “Budaknya Mughirah”, jawab Ibnu Abbas.

Umar bertanya, “Pembuat gilingan itu? (Umar berisyarat kepada Abu Lu’lu’ah Fayruz, budaknya Mughirah bin Syu’bah)”. “Ya, benar”, jawab Ibnu Abbas.

Kemudian Umar menanggapi, “Semoga Allah membinasakannya, sungguh aku telah memerintahkan dia berbuat ma’ruf (kebaikan). Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku beragama Islam. Sungguh dahulu kamu dan bapakmu suka bila orang kafir non Arab banyak berkeliaran di Madinah.” Abbas adalah orang yang paling banyak memiliki budak.

Ibnu Abbas berkata, “Jika Anda menghendaki, aku akan lakukan apapun. Maksudku, jika kamu menghendaki kami akan membunuhnya.”

Umar berkata, “Kamu salah, (mana boleh kalian membunuhnya) mereka telah berbicara dengan bahasa kalian, shalat menghadap kiblat kalian, dan naik haji seperti haji kalian.” Kemudian Umar dibawa ke rumahnya dan kami pun ikut menyertainya.

Kemudian Umar disuguhi minuman nabidz (sari kurma), dia pun meminumnya. Namun sari kurma itu keluar lewat perutnya. Kemudian diberi susu, dia meminumnya lagi. Namun susu itu keluar melalui lukanya. Akhirnya orang-orang menyadari bahwa Umar akan wafat.

Kami masuk menjenguknya, lalu orang-orang berdatangan dan memujinya. Umar berkata kepada anaknya, Abdullah bin Umar, “Wahai Abdullah bin Umar, periksalah, apakah aku masih memiliki hutang”. Kemudian diperiksa oleh anaknya, ternyata Umar masih memiliki hutang sebesar 86 ribu atau sekitar itu.

Umar mengatakan, “Jika harta keluarga Umar mencukupi bayarlah hutang itu dengan harta mereka. Namun apabila tidak mencukupi, mintalah kepada Bani Adi bin Ka’ab (kabilah Umar). Jika harta mereka juga belum cukup, mintalah kepada masyarakat Quraisy. Jangan kesampingkan mereka dengan meminta kepada selain mereka. Lalu lunasilah hutangku dengan harta-harta itu.

Setelah itu, temuilah Aisyah, ummul mukminin. Katakan, ‘Umar memberikan salam untukmu’. Jangan sebut amirul mukminin. Karena aku bukan lagi amirul mukminin sejak hari ini. Katakan Umar bin al-Khattab meminta izin padanya untuk tinggal bersama kedua sahabatnya.

Abdullah bin Umar pun menyampaikan pesan sang ayah. Ia mengucapkan salam pada ummul mukminin, Aisyah, dan meminta izin masuk. Ternyata Abdullah bin Umar melihat Aisyah sedang menangis. Lalu ia berkata, “Umar bin al-Khattab menitipkan salam untuk Anda dan meminta izin agar boleh dikuburkan di samping kedua shahabatnya (Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar radiyallahu ‘anhu).”

“Sebenarnya aku juga menginginkan hal itu untukku, namun hari ini aku tidak mementingkan diriku,” ucap Aisyah. Mendengar penerimaan Aisyah, Abdullah bin Umar segera mengabarkan kepada ayahnya yang sedang kritis.

Ada yang mengatakan, “Ini Abdullah bin Umar sudah tiba”. Umar beranjak ingin segera menerima kabar. Ia berkata, “Angkat aku”. Lalu ada seseorang datang menopangnya. Umar bertanya, “Berita apa yang kau bawa?” Ibnu Umar menjawab, “Berita yang Anda sukai, wahai amirul mukminin. Aisyah telah mengizinkan Anda”.

“Alhamdulillah, tak ada satu pun yang lebih penting bagiku selain itu. Jika aku telah meninggal, bawalah aku ke sana dan ucapkan salam. Katakan Umar bin al-Khattab meminta izin. Kalau dia mengizinkan, maka masukkanlah aku. Namun apabila dia menolakku, makamkanlah aku di pekuburan kaum muslimin,” kata Umar.

