Rabu, 08 Maret 2017

MENJAGA LISAN DARI GHIBAH DAN FITNAH

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ.
اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

صدق الله العظيم
أَمَّا بَعْدُ

*
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah memberikan nikmat islam , nikmat iman dan nikmat kesehatan kepada kita semua.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad shallallahu alaihi wasallam, beserta keluarganya, sahabat"nya, dan insya Allah juga kepada kita selaku umatnya.

*
Berkaitan dengan firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 12 yang telah jadi pembuka kajian ini, Insya Allah kita akan bersama belajar tentang "Menjaga Lisan Dari Ghibah dan Fitnah"

Diantara nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita adalah nikmat lisan.
Lisan adalah anugerah, namun apabila anugerah ini tidak kita manfaatkan sebaik-baiknya maka akan menjadi bumerang bagi pemiliknya.
Karena itulah menjaga lisan termasuk amalan yang diperintahkan dalam islam.

Semua yang kita lakukan didunia ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Dan seluruh anggota tubuh kita nantinya akan menjadi saksi, termasuk ucapan dari lidah kita.
Tentunya kita sadari bahwa tak ada yang lepas dari pengawasan Allah.

*
Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadirs” [Qaf : 16-18]

*
Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman:

{ يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ } .

Artinya: “Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” QS. An Nur: 24.

*
Ayat di atas menjadi dalil untuk menjaga lisan, pada ayat yang pertama pemberitahuan dan sekaligus peringatan bahwa setiap perkataan akan dicatat oleh para malaikat di dalam buku catatan amal, yang akan dimintai pertanggung jawaban pada hari kiamat.

Sedangkan pada ayat yang kedua, juga berupa pemberitahuan serta peringatan sekaligus, bahwa  lisan akan menjadi saksi atas semua perbuatan manusia pada hari kiamat.

*
Ke topik bahasan kita kali ini tentang ghibah, apakah yang dimaksud dengan ghibah itu?

Secara bahasa, kata “ghibah” (غيبة) berasal dari akar kata “ghaba, yaghibu” (غاب يغيب) yang artinya tersembunyi, terbenam, tidak hadir, dan tidak tampak. Kita sering menyebut “ghaib”, tidak hadir.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menyimpulkan bahwa ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedangkan orang muslim itu tidak suka bila hal itu disebutkan.

*
Seorang ulama yang menggugah jiwa lewat tulisan-tulisannya, Imam Al-Ghazali mengungkapkan, ghibah tidak hanya pengungkapan aib seseorang yang dilakukan secara lisan. Tetapi juga termasuk pengungkapan dengan melalui perbuatan, misalnya dengan isyarat tangan, isyarat mata, tulisan, gerakan dan seluruh yang dapat dipahami maksudnya.

Masih menurut Imam Al-Ghazali, aib seseorang yang diungkapkan itu meliputi berbagai hal, seperti kekurangan pada badannya, pada keturunannya, pada akhlaknya, pada pebuatannya, pada ucapannya, pada agamanya, termasuk pada pakaian, tempat tinggal dan kendaraannya.

*
Dalam kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”

*
Jadi Ghibah adalah membicarakan orang lain dgn hal yg tidak disenanginya bila ia mengetahuinya baik yg disebut-sebut itu kekurangan yg ada pada badan nasab tabiat ucapan maupun agama hingga pada pakaian rumah atau harta miliknya yg lain. Menyebut kekurangannya yg ada pada badan seperti mengatakan ia pendek hitam kurus dan lain sebagainya. Atau pada agamanya seperti mengatakan ia pembohong fasik munafik dan lain-lain. Kadang orang tidak sadar ia telah melakukan ghibah dan saat diperingatkan ia menjawab ” Yang saya katakan ini benar adanya! ”

*
Menggunjing tidak terbatas dgn lisan saja namun juga bisa terjadi dgn tulisan atau isyarat seperti kerdipan mata gerakan tangan cibiran bibir dan sebagainya. Sebab intinya adalah memberitahukan kekurangan seseorang kepada orang lain.

Suatu ketika ada seorang wanita datang kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.
Ketika wanita itu sudah pergi ‘Aisyah mengisyaratkan dgn tangannya yg menunjukkan bahwa wanita itu berbadan pendek.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lantas bersabda ” Engkau telah melakukan ghibah! ” Semisal dgn ini adalah gerakan memperagakan orang lain seperti menirukan cara jalan seseorang cara berbicaranya dan lain-lain. Bahkan yg demikian ini lbh parah daripada ghibah krn di samping mengandung unsur memberitahu kekurangan orang juga mengandung tujuan mengejek atau meremehkan.

