Tampilkan postingan dengan label Al Qur’an. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Al Qur’an. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Juni 2016

KEUTAMAAN SURAT-SURAT DALAM AL-QURAN

۞﷽۞ ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
๐Ÿ“– KEUTAMAAN SURAT-SURAT DALAM AL-QURAN ๐Ÿ“–
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

===================================

.••.❀.ฦธำœฦท.❀.❀.ฦธำœฦท.❀.••.¸✿

๐Ÿ“– "SURAH AL-FATIHAH"

Amalkan ...membaca Surah Al-Fatihah semasa hendak tidur diikuti dengan membaca Surah Al-Ikhlas 3 kali, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas. Insya’Allah akan aman tenteram dan terjauh daripada gangguan syaitan. Dianjurkan juga membaca surah ini sebanyak 44 kali untuk mengobati sakit mata, perut, gigi dan lain-lainnya dengan izin Allah Subhanahu wata'ala. 
Untuk mencegah kemarahan Allah, bacalah surah ini sebanyak 17 kali sehari yaitu dengan mengerjakan sholat 5 waktu.

๐Ÿ“– "SURAH YAASIN"

Telah bersabda Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wassalam, 
➖ "Sesungguhnya bagi setiap sesuatu itu ada hati, dan hati Al-Qur’an ialah Surah Yaasin yaitu jantung Al-Qur’an. Sesiapa yang membaca Surah Yaasin, niscaya dituliskan oleh Allah pahala menyamai sepuluh kali membaca Al-Qur’an seluruhnya." 
๐Ÿ“™(Hadis riwayat At-Tarmizi dari Anas r.a.)

 Rasulullah juga bersabda : 
➖" Surah Yaasin dinamakan di dalam kitab Taurat dengan sebutan “At-Mu’ammah” (yang umum), yang mengumumkan pembacanya dengan kebaikan dunia dan akhirat, menanggung segala bala baik dari kesusahan di dunia mau pun akhirat. Pembaca juga akan dilindungi dari setiap keburukan dan kejahatan serta segala hajat dan kemauan akan Allah kabulkan. Jika dibaca dalam satu malam semata-mata mengharapkan keredaan Allah, niscaya Allah akan mengampunkan dosanya."
๐Ÿ“™ (Hadis riwayat Malik, Ibnu-Sunni dan Ibnu Hibban). 

Surah Yaasin ini juga jika diamalkan, akan terselamatlah kita dari kehausan di hari KIAMAT.

๐Ÿ“– "SURAH AD-DHUHAN"

Dibaca sekali pada malam Juma'at agar kita terselamat dari huru hara di Padang Mahsyar.

๐Ÿ“– "SURAH AL-WAQI’AH"

Menurut beberapa hadis Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wassalam, mereka yang mengamalkan membaca Surah Al-Waqi’ah pada tiap-tiap malam, insya’Allah tidak akan merasakan kepapaan. Mereka yang membacanya sebagai wirid, insya’Allah akan beroleh kesenangan selama-lamanya. Mereka yang membacanya sebanyak 14 kali setiap lepas solat As ar, insya’Allah akan dikaruniakan dengan rezeki yang banyak. Selepas sholat Isya, ambillah segelas air lalu bacalah Surah Al-Fatihah sekali, Ayatul Qursi sekali dan Surah Al-Waqi’ah ayat 35-38 sebanyak 7 kali. Tiup dalam air dan minum. Dalam hati, niat untuk menjaga kecantikan diri dan kebahagiaan rumah tangga kita. 

Makna Surah Al-Waqi’ah Ayat 35-38 ialah : 
➖ “Sesungguhnya, Kami telah menciptakan isteri-isteri mereka dengan ciptaan istimewa. Serta Kami jadikan mereka senantiasa dara (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai jodohnya serta yang sebaya dengan umurnya."

๐Ÿ“– "SURAH AL-KHAUTHAR"

Sesiapa yang mengamalkan membaca surah ini sebanyak 1,000 kali, maka Allah Subhanahu wata'ala akan menghasilkan hajatnya termasuk rezeki dan kenaikan pangkat. Sesiapa yang membaca 1,000 kali juga selepas sholat Isya hingga dia tertidur, insya’Allah dia dapat melihat Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wassalam dalam tidurnya.

๐Ÿ“– "SURAH AL-KAAFIRUUN"

Sesiapa yang membaca Surah Al-Kaafiruun, maka bandingannya seperti membaca seperempat Al-Qur’an, disamping terlepas dari syirik, terjauh dari godaan syaitan dan terlepas dari peristiwa yang mengejutkan 
๐Ÿ“™(Riwayat At-Tarmizi). 

Sebelum tidur, bacalah surah ini agar kita mati dalam iman serta membersihkan kotoran dalam diri kita.

๐Ÿ“– "SURAH AL-MULK"

Sebuah lagi Surah dari Al-Qur’an yaitu Surah Al-Mulk mempunyai fadilat dan faedah yang amat besar bagi sesiapa yang mengamalkan membacanya. Menurut beberapa hadits Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wassalam, mereka yang mengamalkan membaca akan surah ini, akan mendapat syafaat dan keampunan dosa-dosanya. Mereka yang membacanya pada setiap malam, insya’Allah, akan terselamat dari azab kubur..

๐Ÿ“– "SURAH AL-IKHLAS"

Rasulullah Shalallaahu' alaihi wassalam pernah bersabda kepada isteri kesayangan baginda, Siti Aisyah, antara mafhumnya : 
➖ “Wahai Aisyah isteri ku, sebelum kamu tidur, khatamlah dulu Al-Qur’an.” Siti Aisyah lalu berkata, “Wahai suami ku, saya tidak mampu khatam Al-Qur’an sebanyak 30 juz itu.” Apabila mendengar kata-kata Siti Aisyah tersebut, Rasulullah sambil tersenyum lalu menjawab,
 “Barangsiapa yang membaca 3 kali sebelum tidur, seolah-olah ia telah khatam Al-Qur’an keseluruhannya. ” 

Rasulullah pernah bersabda kepada Sayidina Ali r.a., 
➖ “Sesiapa hendak pergi musafir, kemudian ketika dia hendak meninggalkan rumahnya, ia membaca surah Al-Ikhlas 11 kali, maka Allah memelihara rumahnya sampai ia kembali. 

Ibnu Said Al-Khanafi menerangkan : 
➖ “Surah ini dinamakan Surah Al-Ikhlas, artinya bersih atau lepas. Maka barang siapa yang membacanya dan mengamalkannya dengan hati yang ikhlas, maka ia akan dilepaskan kesusahan duniawi, dimudahkan di dalam gelombang sakratul maut, dihindarkan dari kegelapan kubur dan kengerian hari kiamat.”

๐Ÿ“– "SURAH AL-FALAQ"

Siti Aisyah menerangkan : 
➖ “Bahwa Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wassalam pada setiap malam apabila hendak tidur, Baginda membaca Surah Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas lalu ditiupkan pada kedua telapak tangan, kemudian disapukan keseluruh tubuh dan kepala. Barang siapa terkena penyakit karena perbuatan syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturut-turut. Barang siapa yang takut akan godaan syaitan dan manusia, takut dalam kegelapan malam atau takut dengan kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.

๐Ÿ“– "SURAH AN-NAS"

Surah An-Nas adalah surah yang terakhir (ke-114) dalam Al-Qur’an. Nama An-Nas diambil dari kata An-Nas yang berulang kali disebut dalam surah ini yang bermaksud manusia. Surah ini termasuk dalam golongan surah makkiyah. Isi surah ini adalah bagi menganjurkan manusia memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan baik yang berasal dari golongan manusia mau pun jin. Surah An-Nas ini juga adalah penerang hati.

Wallahu a’lam Bish Showab 
Barokallahu Fiikum 

๐Ÿ”˜Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. 
Mohon maaf jika ada kekurangannya... 
Dan kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla.

๐Ÿ”˜Wallahu Musta'an Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika . 

. ..•*´`•..•´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•..•*´`*•.

Selasa, 24 Mei 2016

MANFAAT KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR'AN DAN PERINTAH UNTUK MERENUNGKANNYA

۞﷽۞

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 


MANFAAT KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR'AN DAN PERINTAH UNTUK MERENUNGKANNYA 



5 MANFAAT MEMBACA AL-QUR'AN



๐Ÿ“– Membaca Al-Qur'an merupakan salah satu ibadah yang utama, karena memberikan banyak manfaat kepada para pembacanya baik untuk yang membaca dengan lancar ataupun belum lancar. 


Berikut beberapa manfaatnya :


๐ŸŽ1️⃣. Mendapatkan Pahala.


Rasulullah Shalallahu'alaihi wa salam bersabda :

➖ "Barangsiapa yang membaca satu huruf kitab Allah (Al-Qur'an), maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu dan satu kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh.

Aku tidaklah mengatakan Alif, Laam, Miim itu satu huruf. Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf." 

๐Ÿ“™(HR. Tirmidzi)


๐ŸŽ 2️⃣. Memberikan Kehormatan bagi kedua orang tua.


➖"Siapa saja membaca Al-Qur'an, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat mahkota dari cahaya dan sinarnya bagaikan sinar matahari, dan diberikan pada orang tuanya dua perhiasan yang nilainya tidak tertandingi di dunia.

Keduanya pun bertanya, " Bagaimana dipakaikan kepada kami semuanya itu? " 

Di jawab, "karena anakmu telah membaca Al-Qur'an."

๐Ÿ“™ (HR. Al-Hakim)


Nabi Shalallahu'alaihi wasalam bersabda, maksudnya, 

➖ "Siapa yang membaca Al-Qur'an dan beramal dengan isi kandungannya dianugerahkan kedua ibu bapaknya mahkota di hari kiamat. Cahanya (mahkota) lebih baik dari cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Kalaulah demikian itu matahari berada di rumahmu (dipenuhi dengan sinarnya), maka apa sangkaan kamu terhadap yang beramal dengan ini (Al-Qur'an)." 

๐Ÿ“™(HR. Abu Daud)


๐ŸŽ3️⃣. Mendapatkan Syafaat di hari kiamat. 


➖"Bacalah Al-Qur'an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi Syafaat kepada para ahlinya."

๐Ÿ“™ (HR. Muslim)


➖"Puasa dan Al-Qur'an keduanya akan memberikan Syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat." 

๐Ÿ“™(HR. Al-Hakim)


"Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Shalallahu'alaihi wa salam, bersabda :

➖ " Siapa yang mendengar satu ayat dari pada kitab Allah Ta'ala (Al-Qur'an) ditulis baginya satu kebaikan yang berlipat ganda. Siapa yang membacanya pula, baginya cahaya di hari kiamat."


๐ŸŽ4️⃣. Mendapat Ketenangan. 