Amr bin Maimun mengatakan, “Keitka Umar wafat, kami pun berjalan menuju ke sana. Abdullah bin Umar mengucapkan salam. Ia berkata, ‘Umar bin al-Khattab meminta izin’. ‘Masukkan dia,’ jawab Aisyah. Jasad Umar pun dibawa masuk. Kemudian ia dimakamkan bersama dua orang sahabatnya, (Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar) (Riwayat al-Bukhari dalam Kitab Fadhl ash-Shahabah, No.3700).

Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengisahkan, “Umar ditikam di pagi hari. Yang menikamnya adalah Abu Lu’lu’ah, budak dari Mughirah bin Syu’bah radhiallahu ‘anhu. Abu Lu’lu’ah adalah seorang majusi.”

Abu Rafi’ radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Abu Lu’lu’ah adalah budak milik Mughirah bin Syu’bah. Ia bekerja membuat penggilingan yang dijalankan dengan tangan. Sebagai tuannya, Mughirah menetapkan mengambil uang sebanyak 4 dirham darinya. Lalu Abu Lu’lu’ah mengadukan hal ini kepada Umar, ‘Wahai amirul mukminin, sungguh Mughirah memberatkanku. Bicaralah kepadanya agar memberi keringanan untukku’.

Umar menanggapinya dengan mengatakan, ‘Bertakwalah kepada Allah. Berbuat baiklah (ma’ruf) kepada tuanmu’. Dihadapan Abu Lu’lu’ah, Umar berbicara demikian untuk menenangkannya. Tapi ia juga berencana berbicara dengan Mughirah agar memberi keringanan untuk Abu Lu’lu’ah. Namun si budak tidak menerima masukan Umar. Ia marah. Ia bergumam, ‘Keadilannya untuk semua orang kecuali aku!’ Ia pun berazam untuk membunuh Umar.

Sejak itu, ia membuat khanjar (belati Arab) yang memiliki dua mata. Lalu ia asah tajam-tajam. Setelah itu ia temui Hurmuzan (pembesar Persia) dan berkata , ‘Apa pendapatmu tentang ini?’ Hurmuzan mengomentari, ‘Menurutku, tidak seorang pun yang kau pukul dengan benda itu kecuali membunuhnya’.

Kemudian Abu Lu’lu’ah mengawasi Umar. Ia mendekat hingga berada di belakang Umar saat shalat. Umar biasa mengatakan ‘luruskan shaf kalian’ apabila shalat hendak ditegakkan. Ketika Umar mengucapkan takbir, Abu Lu’lu’ah menghujamkan (khanjar) di ketiak Umar. Kemudian lagi, di pinggangnya. Umar pun terjatuh.”

Amr bin Maimun mengatakan, “Saat ditikam itu aku mendengar Umar membaca:

وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا

“Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (QS:Al-Ahzab | Ayat: 38) (Shahih at-Tautsiq fi Sirati wa Hayati al-Faruq, Hal: 369-370).

Setelah ditikam, tiga hari kemudian Umar bin al-Khattab wafat.

**
Saat-saat Akhir Kehidupan

Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma mengisahkan kepada kita tentang saat-saat terakhir kehidupan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu:

Aku menemui Umar setelah ia terluka karena ditikam. Kukatakan padanya, “Bergembiralah dengan surga wahai Amirul Mukminin. Engkau memeluk Islam ketika orang-orang masih kufur. Engkau berjihad bersama Rasulullah ﷺ ketika orang-orang tidak membelanya. Saat Rasulullah ﷺ wafat, beliau ridha padamu. Tidak terjadi perselisihan (sengketa) pada masa kekhalifahanmu. Dan engkau wafat dalam keadaan syahid.”

Ia menanggapi ucapanku dengan mengatakan, “Ulangi apa yang kau ucapkan.” Aku pun mengulanginya.

Kemudian ia menjawab, “Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia. Sekiranya aku memiliki emas dan perak sepenuh bumi, niscaya akan kutebus (agar selamat) dari sesuatu yang menakutkan (kiamat).”

