Jumat, 17 Juli 2020

JIKA PRIA DI SURGA DAPAT BIDADARI, BAGAIMANA DENGAN WANITA....??

                            ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" JIKA PRIA DI SURGA DAPAT BIDADARI, BAGAIMANA DENGAN WANITA....?? "
 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐ŸŽ™️Pertanyaan 1:

☪️ Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: 
➖“Pria mendapatkan istri-istri bidadari di Surga, lalu wanita mendapatkan apa?

๐ŸŽ™️Jawaban:

➖Para wanita akan mendapatkan pria ahli Surga, dan pria ahli Surga lebih afdhal dari pada bidadari. Pria yang paling baik ada di antara pria ahli Surga. Dengan demikian, bagian wanita di Surga bisa jadi lebih besar dan lebih banyak daripada bagian pria, dalam masalah pernikahan. Karena wanita di dunia juga (bersuami) mereka mempunyai beberapa suami di Surga. Bila wanita mempunyai 2 suami, ia diberi pilihan untuk memilih di antara keduanya, dan ia akan memilih yang paling baik dari keduanya. 

๐Ÿ“š(Fatawa wa Durusul Haramil Makki, Syaikh Ibn Utsaimin 1/132, yang dinukil dalam Al-Fatawa Al-Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia “Fatwa-fatwa tentang wanita”)

๐ŸŽ™️Pertanyaan 2:

☪️ Syaikh Abdullah bin Jibrin ditanya: 
➖“Ketika saya membaca Al-Qur’an, saya mendapati banyak ayat-ayat yang memberi kabar gembira bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dari kaum laki-laki, dengan balasan bidadari yang cantik sekali. Adakah wanita mendapatkan ganti dari suaminya di akhirat, karena penjelasan tentang kenikmatan Surga senantiasa ditujukan kepada lelaki mukmin. Apakah wanita yang beriman kenimatannya lebih sedikit daripada lelaki mukmin?


Baca juga :



๐ŸŽ™️Jawaban:

☪️ Tidak bisa disangsikan bahwa kenikmatan Surga sifatnya umum untuk laki-laki dan perempuan. 
Allah berfirman:
➖ “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan” 
๐Ÿ“–(Ali-Imran:195)

➖“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” ๐Ÿ“–(An-Nahl:97)

➖“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” 
๐Ÿ“–(An-Nisa’:124)

➖“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar“ 
๐Ÿ“–(Al-Ahzab:35)

☪️ Allah telah menyebutkan bahwa mereka akan masuk Surga dalam firman-Nya:
➖ “Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan” 
๐Ÿ“–(Yasin:56)

➖“Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan“ 
๐Ÿ“–(Az-Zukhruf:70)

☪️ Allah menyebutkan bahwa wanita akan diciptakan ulang.

➖“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan” 
๐Ÿ“–(Al-Waqi’ah: 35-36)

☪️ Maksudnya mengulangi penciptaan wanita-wanita tua dan menjadikan mereka perawan kembali, yang tua kembali muda. Telah disebutkan dalam suatu hadits bahwa wanita dunia mempunyai kelebihan atas bidadari karena ibadah dan ketaatan mereka. Para wanita yang beriman masuk Surga sebagaimana kaum lelaki. Jika wanita pernah menikah beberapa kali, dan ia masuk Surga bersama mereka, ia diberi hak untuk memilih salah satu di antara mereka, maka ia memilih yang paling bagus diantara mereka.

๐Ÿ“š Dinukil dari Fatawal Mar’ah 1/13, yang dikutip dalam Al-Fatawa Al-Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia “Fatwa-fatwa tentang wanita”


๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•


Baca juga :

BEGINILAH 9 KRITERIA WANITA YANG DIRINDUKAN SURGA

                            ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" BEGINILAH 9 KRITERIA WANITA YANG DIRINDUKAN SURGA "
 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐ŸŒนWanita merupakan sosok indah dengan segala keistimewaan yang ada pada dirinya. Seorang wanita bila dilihat dari segi manapun, selalu memancarkan pesona yang mampu memukau mata. Sehingga tidak mengherankan bila wanita disebut sebagai godaan terbesar bagi kaum pria.

๐ŸŒนBukan hanya pria, indahnya seorang wanita hingga surga pun merindukannya. Surga memang memiliki rindu, yaitu rindu orang-orang yang taat dan rindu orang-orang yang shaleh. Mengapa wanita ? Sebab, kebanyakkan wanita masuk neraka. 

