Jumat, 24 Juli 2020

THALHAH BIN UBAIDILLAH RADHIALLAHU’ANHU "SYAHID YANG HIDUP"

                                ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
                   "SYAHID YANG HIDUP"
( THALHAH BIN UBAIDILLAH RADHIALLAHU’ANHU ) 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 


Beliau ialah Thalhah bin Ubaidillah rhadiyallaahu 'anhu bin Usman bin Ka’ab bin Sa’ad, seorang sahabat Quraisy. Merupakan salah seorang daripada 6 (enam) orang sahabat yang dicalonkan sebagai pengganti Khalifah Umar bin Khattab sepeninggalnya, dan juga merupakan salah seorang yang dijanjikan syurga.

Setelah Khalifah Umar ditikam oleh Abu Luk-luk, ia sempat memyebut 6 orang sahabatnya sebagai calon penerus kekhalifahan, yaitu:

1. Usman Bin Affan rhadiyallaahu 'anhu,
2. Abdul Rahman Bin Auf rhadiyallaahu 'anhu,
3. Ali Bin Abu Talib rhadiyallaahu 'anhu,
4. Thalhah Bin Ubaidillah rhadiyallaahu 'anhu,
5. Zubair al-Awwam rhadiyallaahu 'anhu dan,
6. Saad Abi Waqqas rhadiyallaahu 'anhu

Beliau selalu aktif di setiap peperangan kecuali Perang Badar. Beliau telah menyertai peperangan Uhud dan menyumbangkan suatu sumbangan yang besar Di dalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau.. Beliau telah melindungi Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam dengan dirinya sendiri dan menahan panah dari terkena baginda dengan tangannya sehingga lumpuh jari-jarinya.

#THALHAH_MEMELUK_ISLAM 

Beliau masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq rhadiyallaahu 'anhu. Thalhah adalah seorang pemuda Quraisy, ia memilih profesi sebagai saudagar. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang, ia cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua.

Pada suatu ketika Thalhah dan rombongan pergi ke Syam. Di Bushra, Thalhah mengalami peristiwa menarik yang mengubah garis hidupnya. Tiba-tiba seorang pendeta berteriak-teriak, "Wahai para pedagang, adakah di antara tuan-tuan yang berasal dari kota Makkah?" "Ya, aku penduduk Makkah," sahut Thalhah. "Sudah munculkah orang di antara kalian orang bernama Ahmad?" tanyanya. "Ahmad yang mana?" Pendeta itu berkata: "Ahmad bin Abdullah. Bulan ini pasti muncul sebagai Nabi penutup para Nabi. Kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya wahai anak muda," sambung pendeta itu. Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati Thalhah rhadiyallaahu 'anhu hingga tanpa menghiraukan kafilah dagang di pasar ia langsung pulang ke Makkah.

Setibanya di Makkah, ia langsung bertanya kepada keluarganya, "Ada peristiwa apa sepeninggalku?" "Ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya Nabi dan Abu Bakar telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya," jawab mereka. ”Aku kenal Abu Bakar. Dia seorang yang lapang dada, penyayang dan lemah lembut. Dia pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik, banyak orang menyukai majelisnya, karena dia ahli sejarah Quraisy," berkata Thalhah rhadiyallaahu 'anhu.

Setelah itu Thalhah langsung mencari Abu Bakar. "Benarkah Muhammad bin Abdullah telah menjadi Nabi dan engkau mengikutinya?" "Betul." Abu Bakar rhadiyallaahu 'anhu menceritakan kisah Muhammad Shalallaahu 'Alaihi Wassalam sejak peristiwa di gua Hira' sampai turunnya ayat pertama.

Abu Bakar rhadiyallaahu 'anhu mengajak Thalhah untuk masuk Islam. Usai Abu Bakar bercerita, Thalhah ganti bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu Bakar tercengang, lalu ia mengajak Thalhah untuk menemui Rasulullaah dan menceritakan peristiwa yang dialaminya dengan pendeta Bushra. Di hadapan Rasulullah, Thalhah rhadiyallaahu 'anhu langsung mengucapkan dua kalimat syahadat.

#PENGORBANAN_THALHAH_KEPADA_RASULULLAH 

Bila diingatkan tentang perang Uhud, Abu Bakar rhadiyallaahu 'anhu selalu teringat pada Thalhah rhadiyallaahu 'anhu. Ia berkata, "Perang Uhud adalah harinya Thalhah. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam. Ketika melihat aku dan Abu Ubaidah, beliau berkata kepada kami: "Lihatlah saudaramu ini." Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih dari (70) tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus."

Diceritakan ketika tentara Muslim terdesak mundur dan Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam dalam bahaya akibat ketidakdisiplinan pemanah-pemanah dalam menjaga pos-pos di bukit, di saat itu pasukan musyrikin bagai kesetanan merangsek maju untuk melumat tentara muslim dan Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam, terbayang di pikiran mereka kekalahan yang amat memalukan di perang Badar. Mereka masing-masing mencari orang yang pernah membunuh keluarga mereka sewaktu perang Badar dan berniat akan membunuh dan memotong-motong dengan sadis. Semua musyrikin berusaha mencari Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam. Dengan pedang-pedangnya yang tajam dan mengkilat, mereka terus mencari Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam. Tetapi kaum muslimin dengan sekuat tenaga melindungi Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam, melindungi dengan tubuhnya dengan daya upaya, mereka rela terkena sabetan, tikaman pedang dan anak panah. Tombak dan panah menghunjam mereka, tetapi mereka tetap bertahan melawan kaum musyrikin Quraisy. Hati mereka berucap dengan teguh, "Aku korbankan ayah ibuku untuk engkau, ya Rasulullah". Salah satu diantara mujahid yang melindungi Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam adalah Thalhah. Ia berperawakan tinggi kekar. Ia ayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat ke arah Rasulullah yang tubuhnya berdarah. Dipeluknya Beliau dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang yang ada ditangan kanannya ia ayunkan ke arah lawan yang mengelilinginya bagai laron yang tidak memperdulikan maut. Alhamdulillah, Rasulullah selamat.

Thalhah memang merupakan salah satu pahlawan dalam barisan tentara perang Uhud. Ia siap berkorban demi membela Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam. Ia memang patut ditempatkan pada barisan depan karena Allaah menganugrahkan kepada dirinya tubuh kuat dan kekar, keimanan yang teguh dan keikhlasan pada agama Allaah. Akhirnya kaum musyrikin pergi meninggalkan medan perang. Mereka mengira Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam telah tewas. Alhamdulillah, Rasulullah selamat walaupun dalam keadaan menderita luka-luka. Beliau dipapah oleh Thalhah rhadiyallaahu 'anhu menaiki bukit yang ada di ujung medan pertempuran. Tangan, tubuh dan kakinya diciumi oleh Thalhah, seraya berkata, "Aku tebus engkau Ya Rasulullah dengan ayah ibuku." Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam tersenyum dan berkata, "Engkau adalah Thalhah kebajikan." Di hadapan para sahabat Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalambersabda, "Keharusan bagi Thalhah adalah memperoleh" Yang dimaksud nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam adalah memperoleh surga. Sejak peristiwa Uhud itulah Thalhah mendapat julukan "#Burung_Elang_Dari_Uhud."

Baca juga :

#KETELADANAN_THALHAH_BIN_UBAIDILLAH 

1. #Al_Qarinain (#Sepasang_Sahabat_Yang_Mulia) 

Bagi keluarganya, masuk Islamnya Thalhah rhadiyallaahu 'anhu bagaikan petir di siang bolong. Keluarganya dan orang-orang sesukunya berusaha mengeluarkannya dari Islam. Mulanya dengan bujuk rayu, namun karena pendirian Thalhah sangat kokoh, mereka akhirnya bertindak kasar. Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh anak muda yang santun itu. Sekelompok pemuda menggiringnya dengan tangan terbelenggu di lehernya, orang-orang berlari sambil mendorong, memecut dan memukuli kepalanya, dan ada seorang wanita tua yang terus berteriak mencaci maki Thalhah rhadiyallaahu 'anhu, yaitu ibu Thalhah, Ash-Sha'bah binti Al-Hadramy. Tak hanya itu, pernah seorang lelaki Quraisy, Naufal bin Khuwailid yang menyeret Abu Bakar rhadiyallaahu 'anhu dan Thalhah rhadiyallaahu 'anhu, mengikat keduanya menjadi satu dan mendorong ke algojo hingga darah mengalir dari tubuh sahabat yang mulia ini. Peristiwa ini mengakibatkan Abu Bakar dan Thalhah digelari Al-Qarinain (sepasang sahabat yang mulia).

2. #Assyahidul_Hayy (#Syahid_Yang_Hidup) 

Tidak hanya sampai disini saja cobaan dan ujian yang dihadapi Thalhah rhadiyallaahu 'anhu, semua itu tidak membuatnya surut, melainkan makin besar bakti dan perjuangannya dalam menegakkan Islam, hingga banyak gelar dan sebutan yang didapatnya antara lain Assyahidul Hayy (syahid yang hidup). Julukan ini diperolehnya dalam perang Uhud.

Saat itu barisan kaum Muslimin terpecah belah dan kocar-kacir dari sisi Rasulullah. Yang tersisa di dekat beliau hanya 11 orang Anshar dan Thalhah dari Muhajirin. Rasulullah dan orang-orang yang mengawal beliau naik ke bukit tadi dihadang oleh kaum Musyrikin. "Siapa berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku kelak di surga," seru Rasulullah. "Aku Wahai Rasulullah," kata Thalhah. "Tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempatmu." "Aku wahai Rasulullah," kata seorang prajurit Anshar. "Ya, majulah," kata Rasulullah.