➖"Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah Subhanahu wa ta'ala, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkajinya, melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahi Rakhmat, diliputi para Malaikat dan disanjung oleh Allah dihadapan para mahluk dan disisi-Nya." 

๐Ÿ“™(HR. Abu Daud)


➖".......dan hati mereka jadi tenteram dengan mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." 

๐Ÿ“– (QS. 12 : 28)


5️⃣. Membuat tubuh lebih sehat. 


➖"Hendaknya kamu menggunakan kedua obat-obat : madu dan Al-Qur'an."

๐Ÿ“™(HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas'ud)




KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN 


1. Orang yang mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan Al-Qur`an termasuk insan yang terbaik, bahkan ia akan menjadi Ahlullah (keluarga Allah)."


Rasulullah Shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda.

* Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkanya” [HR Bukhari]


* Ahli Al-Qur`an adalah Ahlullah dan merupakan kekhususan baginya [HR. An-Nasa`i, Ibnu Majah, Al-Hakim]


2. Mendapatkan Syafaat dari Al-Qur`an pada hari kiamat.

Bacalah Al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat bagi pembacanya”. [HR. Muslim] 


Ahlul Qur’an atau Shahibul Qur’an adalah orang yang membaca (mempelajari) Al- Qur’an dan mengamalkan hukum-hukumnya serta beradab dengan adab-adabnya.


3. Shahibul Qur`an akan memperoleh ketinggian derajat disurga.

Dikatakan kepada Shahibul Qur`an (di akhirat): “Bacalah Al-Qur`an dan naiklah ke surga serta tartilkanlah (bacaanmu) sebagai mana engkau tartilkan sewaktu di dunia. Sesungguhnya kedudukan dan tempat tinggalmu (di surga) berdasarkan akhir ayat yang engkau baca”. [HR. Imam Tirmidzi, Abu Dawud]


4. Orang yang membaca Al-Qur`an akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat.


Firman Allah Azza wa Jalla.

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. [Al-Fathir:29-30]


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur`an) maka dia akan memperoleh satu kebaikan dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang semisalnya. Saya tidak mengatakan (ุงู„ู…) itu satu huruf, akan tetapi (ุง) satu huruf dan (ู„) satu huruf seta (ู…) satu huruf”. [HR. At-Tirmidzi, Ad-Darimi dan lainya].


Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Orang yang Mahir membaca Al-Qur`an akan bersama para Malaikat yang Mulia, sedangkan orang yang membaca (Al-Qur`an) dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan dalam membacanya, maka dia akan mendapatkan dua pahala. [HR. Muslim]


5. Sakinah (ketenangan) dan rahmat serta keutamaan akan diturunkan kepada orang-orang yang berkumpul untuk membaca Al-Qur`an.

Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah Azza wa Jalla untuk membaca Kitabullah (Al-Qur`an) dan mereka saling mempelajarinya kecuali sakinah (ketenangan) akan turun kepada mereka, majlis mereka penuh dengan rahmat dan para malaikat akan mengelilingi (majlis) mereka serta Allah akan menyebutkan mereka (orang yang ada dalam majlis tersebut) di hadapan para malaikat yang di sisi-Nya. [HR. Muslim]


6. Bacaan Al-Qur`an merupakan “Hilyah” (perhiasan) bagi Ahlul Iman (orang-orang yang beriman).

Perumpamaan orang mu`min yang membaca Al-Qur`an laksana buah “Al-Utrujah” (semacam jeruk manis) yang rasanya lezat dan harum aromanya, dan perumpamaan orang mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an ibarat buah “At-Tamr” (kurma) rasanya lezat dan manis namun tidak ada aromanya, dan perumpamaan orang munafiq yang membaca Al-Qur`an ibarat “Ar-Raihanah” (sejenis tumbuhan yang harum) semerbak aromanya (wangi) namun pahit rasanya, dan perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca Al-Qur`an ibarat buah “Al-Handhalah” (nama buah) rasanya pahit dan baunya tidak sedap”. [HR. Bukhari, Muslim dari Abi Musa Al-Asy`ary Radhiyallahu ‘anhu].


Dan diriwayatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengibaratkan bagi orang mukmin yang tidak pernah membaca Al-Qur`an (tidak ada bacaan Al-Qur`an didadanya) ibarat rumah yang tak berpenghuni; gelap, kotor, seolah-olah akan roboh.


Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya (hatinya) tidak ada bacaan Al-Qur`an (yakni tidak memiliki hafalannya) ibarat sebuah rumah yang hendak roboh. [HR. At-Tirmidzi]


7. Orang yang berhak menjadi imam shalat adalah orang yang paling banyak hafalan Al-Qur`an dan luas pengetahuannya terhadap ilmu-ilmu Al-Qur`an.

Orang yang paling berhak menjadi imam (dalam shalat) adalah orang yang paling pandai membaca Al-Qur`an. [HR. Muslim]


8. Boleh hasad kepada orang yang ahli Al-Qur`an dan mengamalkannya.

Tidak boleh hasad kecuali kepada dua orang : (1) Seseorang yang dikaruniai Al-Qur`an oleh Allah Ta’ala, kemudian ia melaksanakannya, di waktu siang maupun malam. (2) Seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah kemudian ia bershadaqah dengannya di waktu siang maupun malam. [HR. Muslim]


Yang dimaksud adalah ghibthah, yaitu: menginginkan kebaikan seorang tanpa menginginkan hilangnya dari orang tersebut-Red


9. Membaca dan memahami Al-Qur`an tidak bisa disamai oleh kemewahan harta duniawi.

Tidakkah salah seorang di antara kamu berangkat ke masjid untuk mengetahui atau membaca dua ayat dari Kitabullah lebih baik baginya daripada dua onta, dan tiga (ayat) lebih baik baginya dari pada tiga (onta), dan empat (ayat) lebih baik baginya dari pada empat (onta), begitu seterusnya sesuai dengan jumlah (ayat lebih baik) dari onta. [HR. Muslim dari ‘Uqbah bin Amir]


10. Tilawah Al-Qur`an akan dapat melembutkan hati bagi pembacanya atau orang yang mendengarkanya dengan baik.


11. Kedua orang tua akan dihiasi dengan mahkota pada hari kiamat.

Barangsiapa membaca Al-Qur`an dan mengamalkannya, maka pada hari kiamat, akan dipakaikan kepada kedua orang tuanya sebuah mahkota yang berkilau, yang sinarnya lebih baik dari sinar mentari, maka keduanya berkata: “Mengapa kami diberi mahkota ini? Maka dikatakan: “Karena anakmu mengambil (membaca dan mengamalkannya) Al-Qur`an”. [HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Al-Hakim]


Semoga kita termasuk golongan orang2 yang taat dan kuat menjalankan syari'at..

yang tak pernah lalai utk sll belajar, membaca dan mengamalkan Alqur'an..

agar senantiasa ridho dn rahmat Allah sll tercurah hingga hari pembalasan..

Aamiin.. Insyaa Allah....



CELAKALAH YANG MEMBACANYA , NAMUN TIADA RENUNGANNYA 


Diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Hibban, bahwa Atha’ dan Ubaid bin Umair radhiyallahu anhuma mengunjungi Aisyah radhiyallahu anha suatu hari sepeninggal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ubaid bin Umair berkata pada Aisyah:


“Ceritakan pada kami hal paling menakjubkan yang pernah engkau saksikan dari Rasulullah!”


Aisyah terdiam sejenak. Lalu beliau mulai bercerita, “Rasulullah mendatangiku pada malam (giliran)-ku. Beliau berkata padaku, ‘Wahai Aisyah, biarkan aku (malam ini) beribadah untuk Rabb-ku.’


Lalu beliau shallallahu alaihi wa sallam menuju tempat air dan berwudhu. Ia pun berdiri untuk shalat.


Kemudian, beliau menangis hingga air matanya membasahi jenggotnya. Kemudian, beliau bersujud dan air matanya membasahi tempat sujudnya.Kemudian, selepas shalat beliau merebahkan diri dalam posisi miring hingga Bilal datang meminta izin beliau untuk mengumandangkan adzan Subuh.


Bilal kala itu bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai Rasulullah? Padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu pada masa lalu dan pada masa mendatang!”


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lalu menjawab, “Tidakkah aku adalah seorang hamba yang sering bersyukur? Pada malam ini Allah mewahyukan padaku suatu ayat:


ุฅِู†َّ ูِู‰ ุฎَู„ْู‚ِ ูฑู„ุณَّู…َٰูˆَٰุชِ ูˆَูฑู„ْุฃَุฑْุถِ ูˆَูฑุฎْุชِู„َٰูِ ูฑู„َّูŠْู„ِ ูˆَูฑู„ู†َّู‡َุงุฑِ ู„َุกَุงูŠَٰุชٍۢ ู„ِّุฃُูˆู۟„ِู‰ ูฑู„ْุฃَู„ْุจَٰุจِ


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” [Q.S. Ali Imran: 190]


Rasulullah bersabda:

ูˆَูŠْู„ٌ ู„ِู…َู†ْ ู‚َุฑَุฃَู‡َุง ูˆَู„َู…ْ ูŠَุชَูَูƒَّุฑْ ูِูŠู‡َุง


“Celakalah orang yang membacanya, tetapi ia tidak merenungkan kandungan maknanya (mentadabburinya).” [H.R. Ibnu Hibban dalam Shahihnya, no. 621; isnadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth]


Saya pernah mendengar Syaikh Muhammad Abdul Maqshuud, seorang ulama Mesir, dalam salah satu kajiannya, berkata, “Jika kamu adalah orang yang sibuk dalam pekerjaan atau kegiatan sehari-hari, maka tetap wajib bagimu untuk merenungkan ayat Al-Qur’an (tadabbur) dalam membacanya. Tidak harus menghafalnya. Mentadabburi Al-Qur’an adalah kewajiban bagi seorang muslim, sedangkan menghafalnya tidak wajib (kecuali Al-Fatihah dan beberapa ayat lain di luar Al-Fatihah untuk modal shalat -tambahan dari Hasan).”


Saya pernah mendengar Syaikh Fahd Al-Kandary, seorang qari’ rabbani, ahli Al-Qur’an dari Kuwait, dalam salah satu seri program Musafir Ma’a Al-Qur’an, mewasiatkan, “Bacalah Al-Qur’an. Jika kamu ingin membaca sambil merenungi, maka bacalah tidak dengan hafalan, yakni langsung dari mushaf, meskipun ayat atau surat tersebut sebenarnya sudah kamu hafal. Karena jika kamu membaca tanpa mushaf, fikiranmu terbebani pula dengan upaya agar tidak salah membaca dan semacamnya. Sementara, jika kamu membaca dengan mushaf, fikiranmu lebih tenang, terkendali dan insya Allah lebih masuk ke hati.”


