Rabu, 16 September 2020

IMAM MALIK BIN DINAR MANTAN PREMAN YG MENJADI WALI ALLAH

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

               IMAM MALIK BIN DINAR 

MANTAN PREMAN YG MENJADI WALI ALLAH 

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


✨Malik bin Dinar As Sami’ adalah putera seorang budak berkebangsaan Persia dari Sijistan (Kabul) dan menjadi murid Hasan Al Bashri. Beliau tercatat sebagai seorang ahli Hadis Shahih dan merawikan Hadis dari tokoh-tokoh kepercayaan di masa lampau seperti Anas bin Malik dan Ibnu Sirin.

Ketika beliau dilahirkan, ayahnya adalah seorang budak tetapi Malik adalah seorang yang merdeka. 


✨Diceritakan bahwa pada suatu ketika Malik bin Dinar menumpang sebuah perahu. Setelah berada di tengah lautan, awak-awak perahu meminta;

➖“Bayarlah ongkos perjalananmu!.”

➖“Aku tak punya uang” Jawab Malik.


Awak-awak perahu memukulinya sampai ia pingsan. Ketika Malik siuman, mereka meminta lagi,

➖“Bayarlah ongkos perjalananmu!.”

➖“Aku tidak punya uang,”Jawab Malik sekali lagi, dan untuk kedua kalinya mereka memukulinya sampai pingsan.


Ketika Malik siuman kembali untuk ketiga kalinya mereka mendesak,

➖“Bayarlah ongkos perjalananmu!.”

➖“Aku tidak punya uang.”

➖“Ayo kita usir dan lemparkan dia ke laut,” pelaut-pelaut itu berseru.


✨Saat itu juga semua ikan di laut mendongakkan kepala mereka ke permukaan air dan masing-masing membawa dua keping dinar emas di mulutnya. 

Malik menjulurkan tangan, dari mulut seekor ikan diambilnya dua dinar dan uang itu diberikannya kepada awak-awak perahu. Melihat kejadian ini pelaut-pelaut tersebut segera berlutut. Dengan berjalan di atas air, Malik kemudian meninggalkan perahu tersebut. 


✨Berdasarkan sumber yang didokumentasikan oleh Fariduddin Attar dalam kitab Tadzkiratul Auliya’, karena kejadian inilah kemudian Malik dikenal dengan sebutan Malik bin Dinar.


PERJALANAN SPIRITUAL DAN TAUBATNYA MALIK BIN DINAR 


✨Isma’il Haqi dalam Kitab Tafsir Ruhul Bayan mengutip sebuah riwayat yang mengisahkan bahwa seorang tabi’in bernama Malik bin Dinar menuturkan, 


➖“Pada suatu hari, aku merindukan pernikahan dan memiliki anak. Kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang puteri yang kuberi nama Fathimah. Aku sangat mencintainya. Setiap kali dia bertambah dewasa, bertambah pula keimanan di dalam hatiku dan semakin sedikit maksiat di dalam diriku. 


➖Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang segelas khamr, diapun mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut hingga tumpah mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap dua tahun. Seakan-akan Allah ta’ala yang membuatnya melakukan hal tersebut. Setiap kali aku mendekatkan diri kepada Allah ta’ala selangkah, maka setiap kali itu pula aku menjauhi maksiat sedikit demi sedikit. Hingga usia Fathimah genap tiga tahun, saat itulah Fathimah meninggal.


➖Pasca kejadian itu aku berubah menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya. Aku belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang mukmin yang dapat menguatkanku atas cobaan dan musibah. 

Kembalilah aku menjadi lebih buruk dari sebelumnya. 


➖Setan mempermainkanku, hingga datang suatu hari, setan berkata kepadaku, “Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.”


➖ Aku bertekad untuk mabuk dan meminum khamr sepanjang malam. Aku minum, minum dan minum. Maka aku lihat diriku telah terlempar di alam mimpi. Di alam mimpi tersebut aku melihat hari kiamat. 

Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api, dan bumi telah bergoncang, manusia berkumpul pada hari kiamat. 


➖Kemudian aku melihat seekor ular besar yang ganas sedang merayap kearahku dengan membuka mulutnya. Aku lari karena sangat ketakutan. Lalu aku mendapati seorang laki-laki tua yang lemah.


➖Aku berkata,

“Hai, selamatkanlah aku dari ular ini!”

Dia menjawab, “Wahai anakku, aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah kearah sana, mudah-mudahan engkau selamat!.”


➖Aku berlari kearah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada di belakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada dihadapanku. Akupun berkata,


➖“Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk menjatuhkan diri ke dalam api?”

Aku kembali berlari dengan cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata,


➖“Demi Allah, wajib atasmu menolong dan menyelamatkanku.”

Dia menangis karena iba dengan keadaanku seraya berkata,


➖“Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatupun, akan tetapi larilah kearah gunung itu, mudah-mudahan engkau selamat!.”


➖Aku berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak,


➖“Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!.”Aku mengetahui bahwa dia adalah putriku.