Lalu prajurit Anshar itu maju melawan prajurit-prajurit kafir. Pertempuran yang tak seimbang mengantarkannya menemui kesyahidan. Rasulullah kembali meminta para sahabat untuk melawan orang-orang kafir dan selalu saja Thalhah mengajukan diri pertama kali. Tapi, senantiasa ditahan oleh Rasulullah dan diperintahkan untuk tetap ditempat sampai 11 prajurit Anshar gugur menemui syahid dan tinggal Thalhah sendirian bersama Rasulullah, saat itu Rasulullah berkata kepada Thalhah, "Sekarang engkau, wahai Thalhah." Dan majulah Thalhah dengan semangat jihad yang berkobar-kobar menerjang ke arah musuh dan menghalau agar jangan menghampiri Rasulullah.

Lalu Thalhah berusaha menaikkan Rasulullah sendiri ke bukit, kemudian kembali menyerang hingga tak sedikit orang kafir yang tewas. Saat itu Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang berada agak jauh dari Rasulullah telah sampai di dekat Rasulullah. "Tinggalkan aku, bantulah Thalhah, kawan kalian," seru Rasulullah. Keduanya bergegas mencari Thalhah, ketika ditemukan, Thalhah dalam keadaan pingsan, sedangkan badannya berlumuran darah segar. Tak kurang 70 luka bekas tebasan pedang, tusukan lembing dan lemparan panah memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah. Dikiranya Thalhah sudah gugur, ternyata masih hidup.

Karena itulah gelar syahid yang hidup diberikan Rasulullah. "Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi setelah mengalami kematiannya, maka lihatlah Thalhah," sabda Rasulullah.

Sejak saat itu bila orang membicarakan perang Uhud di hadapan Abu Bakar rhadiyallaahu 'anhu, maka beliau selalu menyahut, "Perang hari itu adalah peperangan Thalhah seluruhnya."

Hingga akhir hayatnya, perjuangan sahabat mulia itu tak kenal henti. Sebuah sejarah besar diukir, sejarah itu bernama "Thalhah bin Ubaidillah."

3. #Thalhah_Al_Jaud_wal_Fayyadh 
(#Pribadi_Yang_Pemurah_Dan_Dermawan) 

Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah rhadiyallaahu 'anhu patut kita contoh dan kita teladani. Dalam hidupnya ia mempunyai tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa.

Thalhah merupakan salah seorang dari (8) delapan orang yang pertama masuk Islam, dimana pada saat itu orang bernilai seribu orang. Sejak awal keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah mengingkari janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah menipu apalagi berkhianat.

Pernahkah anda melihat sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi dataran dan lembah ? Begitulah Thalhah bin Ubaidillah rhadiyallaahu 'anhu. Ia adalah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan.

Assaib bin Zaid berkata tentang Thalhah rhadiyallaahu 'anhu, katanya, "Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang,sandang dan pangannya."

Jaabir bin Abdullah rhadiyallaahu 'anhu bertutur, "Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta. Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki "Thalhah si dermawan", "Thalhah si pengalir harta", " Thalhah kebaikan dan kebajikan".

4. #Thalhah_Al_Khair (#Thalhah_Yang_Baik)

Thalhah rhadiyallaahu 'anhu adalah pedagang besar. Pada suatu sore hari dia mendapat untung dari Hadhramaut kira-kira 700.000 dirham. Malamnya dia ketakutan, gelisah dan risau. Maka ditanya oleh istrinya Ummu Kaltsum binti Abu Bakar As-Shiddiq, "Mengapa Anda gelisah, hai Abu Muhammad, Apa kesalahan kami sehingga Anda gelisah?" Jawab Thalhah, "Tidak! Engkau adalah isteri yang baik dan setia! Tetapi ada yang terfikir olehku sejak semalam, seperti biasanya pikiran seseorang tertuju kepada Tuhannya bila dia tidur, sedangkan harta ini bertumpuk di rumahnya.?" Jawab isterinya, Ummu Kalthum, "Mengapa Anda begitu risau memikirkannya. Bukankah kaum Anda banyak yang membutuhkan pertolongan Anda. Besok pagi bagi-bagikan wang itu kepada mereka?" Kata Thalhah, "Rahimakillah. (Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu!). Engkau wanita beroleh taufiq, anak orang yang selalu diberi taufiq oleh Allah.? Pagi-pagi, dimasukkannya wang itu ke dalam pundi-pundi besar dan kecil, lalu dibagi-bagikannya kepada fakir miskin kaum Muhajirin dan kaum Anshar."

Diceritakannya pula, seorang laki-laki pernah datang kepada Thalhah bin Ubaidillah meminta bantuannya. Hati Thalhah tergugah oleh rasa kasihan terhadap orang itu. Lalu katanya, "Aku mempunyai sebidang tanah pemberian Utsman bin 'Affan kepadaku, seharga tiga ratus ribu. Jika engkau suka, ambillah tanah itu, atau aku beli kepadamu tiga ratus ribu dirham?" Kata orang itu, "Biarlah aku terima uangnya saja." Thalhah memberikan kepadanya uang sejumlah tiga ratus ribu.

Beliau terkenal sebagai seorang yang sangat pemurah. Pada suatu masa beliau berhutang lima puluh ribu dirham dari Utsman bin Affan rhadiyallaahu 'anhu. Untuk beberapa lama beliau belum dapat membayar hutangnya itu. Suatu hari Thalhah bin Ubaidillah bersama dengan Utsman bin Affan yg sedang berjalan menuju ke Masjid besar Madinah. "Utsman." kata Thalhah bin Ubaidillah, "sekarang saya sudah mempunyai cukup uang untuk membayar hutang saya." "Saya hadiahkan uang itu kepadamu, sebab kau selalu berhutang bagi menanggung keperluan orang-orang lain," Jawab Utsman bin Affan rhadiyallaahu 'anhu.

#WAFATNYA_THALHAH 

Talhah bin Ubaidillah meninggal dunia pada tahun 36 Hijrah bersamaan 656 Masehi. Thalhah wafat pada usia 60 (enam puluh) tahun dan dikubur di suatu tempat dekat padang rumput di Basra. Beliau meninggal dunia terkena panah pada peperangan Jamal. Sewaktu terjadi pertempuran "jamal", Thalhah (di pihak lain) bertemu dengan Ali, dan Ali memperingatkan agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah mengenai betisnya maka dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama kemudian karena lukanya yang cukup dalam ia wafat. 

Tidak ada kegembiraan paling diharapkan sahabat Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam, melebihi kedudukan yang disandangkan kepada Thalhah bin Ubaidillah rhadiyallaahu 'anhu.

Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam pernah berkata kepada para sahabat, "Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa senang melihat seorang syahid berjalan di atas bumi maka lihatlah Thalhah." 

Hal itu juga dikatakan Allaah dalam firman-Nya : "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang -orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allaah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya." (Al-Ahzaab: 23).

Teriring doa untuk Thalhah bin Ubaidillah rhadiyallaahu 'anhu, semoga kita bisa mengambil manfaat dari kisah kehidupan beliau.

Baca juga :

ZAID BIN TSABIT RADHIALLAHU’ANHU "PEMUDA CERDAS BERWAWASAN LUAS"

                               ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
"PEMUDA CERDAS BERWAWASAN LUAS"
( ZAID BIN TSABIT RADHIALLAHU’ANHU ) 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                           ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

A. #Kehidupan_masa_kecil_Zaid_bin_Tsabit

Dilahirkan pada tahun 10 sebelum hijrah, atau 10 tahun lebih muda dari Ali bin Abi Thalib, Zaid dan keluarganya berasal dari kabilah Bani An-Najjar. Keluarganya termasuk kelompok awal penduduk Madinah yang menerima Islam. Di bawah bimbingan dan pendidikan orang tuanya, Zaid tumbuh menjadi seorang pemuda cilik yang cerdas dan berwawasan luas.
Nama lengkapnya adalah Zaid bin Tsabit bin Adh-Dhahak bin Zaid Ludzan bin Amru. Dia adalah seorang Anshar yang kelak akan menjadi seorang ulama terkenal, dan pengumpul al-Qur’an. Beliau telah meenjadi yatim pada usia enam tahun.
Pada umur 11 tahun, ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau masuk Islam bersama dengan keluarganya. Dua tahun setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, terjadi Perang Badar. Di usia 13 tahun, Zaid bin Tsabit datang menemui Rasulullah Muhammad saw. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi tinggi badannya.
Tanpa rasa takut dan penuh percaya diri, ia memohon kepada Rasulullah agar diijinkan ikut berperang.
“Saya bersedia syahid untuk Anda wahai Rasulullah. Ijinkan saya pergi berjihad bersama Anda untuk memerangi musuh-musuh Allah, di bawah panji-panji Anda,” ucapnya dengan tegas.
Rasulullah tertegun mendengar permintaan itu. Dengan penuh rasa haru, gembira dan takjub, ia menepuk-nepuk bahu Zaid. Sayangnya, Rasulullah tidak bisa memenuhi permintaan itu karena Zaid masih terlalu muda untuk ikut berperang.
Bocah itu pulang sambil menyeret pedangnya. Wajahnya murung karena tak mendapat kehormatan menyertai Rasulullah dalam perangnya yang pertama.
Sang ibu, Nuwar binti Malik, menyusul di belakangnya. Tak kurang kesedihannya daripada putranya. Ingin sekali dia melihat putranya berangkat sebagai mujahid bersama kaum lelaki yang lain di bawah panji-panji Rasulullah. Ingin sekali dia menyaksikan putranya mengantikan kedudukan ayahnya yang telah tiada.