Sangat disayangkan…demi Allah, sangat disayangkan jika seorang Muslim mempunyai kemampuan memahami bahasa Arab fusha (formal) namun ketika membaca Al-Qur’an tidak berusaha merenungkannya. Dan sungguh tidak beradabnya seorang Muslim yang membaca Al-Qur’an cepat-cepat dan berharap segera sampai di akhir surat demi mengejar target tanpa upaya memaknainya. Seolah membaca koran, yang karena kurang pentingnya, dibaca cepat-cepat.


Lebih disayangkan…demi Allah, lebih disayangkan jika seorang Muslim tidak punya kemampuan memahami bahasa Arab fusha (formal) namun tidak ada usaha membaca Al-Qur’an dengan merenungkannya melalui terjemahan. Padahal ia membaca kalam Yang Maha Agung, Pencipta Langit dan Bumi, yang kalam-Nya tak tertandingi oleh kalam selainnya.


Ingat kembali sabda Nabi:


ูˆَูŠْู„ٌ ู„ِู…َู†ْ ู‚َุฑَุฃَู‡َุง ูˆَู„َู…ْ ูŠَุชَูَูƒَّุฑْ ูِูŠู‡َุง


“Celakalah orang yang membacanya, tetapi ia tidak merenungkan kandungan maknanya (mentadabburinya).”


Apa itu belum cukup mengiris hatimu?


Jumat, 20 Mei 2016

KISAH AHLI KUBUR BEREBUT BACAAN AL QUR'AN

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

" KISAH AHLI KUBUR BEREBUT BACAAN AL QUR’AN "

 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


=====================================


๐Ÿ”ถSuatu hari seorang alim bermimpi bertemu dengan para ahli kubur. Dalam mimpinya ia melihat para ahli kubur sedang berebut dan memungut berbagai macam bingkisan yang berserakan. 


๐Ÿ”ถTak lama kemudian ia melihat ada satu orang yang sedang duduk acuh tidak tergiur sama sekali dengan berbagai barang berharga yang sedang diperebutkan tersebut. 


๐Ÿ”ถOrang alim ini pun dibuat heran dan penasaran. 

➖"Mengapa anda diam saja tidak seperti mereka mengambil barang-barang itu?" tanya sang alim kepada orang tersebut. 


๐Ÿ”ถMendapat pertanyaan itu, ia langsung menjawab bahwa mereka yang sedang sibuk itu sedang mengambil 'paket kiriman' dari umat Islam yang mendoakan ahli kubur berupa bacaan Al-Qur'an, sedekah dan doa. 


➖"Saya sendiri tidak butuh 'bingkisan' itu sebab saya sudah punya semuanya," jawab laki-laki itu dengan mantap.


➖ "Dari mana Anda bisa mendapatkan barang-barang itu?" tanya sang alim yang tambah penasaran. 


➖"Saya punya anak yang berjualan kue di pasar , setiap hari dia selalu mengirim bacaan Al-Qur'an dan doa kepadaku," jawabnya. 


๐Ÿ”ถTidak lama kemudian, sang alim ini terbangun dari tidurnya dan semua yang terjadi dalam mimpinya itu sangat jelas teringat hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi pasar dan mencari seseorang yang menjual kue. 


๐Ÿ”ถBerangkatlah sang alim ini menuju pasar dan tidak perlu waktu lama untuk menemukan penjual kue di sana. Firasat orang alim ini semakin kuat ketika melihat mulut penjual kue ini tidak henti-hentinya bergerak seperti sedang membaca sesuatu. 


➖"Saya melihat mulut Anda dari tadi tidak berhenti bergerak, kalau boleh tahu apa yang sedang dibaca?" tanya orang alim itu. 


➖"Oh, saya sedang membaca Al-Qur'an dan dikirimkan khusus untuk orang tuaku yang sudah meninggal," jawabnya. 


๐Ÿ”ถJawaban itu cukup memuaskan sang alim sebab apa yang disampaikan penjual kue itu ternyata memiliki hubungan dengan mimpi yang dialaminya kemarin. 


๐Ÿ”ถBeberapa waktu kemudian, sang alim ini kembali bermimpi sebagaimana sebelumnya, namun ada sesuatu yang berbeda. Ia melihat orang yang dulu hanya duduk manis, sekarang juga ikut memungut 'bingkisan' dengan para ahli kubur lainnya. 


๐Ÿ”ถSang alim tak sempat berkomunikasi, sebab orang itu terlihat begitu sibuk. Ketika sudah bangun dari tidurnya, sang alim ini sedikit kebingungan hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali menemui sang penjual kue di pasar. 


๐Ÿ”ถNamun saat sampai di pasar, sang alim tidak menemukan penjual kue itu sebab menurut informasi yang didapat, penjual kue yang waktu itu selalu membasahi bibirnya dengan bacaan Al-Qur'an ternyata sudah meninggal dunia. 


๐Ÿ”ถAkhirnya sang alim pun menyimpulkan bahwa orang yang di mimpi pertama hanya duduk manis kemudian di mimpi kedua sibuk berebut 'bingkisan' itu ternyata sudah tidak lagi mendapat kiriman doa dari anaknya. 


๐Ÿ”ถDzikir yang berisi doa dan bacaan ayat suci Al-Quran atau juga sedekah yang dilakukan orang hidup kemudian 'dikirimkan' untuk orang yang sudah meninggal dunia sesungguhnya bisa sampai dan memberi manfaat bagi ahli kubur. 


๐Ÿ“šKisah ini dibahas dalam kitab I'anatut Thalibin jilid 2 halaman 143. 

Syaikh Bakri Syata Ad-Dimyati, sang penulis kitab tersebut mengutip hadits Rasulullah dan pendapat para ulama dalam membahas pentingnya ziarah dan mengirim doa untuk orang meninggal dunia sebagaimana kisah inspiratif ini.

Sabtu, 09 April 2016

RENUNGAN SURAT AR-RAHMAN

ุงุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡

 RENUNGAN SURAT AR-RAHMAN 


✅ Ada hal yg menarik dari Surat Ar-Rahman yaitu adanya pengulangan satu ayat yg berbunyi: 

ูَุจِุฃَูŠِّ ุขู„ุงุกِ ุฑَุจِّูƒُู…َุง ุชُูƒَุฐِّุจَุงู†ِ

ِ"Fabiayyi aala 'i rabbi-kumaa tukadzdzibaan"

"Maka nikmat Tuhan-mu yg manakah yg kamu dustakan ?"

Kalimat ini diulang berkali-kali. Apa gerangan makna kalimat tersebut?

Setelah Allah menguraikan beberapa nikmat yg dianugerahkan kepada kita, Allah bertanya: "Maka nikmat Tuhan-mu yg manakah yg kamu dustakan?"

Menarik utk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata "DUSTA", bukan kata "INGKAR". Hal ini menunjukkan bahwa nikmat yg Dia berikan kpd manusia itu tidak bisa diingkari keberadaannya. Yang bisa dilakukan manusia adalah mendustakannya.

Dusta berarti menyembunyikan kebenaran. Manusia sebenarnya tahu bahwa mereka telah diberi nikmat oleh Allah, tapi mereka menyembunyikan kebenaran itu, mereka mendustakannya.

Bukankah kalau kita mendapat uang banyak, kita katakan bahwa itu karena KERJA KERAS kita?

Kalau kita berhasil meraih gelar sarjana itu karena otak kita yg CERDAS?

Kalau anak kita berhasil itu karena HASIL DIDIKAN kita?

Kalau kita sehat, jarang sakit, itu karena kita PANDAI menjaga makan & RAJIN berolah raga, dsb.

Semua nikmat yg kita peroleh seakan-akan hanya karena USAHA KITA. Tanpa sadar kita lupakan peranan Allah, kita sepelekan kehadiran ALLAH pd semua keberhasilan kita & kita dustakan bahwa sesungguhnya nikmat itu semuanya datang dari Allah.

Maka nikmat Tuhan yg mana lagi yg kita dustakan?

Kita telah bergelimang kenikmatan.

Harta, jabatan, pasangan hidup, anak2, jabatan telah kita miliki. Ingatlah, semua nikmat itu akan ditanya di hari kiamat kelak.

"Sungguh kamu pasti akan ditanya pada hari itu akan nikmat yg kamu peroleh saat ini" (At-Takatsur: 8)

Semoga bermanfaat.

Senin, 25 Januari 2016

CARA MEMAHAMI NASH AL-QUR'AN DAN MEMBEDAKAN HADITS ASLI ATAU PALSU

Bismillaahirrahmaanirrahiim 

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 


CARA MEMAHAMI NASH AL-QUR'AN 


1. Memahami Ayat dengan Ayat


Menafsirkan satu ayat Qur’an dengan ayat Qur’an yang lain, adalah jenis penafsiran yang paling tinggi. Karena ada sebagian ayat Qur’an itu yang menafsirkan (baca, menerangkan) makna ayat-ayat yang lain. Contohnya ayat, yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak pernah merasa cemas dan tidak pula merasa bersedih hati.” (Yunus : 62)

Lafadz auliya’ (wali-wali), diterangkan/ditafsirkan dengan ayat berikutnya yang artinya : “Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (Yunus : 63)


Berdasarkan ayat di atas maka setiap orang yang benar-benar mentaati perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, maka mereka itu adalah para wali Allah. Tafsiran ini sekaligus sebagai bantahan orang-orang yang mempunyai anggapan, bahwa wali itu ialah orang yang mengetahui perkara-perkara yang gaib, memiliki kesaktian, di atas kuburnya terdapat bangunan kubah yang megah, atau keyakinan-keyakinan batil yang lain. Dalam hal ini, karamah bukan sebagai syarat untuk membuktikan orang itu wali atau bukan. Karena karamah itu bisa saja tampak bisa pula tidak.


Adapun hal-hal aneh yang ada pada diri sebagian orang-orang sufi dan orang-orang ahli bid’ah, adalah sihir, seperti yang sering terjadi pula pada orang-orang majusi di India dan lain sebagainya. Itu sama sekali bukan karamah, tetapi sihir seperti yang difirmankan Allah, artinya: “Terbayang kepada Musa, seolah-olah ia merayap cepat lantaran sihir mereka.” (Thaha: 66)


2. Memahami Ayat Al-Qur’an dengan Hadits Shahih


Menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan hadits shahih sangatlah urgen, bahkan harus. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Shallallahu alaihi wasalam . Tidak lain supaya diterangkan maksudnya kepada semua manusia. Firman-Nya, artinya: “…Dan Kami turunkan Qur’an kepadamu (Muhammad) supaya kamu terangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka agar mereka pikirkan.” (An-Nahl : 44)

Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam bersabda, artinya: “Ketahuilah, aku sungguh telah diberi Al-Qur’an dan yang seperti Qur’an bersama-sama.” (HR. Abu Dawud)


Berikut contoh-contoh tafsirul ayat bil hadits:

*


Ayat yang artinya: “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (Surga) dan tambahannya.” (Yunus : 26)

Tambahan di sini menurut keterangan Rasulullah, ialah berupa kenikmatan melihat Allah. Beliau bersabda, artinya: “Lantas tirai itu terbuka sehingga mereka dapat melihat Tuhannya, itu lebih mereka sukai dari pada apa-apa yang diberikan kepada mereka.” Kemudian beliau membaca ayat ini : Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (Surga) dan tambahannya. ” (HR. Muslim).