*
Ghibah mempunyai berbagai macam dan bentuk yg paling buruk adalah ghibah yg disertai dgn riya’ seperti mengatakan ” Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan yg tidak tahu malu semacam ini semoga Allah menjagaku dari perbuatan itu. ” padahal maksudnya mengungkapkan ketidaksenangannya kepada orang lain namun ia menggunakan ungkapan doa utk mengutarakan maksudnya.

*
Kadang orang melakukan ghibah dgn cara pujian seperti mengatakan ” Betapa baik orang itu tidak pernah meninggalkan kewajibannya namun sayang ia mempunyai perangai seperti yg banyak kita miliki kurang sabar. ” Ia menyebut juga dirinya dgn maksud mencela orang lain dan mengisyaratkan dirinya termasuk golongan orang-orang shalih yg selalu menjaga diri dari ghibah.

Bentuk ghibah yg lain misalnya mengucapkan ” Saya kasihan terhadap teman kita yg selalu diremehkan ini.
Saya berdoa kepada Allah agar dia tidak lagi diremehkan. ” Ucapan semacam ini bukanlah doa krn jika ia menginginkan doa untuknya tentu ia akan mendoakannya dalam kesendiriannya dan tidak menguta-rakannya semacam itu.

*
Demikian banyak hal yang dapat menjadi obyek pengungkapan tentang kekurangan diri seseorang, sehingga seorang muslim, sadar atau tidak sadar memungkinkan dirinya sangat mudah terjerumus dalam ghibah ini, bila tidak berhati-hati dan tidak pula mewaspadainya.

Ada benarnya ungkapan bahwa lidah tak bertulang sebab banyak di antara manusia bahkan kaum muslimin yang tidak mampu mengendalikan lidah atau lisannya.
Lidah mudah menjulur dan bergerak kian kemari tanpa kendali, dan akhirnya menjadi panglima baginya, yang mesti diperturutkan apapun kehendaknya. Jika lidah telah menjadi panglima, maka berapa banyak dosa dan kesalahan yang dapat ditimbulkan olehnya?. Berapa banyak kerusakan dan kehancuran yang disebabkan olehnya?. Dan berapa banyak pula akibat buruk baginya dan bagi orang lain yang dapat dihasilkan olehnya??

*
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menasehatkan,

“Telah sampai kepadaku, seseorang mengatakan bahwa tidak ada satu bagian dari tubuhnya yang paling dimurkai pada hari kiamat melebihi lisannya, kecuali yang menggunakannya untuk mengucapkan yang baik-baik atau mengisinya dengan kebaikan,”

*
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu  juga menasehatkan,

”Demi Allah yang tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, tidak ada sesuatupun yang paling perlu untuk dipenjara lebih lama dari pada lisan.” Ia pernah berkata, ”Wahai lisan, ucapkan yang baik maka kamu beruntung! dan diamlah dari mengucapkan keburukan maka kamu selamat, sebelum kamu menyesal!.”

*
Pada hari kiamat nanti, banyak diantara kita yang sakit hati sama lisannya, yang benci lisannya, karena gara-gara lisan ini dia diadzab dalam api neraka. Gara-gara lisan ini dia tergelincir ke dalam adzab Allah Subhanahu wa ta’ala. Bukan karena rambutnya, karena rambutnya sudah ditutup dengan jilbab, bukan karena badannya, badannya sudah ditutup dengan baju yang sesuai dengan syari’at, bukan karena mata kakinya karena sudah sesuai dengan tuntunan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Tapi yang dia benci adalah lisannya.
Na’udzubillaahi mindzaliik.

*
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَمَحَااَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِيْنَا هُمَا النَّظَرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِيْنَا هُمَا الاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِيْنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِيْنِاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِيْنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوِى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّ بُهُ

“Setiap anak Adam telah mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina pada mata adalah melihat. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina lidah adalah berucap kata. Zina tangan adalah meraba. Zina kaki adalah melangkah. (Dalam hal ini), hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan kemaluanlah yang membuktikan semua itu atau mengurungkannya."

*
Saudaraku yang dimuliakan Allah...
Jika suatu saat kita bertandang ke kediaman seorang kawan, kemudian pada saat waktunya makan kita diberi hidangan berupa makanan kesukaan kita, misalnya ayam panggang yang masih hangat dengan aroma  yang mengundang selera. Apa sikap kita?
Tentu dengan senang hati ayam panggang itu akan kita terima, apalagi sang tuan rumah adalah kawan baik kita dan menghidangkannya dengan wajah ceria.