B. #Zaid_bin_Tsabit_Sektretais_Nabi

Meskipun telah ditolak oleh Rasulullah untuk ikut berjihad di jalan Allah dalam perang Badar karena terhalang usia yang masih muda. Tapi, kecintaan Zaid bin Tsabit yang tinggi terhadap Islam tidak pupus. Dengan kecerdasannya, ia memikirkan hal lain yang mungkin bisa ia lakukan tanpa terhalang usia. Dibantu ibunya, Nuwar binti Malik, ia mengajukan permohonan baru untuk ikut berjuang di jalan Allah.
Sang ibu pergi menghadap Rasulullah menyampaikan kelebihan Zaid yang hafal tujuh belas surah dengan bacaan yang baik dan benar serta mampu membaca dan menulis dengan bahasa Arab dengan tulisan yang indah dan bacaan yang lancar.
Lalu, Rasulullah meminta Zaid mempraktekkan apa yang dikatakan ibunya. Rasulullah kagum, ternyata kemampuan Zai lebih bagus dari yang disampaikan ibunya.
Rasulullah lalu meminta Zaid agar belajar bahasa Ibrani, bahasa orang Yahudi agar mereka tidak mudah menipu Rasulullah.
Sebentar saja, Zaid mampu menguasai bahasa itu. Setiap kali Rasulullah mendapatkan surat atau akan membalas surat kepada orang Yahudi, maka beliau meminta Zaid membantunya.
Rasulullah juga meminta Zaid belajar bahasa Suryani. Ternyata Zaid mampu melakukannya. Di usia yang masih muda, Zaid sudah menjadi orang kepercayaan Rasulullah untuk menjadi sekretaris pribadi beliau. Tidak hanya itu. Karena kemampuannya membaca dan menghafal Al Quran, Rasulullah juga memercayakan Zaid menuliskan wahyu yang turun kepada Rasulullah. Setiap kali wahyu turun, Rasulullah memanggil Zaid, mendiktekan dan meminta Zaid menuliskannya.
Kekuatan daya ingat Zaid bin Tsabit telah membuatnya diangkat menjadi penulis wahyu dan surat-surat Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, dan menjadikannya tokoh yang terkemuka di antara para sahabat lainnya. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit bahwa:
Rasulullah SAW berkata kepadanya "Aku berkirim surat kepada orang, dan aku khawatir, mereka akan menambah atau mengurangi surat-suratku itu, maka pelajarilah bahasa Suryani", kemudian aku mempelajarinya selama 17 hari, dan bahasa Ibrani selama 15 hari.

C. #Peranan_Zaid_bin_Tsabit_dalam_pemilihan

 Khalifah setelah Rasulullah Meninggal
Keberadaan Zaid tak terbatas pada posisinya sebagai penulis al-Qur’an. Ia pun menjadi sumber solusi suatu persoalan. Salah satu peranan Zaid bin Tsabit yang sangat besar bagi ummat Islam adalah pada peristiwa pengangkatan Khalifah pengganti Rasulullah.
Posisi Rasulullah sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir mutlak tidak dapat tergantikan, namun posisinya sebagainya sebagai kepala negara harus ada yang menggantikan karena dikhawatirkan akan mendatangkan perpecahan dikalangan ummat Islam.
Maka saat Rasulullah meninggal ummat Islam melakukan musyawarah untuk mengangkat khalifah pengganti Rasul. Kaum Muhajirin berkata, “Pihak kami lebih berhak menjadi khalifah.” Sementara kaum Anshar berkata, “Pihak kami dan kalian sama-sama berhak. Kalau Rasulullah mengangkat seseorang dari kalian untuk suatu urusan, maka beliau mengangkat pula seorang dari pihak kami untuk menyertainya.” Artinya mereka menginginkan ada dua orang khalifah.
Perbedaan pendapat hampir saja memicu konflik fisik. Padahal jenazah Rasulullah masih terbaring. Di tengah meruncingnya masalah itulah, Zaid muncul dan berkata kepada kaumnya, orang-orang Anshar, “Wahai kaum Anshar, sesungguhnya Rasulullah saw. adalah orang Muhajirin. Karena itu, sepantasnyalah penggantinya orang Muhajirin pula. Kita adalah pembantu-pembantu (Anshar) Rasulullah. Maka sepantasnyalah pula kita menjadi pembantu bagi pengganti (khalifah)-nya, sesudah beliau wafat, dan memperkuat kedudukan khalifah dalam menegakkan agama.” Setelah mengatakan hal itu, Zaid bin Tsabit mengulurkan tangannya kepada Abu Bakar Ash Shiddiq, seraya berkata, “Inilah Khalifah kalian. Baiatlah kalian dengannya!” dengan begitu Zaid bin Tsabit telah membai’at Abu Bakar, disusul oleh Umar bin Khattab dan seluruh yang hadir dalam musyawarah itu. Dan diangkatlah Abu Bakar sebagai Khalifah.


Baca juga :


D. #Zaid_bin_Tsabit_pengumpul_Al_Quran

Ketika pecah pertempuran Yamamah pada masa Khalifah Abu Bakar, banyak sekali sahabat yang ahli baca (Qary) dan ahli hafal (Huffadz) yang gugur menemui syahidnya. Hal yang cukup mengkhawatirkan ini ‘ditangkap’ oleh Umar bin Khaththab. Segera saja menghadap khalifah Abu Bakar dan mengusulkan agar segera menghimpun Al Qur’an dari catatan-catatan dan hafalan-hafalan para sahabat yang masih hidup. Tetapi Abu Bakar berkata tegas, “Mengapa aku harus melakukan sesuatu yang tidak pernah diperbuat Rasulullah saw. (yakni, bid’ah) ?”
“Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik!!” Kata Umar, agak sedikit memaksa.
Abu Bakar masih dalam keraguan. Ia shalat istikharah, dan kemudian Allah membukakan hatinya untuk menerima usulan Umar. Abu Bakar dan Umar bermusyawarah, dan mereka memutuskan untuk menyerahkan tugas tersebut kepada Zaid bin Tsabit. Ketika Zaid menghadap Abu Bakar dan diberikan tugas tersebut, reaksinya sama seperti Abu Bakar, ia berkata “Mengapa aku harus melakukan sesuatu yang tidak pernah diperbuat Rasulullah SAW (yakni, bid’ah) ?”
Abu Bakar dan Umar menjelaskan tentang keadaan yang terjadi dan bahaya yang mungkin bisa terjadi, dan akhirnya Abu Bakar berkata, “Engkau adalah seorang pemuda yang cerdas, dan kami tidak pernah meragukan dirimu. Engkau juga selalu diperintahkan Nabi untuk menuliskan wahyu, maka kumpulkanlah ayat-ayat Qur’an tersebut….”
Zaid bin Tsabit berkata, “Demi Allah, ini adalah pekerjaan yang berat. Seandainya kalian memerintahkan aku untuk memindahkan sebuah gunung, rasanya itu lebih ringan daripada tugas menghimpun al Qur’an yang engkau perintahkan tersebut!!”
Seperti halnya Abu Bakar, akhirnya Zaid bisa diyakinkan akan pentingnya pekerjaan tersebut demi kelangsungan Islam di masa mendatang.
Zaid bin Tsabit sendiri sebenarnya hafal al Qur’an dari awal sampai akhirnya, bahkan Nabi sendiri sering mengecek hafalannya. Namun demikian, ia tidak mau menggunakan hafalannya saja. Ia berjalan menemui para sahabat yang mempunyai catatan dan hafalan, mengumpulkan catatan yang terserak pada kulit, tulang, pelepah kurma, daun dan sebagainya dan juga membandingkannya dengan hafalan para sahabat tersebut. Setelah semua terkumpul dan dicek ulang dengan hafalannya dan juga hafalan para sahabat, Zaid menuliskannya lagi dalam lembaran-lembaran dan menyatukannya dalam satu ikatan. Semuanya disusun menurut urutan surat dan urutan ayat-ayat seperti yang pernah di-imla’-kan (didiktekan) Nabi kepadanya. Itulah mushhaf pertama yang dibuat dalam Islam, dan peran Zaid bin Tsabit sangat besar dalam penyusunannya. Ia menghabiskan waktu hampir satu tahun untuk menyelesaikannya.
Al Qur’an diturunkan dengan tujuh macam bacaan (qiraat sab’ah). Hal ini memang diminta Nabi SAW sendiri untuk kemudahan umat beliau yang karakter lafal dan ucapannya berbeda-beda, sehingga jika telah cocok dengan salah satu bacaan (qiraat) tersebut sudah dianggap benar. Di masa Nabi saw. hidup dan Islam masih di sekitar jazirah Arab, hal itu tidak jadi masalah. Tetapi ketika wilayah Islam makin meluas ke Romawi, Persia dan tempat-tempat lainnya, sementara pemeluk Islam juga makin beragam dari berbagai bangsa, bukan hanya Arab, hal itu bisa menimbulkan perpecahan.
Pada masa khalifah Utsman, di mana Islam sudah mulai menjamah wilayah Eropa, yakni Siprus dan sekitarnya, benih berbahaya ini ditangkap oleh Hudzaifah bin Yaman dan beberapa sahabat lainnya. Karena itu mereka menghadap khalifah Utsman menyampaikan usulan untuk menyatukan mush’af dalam satu bacaan/qiraat saja, dan menyebar-luaskannya sebagai pedoman bagi masyarakat Islam yang makin meluas saja. Untuk qiraat sab’ah (bacaan yang tujuh), biarlah hanya diketahui para ulama dan ahlinya saja.
Khalifah Utsman tidak serta-merta menerima usulan tersebut karena takut terjatuh dalam bid’ah, sebagaimana yang dikhawatirkan Abu Bakar. Tetapi setelah melakukan istikharah dan mempertimbangkan persatuan umat, serta madharat dan manfaat dari adanya Qiraat Sab’ah, akhirnya ia menyetujui usulan ini. Dan seperti halnya Abu Bakar, khalifah Utsman menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin proyek besar ini, sehingga tersusun kodifikasi Mush’af Utsmani, yang menjadi cikal bakal dari hampir seluruh Mush’af al-Qur’an yang sekarang beredar di antara kita. Sungguh kita semua berhutang jasa kepada Zaid bin Tsabit.