*


Ketika turun ayat, yang artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukan iman mereka dengan kezhaliman….” (Al-An’am : 82)

Menurut Abdullah bin Mas’ud, para sahabat merasa keberatan karena-nya. Lantas merekapun bertanya, “Siapa di antara kami yang tidak menzalimi dirinya, ya Rasul?” Beliau jawab, “Bukan itu maksudnya. Tetapi yang dimaksud kezaliman di ayat itu adalah syirik. Tidakkah kalian mendengar/ucapan Lukman kepada putranya yang berbunyi: “Wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Karena perbuatan Syirik (menyekutukan Allah) itu sungguh suatu kezaliman yang sangatlah besar.” (HR. Muslim)


Dari ayat dan hadits itu dapat dipetik kesimpulan : Kezaliman itu urutan-nya bertingkat-tingkat. Perbuatan maksiat itu tidak disebut syirik. Orang yang tidak menyekutukan Allah, mendapat keamanan dan petunjuk.


3. Memahami Ayat dengan Pemahaman Sahabat


Merujuk kepada penafsiran para sahabat terhadap ayat-ayat Qur’an seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud sangatlah penting sekali untuk mengetahui maksud suatu ayat. Karena, di samping senantiasa menyertai Rasulullah, mereka juga belajar langsung dari beliau. Berikut ini beberapa contoh tafsir dengan ucapan sahabat, tentang ayat yang artinya: “Yaitu Tuhan yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘arsy.” (Thaha 5)


Al-Hafiz Ibnu Hajar di dalam Kitab Fathul Baari berkata, Menurut Ibnu Abbas dan para ahli tafsir lain, istawa itu maknanya irtafa’a (naik atau meninggi).


4. Harus Mengetahui Gramatika Bahasa Arab


Tidak diragukan lagi, untuk bisa memahami dan menafsiri ayat-ayat Qur’an, mengetahui gramatika bahasa Arab sangatlah urgen. Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.

Firman Allah, artinya:

“Sungguh Kami turunkan Al-Qur’an dengan bahasa Arab supaya kamu memahami.” (Yusuf : 2)

Tanpa mengetahui bahasa Arab, tak mungkin bisa memahami makna ayat-ayat Qur’an. Sebagai contoh ayat: “tsummas tawaa ilas samaa’i”. Makna istawaa ini banyak diperselisihkan. Kaum Mu’tazilah mengartikannya menguasai dengan paksa. Ini jelas penafsiran yang salah. Tidak sesuai dengan bahasa Arab. Yang benar, menurut pendapat para ahli sunnah waljamaah, istawaa artinya ‘ala wa irtafa’a (meninggi dan naik). Karena Allah mensifati dirinya dengan Al-‘Ali (Maha Tinggi).


Anehnya, banyak orang penganut faham Mu’tazilah yang menafsiri lafaz istawa dengan istaula. Pemaknaan seperti ini banyak tersebar di dalam kitab-kitab tafsir, tauhid, dan ucapan-ucapan orang. Mereka jelas menging-kari ke-Maha Tinggian Allah yang jelas-jelas tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits shahih, perkataan para sahabat dan para tabi’in, Mereka mengingkari bahasa Arab di mana Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa itu. Ibnu Qayyim berkata, Allah memerin-tahkan orang-orang Yahudi supaya mengucapkan “hitthotun” (bebaskan kami dari dosa), tapi mereka pelesetkan atau rubah menjadi “hinthotun” (biji gandum). Ini sama dengan kaum Mu’tazilah yang mengartikan istawa dengan arti istaula.


Contoh kedua, pentingnya Bahasa Arab dalam menafsiri suatu ayat, misalnya ayat yang artinya:

“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada ilah (yang haq) melainkan Allah…” (Muhammad: 19).

Ilah artinya al-ma’bud (yang disembah). Maka kalimat Laa ilaaha illallaah, artinya laa ma’buuda illallaah (tidak ada yang patut disembah kecuali Allah saja). Sesuatu yang disembah selain Allah itu banyak; orang-orang Hindu di India menyembah sapi. Pemeluk Nasrani menyembah Isa Al-Masih, tidak sedikit dari kaum Muslimin sangat disesalkan karena menyembah para wali dan berdo’a meminta sesuatu kepadanya. Padahal, dengan tegas Nabi Shallallahu alaihi wasalam berkata, artinya: “Doa itu ibadah”. (HR At-Tirmidzi).


Nah, karena sesuatu yang dijadikan sesembahan oleh manusia banyak macamnya, maka dalam menafsirkan ayat di atas mesti ditambah dengan kata haq sehingga maknanya menjadi Laa ma’buuda haqqon illallaah (tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah). Dengan begitu, semua sesembahan-sesembahan yang batil yakni selain Allah, keluar atau tidak masuk dalam kalimat tersebut. Dalilnya ialah ayat berikut, yang artinya: “Demikianlah, karena sesungguhnya Allah. Dialah yang haq. Dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah yang batil.” (Luqman: 30).


Dengan diartikannya lafadz ilah menjadi al-ma’buud, maka jelaslah kekeliruan kebanyakan orang Islam yang berkeyakinan bahwa Allah ada di mana-mana dan mengingkari ketinggianNya di atas ‘Arsy dengan memakai dalil ayat berikut, yang artinya: “Dan Dialah Tuhan di langit dan Tuhan di bumi.” (Az-Zukhruf: 84).


Sekiranya mereka memahami arti ilah dengan benar, nisacaya mereka tidak memakai dalil ayat tersebut. Yang benar, seperti yang telah diterangkan di atas, al-ilah itu artinya: al-ma’buud sehingga ayat itu artinya menjadi : “Dan Dialah Tuhan ( yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi.”


Contoh ketiga, pentingnya mengetahu gramatika bahasa Arab untuk supaya bisa menafsiri ayat dengan benar, ialah mengetahui ungkapan kata akhir tapi didahulukan, dan kata depan tapi ditaruh di akhir kalimat. Sebagai contoh, firman iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. artinya: “Hanya kepadamu kami menyembah, dan hanya kepadamu pula kami memohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5).

Didahulukannya kata iyyaka atas kata kerja na’budu dan nasta’in , ialah untuk pembatas dan pengkhususan, maka maksudnya menjadi laa na’budu illaa iyyaaka walaa nasta’iinu illaa bika yaa Allaah, wanakhusshuka bil ‘ibaadah wal isti’aanah wahdaka. (kami tidak menyembah siapapaun kecuali hanya kepadaMu. Kami tidak mohon pertolongan kecuali hanya kepadaMu, ya Allah. Dan hanya kepadaMu saja kami beribadah serta memohon pertolongan).


5. Memahami Nash Al-Qur’an dengan Asbabun Nuzul


Mengetahui sababun nuzul (peristiwa yang melatari turunnya ayat) sangat membantu sekali dalam memahami Al-Qur’an dengan benar.

Sebagai contoh, ayat yang artinya: “Katakanlah: Panggillah mereka yang kamu anggap sebagai (Tuhan) selain Allah, mereka tidak akan memiliki kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula memindahkan-nya. Orang-orang yang mereka seru itu juga mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengha-rapkan rahmatNya, serta takut akan adzab-Nya. Karena adzab Tuhanmu itu sesuatu yang mesti ditakuti.” (Al-Israa': 56-57).


Ibnu Mas’ud berkata, segolongan manusia ada yang menyembah segolongan jin, lantas sekelompok jin itu masuk Islam. Karena yang lain tetap bersikukuh dengan peribadatannya, maka turunlah ayat: Orang-orang yang mereka seru itu juga mencari jalan kepada Tuhan mereka (Muttafaq ‘alaih).

Ayat itu sebagai bantahan terhadap orang-orang yang menyeru dan bertawassul kepada para nabi atau para wali. Tapi, sekiranya orang-orang itu bertawassul kepada keimanan dan kecintaan mereka kepada para nabi atau wali, tentu tawassul semacam itu boleh-boleh saja.


Demikian penjelasan Muhammad Ibn Jamil Zainu dalam Kitab kaifa Nafhamul Qur’an. (Dept. Ilmiyah/alsofwah)



CARA MEMBEDAKAN HADITS ASLI DENGAN YANG PALSU


Perbedaan antara hadist shahih dengan hadist palsu memang sangat tipis. Bahkan keduanya acapkali sulit dibedakan. Bahkan telah banyak hadist-hadist yang sebenarnya palsu, dianggap dan diyakini sebagai hadist shahih, sehingga dijadikan sebagai pegangan (sumber) ajaran. 

Namun demikian, memilah hadist shahih dan palsu bukan berarti tidak bisa dilakukan. Para pakar hadist telah memberikan rambu-rambu yang dapat digunakan untuk memihak (menyeleksi) antara hadist shahih dan hadist yang dianggap palsu. Palsu dan tidaknya sebuah hadist, seperti yang ditulis oleh Dr. Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, bisa dilihat dari dua aspek, yaitu aspek sanad dan aspek matan 

1. Aspek Sanad 

1. Perawi yang mengakui kedustaannya, seperti yang dilakukan oleh Abdul Karim al-Wadhdha’. Maka hadist-hadist yang diriwayatkan oleh orang ini layak dimasukkan dalam katagori hadist-hadist palsu. 
2. Seseorang yang meriwayatkan hadist dari seseorang yang tidak jelas sumbernya. Misalnya ia meriwayakan sebuah hadist dari seseorang yang tidak pernah ketema, sementara ia menggunakan redaksi yang menunjukkan bahwa ia mendengar dan menatap, atau meriwayatkan dari seorang guru di suatu tempat, padah ia belum pernah ke tempat itu, dan atau meriwayatkan dari seorang guru, padahal guru tersebut telah wafat sebelum ia lahir. 
3. Perawi yang memang dikenal sebagai pendusta dalam meriwayatkan suatu hadist, kemudian ia meriwayatkan hadist seorang diri, dan tidak ada perawi tsiqah yang meriwayatkannya 

2. Apek Matan 

a. Kejanggalan redaksi hadist yang diriwayatkan, apabila dirasa tidak mencerminkan sabda yang datang dari Nabi. 

b. Kekacauan makna hadist. Misalnya hadist-hadist yang memiliki unsure dusta, karena tidak sesuai dengan akal sehat, seperti ungkapan yang berbunyi : “terong merupakan obat segala penyakit”

c. Bertentangan dengan teks-teks al-Qur’an dan Sunah 

d. Setiap hadist yang mendakwakan kesepakatan sahabat untuk menyembunyikan sesuatu dan tidak menyebarkannya. 

e. Hadist yang tidak memiliki relevansi dengan realitas histories pada masa Nabi. 

f. Hadist yang memiliki keterkaitan erat dengan latar belakang seorang rawi, misalnya perawinya termasuk figure sangat ekstrem terhadap aliran tertentu. 

g. Hadist tersebut memuan kandungan sesuatu yang luar biasa, tetapi hanya diriwayatkan oleh satu orang. 