๐ŸŒนSebagaimana dikatakan oleh Rasulullah, bahwa di akhirat kelak kebanyakan penghuni neraka adalah kaum wanita. Oleh sebab itulah, surga sangat merindukan wanita. Namun, wanita yang dirindu surga bukanlah orang sembarangan. Hanya mereka yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu lah yang didambakan untuk menempati surga. Lantas, kriteria bagaimanakah wanita yang dirindu surga tersebut? 

1️⃣. Memperteguh Iman. 

Kriteria wanita yang dirindu surga yang pertama adalah ia yang memperteguh imannya. Iman berasal dari hati. Sehingga jika hati kita yakin, maka sikap dan perilaku akan mengikuti kata hati. Hati yang memiliki iman akan senantiasa mengamalkan sifat terpuji yaitu selalu takut kepada Allah, hati yang selalu merindukan belai cinta Allah. Oleh sebab itu, wanita yang dirindu surga adalah ia yang memperbanyak dzikirnya, membaca Al-Qur’an, bertutur kata yang terpuji, menjauhi ghibah dan naminah.

2️⃣. Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. 

Kriteria yang kedua adalah wanita yang bertakwa kepada Allah SWT. Seorang wanita yang bertakwa kepada Allah adalah ia yang mudah memaafkan, memiliki toleransi yang tinggi, menghindari dosa besar dan beristighfar bila melakukan dosa kecil, serta memuliakan syiar Allah dan terkahir berlaku adil dalam memutuskan perkara. 

3️⃣. Berbakti kepada kedua orang tua. 

Berbakti kepada kedua orang tua hukumnya wajib dan fardhu ‘ain, dan harus didahulukan daripada amalan-amalan lain yang sifatnya fardhu kifayah dan sunnah. Selain itu, berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban yang paling utama setelah shalat yang merupakan tiang agama.

4️⃣. Taat kepada suami dalam hal kebaikan. 

Seorang istri yang taat bukan karena suaminya baik atau tidak, melainkan ia ingin berkhidmat kepada suaminya sebab ia paham bahwa pintu surga seorang wanita yang telah menikah adalah taat dihadapan suaminya. 

☪️ Bahkan Rasulullah mengatakan bahwa seorang wanita yang menjaga shalat lima waktu, berpuasa di bulan ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat pada suaminya, maka ia ร5diperbolehkan masuk surga melalui pintu manapun yang ia suka.

Baca juga :



5️⃣. Wanita yang senantiasa sabar ketika mendapatkan musibah atau ujian. 

Sesungguhnya tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa berbagai macam ujian dan musibah. Oleh sebab itu, kriteria wanita yang dirindu surga bukanlah wanita yang hanya melaksanakan puasa dan shalat saja. Namun adalah wanita yang bersabar ketika ditimpa ujian dan musibah. 

6️⃣. Wanita yang memiliki anak-anak shalih dan shalihah. 

Saat kita berhasil mendidik anak dengan baik sehingga menjadi shalih yun  dan shalihah, tentunya Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha kita. Bahkan Rasulullah mengatakan bahwa belum sempurna iman seseorang sebelum ia lebih mencintai anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya.

7️⃣. Membaca dengan mengamalkan Al-Qur’an. 

Kriteria selanjutnya adalah wanita yang gemar membaca dan mengamalkan Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an memang tidak diharuskan langsung banyak, tapi diperbolehkan sedikit demi sedikit asalkan rutin dan istiqomah. Dan orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, sementara yang masih terbata-bata, maka ia mendapatkan dua pahala. Oleh sebab itu, berlomba-lombalah dalam mengamalkan Al-Qur’an.

8️⃣. Menutup aib dan pandai menjaga lisan. 

Wanita yang dirindukan surga adalah ia yang dapat menutup aib dirinya serta aib orang lain, serta mampu menjaga lisannya dari perkataan yang tidak baik dan fitnah. Sudah seharusnya muslimah yang baik lebih menahan dirinya dari banyak berbicara bila tidak penting dan tidak ada manfaatnya. 

9️⃣. Menyambung dan mempererat tali silahturrahim. 

Kriteria yang terakhir adalah wanita yang menyambung dan mempererat tali silahturrahim. Merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menyambung tali silahturrahim, serta haram untuk memutuskannya. Sebagaimana sabda Rasulullah bahwa tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan.

๐ŸŒนDemikianlah kriteria wanita yang dirindukan surga. Memang bukanlah wanita sembarangan, oleh sebab itu kepada kaum wanita, marilah kita berbenah diri sehingga termasuk kedalam golongan wanita surga tersebut. 
Sungguh merupakan kebahagian terbesar bila dapat menjadi wanita yang dirindukan surga. 
Dan semoga kita tetap istiqomah di jalanNya. 