E. #Zaid_bin_Tsabit_Sang_Ulama_Besar

Zaid bin Tsabit adalah seorang ulama yang kedudukannya sama dengan para ulama dari kalangan sahabat lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,” Umatku yang paling menguasai ilmu Faraidh adalah Zaid bin Tsabit”. Riwayat lain yang senada terdapat dalam riwayat Imam an-Nasa’I dan Ibnu Majah, dimana Nabi bersabda,” Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar, yang paling kuat kesaksiannya dihadapan Allah adalah Umar, yang paling diakui perasaan malunya adalah Utsman dan yang paling menguasai faraidh adalah Zaid bin Tsabit.”.
Zaid bin Tsabit telah meriwayatkan sembilan puluh dua hadist, yang lima daripadanya disepakati bersama oleh Iman Bukhari dan Imam Muslim. Bukhari juga meriwayatkan empat hadist yang lainnya bersumberkan dari Zaid bin Tsabit, sementara Muslim meriwayatkan satu hadist lainnya yang bersumberkan dari Zaid bin Tsabit. Zaid bin Tsabit diakui sebagai ulama di Madinah yang keahliannya meliputi bidang fiqih, fatwa dan faraidh (waris).
Karena kedalaman pengetahuannya akan al-Quran, Zaid bin Tsabit diangkat menjadi penasehat umat Islam di masanya. Ia menjadi tempat bertannya bila ada masalah yang terkait dengan hukum Islam, terutama masalah warisan. Di masa itu, hanya Zaid bin Tsabit yang mahir membagi warisan sesuai aturan Islam.
Karena kemampuan itu, saat Umar bin Khatab menadji khalifah, Umar pernah berfatwa, “Hai manusia, siapa yang ingin bertanya tentang Al Quran, datanglah kepada Zaid bin Tsabit…”
Meski sudah menjadi ulama besar, namun Zaid bin Tsabit tetap zuhud dan tawadhu. Suatu hari, saat ia sedang mengendarai seekor hewan, ia kesulitan mengendalikan hewan itu. Saat itu, Ibnu Abbas melintas di depannya. Ia membantu Zaid bin Tsabit mengendalikan hewannya.
Lalu Zaid berkata, “Biarkan saja hewan itu, wahai anak paman Rasulullah,” katanya.
Ibnu Abbas menjawab, “Beginilah kami diperintahkan oleh Rasulullah menghormati ulama kami,”
Lalu Zaid menjawab,”Kalau begitu, berikan tanganmu padaku.”
Ibnu Abbas memberikan tangannya. Zaid menciumnya dan berkata, “Begitulah cara kami diperintahkan Rasulullah untuk menghormati keluarga nabi kami.”
Mengenai kedalaman ilmunya, Ibnu Abbas berkata, “Sebagaimana diketahui bahwa para penghafal al-Quran dari kalangan sahabat dan Zaid bin Tsabit, termasuk orang-orang luas ilmunya.”

F. #Zaid_bin_Tsabit_Sebagai_Pejabat

Zaid bin Tsabit tidak hanya sebagai seorang Ulama, pengumpul al-Qur’an, sekretaris Nabi, ia juga pernah diangkat menjadi bendahara pada zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar. Ketika pemerintahan Khalifah Utsman, Zaid bin Tsabit diangkat menjadi pengurus Baitul Maal. Umar dan Utsman juga mengangkat Zaid bin Tsabit sebagai pemegang jabatan khalifah sementara ketika mereka menunaikan ibadah haji.
Saat Umar menjadi Khalifah dia diangkat sebagai amir (gubernur) Madinah sebanyak tiga kali di ibukota atau di wilayah pusat kekuasaan, dan dia juga ditugaskan untuk mengumpulkan al-Quran atas perintah Abu Bakar dan Umar.

G. #Wafat

Ia wafat di Madinah pada tahun 45 H dalam usia 56 tahun (dalam riwayat lain ia wafat tahun 51 H atau 52 H).
Kebesaran nama Zaid bin Tsabit dan kedalaman ilmu yang dimilikinya, menjadi suatu kehilangan besar ketika tiba waktunya ia pergi menghadap Illahi. Kaum muslimin bersedih karena mereka kehilangan seseorang yang dihatinya bersarang ilmu al-Quran. Bahkan Abu Hurairah mengungkapkannya sebagai kepergian Samudera Ilmu.
“Hari ini orang yang paling alim di antara umat Islam telah wafat. Semoga Allah memberikan ganti dari keluarga Ibnu Abbas.”

Beliau meninggalkan seorang anak bernama Khorijah bin Zaid, salah seorang ahli fiqih tujuh yang terkenal di Madinah. Anaknya termasuk dari golongan tabi’in yang sangat berpengaruh.


Baca juga :

Kamis, 23 Juli 2020

KISAH HIKMAH : FITNAH DAN KEMOCENG

                                ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
                      KISAH_HIKMAH:
          ๐Ÿ‚ FITNAH DAN KEMOCENG ๐Ÿ‚
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

Kyai , ajarkan saya sesuatu yang bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosa saya! 

Kyai tersenyum. “Apa kau serius?” Katanya.

Aku menganggukkan kepalaku dengan penuh keyakinan. “Saya serius, Kyai. 
Saya benar-benar ingin menebus kesalahan saya.”

Kyai terdiam beberapa saat. Ia tampak berfikir. Aku sudah membayangkan sebuah doa yang akan diajarkan Kyai kepadaku, yang jika aku membacanya beberapa kali maka Allah akan mengampuni dosa-dosaku. 
Aku juga membayangkan sebuah laku, atau tirakat, atau apa saja yang bisa menebus kesalahan dan menghapuskan dosa-dosaku. Beberapa saat kemudian, Kyai mengucapkan sesuatu yang benar-benar di luar perkiraanku.

“Apakah kau punya sebuah kemoceng di rumahmu?” 
Aku benar-benar heran Kyai justru menanyakan sesuatu yang tidak relevan untuk permintaanku tadi.

“Maaf, Kyai ?” Aku berusaha memperjelas maksud Kyai. 

Kyai tersenyum, ia sedikit terbatuk. 
Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, ia menghampiriku, “Ya, temukanlah sebuah kemoceng di rumahmu,” katanya.

Tampaknya Kyai benar-benar serius dengan permintaannya. 
“Ya, saya punya sebuah kemoceng di rumah, Kiai. Apa yang harus saya lakukan dengan kemoceng itu?”

Kyai tersenyum sambil berbisik........

“Besok pagi, berjalanlah dari rumahmu ke pesantrenku,” katanya, “Berjalanlah sambil mencabuti bulu-bulu dari kemoceng itu. 
Setiap kali kau mencabut sehelai bulu, ingat-ingat perkataan burukmu yang telah melukai hati orang lain, lalu jatuhkan di jalanan yang kau lalui.”

Aku hanya bisa mengangguk, tak berani membantahnya. 
Barangkali maksud Kyai adalah : agar aku merenungkan kesalahan-kesalahanku. 
Dan dengan menjatuhkan bulu-bulunya satu per satu, maka kesalahan-kesalahan itu akan gugur diterbangkan waktu…

“Kau akan belajar sesuatu darinya,” kata Kyai. Ada senyum yang sedikit terkembang di wajahku.

Keesokan harinya, aku menemui Kyai dengan sebuah kemoceng yang sudah tak memiliki sehelai bulupun pada gagangnya. 
Aku segera menyerahkan gagang kemoceng itu pada beliau.

“Ini Kyai , bulu-bulu kemoceng ini sudah saya jatuhkan satu per satu sepanjang perjalanan. Saya berjalan lebih dari 2 km dari rumah saya ke pesantren pak kyai. 
Saya mengingat semua perkataan buruk saya yang telah melukai perasaan orang.

Kyai mengangguk-angguk sambil tersenyum. Ada kehangatan yang aku rasakan dari raut mukanya. 
Tetapi kau harus belajar seusatu…,” katanya.

Aku hanya terdiam mendengar perkataan Kyai yang lembut, menyejukkan hatiku.

“Kini pulanglah…” kata pak kyai kepadaku.