Re-Evaluasi Hadist : Mewaspadai Hadist Palsu 

Pada bagian ini penulis menganggap penting untuk menjadikan masalah hadist palsu sebagai masalah yang serius untuk terus dikaji dan diteliti, karena tidak menutup kemungkinan hadist-hadist palsu masih tetap ada dan lepas dari penelitian yang telah dihasilkan oleh kalangan ulama hadist, terutama hadist-hadist yang memiliki kaitan dengan masalah keagamaan (fadla’ilul a’mal). Hadist-hadist semacam ini, sangat mengesankan memang berasal dari Nabi, karena menggunakan materi yang akrab dengan apa yang menjadi kecenderungan umat Islam, sehingga bisa jadi akan mudah dianggap sebagai hadist asli, padahal sebenarnya termasuk hadist palsu, tanpa sepengetahuan umat Islam. 

Dalam konteks ini, untuk mengantisipasi kenyataan itu, menurut hemat penulis perlu dilakukan re-evaluasi terhadap posisi hadist yang terdapat dalam beberapa kitab hadist, termasuk dalam hadist yang dikumpulkan oleh imam Bukhari dan imam Muslim. Sebab, tidak menutup kemungkinan dalam kitab tersebut, masih terdapat hadist-hadist yang perlu mendapatkan koreksi dan penelitian lebih serius dari umat Islam. Artinya, sekalipun dalam kitab hadist Bukhari dan kitab Muslim diyakini sebagai kumpulan hadist paling sahih karena pendekatan penelitian yang dianggap lebih akurat dan berhati-hati, tetapi meletatkan keduanya sebagai hasil usaha manusia yang tidak menutup kemungkinan memunculkan kesalahan, layak terjadi. 

Re-evaluasi secara kritis mutlak harus dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan hadist-hadist agar tetap searah dengan apa yang dikatakan, dilakukan dan yang ditetapkan oleh Rasulullah dan al-Qur’an. Re-evaluasi tersebut bisa dilakukan dalam beberapa hal penting : 

Pertama, evaluasi kritis terhadap sanad dan rijalul hadist hadist. Aspek ini telah menjadi mainstream penelitian para ulama hadist, sehingga melahirkan klasifikasi bentuk hadist, baik sahih, dha’if, hasan dan lain sebagainya. Sanad dan rawil hadist tetap harus menjadi obyek kritik, terutama menyangkut latar belakang dan sosio cultural seorang periwayat hadist, karena tidak menutup kemungkinan seorang periwayat hadist yang sudah dinyatakan sebagai perawi tanpa cela oleh para ulama, masih menyisakan satu masalah serius yang harus dikaji lebih obyektif lagi, misalnya posisi Abu Hurairah sebagai salah seorang periwayat hadist yang cukup spektakuler. Sebab, dalam kemelut konfilik politik umat Islam pada masa-masa Mu’awiyah, Abu Hurairah dianggap menjadi salah seorang bagian penting dalam gerakan politik yang dilakukan oleh Mu’awiyah dan dianggap sebagai pereka-perekayasa hadist (palsu) untuk menyudutkan Ali, demi kepentingan kubu Mu’awiyah.[22]

Jumat, 25 Desember 2015

KISAH TERBAKARNYA JIN IFRIT DIRUMAH ANGKER KARENA BACAAN AYAT KURSI

۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" KISAH TERBAKARNYA JIN IFRIT DIRUMAH ANGKER KARENA BACAAN AYAT KURSI "
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

===================================

๐Ÿ’ฅAyat ayat AL QUR'AN memiliki keutamaan/manfaat yang sangat banyak, salah satunya adalah ayat kursi. Diantara keutamaan ayat kursi adalah adalah bisa untuk membakar Jin jahat. Hal ini seperti yang pernah dilakukan oleh Saudagar kaya raya bernama Ka'ab yang memusnahkan Jin Ifrit dengan bacaan Ayat Kursi.

๐Ÿ’ฅSuatu ketika, seorang pedagang bernama Ka'ab melakukan perjalanan dagang ke negeri Basroh.
Ia membawa barang dagangannya untuk dijual. Setibanya di Basrah, dia mencari tempat penginapan, namun semua penginapan pada hari itu ternyata sudah penuh tidak ada yang kosong.
Semua sudah dipesan oleh pedagang yang lebih dahulu tiba sebelum Ka'ab.

๐Ÿ’ฅKarena kehabisan penginapan, Ka'ab berinisiatif mencari tempat lain untuk istirahat. Ia lalu menemukan sebuah tempat tinggal kosong yg pada dindingnya penuh dengan sarang laba -untung. Ka'ab akhirnya berhasil menemui pemilik rumah kosong itu. Ia bermaksud menyewa rumah itu selama kurang lebih 1 minggu.

➖"Rumah ini sangat aneh, sering menjadi perbincangan warga disini," si pemilik rumah itu menjelaskan.

➖"Apa yg terjadi di rumahmu ini ?" Ka'ab bertanya. 
➖"Menurut beberapa orang, rumah ini didiami oleh sesosok Jin Ifrit. Telah banyak orang yg mencoba menempatinya, tetapi akhirnya mereka binasa," kata si pemilik rumah kosong itu.

๐Ÿ’ฅMerasa terpaksa sebab tidak menemukan penginapan, akhirnya Ka'ab bersedia menempati rumah suwung/ kosong itu.

➖"Meskipun orang lain berkata demikian, aku sanggup tinggal disini asalkan Tuan mengizinkan aku ," pinta Ka'ab.
➖"Baiklah, aku tak keberatan dan saya tidak akan meminta upah sedikitpun," jawab si pemilik rumah kosong.

๐Ÿ’ฅKa'ab akhirnya tinggal di tempat tinggal kosong yang angker itu. Pada malam pertama itu, tidak terdapat hal ganjil yg dialaminya. Keesokan harinya Ka'ab berkeliling untuk menjual barang dagangannya, dan waktu matahari hampir terbenam, ia pulang ke rumah itu .
Malam itu Ka'ab mengalami beberapa keanehan. Matanya sulit sekali buat dipejamkan.

๐Ÿ’ฅLalu pada saat kondisibyang sangat senyap, tiba-tiba dia dikagetkan dengan sosok bayangan hitam yg memiliki dua mata menyala-nyala mirip bara api yang mendekatinya. Maka secara spontan, Ka'ab terjaga serta membaca ayat Kursi.

๐Ÿ’ฅTapi bayang-bayang hitam yang menakutkan itu tidak menghilang, justru mengikuti apa yang dibaca Ka'ab, hingga hampir sampai di akhir ayat Kursi.

JIN IFRIT TERBAKAR HINGGA JADI ABU 

๐Ÿ’ฅNamun setelah Ka'ab membaca akhir ayat Kursi Walaa Yauduhu khifzuhuma wa huwal aliiyul 'adzim, bayang-bayang hitam itu lenyap serta suaranya sudah tidak terdengar lagi.

๐Ÿ’ฅKa'ab heran serta dia terus mengulangi bacaannya sampai ayat Kursi yg terakhir buat memastikan bayang-bayang hitam itu benar-benar hilang. Lenyapnya Jin Ifrit itu disertai bau mirip barang yang terbakar.

๐Ÿ’ฅPagi harinya, Ka'ab menemukan di salah satu sudut rumah itu terdapat bekas-bekas abu seperti ada sesuatu yang sudah terbakar.
Pada saat itu, Ka'ab mendengar bunyi gaib,
➖"Hai Ka'ab, kamu sudah membakar Jin Ifrit yg kuat."

➖Ka'ab bertanya :"Dengan apa aku membakarnya?"

➖"Dengan firman Alloh, walaa Yauduhu khifzuhuma wa huwal aliiyul 'adzim,"jawab suara gaib itu.

๐Ÿ’ฅDemikian kisah terbakarnya Jin Ifrit oleh Ayat Kursi.
Perlu diketahui, Ayat Kursi diwahyukan pada Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam diiringi oleh ribuan malaikat karena kebesaran dan kesucian ayat tersebut. Karena itu, Jin Ifrit yang kuat pun tidak bisa menahan kehebatan Ayat Kursi.

___________________________________________________

TANDA KEBERADAAN HANTU/JIN

- Perasaan tiba tiba menjadi tidak enak, sulit tidur, cemas.

- Suhu ruangan tiba tiba berubah drastis. Bisa tiba tiba menjadi agak panas atau sebaliknya.

- Munculnya suara suara aneh, Padahal anda hanya sendirian di dalam rumah dan tidak ada siapa - siapa kecuali anda sendiri. Secara tiba tiba seperti ada suara orang melempar batu , mencuci piring atau suara meraung tidak jelas. Hal tersebut adalah tanda bahwa hantu atau jin tersebut ingin berkomunikasi dengan kita secara tidak langsung.

- Mendadak Bulu kuduk tiba tiba merinding , ini adalah yang paling sering dirasakan. Bulu kuduk berdiri adalah pertanda ada aura negatif yang ada di sekitar anda.

___________________________________________________

CARA MENGUSIR JIN/HANTU DIRUMAH

Bagaiman cara mengusir jin yang ada dirumah ?
Sering-sering membaca Alqur'an di situ.... terutama surat Albaqarah.