Aku menjadi bahagia karena mengetahui bahwa aku mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia tiga tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi tersebut. 


➖Maka dia memegangku dengan tangan kanannya, dan mengusir ular dengan tangan kirinya, sementara aku seperti mayit karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di pangkuanku sebagaimana dulu biasa dilakukan pada saat di dunia. 


➖Dia berkata kepadaku,

“Wahai ayah, “belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?.”

๐Ÿ“–(Al-Hadid:16)


➖Maka kukatakan,

“Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang ular itu.”


➖Dia berkata, “Itu adalah amal keburukanmu, engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir memakanmu, maka hal itu akan memasukanmu ke dalam api neraka. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal shalihmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis karena kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu. Seandainya saja engkau tidak memiliki istri yang melahirkanku, dan seandainya saja aku tidak mati saat masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat kepadamu.” 


➖ Lantas aku mandi dan keluar untuk shalat subuh dan ingin segera bertaubat dan kembali kepada Allah ta’ala. Inilah cerita tentang sebab taubatku pada Allah ta’ala”.


RAGAM KEUTAMAAN DAN KALIMAT HIKMAH MALIK BIN DINAR 


✨Setelah melewati masa pertaubatan dan mengalami fase kesadaran akan nilai-nilai spiritual-transedental dalam hidup, Malik bin Dinar memilih hidup sebagai seorang zahid. Sisa umurnya ia gunakan untuk beribadah dan berguru kepada para tokoh terkemuka dan cendekia dari kalangan sahabat. 


✨Adz Dzahabi Siyar A’lam Nubala mencatat bahwa Malik bin Dinar berguru langsung kepada Anas bin Malik, salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan Hadis secara langsung dari Nabi. Setelah generasi Sahabat berlalu, ia banyak bergaul (shuhbah) dengan generasi Tabi’in senior.


✨ Di antara guru utamanya adalah Hasan Al Bashri, Muhammad bin Sirin, dan Sa’id bin Zubair. Murid-murid Malik bin Dinar juga sangat banyak, di antara murid yang banyak meriwayatkan Hadis darinya adalah Sa’id bin Abi Arubah, Hamam bin Yahya, dan Abdussalam bin Harb.


✨Berkah dari pergaulan Malik bin Dinar dengan para Sahabat dan Tabi’in senior, ia menjadi seorang ulama yang disegani dan diakui kredibilitasnya. 


✨Adz Dzahabi menuliskan, Malik bin Dinar adalah salah seorang cerdas cendekia, termasuk dari perawi generasi Tabi’in yang kredibel (tsiqah). 


✨Imam Nasa’i menilainya sebagai perawi tsiqah, Imam Bukhari juga banyak mengambil riwayat darinya. 


✨Ali Almadini mengatakan, Malik bin Dinar memiliki dokumentasi riwayat lebih dari 40 Hadis.


✨Malik bin Dinar pernah berkata, “semenjak aku mengenal (hakikat) Manusia, aku tidak senang atas pujian mereka, tidak pula susah atas celaan mereka. Pujian dan celaan manusia adalah hal yang membuat manusia menjadi gegabah dan sombong. Jika seorang belajar ilmu dengan niat diamalkan, maka ilmunya akan membuat dia merasa hina dan rendah hati. Jika seorang belajar ilmu dengan tujuan bukan untuk diamalkan, maka ilmunya akan menjadikannya pribadi yang sombong.”


✨Pada satu kesempatan, Malik bin Dinar bertanya kepada gurunya, Hasan Al Bashri, ➖“apa akibatnya bila seorang Alim (lebih) mencintai dunia?.” 

➖Al Bashri menjawab, “Hatinya menjadi mati. Jika seorang Alim mencintai dunia, ia akan mengejar dunia dengan amalan akhirat. Pada saat itu pula keberkahan ilmunya akan lenyap dan yang tersisa hanya simbol dan namanya saja.”


✨Setelah banyak berjasa dalam menyebarkan Hadis dan mengajarkan banyak ilmu dan hikmah pada generasi di masanya, Malik bin Dinar meninggal pada tahun 127 H. Informasi tentang tahun wafatnya ini disampaikan oleh As Sari bin Yahya sebagaimana ditulis oleh Adz Dzahabi. Adz Dzahabi juga menuliskan bahwa menurut Ibnu Almadini, Malik bin Dinar wafat pada tahun 130 H.


๐Ÿ“š #Sumber_Rujukan;

▪️Isma’il Haqi, Ruhul Bayan fi Tafsir Al Qur’an,Beirut: Dar Al Kutub Al ‘Ilmiyah, 2012.

▪️Fariduddin Attar, Tadzkiratul Auliya’, diterjemahkan oleh Kasyfif Ghoiby, Yogyakarta:Penerbit Titah Surga, 2015.

▪️Muhammad bin Ahmad Adz Dzahabi, Siyar A’lam An Nubala,Muassasah Ar Risalah,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dan saran anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.