Aku baru saja akan segera beranjak untuk pamit dan mencium tangannya, tetapi Kyai melanjutkan kalimatnya, “Pulanglah dengan kembali berjalan kaki dan menempuh jalan yang sama dengan saat kau menuju pesantrenku tadi…”

Aku terkejut mendengarkan permintaan Kyai kali ini, apalagi mendengarkan “syarat” berikutnya: 
“Di sepanjang jalan kepulanganmu, pungutlah kembali bulu-bulu kemoceng yang tadi kaucabuti satu per satu. 
Esok hari, laporkan kepadaku berapa banyak bulu yang bisa kau kumpulkan.”

Aku terdiam. Aku tak mungkin menolak permintaan Kyai Husain.

“Kau akan mempelajari sesuatu dari semua ini,” tutur Kyai padaku. 
Sepanjang perjalanan pulang, aku berusaha menemukan bulu-bulu kemoceng yang tadi kulepaskan di sepanjang jalan. 
Hari yang terik. Perjalanan yang melelahkan. Betapa sulit menemukan bulu-bulu itu. Mereka tentu saja telah tertiup angin, atau menempel di sebuah kendaraan yang sedang menuju kota yang jauh, atau tersapu ke mana saja ke tempat yang kini tak mungkin aku ketahui.

Tapi aku harus menemukan mereka! 
Aku harus terus mencari ke setiap sudut jalanan, ke gang-gang sempit, ke mana saja!

Aku terus berjalan.

Setelah berjam-jam, aku berdiri di depan rumahku dengan pakaian yang dibasahi keringat. Nafasku berat. Tenggorokanku kering. Di tanganku, kugenggam lima helai bulu kemoceng yang berhasil kutemukan di sepanjang perjalanan.


Baca juga :


Hari sudah menjelang petang. Dari ratusan yang kucabuti dan kujatuhkan dalam perjalanan pergi, hanya lima helai yang berhasil kutemukan dan kupungut lagi di perjalanan pulang. 
Ya, hanya lima helai. Lima helai tak lebih dari itu.

Hari berikutnya aku menemui Kiai lagi dengan wajah yang murung. 
Aku menyerahkan lima helai bulu kemoceng itu pada Kyai. 
“Ini Kyai , hanya ini yang berhasil saya temukan.” Aku membuka genggaman tanganku dan menyodorkannya pada Kyai Husain.

Kyai Husain terkekeh. “Kini kau telah belajar sesuatu,”katanya.

Aku mengernyitkan dahiku. “Apa yang telah aku pelajari, Kyai ?
” Aku benar-benar tak mengerti maksud Kyai.

“Tentang perkataanmu yang bisa menyakiti perasaan orang lain,” jawab Kyai. 

Tiba-tiba aku tersentak. Dadaku berdebar. Kepalaku mulai berkeringat.

“Bulu-bulu yang kaucabuti dan kaujatuhkan sepanjang perjalanan adalah fitnah-fitnah yang kausebarkan. Meskipun kau benar-benar menyesali perbuatanmu dan berusaha memperbaikinya, fitnah-fitnah itu telah menjadi bulu-bulu yang beterbangan entah kemana. Bulu-bulu itu di ibaratkan kata-katamu. Mereka dibawa angin waktu ke mana saja, ke berbagai tempat yang tak mungkin bisa kau duga-duga, ke berbagai wilayah yang tak mungkin bisa kauhitung!”

Tiba-tiba aku menggigil mendengarkan kata-kata Kyai. Seolah-olah ada tabrakan pesawat yang paling dahsyat di dalam kepalaku. Seolah-olah ada hujan mata pisau yang menghujam jantungku. Aku ingin menangis sekeras-kerasnya. Aku ingin mencabut lidahku sendiri.

“Bayangkan salah satu dari fitnah-fitnah itu suatu saat kembali pada dirimu sendiri… Barangkali kau akan berusaha meluruskannya, karena kau benar-benar merasa bersalah telah menyakiti orang lain dengan kata-katamu itu. Barangkali kau tak tak ingin mendengarnya lagi. Tetapi kau tak bisa menghentikan semua itu! Kata-katamu yang telah terlanjur tersebar dan terus disebarkan di luar kendalimu, tak bisa kau bungkus lagi dalam sebuah kotak besi untuk kau kubur dalam-dalam sehingga tak ada orang lain lagi yang mendengarnya. Angin waktu telah mengabadikannya.”

“Fitnah-fitnah itu telah menjadi dosa yang terus beranak-pinak tak ada ujungnya. Agama menyebutnya sebagai dosa jariyah. (Dosa yang terus berjalan diluar kendali pelaku pertamanya).
Maka tentang fitnah-fitnah itu, meskipun aku atau siapapun saja yang kau fitnah telah memaafkanmu sepenuh hati, fitnah-fitnah itu terus mengalir hingga kau tak bisa membayangkan ujung dari semuanya. Bahkan meskipun kau telah meninggal dunia, fitnah-fitnah itu terus hidup karena angin waktu telah membuatnya abadi. Maka kau tak bisa menghitung lagi berapa banyak fitnah-fitnah itu telah memberatkan timbangan keburukanmu kelak.”

Tangisku benar-benar pecah. Aku tersungkur di lantai. “Astagfirullah al-adzhim… Astagfirullahal-adzhim… Astagfirullah al-adzhim…” Aku hanya bisa terus mengulangi istighfar. 
Dadaku gemuruh. Air mata menderas dari kedua ujung mataku.

“Ajari saya apa saja untuk membunuh fitnah-fitnah itu, Kyai. Ajari saya! Ajari saya! Astagfirullahal-adzhim…” Aku terus menangis menyesali apa yang telah aku perbuat.

Kyai tertunduk. Beliau tampak meneteskan air matanya.“ Aku telah memaafkanmu setulus hatiku, Nak,” katanya, “Kini, aku hanya bisa mendoakanmu agar Allah mengampunimu, mengampuni kita semua. Kita harus percaya bahwa Allah, dengan kasih sayangnya, adalah zat yang maha terus menerus menerima taubat manusia… Innallaha tawwabur-rahiim...”

Aku bagai disambar halilintar jutaan megawatt yang mengguncangkan batinku! Aku ingin mengucapkan sejuta atau semiliar istighfar untuk semua yang sudah kulakukan! Aku ingin membacakan doa-doa apa saja untuk menghentikan fitnah-fitnah itu!

“Kini kau telah belajar sesuatu,” kata Kyai kepadaku, setengah berbisik. Pipinya masih basah oleh air mata, “Fitnah-fitnah itu bukan hanya tentang dirimu dan seseorang yang kausakiti. Ia lebih luas lagi. Demikianlah, anakku, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan...”

Semoga kita mampu berusaha memohon ampun dan semoga Allah meridhoi usaha kita bertaubat. 
Tetap berjuang , tetap berdo'a, tetap semangat! 

Masih ada waktu untuk bertaubat, pakailah rizki kesempatan itu. 
Memohon ampun tak menjadikan kita hina,malah mengangkat kita ketempat yang terpuji sebagai hamba yang tahu diri sebagai fitrah manusia.

ุขู…ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ูŠู† ูŠَุง ุฑَุจَّ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِู€ู€ู€ู€ูŠْู†َ.


Baca juga :

4 TIPS MERAWAT WAJAH ALA ISLAMI DAN 5 PERKARA BERKENAAN DG KESEHATAN MENURUT ISLAM

                            ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
4 TIPS MERAWAT WAJAH ALA ISLAMI DAN 5 PERKARA BERKENAAN DG KESEHATAN MENURUT ISLAM
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

=========================================

4 TIPS MERAWAT WAJAH ALA ISLAMI 
___________________________________________________

Keinginan untuk tampil menarik dalam segi fisik adalah naluri alami setiap manusia. Dan salah satu faktor pendukung paling utama, yakni terdapat pada wajah kita, sehingga apabila kita memiliki wajah yang bersih, cerah dan berseri, maka itu akan mendukung penampilan fisik kita secara keseluruhan. Walaupun dalam hukum Islam hal tersebut hanya wajib dilakukan karena Allah SWT, tetapi menjaga penampilan adalah salah satu perwujudan rasa syukur kita terhadap karunia fisik yang diberi oleh Allah SWT. Dengan tujuan agar segala upaya kita sesuai dengan syari’at Islam dan hasilnya pun bisa diridhoi oleh Allah SWT.

Berikut 4 tips merawat wajah ala Islami, insyaallah penting untuk diketahui ;

1. Bersihkan wajah secara rutin

Dengan melakukan hal ini secara rutin, maka kotoran dan debu yang menempel di wajah bisa dihilangkan. Jangan pernah melewatkan kebiasaan ini, karena pori pori wajah yang tertutup debu dan kotoran akan menyebabkan banyak masalah seperti wajah berjerawat, flek hitam, dan lain sebagainya. serta yang paling penting biasakanlah membersihkan wajah sambil (dibarengi) membaca sholawat nabi, seikhlas anda.

2. Gunakan air yang suci (air bersih)

Untuk mendapatkan khasiat yang lebih baik secara lahir dan bathin, maka air yang sebaiknya digunakan tersebut adalah yang suci, bersih dan tidak terkena najis.

3. Rutin berwudhu

Jika Anda rutin berwudhu, minimal 5 kali dalam sehari, maka itu akan membuat wajah Anda menjadi lebih bersih, dan kotoran yang menempel bisa luntur. Selain itu, secara bathiniah dengan melakukan wudhu, niscaya akan menjadikan wajah orang yang melakukannya akan terlihat lebih cerah, berseri-seri, dan bercahaya.