___________________________________________________

CARA MEMBAKAR JIN JAHAT DAN CARA MENGOBATI ORANG KESURUPAN JIN

ูุงุฆุฏุฉ ) ู…ู† ุงู„ุดู†ูˆุงู†ูŠ ูˆู…ู…ุง ุฌุฑุจ ู„ุญุฑู‚ ุงู„ุฌู† ุฃู† ูŠุคุฐู† ููŠ ุฃุฐู† ุงู„ู…ุตุฑูˆุน ุณุจุนุง ูˆูŠู‚ุฑุฃ ุงู„ูุงุชุญุฉ ุณุจุนุง ูˆุงู„ู…ุนูˆุฐุชูŠู† ูˆุขูŠุฉ ุงู„ูƒุฑุณูŠ ูˆุงู„ุณู…ุงุก ูˆุงู„ุทุงุฑู‚ ูˆุขุฎุฑ ุณูˆุฑุฉ ุงู„ุญุดุฑ ู…ู† { ู„ูˆ ุฃู†ุฒู„ู†ุง ู‡ุฐุง ุงู„ู‚ุฑุขู† } ุฅู„ู‰ ุขุฎุฑู‡ุง ูˆุขุฎุฑ ุณูˆุฑุฉ ุงู„ุตุงูุงุช ู…ู† ู‚ูˆู„ู‡ { ูุฅุฐุง ู†ุฒู„ ุจุณุงุญุชู‡ู… } ุฅู„ู‰ ุขุฎุฑู‡ุง ูˆุฅุฐุง ู‚ุฑุฆุช ุขูŠุฉ ุงู„ูƒุฑุณูŠ ุณุจุนุง ุนู„ู‰ ู…ุงุก ูˆุฑุด ุจู‡ ูˆุฌู‡ ุงู„ู…ุตุฑูˆุน ูุฅู†ู‡ ูŠููŠู‚ ุงู‡

Sebagian amalan yang bisa dicoba dilakukan untuk membakar JIN (yang mengganggu manusia) ialah :

1. Adzan di telinga penderita
2. Surat al-Fatihah 7X
3. Surat al-Mu'awwidzatain (alfalaq-annaas)
4. Ayat Kursi
5. Surat at-Thooriq (ayat 1-17)
6. 4 ayat terakhir dari Surat al-Hasyri (ayat 21-24)
7. 6 ayat terakhir dari Surat as-Shooffaat (ayat 177-182)

Apabila ayat kursi dibacakan pada air lalu dipercikkan pada wajah si penderita Insya Alloh segera diberi kesadaran (Kitab I'aanah at-Thoolibiin I/230).
___________________________________________________


Semoga bermanfaat
Barakallaahu fiikum 

Senin, 18 Mei 2015

MELAGUKAN BACAAN DAN ADAB TILAWAH AL-QUR’AN

Bismillaahirrahmaanirrahiim 

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 


MELAGUKAN BACAAN AL-QUR’AN 


Bagaimana keutamaannya?
Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin membawakan judul bab “Sunnahnya memperindah suara ketika membaca Al Qur’an dan meminta orang lain membacanya karena suaranya yang indah dan mendengarkannya.”
Beberapa dalil yang disebutkan oleh beliau berikut ini:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata,

“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…َุง ุฃَุฐِู†َ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„ِุดَู‰ْุกٍ ู…َุง ุฃَุฐِู†َ ู„ِู„ู†َّุจِู‰ِّ ุฃَู†ْ ูŠَุชَุบَู†َّู‰ ุจِุงู„ْู‚ُุฑْุขู†
ِ
“Allah tidak pernah mendengarkan sesuatu seperti mendengarkan Nabi yang indah suaranya melantunkan Al Qur’an dan mengeraskannya.”
(HR. Bukhari no. 5024 dan Muslim no. 792).

Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,

ูŠَุง ุฃَุจَุง ู…ُูˆุณَู‰ ู„َู‚َุฏْ ุฃُูˆุชِูŠุชَ ู…ِุฒْู…َุงุฑًุง ู…ِู†ْ ู…َุฒَุงู…ِูŠุฑِ ุขู„ِ ุฏَุงูˆُุฏ
َ
“Wahai Abu Musa, sungguh engkau telah diberi salah satu seruling keluarga Daud.”
(HR. Bukhari no. 5048 dan Muslim no. 793).

Sedangkan dalam riwayat Muslim disebutkan,
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada Abu Musa,

ู„َูˆْ ุฑَุฃَูŠْุชَู†ِู‰ ูˆَุฃَู†َุง ุฃَุณْุชَู…ِุนُ ู„ِู‚ِุฑَุงุกَุชِูƒَ ุงู„ْุจَุงุฑِุญَุฉَ ู„َู‚َุฏْ ุฃُูˆุชِูŠุชَ ู…ِุฒْู…َุงุฑًุง ู…ِู†ْ ู…َุฒَุงู…ِูŠุฑِ ุขู„ِ ุฏَุงูˆُุฏ
َ
“Seandainya engkau melihatku ketika aku mendengarkan bacaan
Al Qur’anmu tadi malam. Sungguh engkau telah diberi salah satu seruling keluarga Daud”
(HR. Muslim no. 793).

Dari Al Bara’ bin ‘Aazib, ia berkata,

ุณَู…ِุนْุชُ ุงู„ู†َّุจِู‰َّ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ูŠَู‚ْุฑَุฃُ ( ูˆَุงู„ุชِّูŠู†ِ ูˆَุงู„ุฒَّูŠْุชُูˆู†ِ ) ูِู‰ ุงู„ْุนِุดَุงุกِ ، ูˆَู…َุง ุณَู…ِุนْุชُ ุฃَุญَุฏًุง ุฃَุญْุณَู†َ ุตَูˆْุชًุง ู…ِู†ْู‡ُ ุฃَูˆْ ู‚ِุฑَุงุกَุฉ
ً
“Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dalam surat Isya surat Ath Thiin
(wath thiini waz zaituun), maka aku belum pernah mendengar suara yang paling indah daripada beliau atau yang paling bagus bacaannya dibanding beliau.”
(HR. Bukhari no. 7546 dan Muslim no. 464)

Beberapa faedah yang diambil dari beberapa hadits di atas:
1- Dibolehkan memperindah suara bacaan Al Qur’an dan perbuatan seperti itu tidaklah makruh. Bahkan memperindah suara bacaan Al Qur’an itu disunnahkan.

2- Memperbagus bacaan Al Quran memiliki pengaruh, yaitu hati semakin lembut, air mata mudah untuk menetes, anggota badan menjadi khusyu’, hati menyatu untuk menyimak, beda bila yang dibacakan yang lain.
Itulah keadaan hati sangat suka dengan suara-suara yang indah. Hati pun jadi lari ketika mendengar suara yang tidak mengenakkan.

3- Diharamkan Al Quran itu dilagukan sehingga keluar dari kaedah dan aturan tajwid atau huruf yang dibaca tidak seperti yang diperintahkan. Pembacaan Al Quran pun tidak boleh serupa dengan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan, bentuk seperti itu diharamkan.

4- Termasuk bid’ah kala membaca Al Quran adalah membacanya dengan nada musik.

5- Disunnahkan mendengarkan bacaan Al Quran yang sedang dibaca dan diam kala itu.

6- Disunnahkan membaca pada shalat ‘Isya’ dengan surat qishorul mufashol seperti surat At Tiin.

Apa yang Dimaksud “Yataghonna bil Quran”?
Kata Imam Nawawi bahwa Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah juga kebanyakan ulama memaknakan dengan,
ูŠُุญَุณِّู† ุตَูˆْุชู‡ ุจِู‡ِ
“Memperindah suara ketika membaca Al Quran.”

Namun bisa pula maknanya
‘yataghonna bil quran’ adalah mencukupkan diri dengan Al Quran, makna lain pula adalah menjaherkan Al Qur’an. Demikian keterangan Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim 6: 71.

Yang Tidak Melagukan Al Quran,Tercelakah?
Kalau tidak membaguskan bacaan Al Qur’an atau tidak melagukannya apakah tercela?

Apa syaratnya jika boleh melagukan Al Qur’an?
Hadits berikut barangkali bisa jadi renungan. Dari Abu Lubababh Basyir bin ‘Abdul Mundzir radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ู„َูŠْุณَ ู…ِู†َّุง ู…َู†ْ ู„َู…ْ ูŠَุชَุบَู†َّ ุจِุงู„ْู‚ُุฑْุขู†
ِ
“Barangsiapa yang tidak memperindah suaranya ketika membaca Al Qur’an, maka ia bukan dari golongan kami.”
(HR. Abu Daud no. 1469 dan Ahmad 1: 175. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Kata Imam Nawawi bahwa Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah juga kebanyakan ulama memaknakan ‘yataghonna bil Qur’an’ adalah,

ูŠُุญَุณِّู† ุตَูˆْุชู‡ ุจِู‡
ِ
“Memperindah suara ketika membaca Al Quran.”

Sedangkan menurut Sufyan bin ‘Uyainah
yang dimaksud adalah mencukupkan diri dengan Al Qur’an

Ada yang katakan pula, yang dimaksud adalah mencukupkan
Al Qur’an dari manusia.

Ada pendapat lain pula yang menyatakan, mencukupkan diri dengan Al Qur’an dari hadits dan berbagai kitab lainnya.

Al Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa sebenarnya ada dua pendapat yang dinukil dari Ibnu ‘Uyainah.

Adapun ulama Syafi’i dan yang sependapat dengannya menyatakan bahwa yang dimaksud adalah memperindah dan memperbagus bacaan Al Qur’an. Ulama Syafi’iyah berdalil dengan hadits lainnya,
ุฒَูŠِّู†ُูˆุง ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ุจِุฃَุตْูˆَุงุชِูƒُู…
ْ
“Baguskanlah suara bacaan Al Qur’an kalian.”
(HR. Abu Daud no. 1468 dan An Nasai no. 1016. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Al Harawi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
“yataghonna bil Quran” adalah menjaherkan (mengeraskan) bacaannya.

Abu Ja’far Ath Thobari sendiri mengingkari pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud
yataghonna bil Quran adalah mencukupkan diri.

Ath Thobari tidak menyetujuinya
karena bertentangan dengan makna bahasa dan maknanya itu sendiri.

Ada perbedaan pula dalam pemaknaan hadits lainnya,

“Barangsiapa yang tidak memperindah suaranya ketika membaca Al Qur’an, maka ia bukan dari golongan kami.”

Pendapat yang lebih kuat, yang dimaksud
“yataghonna bil Qur’an”
adalah membaguskan suara bacaan Al Qur’an.

Riwayat lain menguatkan maksud tersebut,
“yataghonna bil qur’an adalah mengeraskannya.”
(Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 71).

Adapun yang dimaksud dengan tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memperindah bacaan Al Qur’an adalah ditafsirkan dengan dua makna:

Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak membaguskan bacaan Al Qur’an

Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak mencukupkan dengan Al Qur’an dari selainnya.
(‘Aunul Ma’bud, 4: 271).

Kalau kita lihat dari pendapat yang dikuatkan oleh Imam Nawawi sebelumnya, yang dimaksud adalah tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak membaguskan bacaan Al Qur’an.

Namun aturan dalam melagukan Al Qur’an harus
memenuhi syarat berikut:

Tidak dilagukan dengan keluar dari kaedah dan aturan tajwid.

Huruf yang dibaca tetap harus jelas sesuai yang diperintahkan.

Tidak boleh serupa dengan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan. 