Dalam riwayat al-Bukhari, Umar mengatakan, “Perkataanmu, aku menjadi sahabat Rasulllah ﷺ dan ia ridha padaku. Itu semua karunia dari Allah Jalla Dzikruhu yang Dia berikan padaku. Kesedihanku yang kau saksikan adalah karena engkau dan sahabat-sahabatmu. Demi Allah, seandainya aku memiliki emas sepenuh bumi, pasti akan kutebus diriku agar selamat dari adzab Allah ﷻ. Sebelum aku menyaksikan adzab itu.”

Maksud dari engkau dan sahabat-sahabatmu adalah kalian semua rakyatku. Aku diminta pertanggung-jawaban atas kalian. Itu yang membuatku sedih.

Orang yang menyaksikan pemerintahan Umar dan juga membaca sejarah hidupnya, bersaksi bahwa Umar adalah pemimpin yang adil.
Rasulullah ﷺ menyebutkan 7 golongan yang dilindungi oleh Allah ﷻ di padang mahsyar, di antaranya adalah pemimpin yang adil.
Dan beliau ﷺ secara langsung menyebutkan, “Umar di dalam surga”.

Namun hati Umar tidak lengah karena itu semua. Ia tetap takut kepada Allah. Takut akan tanggung jawab yang dipinta di hari kiamat. Sikap Umar bukan hanya sebuah bacaan. Bukan juga bahan untuk membanding-bandingkan. Apalagi mengukur dan mencela orang lain. Renungkan untuk diri kita sendiri. Umar saja demikian, mestinya kita lebih-lebih lagi.
Karena di akhirat, Allah memintai pertanggung-jawaban masing-masing. Kita tidak ditanya tentang apa yang orang lain lakukan.

Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu berkisah mengenang Umar bin al-Khattab:

Aku termasuk yang terakhir menjenguk Umar. Aku masuk menemuinya. Saat itu kepalanya berada di pangkuan anaknya, Abdullah bin Umar. Umar berkata, “Letakkan saja kepalaku di tanah!” “Bukankah sama saja, di pahaku atau di tanah”, jawab Abdullah. Umar mengulangi perintahnya, “Letakkan pipiku di tanah, celaka engkau!” dia mengatakan itu yang kedua atau yang ketiga.

Kemudian Umar merapatkan kedua kakinya, “Celaka aku dan celaka ibuku, kalau Allah belum juga mengampuniku.” Kemudian ruhnya berpisah dari jasadnya. (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah, No. 3692).

Sampai tingkat seperti ini rasa khasy-yah (takut) Amirul Mukminin Umar radhiallahu ‘anhu kepada Allah Yang Maha Mulia. Akhir ucapannya adalah doa. ‘Alangkah celaka dan rugi kiranya ampunan Sang Maha Penyayang belum aku dapatkan’. Rasa takut dan khawatirnya hingga detik-detik menjelang ajal.
Ia hinakan diri di hadapan Allah. Tak mau mengemis kepada Allah dalam keadaan dimuliakan. Ia pinta putranya meletakkan kepalanya di tanah, jangan dipangku. Agar doa itu lebih mungkin untuk diterima. Tergambar di benak kita, alangkah hebatnya usaha Umar menghadirkan Allah dalam hatinya.

*
Tanggal Wafat

Imam adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan, “Umar syahid pada hari Rabu, saat bulan Dzul Hijjah tersisa 4 atau 3 hari saja. Tahun 23 H. Saat itu umurnya 63 tahun. Kekhilafahannya berlangsung selama 10 tahun, 6 bulan, dan beberapa hari.

Termaktub dalam Tarikh Abi Zur’ah, dari Jarir bin Abdillah al-Bajaly, ia mengatakan, “Aku pernah bersama Muawiyah. Ia berkata, ‘Rasulullah ﷺ wafat pada usia 63 tahun. Abu Bakar wafat juga di usia 63 tahun. Dan Umar syahid juga di usia 63 tahun.” (Riwayat Muslim dalam Fadhail ash-Shahabah, No. 2352).

*
Shalat Jenazah

Imam adz-Dzhabai mengatakan, “Shuhaib bin Sinan menjadi imam shalat jenazah Umar”.