4. Perbanyak senyum

Keriput, penuaan dini, dan kesan wajah yang cepat tua dominan terlihat pada orang yang sering manyun, murung, dan sedikit senyum. Oleh karena itu, tips merawat wajah ala Islami dengan memperbanyak senyum menjadi salah cara satu yang cukup efektif.

Itulah 4 tips merawat wajah ala Islami yang bisa Anda coba praktekkan langsung. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat banyak bagi anda.

Aamiin yaa Robbal'aalamiin

___________________________________________________

5 PERKARA BERKENAAN DENGAN KESEHATAN MENURUT ISLAM
___________________________________________________

Al-Quran ada mengajar kita menjaga kesehatan dengan membuat amalan seperti berikut :

1. Mandi pagi sebelum subuh atau sekurang-kurangnya sejam sebelum matahari naik.
Air sejuk yang meresap ke dalam badan bisa mengurangkan lemak yg terkumpul. Kita bisa lihat orang yg mengamal mandi pagi kebanyakan badan nya tidak gemuk.

2. Rasulullah SAW mengamalkan minum segelas air sejuk (bukan air es) setiap pagi.
Mujarabnya, Insya Allah jauh dari penyakit (susah kena penyakit).

3. Waktu sholat Subuh disunatkan kita bertafakur (yaitu sujud sekurang kurangnya semenit selepas membaca doa).
Ia bisa mengelak dari sakit pening atau migrain.
Ini terbukti oleh para saintis yg membuat kajian kenapa dalam sehari perlu kita sujud.
Ahli-ahli sains telah menemui beberapa milimeter ruang udara dalam saluran darah di kepala yang tidak dipenuhi darah. Dengan bersujud maka darah akan mengalir ke ruang tersebut.

4. Dalam kitab juga ada melarang kita makan makanan darat bercampur dengan makanan laut.
Nabi pernah mencegah kita makan ikan bersama ayam. Dikhawatirkan akan cepat mendapat penyakit.
Ini terbukti oleh saintis yang menemukan dimana dalam badan ayam mengandungi ion + ve, manakala dalam ikan mengandung ion-ve, jika dalam suapan ayam bercampur dengan ikan maka terjadi tindak balas biokimia yang terhasil yg bisa merusak USUS kita.

5. Nabi juga mengajar kita makan dengan tangan kanan dan bila habis hendaklah menjilat jari.
Begitu juga ahli sains telah menemukan bahwa ENZYME banyak terkandung di celah jari, yaitu 10 kali lipat terdapat dalam air liur. (Enzyme sejenis alat percerna makanan, tanpanya makanan tidak terurai).

=========================================


Baca juga :



Rabu, 22 Juli 2020

HISHAM BIN ASH RADHIALLAHU’ANHU "DIPAKSA MURTAD, KEMBALI KE ISLAM HINGGA MENEMUI SYAHIDNYA"

                                ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
"DIPAKSA MURTAD, KEMBALI KE ISLAM HINGGA MENEMUI SYAHIDNYA" 
       (HISHAM BIN ASH RADHIALLAHU’ANHU) 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

Hisyam bin Ash RA adalah adik dari Amr bin Ash, tetapi kalau kakaknya tersebut gencar memusuhi Nabi SAW pada awal Islam didakwahkan di Makkah, ia termasuk dalam kelompok awal sahabat yang memenuhi seruan Nabi SAW untuk memeluk Islam. Kelompok as Sabiqunal Awwalun yang mendapat jaminan keselamatan dari Allah, radhiyallaahu ‘anhum wa radhuu ‘anhu (Allah ridha kepada mereka dan mereka juga ridha kepada Allah, QS At Taubah 100).

Hisyam bin Ash ikut serta dalam kelompok muhajirin pertama, yakni yang berhijrah ke Habasyah. Ketika Amr bin Ash menjadi utusan kaum Quraisy kepada Raja Najasyi, misinya untuk mengembalikan Kaum Muhajirin tersebut ke Makkah mengalami kegagalan, tetapi ia berhasil memperdaya adiknya tersebut dan membawanya kembali ke Makkah. 
Di Makkah, Hisyam dipenjarakan oleh ayahnya, tetapi beberapa waktu kemudian dilepaskan lagi, tetapi dalam pengawasan ketat kaum kerabatnya sehingga ia tidak leluasa menemui Nabi SAW dan kaum muslimin lainnya.

Ketika Nabi SAW memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Madinah, Hisyam berencana berangkat bersama Umar bin Khaththab dan Ayyasy bin Rabiah (sebagian riwayat menyebut Iyyasy). Tetapi ia dihalangi oleh kaum Quraisy dan lagi-lagi dipenjarakan, bahkan kali ini diikuti dengan siksaan demi siksaan yang tak terperikan. Sebagian riwayat menyebutkan, ia dipaksa murtad dan sempat mengikuti kemauan mereka karena beratnya siksaan. Tetapi sepertinya ia ‘tidak tahan” untuk hidup dalam kekafiran, karena itu kembali ia menyatakan keislamannya, dan tentu saja ia kembali mengalami siksaan dan pemenjaraan, namun hatinya terasa lebih tentram dan tidak lagi merasakan beratnya siksaan yang ditimpakan kaum Quraisy. 

Akan halnya Ayyasy bin Abi Rabiah, setelah tiba di Madinah bersama Umar dan beberapa sahabat lainnya, Abu Jahal dan saudaranya Harits bin Hisyam menyusulnya dan memberitahukan kalau ibunya bernadzar tidak akan menyisir rambutnya dan tidak akan berteduh dari sinar matahari sebelum melihat anaknya tersebut. Ayyasy sangat sedih dan kasihan kepada ibunya mendengar berita tersebut. Walaupun Umar mengingatkannya bahwa semua itu hanya akal-akalan Abu Jahal, tetapi ia tetap kembali ke Makkah karena kecintaannya kepada ibunya. Tetapi ternyata benar perkiraan Umar, di tengah perjalanan ia diperdaya dan kemudian diikat. Sesampainya di Makkah ia langsung dipenjarakan bersama Hisyam bin Ash, sama sekali tidak dipertemukan dengan ibunya.

Suatu ketika Nabi SAW bersabda kepada para sahabat yang sedang berkumpul, “Siapakah yang sanggup mempertemukan aku dengan Ayyasy (bin Abi Rabiah) dan Hisyam (bin Amr)??”
Walid bin Walid, yakni saudara Khalid bin Walid yang telah memeluk Islam sejak awal didakwahkan, berkata, “Wahai Rasulullah, sayalah yang akan membawa keduanya ke hadapan engkau!!”

Setelah berpamitan kepada Nabi SAW, Walid segera memacu untanya menuju Makkah.
Ia memasuki kota Makkah dengan sembunyi-sembunyi, dan secara kebetulan ia bertemu dengan wanita yang ditugaskan mengantar makanan untuk Hisyam dan Ayyasy. 
Iapun mengikuti wanita tersebut, hingga mengetahui tempat penahanan keduanya, yakni sebuah rumah tanpa atap, tetapi pintunya dikunci dengan kuat.

Ketika keadaan sepi dan aman, Walid memanjat tembok rumah tersebut untuk memasukinya. Setelah melepaskan ikatan yang membelenggu Hisyam dan Ayyasy, ketiganya keluar dengan memanjat tembok juga, dan meninggalkan Makkah dengan menunggang unta milik Walid yang memang cukup kuat, sehingga mampu membawa tiga orang tersebut hingga sampai di Madinah dengan selamat.

Sebagian riwayat menceritakan, ketika Hisyam terpaksa murtad akibat tekanan dan siksaan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy, ia merasa dunianya runtuh dan tidak ada jalan lagi baginya kepada keislaman. Apalagi kaum Quraisy “memprovokasi” bahwa Nabi SAW dan para sahabat di Madinah telah mengetahui kemurtadannya, dan mereka telah menghalalkan darahnya. 

Kemudian turun wahyu Allah, QS az Zumar ayat 53-55, yang intinya larangan untuk berputus asa dari rahmat Allah dan anjuran segera bertaubat. Umar bin Khaththab mengirim seseorang dengan sembunyi-sembunyi untuk menemui Hisyam bin Ash, mengabarkan tentang ayat tersebut. 

Akhirnya Hisyam mengikuti utusan Umar ini ke Madinah, dan ia kembali menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah SAW.
Sejak tinggal di Madinah bersama dengan Nabi SAW, Hisyam hampir tak pernah tertinggal dalam berbagai pertempuran, baik bersama atau tidak dengan Rasulullah SAW. Semangat jihadnya begitu tinggi untuk memperoleh predikat syahid, dan itu tetap berlanjut ketika Nabi SAW telah wafat.

Pada pertempuran untuk menaklukan Ajnadin, suatu kota yang dikuasai oleh imperium Romawi, Hisyam berjuang bersama dengan kakaknya, Amr bin Ash. Serangan pasukan muslim sempat mengalami kebuntuan karena pasukan Romawi membuat pertahanan dengan parit yang diisi dengan bara api. Melihat keadaan ini, Hisyam berteriak untuk membangkitkan semangat, “Wahai kaum muslimin, ayolah maju bersama Hisyam, apakah kalian ingin lari dari Surga??”
Setelah itu Hisyam melompat dengan kudanya untuk menyeberangi parit api tersebut. Tetapi malang, kudanya terjerembab dan jatuh ke parit berapi beserta Hisyam. 