๐Ÿ“š(Lihat Bahjatun Nazhirin, 1: 472)



ADAB TILAWAH AL QURAN 


1. Mengikhlaskan niat untuk Allah semata. Karena tilawah al-Qur’an termasuk ibadah, sebagaimana telah disebutkan pada keutamaan tilawah.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ุฅِู†َّู…َุง ุงู„ْุฃَุนْู…َุงู„ُ ุจِุงู„ู†ِّูŠَّุฉِ


Sesungguhnya seluruh amalan itu tergantung pada niatnya. [HR. Bukhari-Muslim]


2. Menghadirkan hati (konsentrasi) ketika membaca, khusyu’, tenang dan sopan, berusaha terpengaruh (terkesan) dengan yang sedang dibaca, dengan memahami (menghayati) atau memikirkan (tafakkur-tadabbur) sebagaimana tujuan utama dalam tilawah.

ุฃَูَู„ุงَ ูŠَุชَุฏَุจَّุฑُูˆู†َ ุงู„ْู‚ُุฑْุกَุงู†َ


Apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an?! [An-Nisa’:82, Muhammad:24]


Sopan, sebagai upaya memuliakan Kalam Allah Azza wa Jalla. Khusyu’ atau memusatkan hati dan pikiran (konsentrasi) sebagai upaya mengambil hikmah yang terkandung pada ayat yang kita baca; menampakkan kesedihan dan menangis, (ketika membaca ayat-ayat yang menceritakan adzab (siksa) neraka. Dan apabila tidak bisa maka berusahalah untuk bisa menangis. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ุฅِู†َّ ู‡َุฐَุง ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ู†َุฒَู„َ ุจِุญُุฒْู†ٍ ูَุฅِุฐَุง ู‚َุฑَุฃْุชُู…ُูˆู‡ُ ูَุงุจْูƒُูˆุง ูَุฅِู†ْ ู„َู…ْ ุชَุจْูƒُูˆุง ูَุชَุจَุงูƒَูˆْุง


Sesungguhnya al-Qur’an ini turun dengan kesedihan, maka jika kamu membacanya hendaklah kamu menangis, jika kamu tidak (bisa) menagis, maka berusahalah untuk menangis. [HR. Ibnu Majah] [7]


Allah berfirman:

ูˆَูŠَุฎِุฑُّูˆู†َ ู„ِู„ุฃَุฐْู‚َุงู†ِ ูŠَุจْูƒُูˆู†َ ูˆَูŠَุฒِูŠุฏُู‡ُู…ْ ุฎُุดُูˆุนًุง


Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’. [Al-Israa : 109]


Ibnu Mas’ud berkata.

ู‚َุงู„َ ู„ِูŠ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุงู‚ْุฑَุฃْ ุนَู„َูŠَّ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ู‚َุงู„َ ูَู‚ُู„ْุชُ ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฃَู‚ْุฑَุฃُ ุนَู„َูŠْูƒَ ูˆَุนَู„َูŠْูƒَ ุฃُู†ْุฒِู„َ ู‚َุงู„َ ุฅِู†ِّูŠ ุฃَุดْุชَู‡ِูŠ ุฃَู†ْ ุฃَุณْู…َุนَู‡ُ ู…ِู†ْ ุบَูŠْุฑِูŠ ูَู‚َุฑَุฃْุชُ ุงู„ู†ِّุณَุงุกَ ุญَุชَّู‰ ุฅِุฐَุง ุจَู„َุบْุชُ ( ูَูƒَูŠْูَ ุฅِุฐَุง ุฌِุฆْู†َุง ู…ِู†ْ ูƒُู„ِّ ุฃُู…َّุฉٍ ุจِุดَู‡ِูŠุฏٍ ูˆَุฌِุฆْู†َุง ุจِูƒَ ุนَู„َู‰ ู‡َุคُู„َุงุกِ ุดَู‡ِูŠุฏًุง ) ุฑَูَุนْุชُ ุฑَุฃْุณِูŠ ุฃَูˆْ ุบَู…َุฒَู†ِูŠ ุฑَุฌُู„ٌ ุฅِู„َู‰ ุฌَู†ْุจِูŠ ูَุฑَูَุนْุชُ ุฑَุฃْุณِูŠ ูَุฑَุฃَูŠْุชُ ุฏُู…ُูˆุนَู‡ُ ุชَุณِูŠู„ُ


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm berkata kepadaku: “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku!” saya pun berkata: Ya Rasulullah, apakah saya harus membacakan al-Qur’an kepadamu, sedangkan al-Qur’an diturunkan kepadamu?” Maka beliau menjawab: “Benar, akan tetapi saya senang (ingin) mendengarkan bacaan dari orang lain”. Kemudian sayapun membaca surat an-Nisa’ sampai: “Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)”. (ayat 41). Maka beliaupun berkata: “Cukup-cukup, maka tatkala saya melirik kepada beliau, beliau meneteskan air mata. [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan lainnya]


3. Tilawah al-Qur’an, hendaknya di tempat yang suci (haram atau dilarang di WC) atau tempat-tempat yang tidak pantas untuk tilawah al-Qur’an yang suci. Terutama di masjid sebagai upaya memakmurkan masjid

ุฅِู†َّู…َุง ูŠَุนْู…ُุฑُ ู…َุณَุงุฌِุฏَ ุงู„ู„ู‡ِ ู…َู†ْ ุกَุงู…َู†َ ุจِุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ุงْู„ุฃَุฎِุฑِ ูˆَุฃَู‚َุงู…َ ุงู„ุตَّู„ุงَุฉَ ูˆَุกَุงุชَู‰ ุงู„ุฒَّูƒَุงุฉَ ูˆَู„َู…ْ ูŠَุฎْุดَ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡َ


Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) sela in kepada Allah. [At-Taubah : 18]


Selain di tempat yang suci, kitapun sebaiknya dalam keadaan suci (tidak dalam keadaan hadast besar dan hadats kecil) untuk memuliakan kalam Allah Ta’ala


4. Membaca do`a Isti`adzah (berlindungan kepada Allah Ta’ala dari godaan setan) ketika hendak membaca al-Qur’an.


Allah berfirman

ูَุฅِุฐَุง ู‚َุฑَุฃْุชَ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ูَุงุณْุชَุนِุฐْ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ู…ِู†َ ุงู„ุดَّูŠْุทَุงู†ِ ุงู„ุฑَّุฌِูŠู…ِ


Apabila kamu membaca al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. [An-Nahl :98]


Membaca basmalah apabila membaca al-Qur’an dari awal surat, kecuali surat at-Taubah. Berlindung kepada Allah Ta’ala, yakni membaca:

ุฃَุนُูˆْุฐُ ุจِุงู„ู„ู‡ِ ู…ِู†َ ุงู„ุดَّูŠْุทَุงู†ِ ุงู„ุฑَّุฌِูŠู…ِ


hukumnya wajib menurut sebagian ulama’ . [Lihat Mabahits fi Ulumil Qur’an]


Dan diantara bentuk membersihkan jasmani (selain mandi) ialah bersiwak atau memakai sikat dan pasta gigi dalam rangka membersihkan sisa makanan yang terdapat pada sela-sela gigi yang dapat membusuk, yang membuat mulut kita tidak enak baunya. Bersiwak merupakan salah satu bentuk ittiba` kepada sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa mendapat 2 kebaikan, bersih di mulut dan mendapat keridhaan Allah Ta’ala:

ู…َุทْู‡َุฑَุฉٌ ู„ِู„ْูَู…ِ ู…َุฑْุถَุงุฉٌ ู„ِู„ุฑَّุจِّ


Bersih dimulut dan mendapatkan ridha dari Tuhan (Allah Ta’ala )”. [HR. Bukhari dalam bab Shaum.1831].


5. Menghadap kiblat hal ini juga sebagai upaya menghidupkan sunnah dalam bermajlis.

ุฎَูŠุฑُْ ุงู„ู…ุฌุงู„ุณ ู…ุง ุงุณุชู‚ุจู„ ุงู„ู‚ุจู„ุฉ (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุทุจุฑุงู†ู‰ ูู‰ ุงู„ุฃูˆุณุท ู…ู† ุญุฏูŠุซ ุงุจู† ุนู…ุฑ


Sebaik-baik Majlis adalah yang menghadap kearah qiblat. [HR. Thabrani dalan Al-Ausath hadits dari Ibnu Umar]. [8]


6. Membaguskan suara dengan tidak ghuluw (melewati batas), riya` (agar dilihat orang) , sum`ah (agar didengar orang) atau ujub (mengagumi diri sendiri).

ุฒَูŠِّู†ُูˆุง ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ุจِุฃَุตْูˆَุงุชِูƒُู…ْ ..ุฑูˆุงู‡ ุฃุญู…ุฏ ูˆุงุจู† ู…ุงุฌุฉ ูˆุงู„ู†ุณุงุฆู‰ ูˆุงู„ุญุงูƒู… ูˆุตุญุญู‡


Perindahlah (bacaan) Al-Qur`an dengan suara kalian. (HR. Ahmad, Ibnu Majah Nasa`i dan Hakim menshahihkannya] [9].


Tetapi jangan sampai seseorang mengeraskan bacaannya di dalam mushalla (masjid) sementara orang lain dalam keadaan shalat, sedangkan hal yang demikian itu telang dilarang.

ุฎَุฑَุฌَ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุงุณِ ูˆَู‡ُู…ْ ูŠُุตَู„ُّูˆู†َ ูˆَู‚َุฏْ ุนَู„َุชْ ุฃَุตْูˆَุงุชُู‡ُู…ْ ุจِุงู„ْู‚ِุฑَุงุกَุฉِ ูَู‚َุงู„َ ุฅِู†َّ ุงู„ْู…ُุตَู„ِّูŠَ ูŠُู†َุงุฌِูŠ ุฑَุจَّู‡ُ ูَู„ْูŠَู†ْุธُุฑْ ุจِู…َุง ูŠُู†َุงุฌِูŠู‡ِ ุจِู‡ِ ูˆَู„َุง ูŠَุฌْู‡َุฑْ ุจَุนْุถُูƒُู…ْ ุนَู„َู‰ ุจَุนْุถٍ ุจِุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ


Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar pada suatu kaum, sedang mereka sementara dalam keadaan shalat dan mengeraskan bacaannya, maka Nabi n bersabda: “Setiap kalian bermunajat (berbisik-bisik) kepada Rabbnya, maka janganlah kalian mengeraskan bacaan (Al-Qur`an) kalian atas sebagian yang lain. [HR. Imam Malik dalam kitabnya “Al-Muwatha`”[1/80]), Ibnu Abdil Barr berkata: “Ini adalah hadits shahih] [10]. [Lihat: Majaalis Syahrur Ramadhan; Syaikh Al-Utsaimin]


7. Hendaknya membaca dengan sirri (pelan) apabila dikhawatirkan dapat menimbulkan riya` atau sum`ah pada dirinya atau dapat mengganggu ketenangan dalam Masjid sebagaimana telah disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salalm.