ุขู…ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ูŠู† ูŠَุงุฑَุจَّ ุงู„ْุนَู„َู…ِูŠْู†َ 

๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•


Baca juga :

Kamis, 16 Juli 2020

UBAH UBAIDAH BIN JARRAH RADHIYALLAHU'ANHU "PEMIMPIN PARA PEMIMPIN (AMIRUL UMARA)"

              ۞﷽۞   

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
" PEMIMPIN PARA PEMIMPIN (AMIRUL UMARA) " 
UBAH UBAIDAH BIN JARRAH RADHIYALLAHU'ANHU
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


   Sahabat inilah yang pertama-tama dijuluki sebagai pemimpin para pemimpin (Amirul Umara). 
Dialah orang yang dipegang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kanannya seraya bersabda mengenai dirinya,

ุฅِู†َّ ู„َูƒُู…ْ ุฃُู…َّุฉً ุฃَู…ِูŠْู†ًุง، ูˆَุฅِู†َّ ุฃَู…ِูŠْู†َ ู‡ุฐِู‡ِ ุงْู„ุฃُู…َّุฉِ ุฃَุจُูˆْ ุนُุจَูŠْุฏَุฉَ ุจْู†ُ ุงْู„ุฌَุฑَّุงุญِ

➖ “Sesungguhnya setiap umat memiliki orang kepercayaan, dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.“

Orang kepercayaan inilah yang disebut-sebut Al-Faruq radhiallahu ‘anhu pada saat akan menghembuskan nafas terakhirnya, “Seandainya Abu Ubaidah bin al-Jarrah radhiallahu ‘anhu masih hidup, niscaya aku menunjuknya sebagai penggantiku. Jika Rabb-ku bertanya kepadaku tentang dia, maka aku jawab, ‘Aku telah menunjuk kepercayaan Allah dan kepercayaan Rasul-Nya sebagai penggantiku’.”

Ia masuk Islam lewat perantaraan Ash-Shiddiq di masa-masa awal Islam sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk Darul Arqam. Ia berhijrah ke Habasyah yang kedua. Kemudian kembali untuk berdiri di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salalm dalam Perang Badar. Ia mengikuti peperangan seluruhnya, kemudian melanjutkan berbagai peperangan bersama Ash-Shiddiq dan Al-Faruq radhiallahu ‘anhuma.

Sikap yang ditunjukkannya dalam perang Uhud menjelaskan kepada kita bahwa ia benar-benar kepercayaan umat ini, di mana ia tetap menebaskan pedangnya yang terpercaya kepada pasukan kaum paganis. Setiap kali situasi dan kondisi perang mengharuskannya jauh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia berperang sembari kedua matanya memperhatikan di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertempur.

Di salah satu putarannya dan peperangan telah mencapai puncaknya, Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu dikepung oleh segolongan kaum musyrikin. Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu kehilangan kesadarannya, ketika melihat anak panah meluncur dari tangan orang musyrik lalu mengenai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia menyerang orang-orang yang mengepungnya dengan pedangnya dan seolah-olah ia memegang seratus pedang, sehingga membuat mereka tercerai berai. Lantas ia berlari bak terbang menuju Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia melihat darah beliau yang suci mengalir dari wajahnya, dan melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap darah itu dengan tangan kanannya seraya bersabda,

ูƒَูŠْูَ ูŠُูْู„ِุญُ ู‚َูˆْู…ٌ ุฎَุถَุจُูˆْุง ูˆَุฌْู‡َ ู†َุจِูŠِّู‡ِู…ْ، ูˆَู‡ُูˆَ ูŠَุฏْุนُูˆْู‡ُู…ْ ุฅِู„َู‰ ุฑَุจِّู‡ِู…ْ

➖ “Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melumuri wajah Nabi mereka, padahal dia menyeru kepada Rabb mereka.” 
๐Ÿ“š(Lihat, Tafsir al-Qurthubi, 4/ 199)


Baca juga :


Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu menerangkan kepada kita tentang fenomena ini lewat pernyataannya, “Pada saat perang Uhud, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena lemparan sehingga dua bulatan besi menancap di dahinya, aku cepat-cepat menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara ada seseorang yang datang dari arah timur berlari kencang seperti terbang, maka aku katakan, ‘Ya Allah, jadikanlah itu sebagai ketaatan.’ Ketika kami sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ternyata ia adalah Abu Ubaidah bin Jarrah yang telah datang lebih dulu daripadaku. Ia berkata, ‘Aku meminta kepadamu, dengan nama Allah, wahai Abu Bakar, biarkan aku mencabutnya dari wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Aku pun membiarkannya. Ubaidah mengambil dengan gigi serinya salah satu bulatan besi itu, lalu mencabutnya dan jatuh ke tanah, gigi serinya pun jatuh bersamanya. Kemudian ia mengambil sepotong besi lainnya dengan gigi serinya yang lain sampai jatuh. Sejak saat itu, Abu Ubaidah di tengah khalayak dijuluki dengan Atsram (yang terpecah giginya, atau jatuh dari akarnya).