Amr bin Ash mengamati keadaannya adiknya, dan tampaknya ia telah menemui syahidnya. Tiba-tiba Amr berkata, “Hisyam telah menemui syahidnya, dan jadikanlah tubuhnya untuk menyeberang…!!”
Karena Amr bin Ash adalah komandan pasukan muslim tersebut, kaum muslimin mematuhi perintahnya tersebut. Kuda dan tubuh Hisyam bin Ash dijadikan pijakan sehingga akhirnya mereka semua berhasil menyeberangi parit api tersebut dan memerangi pasukan Romawi sehingga mereka kocar-kacir melarikan diri.

 Kota Ajnadin pun jatuh ke tangan pasukan muslim. Usai pertempuran, Amr bin Ash mengumpulan potongan-potongan tubuh Hisyam yang berserakan, dan membungkusnya dengan kain kemudian memakamkannya. Sambil matanya berkaca-kaca, ia berkata, “Sungguh, Hisyam lebih hebat daripada diriku..!!”


Baca juga :

SAAD BIN ABI WAQQASH RADHIALLAHU’ANHU "SANG PEMILIK DO'A MUSTAJAB" "SANG PEMANAH ULUNG"

                                 ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
       "SANG PEMILIK DO'A MUSTAJAB" 
             "SANG PEMANAH ULUNG"
(SAAD BIN ABI WAQQASH RADHIALLAHU’ANHU) 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

Saad bin Abi Waqqash adalah salah seorang sahabat yang paling pertama memeluk Islam. 
Hanya beberapa orang sahabat saja yang mendahuluinya. 
Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu ajma’in merekalah orangnya. 
Laki-laki Quraisy ini mengucapkan dua kalimat syahadat ketika berusia 27 tahun. 
Di masa kemudian, ia menjadi tokoh utama di kalangan sahabat. 
Dan termasuk 10 orang yang diberi kabar gembira sebagai penghuni surga.

NASAB_SAAD_BIN_ABI_WAQQASH 

Merupakan bagian penting dalam rekam jejak seseorang adalah nasab keluarga. Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seseorang. Ayah Saad adalah anak dari seorang pembesar bani Zuhrah. Namanya Malik bin Wuhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin Adnan.

Adnan adalah keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim ‘alaihimassalam.

Malik, ayah Saad, adalah anak paman Aminah binti Wahab, ibu Rasulullah ๏ทบ. Malik juga merupakan paman dari Hamzah bin Abdul Muthalib dan Shafiyyah binti Abdul Muthalib. Sehingga nasab Saad termasuk nasab yang terhormat dan mulia. Dan memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi ๏ทบ.

Ibunya adalah Hamnah binti Sufyan bin Umayyah al-Akbar bin Abdu asy-Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin Adnan.

Ketika Rasulullah ๏ทบ sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, beliau memuji dan mencandai Saad dengan mengatakan,

ู‡َุฐَุง ุฎَุงู„ِูŠ ูَู„ْูŠُุฑِู†ِูŠ ุงู…ْุฑُุคٌ ุฎَุงู„َู‡ُ

“Ini pamanku, maka hendaklah seseorang memperlihatkan pamannya kepadaku.” (HR. al-Hakim 6113 dan at-Tirmidzi 3752. At-Tirmidzi mengatakan hadist ini hasan).

MASA_PERTUMBUHAN 

Saad dilahirkan di Mekah, 23 tahun sebelum hijrah. Ia tumbuh dan terdidik di lingkungan Quraisy. Bergaul bersama para pemuda Quraisy dan pemimpin-pemimpin Arab. Sejak kecil, Saad gemar memanah dan membuat busur panah sendiri. Kedatangan jamaah haji ke Mekah menambah khazanah pengetahuannya tentang dunia luar. Dari mereka ia mengenal bahwa dunia itu tidak sama dan seragam. Sebagaimana samanya warna pasir gurun dan gunung-gunung batu. Banyak kepentingan dan tujuan yang mengisi kehidupan manusia.

MEMELUK_ISLAM 

Mengenal Islam sejak lahir adalah sebuah karunia yang besar. Karena hidayah yang mahal harganya itu, Allah beri tanpa kita minta. Berbeda bagi mereka yang mengenal Islam di tengah jalannya usia. Keadaan ini tentu lebih sulit. Banyak batu sandungan dan pemikiran yang membingungkan.

Saad bin Waqqash memeluk Islam saat berusia 17 tahun. Ia menyaksikan masa jahiliyah. Abu Bakar ash-Shiddiq berperan besar mengenalkannya kepada agama tauhid ini. Ia menyatakan keislamannya bersama orang yang didakwahi Abu Bakar: Utsman bin Affan, Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah. Hanya tiga orang yang mendahului keislaman mereka.

DIPAKSA_MENINGGALKAN_ISLAM 

Ketika Saad bin Abi Waqqash memeluk Islam, menerima risalah kerasulan Muhammad ๏ทบ, dan meninggalkan agama nenek moyangnya, ibunya sangat menentangnya. Sang ibu ingin agar putranya kembali satu keyakinan bersamanya. Menyembah berhala dan melestarikan ajaran leluhur.

Ibunya mulai mogok makan dan minum untuk menarik simpati putranya yang sangat menyayanginya. Ia baru akan makan dan minum kalau Saad meninggalkan agama baru tersebut.

Setelah beberapa lama, kondisi ibu Saad terlihat mengkhawatirkan. Keluarganya pun memanggil Saad dan memperlihatkan keadaan ibunya yang sekarat. Pertemuan ini seolah-olah hari perpisahan jelang kematian. Keluarganya berharap Saad iba kepada ibunda.

Saad menyaksikan kondisi ibunya yang begitu menderita. Namun keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya berada di atas segalanya. Ia berkata, “Ibu… demi Allah, seandainya ibu mempunyai 100 nyawa. Lalu satu per satu nyawa itu binasa. Aku tidak akan meninggalkan agama ini sedikit pun. Makanlah wahai ibu.. jika ibu menginginkannya. Jika tidak, itu juga pilihan ibu”.

Ibunya pun menghentikan mogok makan dan minum. Ia sadar, kecintaan anaknya terhadap agamanya tidak akan berubah dengan aksi mogok yang ia lakukan. Berkaitan dengan persitiwa ini, Allah pun menurunkan sebuah ayat yang membenarkan sikap Saad bin Abi Waqqash.

ูˆَุฅِู†ْ ุฌَุงู‡َุฏَุงูƒَ ุนَู„َู‰ ุฃَู†ْ ุชُุดْุฑِูƒَ ุจِูŠ ู…َุง ู„َูŠْุณَ ู„َูƒَ ุจِู‡ِ ุนِู„ْู…ٌ ูَู„َุง ุชُุทِุนْู‡ُู…َุง ูˆَุตَุงุญِุจْู‡ُู…َุง ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ู…َุนْุฑُูˆูًุง ูˆَุงุชَّุจِุนْ ุณَุจِูŠู„َ ู…َู†ْ ุฃَู†َุงุจَ ุฅِู„َูŠَّ ุซُู…َّ ุฅِู„َูŠَّ ู…َุฑْุฌِุนُูƒُู…ْ ูَุฃُู†َุจِّุฆُูƒُู…ْ ุจِู…َุง ูƒُู†ْุชُู…ْ ุชَุนْู…َู„ُูˆู†َ

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS: Luqman | Ayat: 15).

Baca juga :


DOANYA_TIDAK_TERTOLAK 

Saad bin Abi Waqqash adalah seorang sahabat Rasulullah ๏ทบ yang memiliki doa yang manjur dan mustajab. Rasulullah ๏ทบ meminta kepada Allah ๏ทป agar doa Saad menjadi doa yang mustajab tidak tertolak. Beliau ๏ทบ bersabda,

ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุณَุฏِّุฏْ ุฑَู…َูŠْุชَู‡ُ، ูˆَุฃَุฌِุจْ ุฏَุนْูˆَุชَู‡ُ

“Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya.” (HR. al-Hakim, 3/ 500).

Doa Rasulullah ๏ทบ ini menjadikan Saad seorang prajurit pemanah yang hebat dan ahli ibadah yang terkabul doanya.

SEORANG_MUJAHID 

Saad bin Abi Waqqash adalah orang pertama dalam Islam yang melemparkan anak panah di jalan Allah. Ia juga satu-satunya orang yang Rasulullah pernah menyebutkan kata “tebusan” untuknya. Seperti dalam sabda beliau ๏ทบ dalam Perang Uhud:

ุงِุฑْู…ِ ุณَุนْุฏُ … ูِุฏَุงูƒَ ุฃَุจِูŠْ ูˆَุฃُู…ِّูŠْ

“Panahlah, wahai Saad… Tebusanmu adalah ayah dan ibuku.”( HR. at-Tirmidzi, no. 3755).

Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah ๏ทบ menebus seseorang dengan ayah dan ibunya kecuali Saad. Sungguh dalam Perang Uhud aku mendengar Rasulullah mengatakan,

ุงِุฑْู…ِ ุณَุนْุฏُ … ูِุฏَุงูƒَ ุฃَุจِูŠْ ูˆَุฃُู…ِّูŠْ

“Panahlah, wahai Saad… Tebusanmu adalah ayah dan ibuku.”( HR. at-Tirmidzi, no. 3755).

Dan Saad sangat merasa terhormat dengan motivasi Rasulullah ๏ทบ ini.