ุงู„ุฌْุงَู‡ِุฑُ ุจِุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ูƒَุงู„ْุฌَุงู‡ِุฑُ ุจِุงู„ุตَّุฏَู‚َุฉِ .


Mengeraskan (dalam membaca) Al-Qur`an sama dengan menampakan dalam bershadaqah. [Minhajul Muslim, hal.71] [11]


Dan telah diketahui bahwa shadaqah yang dicintai adalah yang sembunyi-sembunyi, kecuali dalam keadaan tertentu yang berfaidah. Misalnya: untuk mendorong orang lain agar melakukan seperti yang kita lakukan.


8. Hendaknya membaca Al-Qur`an dengan tartil.

ูˆَุฑَุชِّู„ِ ุงู„ْู‚ُุฑْุกَุงู†َ ุชَุฑْุชِูŠู„ุง


Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. [Al-Muzammil : 4]


Ali bin Abi Thalib menjelaskan ma`na tartil dalam ayat tersebut diatas adalah: ”Mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat-tempat berhentinya”. [Syarh Mandhumah Al-Jazariyah, hl. 13]

Maka seyogyanya bagi kita bersabar, jangan terburu ingin segera selesai (khatam) dalam membaca Al-Qur`an atau terburu nafsu ingin segera menguasai (memahami) Al-Qur`an sehingga lalai memperhatikan kaidah-kaidah dalam tilawah.

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang dalam tilawah, menamatkan al-Qur’an kurang dari 3 malam, sebab tidak akan bisa memahami maknanya. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

ู„َุง ูŠَูْู‚َู‡ُ ู…َู†ْ ู‚َุฑَุฃَ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ูِูŠ ุฃَู‚َู„َّ ู…ِู†ْ ุซَู„َุงุซٍ


Barangsiapa membaca al-Qur’an kurang dari 3 hari maka tidak akan dapat memahaminya. 

[HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah]

Demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma supaya mengkhatamkan al-Qur’an setiap 7 hari (sekali). 

[HR. Mutafaq Alaih]


Adapun beberapa riwayat dari Salafus Shalih yang menyatakan bahwa di antara mereka ada yang mengkhatamkan al-Qur’an sehari semalam sekali, atau 2 kali khatam, atau 3 kali dan bahkan ada juga yang 8 kali khatam, maka semua itu tidak bisa menjadi hujjah karena bertentangan dengan hadits di atas. Demikian juga sekelompok Salaf tidak menyukai mengkhatamkan Al-Qur’an dalam sehari semalam. Syeikh Abdul Qadir Al-Arnauth mengomentari hadits di atas dengan perkataan: “Inilah yang benar dan sesuai dengan Sunnah. [Lihat At-Tibyan Fi Adab Hamalatil Qur’an, tahqiq: Syeikh Abdul Qadir Al-Arnauth, hal: 49]


Bacaan dengan perlahan-perlahan (tartil), bukan dengan cepat-cepat, hal yang demikian itu akan membantu dalam tadabbur (memahami) maknanya dan menghindari dari kesalahan dalam melafadzkan atau mengeluarkan huruf-hurufnya. Di dalam Shahih Bukhari disebutkan.

ุณُุฆِู„َ ุฃَู†َุณٌ ูƒَูŠْูَ ูƒَุงู†َุชْ ู‚ِุฑَุงุกَุฉُ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูَู‚َุงู„َ ูƒَุงู†َุชْ ู…َุฏًّุง ุซُู…َّ ู‚َุฑَุฃَ ( ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠู…ِ ) ูŠَู…ُุฏُّ ุจِุจِุณْู…ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَูŠَู…ُุฏُّ ุจِุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ูˆَูŠَู…ُุฏُّ ุจِุงู„ุฑَّุญِูŠู…ِ


Dari anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ketika ditanya tentang qira’ah (bacaan) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia berkata: “Bahwa bacaannya panjang-panjang, kemudian membaca: ( ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠู…ِ memanjangkan (ุจِุจِุณْู…ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ) kemudian (ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ) kemudian (ุงู„ุฑَّุญِูŠู…ِ ) [HR. Bukhari, 5046].

ุนَู†ْ ุฃُู…ِّ ุณَู„َู…َุฉَ ุฃَู†َّู‡َุง ุฐَูƒَุฑَุชْ ุฃَูˆْ ูƒَู„ِู…َุฉً ุบَูŠْุฑَู‡َุง ู‚ِุฑَุงุกَุฉَ ุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูŠُู‚َุทِّุนُ ู‚ِุฑَุงุกَุชَู‡ُ ุขูŠَุฉً ุขูŠَุฉً


Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, bahwa dia menyebutkan bacaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu (beliau) memutus-mutus bacaannya ayat per ayat (satu ayat-satu ayat). [HR. Ahmad (6/3020, Abu Dawud (4001) Tirmidzi (2927) dan Dishahihkan An-Nawawi, dalam “Al-Majmu’” 3/333 ]


Dalam kitab Majalis Fi Syahri Ramadhan karya Syaikh Utsaimin dijelaskan, bahwa tidak mengapa dengan (bacaan) cepat yang tidak sampai merubah lafadz, dan tidak meninggalkan sebagian huruf atau idghamnya. Tetapi apabila tidak benar dalam pengucapan idghamnya, sampai salah dalam lafadznya, maka hal itu haram, karena yang demikian berarti mengganti lafadz al-Qur’an”.


9. Hendaknya sujud, ketika membaca ayat-ayat yang mengisyaratkan sujud, hal ini dilakukan dalam keadaan berwudhu’, di waktu siang maupun malam, dengan takbir dan mengucapkan: ุณุจุญุงู† ุฑุจูŠ ุงู„ุฃุนู„ู‰( Suci Rabbku yang Maha Tinggi) dan hendaklah berdoa, kemudian bangun dari sujud tanpa takbir dan tanpa salam. [Majaalis Syahrur Ramadhan; Syaikh Al-Utsaimin]


BACA ALQURAN HARUS TAU BHW DIRINYA MJD TUJUAN SERUAN ALQURAN & ANCAMANNYA 


“Kelebihan bacaan secara pelan-pelan atas bacaan secara keras sama dengan kelebihan shadaqah secara sembunyi-sembunyi atas shadaqah secara terang-terangan.” (Diriwayatkan Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Jadi bacaan pelan-pelan yang bisa didengar sendiri. Memang bacaan secara keras diperbolehkan pada saat-saat tertentu untuk tujuan yang benar, seperti untuk menguji kebenaran hapalan, agar dia tidak malas dan mengantuk, untuk membangunkan orang-orang yang tidur. Tentang bacaan Al-Qur’an dalam shalat, mana yang harus dijelaskan dan mana yang harus disembunyikan, sudah dijelaskan dalam berbagai kitab fiqih.

Orang yang membaca Al-Qur’an harus melihat bagaimana kelembutan dan kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya, bagaimana Allah menyusupkan makna kalam-Nya ke dalam pemahaman mereka. Dia harus menyadari bahwa apa yang dibacanya bukan ucapan manusia. Karena itu dia harus merasakan keagungan Allah yang seakan berbicara dengannya dan sekaligus memahami kalam-Nya. Sebab pemahaman dan pengamatan merupakan tujuan dari bacaan. Jika tidak bisa paham kecuali dengan mengulang bacaan, satu ayat umpamanya, maka hendaknya dia mengulanginya.

Abu Dzar meriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa beliau mendirikan shalat malam, dengan membaca satu ayat yang diulang-ulangi, yaitu, “Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau juga.”

(Al-Maidah: 118)


Begitu pula yang pernah dilakukan Tamim Ad-Dari dan Ar-Rabi’ bin Khaitsam saat membaca firman Allah dalam shalat malamnya,

“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka?” 

(Al-Jatsiyah: 21)


Orang yang membaca Al-Qur’an harus membuat gambaran yang pasti dan menyimak setiap ayat yang dibaca. Apabila dia membaca ayat,

“Yang menciptakan langit dan bumi”,

hendaklah dia menyadari keagungan-Nya dan memperhatikan kekuasaan-Nya

atas segala sesuatu yang dilihatnya. Jika dia membaca, 

“Maka terangkanlah kepadaku tentang nuthfah yang kalian percayaka”,

(Al-Waqi’ah: 58),


Hendaklah dia memikirkan air mani yang jumlahnya ribuan, lalu dari satu bagian dari malam ini, dibagi-bagi menjadi daging dan tulang, urat dan nadi, lalu membentuk bagian-bagian tertentu seperti kepala, tangan, kaki lalu badan yang utuh muncul sifat-sifat yang mulia, tangan seperti mendengar,

melihat, berfikir dan lain-lainnya. Perhatikanlah dengan seksama semua keajaiban ini. Jika sedang membaca ayat-ayat yang menjelaskan para pendusta, maka hendaklah dia merasa takut dari murka dan kelalaian dalam mengikuti perintah.

Dia harus bisa melepaskan diri dari hal-hal yang bisa menghambat pemahaman, seperti membayangkan bahwa setan membuatnya tidak sanggup memahami satu huruf pun dan membelenggu pikirannya. Dia harus mengulang lagi bacaannya hingga hasratnya untuk memahami maknanya bisa pulih. Sebagai contoh, dia merasa terus-menerus melakukan dosa, atau memiliki sifat sombong atau tidak bisa melepaskan dari hawa nafsu. Hal ini menyebabkan hati yang pekat dan berkarat dan berkarat. Perumpamaannya seperti bercak-bercak di cermin, yang menghalangi kejelasan hakikat. Hati itu bisa diibaratkan cermin, dan nafsu, seperti halnya membersihkan permukaan cermin.

Orang yang membaca Al-Qur’an harus tahu bahwa dirinyalah yang menjadi tujuan seruan Al-Qur’an dan ancamannya. Kisah-kisah yang disebutkan di dalamnya, bukan untuk obrolan, tetapi sebagai pelajaran. Maka hendaklah dia membacanya dengan seksama lalu berbuat sesuai dengan petunjuknya. Perumpamaan pembaca Al-Qur’an yang durhaka sekalipun dia sudah membacanya berulang kali, seperti orang yang berulang kali membaca surat raja, lalu dia tidak mau mendukung kerajaannya. Apa yang diperintahkan dalam surat itu tidak mau dipelajarinya, sehingga dia tidak bisa melaksanakan perintahnya. Jika tidak mau memahami dan juga tidak melaksanakan perintah, berarti bisa dikatakan melecehkan dan bisa mendatangkan murka.

Dia tidak boleh merasa dirinya kuat dan perkasa, tidak boleh melihat dirinya sebagai orang yang suci, tetapi dia harus melihat dirinya sebagai orang yang serba memiliki keterbatasan. Hal ini bisa menyebabkan taqarrubnya kepada Allah.