Ibnu Saad mengatakan, “Ali bin al-Husein bertanya kepada Said bin al-Musayyib, ‘Siapa yang menjadi imam shalat jenazah Umar?’ “Shuhaib bin Sinan,” jawab Said. “Dengan berapa takbir?” Ali bin al-Husein kembali bertanya. “Empat,” jawab Said. “Dimana dia dishalatkan?” tanya Ali lagi. “Antara kubur Nabi dan mimbar beliau,” jawab Said.

Kemudian Said bin al-Musayyib menjelaskan mengapa yang dipilih menjadi imam adalah Shuhaib bin Sinan. Bukan enam orang sahabat yang utama yang ada saat itu. “Kaum muslimin memandang, apabila Shuhaib menjadi imam dalam shalat wajib atas perintah Umar, tentu dia layak dikedepankan menjadi imam shalat jenazahnya. Umar tidak melebihkan salah seorang dari enam sahabat yang ditunjuk untuk bermusyawarah dalam permasalahan khilafah. Sehingga orang-orang  tidak menyangka, ia mengutamakan salah satunya.” jelas Said bin al-Musayyib (ath-Thabaqat, 3/366).

Shuhaib ditunjuk menjadi imam shalat menggantikan Umar, 3 hari menjelang wafatnya. Ia dipilih menjadi imam, bukan salah satu dari enam orang ahli syura, agar orang-orang tidak langsung menunjuk salah satu dari mereka menjadi khalifah tanpa musyawarah.
Enam orang tersebut adalah: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, az-Zubair bin al-Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah radhiallahu ‘anhum.

Ada satu orang sahabat lagi yang termasuk orang yang diridhai oleh Rasulullah ﷺ. Ia juga termasuk 10 orang yang dijamin surga. Namun tidak disertakan Umar dalam musyawarah. Dialah Said bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Barangkali Umar khawatir, Said akan ditunjuk sebagai penggantinya karena kedekatan hubungan keluarga.
Said bin Zaid adalah adik ipar Umar bin al-Khattab.

*
Prosesi Pemakaman

Adz-Dzhabi mengatakan, “Umar dimakamkan di kamar Nabi”.

Ibnul Jauzi menyebutkan riwayat dari Jabir. Jabir mengatakan, “Utsman, Said bin Zaid, Shuhaib, dan Abdullah bin Umar adalah orang-orang yang turun memasukkan Umar ke liang makamnya.”

*
Pada tahun 88-91 H, di zaman pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik, Masjid Nabawi mengalami perluasan. Dan rumah Aisyah dimasukkan dalam pelebaran. Ada suatu kejadian yang menunjukkan benarnya sabda Rasulullah ﷺ bahwa jasad orang yang syahid tidak hancur. Dari Hisyam bin Aurah, ia berkata, “Ketika tanah kubur (kubur Nabi ﷺ, Abu Bakar, dan Umar radhiallahu ‘anhuma) runtuh karena pemugaran di zaman pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik. Tampaklah satu kaki. Orang-orang pun merasa takut. Mereka khawatir kalau itu kaki Nabi ﷺ. Tak ada seorang pun di antara mereka yang tahu kaki siapa itu. Lalu Aurah bin az-Zubair (ulama tabi’in) berkata kepada mereka, ‘Tidak, demi Allah, itu bukan kaki Nabi ﷺ. Itu adalah kakinya Umar radhiallahu ‘anhu’.”

Kita ketahui bahwa Umar meminta izin kepada Aisyah agar dikubur bersama kedua sahabatnya. Dan Aisyah lebih mendahulukan Umar dari dirinya. Padahal ia ingin dimakamkan bersama suaminya (Rasulullah ﷺ) dan ayahnya (Abu Bakar). Hisyam bin Aurah bin az-Zubair mengatakan, “Apabila ada seorang sahabat yang meminta izin lagi dengannya, Aisyah mengatakan, ‘Demi Allah, aku tidak mengutamakan seorang pun lagi’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Janaiz No. 1326).

Tidak ada perbedaan pendapat ulama, bahwa kubur-kubur yang berada di Masjid Nabawi adalah kubur Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Umar.