*
Namun ketika akan disantap, tiba-tiba sang kawan mengatakan sambil tersenyum manis bahwa ayam panggang ini sebelum dimasak adalah ayam yang sudah mati beberapa hari yang lalu, alias bangkai ayam, dengan alasan agar tidak mubadzir maka bangkai ayam ini di olah sedemikan rupa  dengan bumbu dan cara masak yang jitu sehingga akan sedap untuk di makan.
Bagaimana sikap kita? Sudah dipastikan, kita akan menolak sebab akal tidak bisa menerima, baik ditinjau dari segi kesehatan  maupun dari hukum syar’i.
Perut yang tadinya lapar bisa jadi kenyang mendadak, dan spontan kita akan menolak dengan sekuat tenaga bila dipaksa untuk memakannya.

*
Hal di atas adalah suguhan bangkai ayam yang dikemas dengan masakan yang lezat, bagaimana bila yang dihidangkan adalah bangkai manusia? Apakah kita juga akan menolaknya? Secara akal sehat seharusnya kita akan semakin keras dalam menolak.

Tetapi kadang rasa tidak enak yang dipoles dengan hawa nafsu mengalahkan akal sehat dan pengetahuan akan bahayanya bagi tubuh dan jiwanya. Kecuali hamba-hamba Allah yang dirahmati-Nya, dia  akan menolak lebih keras lagi.
Bahkan kalau bisa menjauh sejauh-jauhnya agar tidak melihat suguhan bangkai manusia dikarenakan saking jijiknya.

*
Inilah hakikat ghibah, yang kebanyakan kaum muslimin  tidak menyadarinya, kecuali mereka yang mendapat rahmat dari Allah ‘azza wa jalla.
Semoga kita bagian dari para hamba-Nya yang selalu diingatkan akan bahayanya ghibah sehingga kita bisa mewaspadainya dari awal.

Aamiin yaa Rabbal'alamiin.

*
Bagaimana jika yang kita bicarakan itu emang kebenaran?

Perlu kita fahami hal berikut!

Bicara benar tentang seseorang dari sesuatu yang tidak kita sukai ➡GHIBAH

Bicara tidak benar atau salah tentang seseorang dari sesuatu hal yang tdk kita sukai➡ FITNAH

*
Astaghfirullahal ‘adzim.
Seringkali terdengar di tempat kerja, di rumah, bahkan di majelis pengajian, seorang kaum muslimin menggunjing saudaranya sesama muslim tanpa merasa berdosa sedikitpun.
Mereka asyik dengan gunjingannya itu, dan puas mengupas tuntas kejelekan, kelemahan, dan kesalahan saudaranya, yang semestinya dicintai, dikasihi dan dijaga nama baiknya karena Allah.

*
Seiring dengan kemajuan jaman, sekarang tidak hanya dgn lidah, dengan tulisan, chatting, obrolan di grup kita ngebahas orang dengan nada tidak suka.
Oleh karenanya tulisan ini sering disebut dengan "LISAN KEDUA".
Bahkan media massa sudah tidak segan dan malu-malu lagi membuka aib seseorang yg paling rahasia sekalipun. Yang terjadi kemudian sensor perasaan malu masyarakat menurun sampai pada tingkat yg paling rendah.
Aib tidak lagi dirasakan sebagai aib yg seharusnya ditutupi, perbuatan dosa menjadi makanan sehari-hari.
Astagfirullah hal'adziim.

*
Padahal, kalau kita melihat bagaimana Allah menggambarkan menggunjing itu dengan suatu yang amat kotor dan menjijikkan, yaitu bangkai.
Mari kita perhatikan firman Allah Ta’ala yang telah jadi pembuka dalam kajian ini :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah menggibah (menggunjing)  sebagian yang  lain. Sukakah salah seorang diantara kamu  memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih.” (QS. Al-Hujurat: 12)

*
Hadits tentang pentingnya menjaga lisan ini banyak sekali, diantaranya :

عن سفيان بن عبد الله الثقفي قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ حَدِّثْنىِ بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ قَالَ: قُلْ رَبِّيَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقِمْ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا أَخْوَفَ مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟ فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا

Dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqofiy berkata, aku bertanya, “Wahai Rosulullah ! ceritakan kepadaku suatu perkara yang aku dapat berpegang kepadanya”. Beliau bersabda, “Ucapkanlah ! Rabb-ku adalah Allah, kemudian istiqomahlah”. Sufyan berkata, aku bertanya lagi, “Wahai Rosulullah ! sesuatu apakah yang paling engkau khawatirkan diantara yang engkau khawatirkan?”. Beliau lalu memegang lidahnya sendiri, kemudian bersabda, “Ini”.
[HR at-Turmudziy, Ibnu Majah, Ahmad].

