Minggu, 30 Agustus 2020

BERFIKIR (TAFAKUR) SEBAGAI JALAN MASUKNYA HIKMAH

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

" BERFIKIR (TAFAKUR) SEBAGAI JALAN MASUKNYA HIKMAH "

•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


===================================


🤍Adalah akan jauh lebih baik, bila kita menemukan kebenaran dari hasil pemikiran sendiri daripada menerima suatu kebenaran dari orang lain.

Menerima kebenaran dan menemukan kebenaran adalah sesuatu yang berbeda. Menerima kebenaran cukuplah dengan bertaqlid (mengikuti), sedangkan menemukan kebenaran hanya akan diperoleh melalui pemikiran yang mendalam (tafakur). Kebenaran yang ditemukan sendiri, ibarat mata air yang tak pernah kering; sedangkan kebenaran yang kita terima dari manusia ibarat hujan di musim kemarau.


🤍Sayidina Ali bin Abi Thalib r.a. berkata:


      ➖ " Janganlah kamu mengenal dan mengikuti Kebenaran karena tokohnya; tetapi kenalilah kebenaran itu sendiri, niscaya kamu akan mengetahui siapa tokohnya.!"


🤍Firman Allah :


      ➖ " Allah menganugerahkan al hiklmah (kepahaman yang dalam tentanfg Al-Qur'an dan As-sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar - benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal."

📖(QS. Al-Baqarah (2):269)


🤍Mengetahui kebenaran seperti yang dimaksud diatas, itulah ytang disebut hikmah. Dengan hikmah, manusia akan lebih mudah menjalani hidup sesuai dengan kehendak Ilahi, karena hikmah akan berfungsi sebagai kendalinya.

Sama seperti halnya dengan rezeki, maka al-hikmah ini pun hanya diberikan Allah kepada orang-orang yang berusaha untuk mendapatkannya; yaitu orang-orang yang mengunakan kemampuan akal dan rasa yang dimilikinya untuk berpikir (bertafakur). Semakin sungguh-sungguh usaha yang dilakukannya, maka semakin tinggi pula kualitas al-hikmah yang diperolehnya. Sayidina Ali bin Abi Thalib .r.a. berkata : "Tiada ilmu yang lebih baik daripada hasil tafakur."

Di dalam Al-Qur'an, ditemukan tidak kurang dari 130 kali mperintah Allah untuk berpikir ( antara lain pada surat shaad:29, Adz-dzariyaat:20-21,Yunus:24): serta kehinaan akan menimpa orang yang tidak mau berpijkir ( Al-Furqan:44, Al-A'raaf:179,Al-Mulk:10).


🤍Berpikir terbukti merupakan pelita hati, karena itu apabila ia tidak dihidupkan, maka hati akan gelap gulita.

Orang yang serius berpikir tentang apa-apa yang telah Allah ciptakan; ataupun tentang sakratulmaut, siksa kubur, maupun kesulitan-kesulitan yang akan dijumpai di hari kiamat kelak, niscaya akan mendapatkan pencerahan jiwa. Demikian besar keutamaan bertafakur, sehingga Rasulullah saw pun pernah bersabda: " Bertafakur sejenak lebih baik dari pada ibadah satu tahun.". Mengapa Rasulullah saw berwasiat demikian? 


Baca juga :

PETUNJUK RASULULLAH DALAM MEMILIH TEMAN

SUDAH IKHLASKAH AKU...??


Hal ini semata karena beliau ingin menyelamatkan umatnya agar kelak tidak dijadikan untuk isi neraka sebagaimana peringatan Allah dalam Al-Qur'an :


     ➖" Dan sesungguhnya kami ciptakan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mempunyai mata tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), mempunyai telinga tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." 

📖(QS. Al-A'raaf (7):179)


🤍Walaupun keutamaan bertafakur sudah demikian jelasnya, dan ancaman bahi yang tidak mau melakukannya sudah amat tegasnya, tetapi mengapa sedikit sekali orang yang mau bertafakur? Hal ini penyebabnya tidak lain karena mereka membiarkan pikiran dan hatinya terbelengu oleh kentalnya masalah keduniawian. Ketika hati seserorang dipenuhi oleh khayalan, impian-impian mustahil, senda gurau yang tidak berguna serta pengetahuan yang tidak bermanfaat, maka hidayah akan menjauh darinya. Dengan demikian, selama orang tidak mau memangkas hal-hal yang dapat merusak keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dihayinya, maka selama itu pula ia akan lalai untuk bertafakur. Itulah mungkin sebabnya Luqman Al-Hakim memberikan nasehat kepada anaknya: " Janganlah engkau memasuki dunia yang dapat membahayakan akhiratmu!."


🤍Apa yang harus ditafakuri?

Sesungguhnya buah dari tafakur itu adalah keyakinan-keyakinan Ilahiyyah yang akan memudahkan kita dalam pengendalian diri agar dapat selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu banyak obyek yang dapat ditafakuri, antara lain:


1️⃣. Bertafakur mengenai tanda-tanda yang menunjukan kekuasaan Allah; akan lahir darinya rasa tawadhu (rendah hati) dan rasa takzim akan keagungan Alloah

2️⃣. Bertafakur mengenai kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah berikan; akan lahir darinya rasa cinta dan syukur kepada Allah.

3️⃣. Bertafakur tentang janji-janji Allah; akan lahir darinya rasa cinta kepada akhirat.

4️⃣. Bertafakur tentang ancaman Allah; akan lahir darinya rasa takut kepada Allah.

5️⃣. Bertafakur tentang sejauh mana ketaatan kita kepada Allah sementara Ia selalu mencurahkan karunianya kepada kita; akan lahir darinya kegairahan beribadah.


Wabillahi taufiq wall hidayyah, Wasalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.


Baca juga :

AL QUR’AN PENYEMBUH SEGALA PENYAKIT

MENGENAL SYIRIK DAN TAUHID

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dan saran anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.