Sabtu, 07 November 2020

APA HUKUM MENAMBAH KATA SAYIDDINA PADA BACAAN SHALAWAT....??

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

" APA HUKUM MENAMBAH KATA SAYIDDINA PADA BACAAN SHALAWAT....?? "

•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•

                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ

ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


===================================


๐ŸŒŸMenambah kata Sayyidina pada bacaan Shalawat menurut Imam Abu Hanifah, Malik dan Syafii sepakat memberlakukan tambahan kata tersebut. Foto ilustrasi/Ist

Mengucap kata "Sayyidina" ketika menyebut nama Nabi Muhammad ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… atau ketika bershalawat sering menjadi pertanyaan di kalangan muslim. Bagaimana sebenarnya hukum menambah kata "Sayyidina" pada bacaan Sholawat?


BERIKUT PENJELASAN AL-HABIB ZEIN BIN IBRAHIM BIN SMITH AL-ALAWI AL-HUSAINI :


๐ŸŒŸMenambah kata "Sayyid" pada bacaan Shalawat kepada Nabi ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… menurut Imam Abu Hanifah, Malik dan Syafi'i sepakat memberlakukan tambahan kata tersebut. Hal ini demi mengagungkan beliau dan karena lebih mengutamakan sopan santun (adab) di atas mengikuti perintah yang menyebutkan: 

➖ "Bacalah Allahumma shalli 'Ala Muhammad….."


๐ŸŒŸTetapi Imam Ahmad bin Hanbal lebih mengutamakan mengikuti perintah di atas sopan santun, sekalipun Imam Ahmad sendiri selalu menambahkan kata Sayyid. Beliau hanya bermaksud melebih mengutamakan mengikuti Sunnah Nabi, karena siyadah Rasulullah ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… sudah merupakan hal yang muttafaq.


๐ŸŒŸBahwa beliau adalah "Sayyid" (pemuka) orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian di dunia dan di akhirat, seperti dalam hadits berikut:


ุงู†ุง ุณูŠุฏ ูˆู„ุฏ ุงุฏู… ูˆู„ุง ูุฎุฑ


➖ " Aku adalah pemuka anak Adam dan tidak ada rasa bangga."


๐ŸŒŸPara ulama berkata: Adapun hadits ู„ุง ุชุณูŠุฏูˆู†ู‰ ูู‰ ุงู„ุตู„ุงุฉ (janganlah kamu semua menyebutkan Sayyid dalam membaca shalawat), maka hadits ini batil, tidak ada asalnya, bahkan maudhu' (palsu). Redaksi hadits ini salah menurut bahasa Arab, karena dalam bahasa Arab tidak ada kata ุณุงุฏ – ูŠุณูŠุฏ yang ada adalah ุณุงุฏ – ูŠุณูˆุฏ.


๐ŸŒŸPadahal Nabi Muhammad ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… tidaklah salah dan tidak pula membuat kesalahan. Menyandarkan kesalahan kepada Nabi Muhammad ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… adalah suatu kesalahan besar dan pelakunya dikhawatirkan masuk ancaman sebagaimana dalam sabda beliau:


ู…ู† ูƒุฏุจ ุนู„ูŠ ู…ุชุนู…ุฏุงูู„ูŠุชุจูˆุฃ ู…ู‚ุนุฏู‡ ู…ู† ุงู„ู†ุงุฑ


➖ "Barangsiapa membuat kebohongan atas nama saya, maka hendaklah, ia menempati tempatnya di neraka." 


๐ŸŒŸDalam Buku 77 Tanya-Jawab Seputar Shalat karya Ustaz Abdul Somad (UAS) juga disebutkan bahwa Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi'i menganjurkan mengucapkan "Sayyidina" pada bacaan Shalawat karena memberikan tambahan pada riwayat adalah salah satu bentuk adab, maka lebih utama dilakukan daripada ditinggalkan.


๐ŸŒŸAdapun dalil menyebut "Sayyidina" sebelum nama Nabi Muhammad ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… disebutkan dalam Al-Qur'an:

➖ "Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebagian (yang lain)..." 

 ๐Ÿ“– (QS. An-Nur: Ayat 63).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dan saran anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.