*
Senada dengan sabda Rasulullah, suatu ketika Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengunjungi Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Ternyata Abu Bakr sedang menarik lidah dengan tangannya. Umar  pun bertanya, ”Apa yang Anda lakukan? Semoga Allah mengampunimu!” Abu Bakar menjawab, ”Inilah benda yang akan menjerumuskanku ke neraka.

*
Di dalam Kitab Sunan At-Tirmidzi terdapat suatu riwayat yang menyebutkan hadits dari Ibnu ‘Umar, beliau berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam naik mimbar dan menyeru dengan suara yang lantang :

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانَهِ وَلَمْ يَفْضِ الإِيْمَانُ إِلَى قَلْبِهِ لاَ تُؤْذُوا المُسْلِمِيْنَ وَلاَ تُعَيِّرُوا وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ يَتَّبِعْ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَّبَعَ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبَعِ اللهُ يَفْضَحْهُ لَهُ وَلَو في جَوْفِ رَحْلِهِ

Artinya : “Wahai segenap manusia yang masih beriman dengan lisannya, namun iman itu belum meresap ke dalam hatinya, janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, dan janganlah kalian melecehkan mereka, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan-kesalahan mereka. Karena sesungguhnya barangsiapa yang sengaja mencari-cari kejelekan saudaranya sesama muslim maka Allah akan mengorek-ngorek kesalahan-kesalahannya. Dan barang siapa yang dikorek-korek kesalahannya oleh Allah maka pasti dihinakan, meskipun dia berada di dalam bilik rumahnya.”

*
Begitu besar dosa menggunjing, sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diperlihatkan balasannya kelak di akhirat.

لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَصُدُوْرَهُمْ ، فَقُلْتُ مَنْ هؤُلاَءِ يَاجِبْرِيْلُ؟ قَالَ : هؤُلاَءِ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ لُحُوْمَ النَّاسِ وَيَقَعُوْنَ فِي أَعْرَاضِهِمْ

Artinya : “Ketika aku mi’raj (naik di langit), aku melewati suatu kaum yang kuku-kukunya dari tembaga dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dada-dadanya. Lalu aku bertanya: “Siapakah mereka itu wahai malaikat Jibril?” Malaikat Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan merusak kehormatannya.” (H.R. Abu Dawud)

*
Ghibah merupakan sebuah perbuatan tercela dimana pelaku dapat membuat persatuan dan kesatuan yang awalnya telah terbentuk hilang seketika. Bahkan tidak jarang pula ada yang awalnya berteman lalu menjadi bermusuhan akibat perbuatan ini.

*
Sebagai gambaran lagi mari kita lihat kisah Fitnah dan Kemoceng!

Ada orang yang gosip mengenai tetangganya dan dalam beberapa hari saja, seluruh lingkungan mengetahui ceritanya. Tetangganya itu tentu saja sakit hati. Beberapa hari kemudian, orang yang menyebarluaskan gossip tersebut menyadari bahwa ternyata gosip itu tak benar.

Dia menyesal, lalu datang kepada orang yang bijaksana untuk mencari tahu apa yang harus dilakukannya untuk memperbaiki kesalahannya itu.
‘Pergilah ke pasar’ kata orang bijak itu, ‘belilah kemoceng, kemudian dalam perjalanan pulang, cabuti bulu ayam di kemoceng dan buanglah satu persatu di sepanjang jalan pulang. Meski kaget mendengar saran itu, si penyebar gosip tetap melakukan apa yang disuruh kepadanya.

*
Keesokan harinya orang tersebut melaporkan apa yang sudah dilakukannya. Orang bijak itu berkata lagi, ‘Sekarang pergilah dan kumpulkan kembali semua bulu ayam yang kau buang kemarin dan bawa kepadaku ’Orang itu pun menyusuri jalan yang sama, tapi angin telah melemparkan bulu-bulu itu ke segala arah.