*
Persahabatan Sejati Hingga Mati

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Umar diletakkan di atas tempat tidurnya. Lalu orang-orang mengkafaninya. Setelah itu mereka mendoakan dan menyalatkannya. Sebelum jasadnya dibopong -saat itu aku berada di antara mereka-, ada seseorang yang memegang pundakku. Ternyata Ali bin Abi Thalib. Ia bersedih dengan meninggalnya Umar. Ia mengatakan, “Tak ada seorang pun yang aku ingin berjumpa dengan Allah, memiliki amalan seperti yang telah ia perbuat, kecuali engkau (wahai Umar). Aku percaya, Allah akan mengumpulkanmu bersama dua orang sahabatmu.
Karena aku sering mendengar Nabi ﷺ mengatakan, ‘Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar. Aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar. Dan Aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar’
(Riwayat al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah No. 3482).

Inilah persahabatan sejati. Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Umar selalu bersama dalam kehidupan. Kemudian Allah bersamakan mereka dengan dekatnya liang kuburan. Di akhirat Allah kumpulkan mereka dalam surganya. Semoga kita juga dikumpulkan bersama mereka.

*
Duka Atas Wafatnya Umar

Peristiwa wafatnya Umar adalah duka yang begitu mengejutkan. Kematiannya tidak didahului sakit yang ia derita. Kesedihan itu kian bertambah, karena Umar bersama mereka, mengimami mereka shalat. Tentu kepergiannya benar-benar menancapkan duka di jiwa.

Amr bin Maimun mengatakan, “…seolah-olah masyarakat tidak pernah mengalami musibah sebelum hari itu”.

Ibnu Abbas bercerita tentang keadaan orang-orang setelah Umar terluka, “Sungguh tidak dilewati seseorang kecuali mereka menangis. Seolah-olah mereka kehilangan anak-anak mereka yang masih kecil”.
Ibnu Abbas menggambarkan duka dan tangisan mereka dengan kehilangan seorang anak kecil. Usia anak saat sedang lucu-lucunya. Jika mereka tiada, maka akan begitu kehilangan rasanya. Itulah ekspresi kesedihan masyarakat tatkala mendengar kabar bahwa Umar sedang kritis.

Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, apabila diceritakan tentang Umar, maka ia menangis. Air matanya berbulir-bulir menetes. Ia mengatakan, “Sesungguhnya Umar adalah benteng umat Islam. Mereka masuk dan tidak akan keluar dari benteng itu (maksudnya aman). Ketika ia wafat, benteng itu pun pecah. Orang-orang keluar dari Islam.” Artinya dengan wafatnya Umar, muncul perpecahan dan aliran-aliran sesat. Orang-orang keluar dari bimbingan Islam.

Sebelum Umar terbunuh, Abu Ubaidah Ibnul Jarah radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Jika Umar wafat, maka Islam akan (mulai) mundur. Dan aku tidak ingin merasakan kehidupan setelah wafatnya Umar”. Kemudian ada yang bertanya, “Mengapa?” “Kalian akan menyaksikan sendiri kebenaran ucapanku, jika usia kalian panjang. Pemimpin setelah Umar meskipun mengambil hal yang sama dengan Umar, mereka tidak akan ditaati. Dan orang-orang tidak mendukungnya. Jika mereka lemah, maka mereka akan diperangi.” (ath-Thabaqat al-Kubra, 3/284).

Maksudnya, pemimpin setelah Umar, meskipun mereka berhukum dengan Alquran dan Sunnah sama seperti Umar. Mereka tetap tidak akan ditaati bahkan tidak didukung penuh. Karena mulai muncul pemahaman yang berbeda terhadap Alquran dan Sunnah. Muncul pemikiran-pemikiran sesat. Dan apa yang diucapkan Abu Ubaidah sangat tampaknya nyata. Terlebih di zaman kita. Orang yang berusaha menempuh jalan Umar, berhukum dengan hokum syariat, akan ditentang. Ketika kekuasaan mereka lemah, mereka akan diberontak.

*
Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
Semoga ada manfaat yang dapat kita ambil dari kisah hikmah diatas.
Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Semua kebaikan dan kebenaran datangnya dari Allah dan semua kekurangannya berasal dari saya pribadi yang masih fakir dalam ilmu.
Mohon dimaafkan....

استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم....
استغفر الله العظيم واتوب اليه

Dari saya....

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.