Di antara keistimewaan lain, yang ada pada diri Saad bin Abi Waqqash termasuk seorang penunggang kuda yang paling berani di kalangan bangsa Arab dan di antara kaum muslimin. Ia memiliki dua senjata yang luar biasa; panah dan doa.

Peperangan besar yang pernah ia pimpin adalah Perang Qadisiyah. Sebuah perang legendaris antara bangsa Arab Islam melawan Majusi Persia. 3000 pasukan kaum muslimin beradapan dengan 100.000 lebih pasukan negara adidaya Persia bersenjata lengkap. Prajurit Persia dipimpin oleh palingma mereka yang bernama Rustum. Melaui Saad lah, Allah memberi kemanangan kepada kaum muslimin atas negara adidaya Persia.

UMAR_MENGAKUI_AMANAHNYA_DALAM_MEMIMPIN 

Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu pernah mengamanahi Saad jabatan gubernur Irak. Sebuah wilayah besar dan penuh gejolak. Suatu ketika rakyat Irak mengadukannya kepada Umar. Mereka menuduh Saad bukanlah orang yang bagus dalam shalatnya. Permasalahan shalat bukanlah permsalahan yang ringan bagi orang-orang yang mengetahui kedudukannya. Sehingga Umar pun merespon laporan tersebut dengan memanggil Saad ke Madinah.

Mendengar laporan tersebut, Saad tertawa. Kemudian ia menanggapi tuduhan tersebut dengan mengatakan, “Demi Allah, sungguh aku shalat bersama mereka seperti shalatnya Rasulullah. Kupanjangkan dua rakaat awal dan mempersingkat dua rakaat terakhir”.

Mendengar klarifikasi dari Saad, Umar memintanya kembali ke Irak. Akan tetapi Saad menanggapinya dengan mengatakan, “Apakah engkau memerintahkanku kembali kepada kaum yang menuduhku tidak beres dalam shalat?” Saad lebih senang tinggal di Madinah dan Umar mengizinkannya.

Ketika Umar ditikam, sebelum wafat ia memerintahkan enam orang sahabat yang diridhai oleh Nabi ๏ทบ -salah satunya Saad- untuk bermusyawarah memilih khalifah penggantinya. Umar berkata, “Jika yang terpilih adalah Saad, maka dialah orangnya. Jika selainnya, hendaklah meminta tolong (dalam pemerintahannya) kepada Saad”.

SIKAPNYA_SAAT_TERJADI_PERSELISIHAN_ANTARA_ALI_DAN_MUAWIYAH 

Saad bin Abi Waqqash menjumpai perselisihan besar yang terjadi pada kaum muslimin. Antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan, radhiallahu ‘anhum ajma’in. Sikap Saad pada saat itu adalah tidak memihak kelompok manapun. Ia juga memerintahkan keluarga adan anak-anaknya untuk tidak mengabarkan berita apapun kepadanya.

Keponakannya, Hisyam bin Utbah bin Abi Waqqash, berkata kepadanya, “Wahai paman, ini adalah 100.000 pedang (pasukan) yang menganggap Andalah yang berhak menjadi khalifah”. Saad menjawab, “Aku ingin dari 100.000 pedang tersebut satu pedang saja. Jika aku memukul seorang mukmin dengan pedang itu, maka ia tidak membahayakan. Jika dipakai untuk memukul orang kafir (berjihad), maka ia mematikan”. Mendengar jawaban pamannya, Hisyam paham bahwa pamannya, Saad bin Abi Waqqash sama sekali tidak ingin ambil bagian dalam permasalahan ini. Ia pun pergi.

WAFAT 

Saad bin Abi Waqqash termasuk sahabat yang berumur panjang. Ia juga dianugerahi Allah ๏ทป harta yang banyak. Namun ketika akhir hayatnya, ia mengenakan pakaian dari wol. Jenis kain yang dikenal murah kala itu. Ia berkata, “Kafani aku dengan kain ini, karena pakaian inilah yang aku pakai saat memerangi orang-orang musyrik di Perang Badar”.

Beliau wafat pada tahun 55 H. Ia adalah kaum muhajirin yang paling akhir wafatnya. Semoga Allah meridhainya.


Baca juga :

Selasa, 21 Juli 2020

5 CARA MELEMBUTKAN HATI

                             ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
          " 5 CARA MELEMBUTKAN HATI "
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

===================================

๐Ÿ’“Tatkala badan merasa enggan untuk beramal, tatkala hati mulai sulit untuk terenyuh, mungkin itu salah satu tanda kerasnya hati, dengan kata lain hati ini sedang sakit.

๐Ÿ’“Lantas apa yang akan dilakukan ketika tahu bahwa hati ini sedang sakit? Orang yang sakit pasti akan mencari obat, sebagaimana orang sakit akan pergi ke dokter.

๐Ÿ’“Berikut ini adalah obat agar hati menjadi lembut kembali.

√ 1️⃣. Perbanyak Baca Al-Quran dengan Mentadabburinya.

Di antara sebab lembutnya hati adalah dengan membaca Al Qur’an.

Al Qur’an adalah kalamullah, perkataan Allah, Rabb pencipta langit dan bumi, bukan perkataan makhluk. Selain dapat menenangkan hati, membaca Al Qur’an akan diganjar banyak pahala.

Bayangkan saja, 1 huruf dari Al Qur’an diganjar 1 pahala, dan 1 pahala akan dibalas dengan 10 kebaikan. Namun syarat untuk menenangkan hati tidaklah hanya sekedar membaca, tapi ditadabburi, direnungkan maknanya sehingga dapat diamalkan.

√ 2️⃣. Perbanyak Dzikir Mengingat Allah.

Tidak diragukan lagi, berdzikir dapat melembutkan hati. Karena dengan mengingat Allah, maka hati pun menjadi tenang.

Sebagaimana Allah firmankan dalam surah Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya, “Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang.”

Dzikir adalah suatu amalan yang mudah, cukup menggerakkan lisan dan bibir saja. Sehingga tidak bisa dijadikan alasan untuk enggan berdzikir.

√ 3️⃣. Berteman Dengan Kawan yang Baik Agamanya.

Jika seseorang memiliki teman yang baik agamanya, maka ia akan mendapatkan kebaikan yang banyak pula.

Nabi permisalkan dalam suatu hadits riwayat Al-Bukhari, dimana kawan yang baik dimisalkan sebagai penjual misk (minyak wangi). Boleh jadi ia diberi minyak wangi tersebut, boleh jadi ia membelinya, atau minimal mendapakan bau yang wangi dengan sebab berdekatan dengan penjual minyak wangi.

Maka, carilah kawan akrab yang baik agamanya, sehingga ketika sedang futur (malas, kondisi hati melemah), maka ada yang mengingatkan, menasehati dan kembali membawa kita ke dalam majelis ilmu. Jangan sampai ketika kondisi hati melemah, kita malah menjauhi kawan-kawan yang semangat dalam kebaikan.

√ 4️⃣. Menyayangi Anak Kecil.

Menyayangi anak kecil dapat melembutkan hati, terutama anak kecil yatim (bapaknya sudah meninggal). Sebagai contoh, kita bisa mengajar anak-anak kecil di TPA, atau bisa berkunjung ke panti asuhan untuk bercengkrama dan mengajarkan mereka hal yang baik.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda (yang artinya),  
➖ “Sayangilah semua yang ada di bumi, niscaya Dzat yang ada di langit akan menyayangi kalian.” 
๐Ÿ“™(HR. At-Tirmidzi no. 1924 dan HR. Abu Dawud no. 4941).

Hadits di atas memerintahkan kita untuk menyayangi semua yang ada di bumi, termasuk semua hewan dan tumbuhan. Misalnya, tidak memberikan beban yang berat pada onta jika kita menaikinya, atau tidak melakukan penebangan liar yang dapat merusak lingkungan sekitar.

Hadits tersebut juga sebagai dalil bahwa Allah berada di atas sana, di atas langit, bukan berada dimana mana seperti anggapan sebagian orang.

√ 5️⃣. Berdoa Kepada Allah.

Doa adalah senjata seorang mukmin, jangan sampai seorang mukmin melupakan bahwa urusannya tergantung kehendak Allah Ta’ala.

Banyak-banyaklah berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam ketaatan dan diberikan kelembutan hati, dan dijauhkan dari rasa malas yang terus menerus sehingga hati menjadi mati.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita sebuah doa agar berlindung dari rasa malas.

Berikut adalah doanya:

ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฅِู†ِّู‰ ุฃَุนُูˆุฐُ ุจِูƒَ ู…ِู†َ ุงู„ْุนَุฌْุฒِ ูˆَุงู„ْูƒَุณَู„ِ ูˆَุงู„ْุฌُุจْู†ِ ูˆَุงู„ْู‡َุฑَู…ِ ูˆَุงู„ْุจُุฎْู„ِ ูˆَุฃَุนُูˆุฐُ ุจِูƒَ ู…ِู†ْ ุนَุฐَุงุจِ ุงู„ْู‚َุจْุฑِ ูˆَู…ِู†ْ ูِุชْู†َุฉِ ุงู„ْู…َุญْูŠَุง ูˆَุงู„ْู…َู…َุงุชِ

/Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat/

➖"(Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” 
๐Ÿ“™(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

๐Ÿ’“Demikianlah 5 kiat-kiat dalam melembutkan hati, semoga kita senantiasa diberikan kemudahan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala, dan dijauhkan dari hati yang keras lagi mati. 

Wallahul Muwaffiq.


Baca juga :