Setelah mencari selama beberapa jam, ia kembali hanya dengan tiga potong bulu.‘Lihat kan?’ kata orang bijak itu, ‘sangat mudah melemparkannya, namun tak mungkin mengumpulkannya kembali, begitu pula dengan gossip. Tak sulit menyebarluaskan gossip, namun sekali gossip terlempar, 7 ekor kudapun tak dapat menariknya kembali.

*
Ada benarnya Hidup dan mati seseorang dikuasai lidah, siapa suka meng-gema-kannya, akan memakan buahnya.
Lidah memang suatu anggota yang kecil, tapi sangatlah besar kuasanya. Bila kita salah menggunakan, maka hancurlah semua yang ada disekitar kita.

Lidah itu sepotong tapi dahsyat...
Hati-hati yang suka mudah komentar tentang selintas yang dilihat karena itu belum menggambarkan yang sesungguhnya.

*
Imam Hasan Al Bashri pernah mengatakan: “Sesungguhnya Lidah orang Mukmin berada dibelakang Hatinya, Apabila ingin berbicara tentang sesuatu maka dia merenungkannya. Sedangkan lidah orang munafik berada didepan Hatinya, apabila menginginkan sesuatu dia mengutamakan lidahnya daripada memikirkan dulu dengan hatinya.”

Bahkan setajam mata bathin Rasulullah dalam sabdanya : “Sesungguhnya kebanyak dosa anak adam berada pada lidahnya”
(HR. Ath Thabarani, Ibnu Abi Dunya dan Al Baihaqi).

*
Setelah kita bahas mengenai pengertian ghibah, larangan ghibah dan akibatnya , berikut ini adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk terhindar dari dosa ghibah tersebut:

1. Bergaul dengan orang yang baik
Tidak dapat dipungkiri lagi jika nyatanya pergaulan merupakan hal yang dapat membawa dampak besar pada kehidupan sehari-hari kita. Ketika anda bergaul dengan orang-orang dengan kelakuan baik, maka anda dengan sendirinya akan ikut terpengaruh dan melakukan hal-hal yang baik pula.

Kebalikannya, ketika anda bergaul dengan orang yang berperilaku buruk, maka hal ini juga akan memberntuk kepribadian anda juga. Jika anda ingin menghindari perilaku ghibah tentu anda harus menghindari orang yang gemar melakukan ghibah itu sendiri.

*
Dalam hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran seorang teman :

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

Artinya:

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Saat anda berada di antara para pelaku ghibah anda akan terbawa perkataan mereka dan mulai merespon setiap kata sehingga terbentuklah ghibah.

*
2. Jaga lidah anda
Berhati-hati dalam bicara merupakan sifat yang harus kita tanamkan sejak kecil. Berhati-hati ketika ingin mengatakan sesuatu membantu anda dalam menghindari ghibah. Ketika tahu apa yang akan dibicarakan merupakan hal yang buruk, lebih baik tidak usah dikatakan.

Katakan saja yang baik-baik sehingga anda terhindar dari bahaya lisan. Pepatah mengenai mulutmu adalah harimaumu merupakan sebuah pepatah yang benar adanya.

Dari Sahl bin Sa’ad ra., Rosululloh Muhammad saw bersabda:

“Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya – yakni mulut atau lidah – serta antara kedua kakinya – yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan syurga untuknya.”
(Muttafaq ‘alaih)

*
3. Intropeksi diri
Intropeksi diri merupakan hal yang cukup sulit dilakukan.
Ada banyak orang yang dapat memilah-milah kesalahan orang lain, ini benar dan yang itu salah namun terkadang kesalahan sendiri tidak tampak olehnya. Intropeksi diri merupakan hal yang baik terlebih untuk mencari kejelekan diri sendiri. Ketika kita menemukan bahwa ternyata diri kita jauh lebih buruk dibandingkan orang lain, maka akan menimbulkan rasa malu yang pastinya menghindarkan anda untuk membicarakan keburukan yang lain.

Intropeksi diri akan membuat anda merasa malu jika harus membicarakan keburukan orang lain sedangkan anda sendiri masih memiliki banyak kesalahan dan harus dibenahi. Intropeksi membuat anda sadar dengan kesalahan yang ada sehingga dapat dijadikan sebagai ajang untuk membenahi diri supaya dapat berperilaku lebih baik.

*
4. Ingat kebaikan orang tersebut
Tidak semua orang yang dibicarakan memiliki kelakuan yang buruk sehingga tidak ada satupun ada kebaikan dari dirinya. Setiap orang tentu memiliki sisi baik dan sisi buruk.
Ketika ingin membicarakan kejelekan tentangnya, sebaiknya anda ingat-ingat pula kebaikannya. Dengan mengingat sisi baik orang tersebut terlebih jika orang tersebut sering membantu anda ketika ada masalah, maka rasa keinginan untuk membicarakan hal buruk darinya akan hilang.

Hilangkan kebiasaan buruk untuk membicarakan orang ketika orang tersebut melakukan sedikit kesalahan karena bisa jadi dia jauh lebih baik jika dibandingkan dengan anda.

*
5. Ghibah merupakan hal yang buruk
Cara menghindari ghibah juga dapat anda lakukan dengan cara mengingatkan diri sendiri jika ghibah merupakan hal yang buruk. Tanamkan pada diri sendiri jika pelaku ghibah tidak ada manfaatnya dan hanya akan membawa keburukan. Keburukan yang didapat tidak hanya pada orang yang menjadi bahan pembicaraan melainkan juga pada si pelaku ghibah. Anda akan dicap orang sebagai tukang gosip yang gemar menggosip kesana sini.

Perhatikan kembali surat Al Hujurat ayat 12.

*
6. Banyak berpikir positif
Berpikir positif menyelamatkan anda dari pikiran-pikiran buruk yang merusak. Berpikir positif tentu lebih baik dan pastinya memberi pengaruh yang baik pula pada kehidupan anda. Berbeda dengan berpikir positif, maka gemar berpikir buruk merupakan kebalikannya.

Pikiran buruk dapat membuat anda tenggelam dalam beragam hal yang tidak bermanfaat sehingga perilaku anda juga dapat menyimpang. Selain itu pikiran buruk terhadap orang lain membuat kita dengan mudah membicarakan keburukannya.

*
7.Saling mengingatkan
Anda tidak perlu merasa sungkan ataupun ragu untuk mengingatkan terhadap sesama. Namun dalam mengingatkan tentu anda sendiri juga harus mencerminkan perbuatan yang baik. jangan sampai anda hanya sekedar mengingatkan namun kelakuan anda juga tidak jauh beda dengan yang diingatkan.

Setelah kita tahu jika ghibah merupakan perbuatan yang berdosa dan dimurkai Allah. Perbuatan ini membuat timbangan kejahatan orang yang digunjingkan berpindah pada si pelaku ghibah. Sehingga ada baiknya jika anda berpikir seribu kali sebelum melakukan perbuatan satu ini.

*
Dalam Al-quran di jelaskan;
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan mereka yang saling mengingatkan
tentang kebenaran dan
saling mengingatkan
tentang kesabaran.” (QS Al-Ashr : 1-3)

*
Sebagai penutup.
Mari kita simak apa yang di ucapkan oleh al-Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah berikut ini :

“Amat mengherankan bahwa ada seseorang yang dengan mudah dapat menjaga diri dari makan makanan yang haram, berbuat zhalim, berzina, mencuri, minum khomer, memandang sesuatu yang haram dan sebagainya, namun ia sulit untuk menjaga gerakan lisannya. Sehingga engkau dapat melihat seseorang yang dijadikan acuan dalam agama, kezuhudan dan ibadah, ia berucap dengan perkataan-perkataan yang mengundang kemurkaan Allah tanpa ambil peduli. Padahal satu kalimat saja akan dapat menjatuhkannya dengan jarak lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat. Berapa banyak kamu lihat orang yang mampu menjaga dari perbuatan keji dan kezhaliman, sementara itu lisannya mencela kehormatan orang-orang yang masih hidup dan juga orang-orang yang telah mati, tanpa peduli sedikitpun tentang apa yang ia ucapkan”.
[Ad-Da’ wa ad-Dawa’ halaman 191 oleh al-Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah].

*
Tajamkan mata batin kita sehingga dapat memilah mana yang benar dan yang salah tak hanya mampu mengasah lidah dan lisan hingga setajam pedang yang melukai hati lawan bicara.
Mari kita istighfar!
Astagfirullah hal'adziim....

Semoga semua uraian diatas akan membuat kita dapat mengambil manfaat dan meniatkan ada perubahan dalam hidup ini karena Allah Ta'ala.
Semoga kelak Allah hadirkan kemulian yang tak bertepian.

Aamiin ya rabbal 'alamin

*
Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
Semoga ada manfaat yang dapat kita ambil bersama.
Mohon maaf jika ada kekurangannya.
Jika ada kebaikan dan kebenarannya semua datang dari Allah dan jika ada kekurangannya semua datang dari saya pribadi yang masih fakir dalam ilmu.

Dari saya....

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dan saran anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.