Pada saat delegasi Najran dari Yaman datang untuk menyatakan keislaman mereka, dan meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mengutus bersama mereka orang yang mengajarkan kepada mereka Alquran, Sunnah dan Islam, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada mereka,

ู„ุฃَุจْุนَุซَู†َّ ู…َุนَูƒُู…ْ ุฑَุฌُู„ุงً ุฃَู…ِูŠْู†ًุง، ุญَู‚َّ ุฃَู…ِูŠْู†ٍ، ุญَู‚َّ ุฃَู…ِูŠْู†ٍ، ุญَู‚َّ ุฃَู…ِูŠْู†ٍ

➖ “Aku benar-benar akan mengutus bersama kalian seorang pria yang sangat dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya.”
๐Ÿ“š(Thabaqat Ibn Sa’d, 3/ 314)

Semua sahabat berharap bahwa dialah yang bakal dipilih oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ternyata persaksian ini menjadi keberuntungannya.

Umar Al-Faruq radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku tidak menyukai suatu jabatan pun sebagaimana aku menyukainya pada saat itu, karena berharap akulah yang bakal memperolehnya. Aku pergi untuk shalat Zhuhur dengan berjalan kaki. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Zhuhur bersama kami, beliau mengucapkan salam, kemudian memandang ke kanan dan ke kiri. Aku menegakkan punggungku agar beliau melihatku. Tapi beliau terus mengarahkan pandangannya hingga melihat Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Kemudian beliau memanggilnya seraya bersabda,

ุงُุฎْุฑُุฌْ ู…َุนَู‡ُู…ْ، ูَุงู‚ْุถِ ุจَูŠْู†َู‡ُู…ْ ุจِุงู„ْุญَู‚ِّ ูِูŠْู…َุง ุงุฎْุชَู„َูُูˆْุง ูِูŠْู‡ِ

➖ ‘Keluarlah bersama mereka. Putuskan perkara di antara mereka dengan haq dalam segala hal yang mereka perselisihkan’.“

Akhirnya, Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu pergi bersama mereka.

Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu berjalan di bawah panji Islam. Sekali waktu ia bersama para pasukan biasa, dan pada kesempatan yang lain bersama para panglima. Sampai datanglah masa Umar radhiallahu ‘anhu, ia menjabat sebagai panglima pasukan Islam di salah satu peperangan besar di Syam. Ia mendapatkan kemenangan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam peperangan ini, hingga ia menjadi hakim dan gubernur negeri Syam, dan perintahnya ditaati.

Amirul Mu’minin Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu mengunjungi Syam, dan bertanya kepada orang-orang yang menyambutnya, “Di manakah saudaraku?” Mereka bertanya, “Siapa?” Ia menjawab, “Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” Ketika Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu datang, Umar memeluknya. Kemudian Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu membawa Umar radhiallahu ‘anhu ke rumahnya. Di dalam rumah tersebut, Umar tidak melihat sedikit pun perkakas rumah tangga, kecuali pedang, perisai dan untanya. Umar radhiallahu ‘anhu bertanya kepadanya sembari tersenyum, “Mengapa engkau tidak memiliki sesuatu untuk dirimu sebagaimana dilakukan orang lain?” Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu menjawab, “Wahai Amirul Mu’minin, inilah yang bisa mengantarkanku ke akhirat.”

Pada suatu hari, pada saat Al-Faruq Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berada di Madinah, seorang informan datang kepadanya untuk mengabarkan bahwa Abu Ubaidah telah meninggal dunia. Mendengar hal itu, Al-Faruq radhiallahu ‘anhu memejamkan kedua matanya dalam keadaan penuh dengan air mata. Air mata pun mengalir, lalu dia membuka kedua matanya dalam kepasrahan. Ia memohonkan rahmat Allah untuk sahabatnya dalam keadaan air mata mengalir dari kedua matanya, air mata orang-orang shalih. Air mata mengalir karena kematian orang-orang yang shalih. Al-Faruq Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata, “Seandainya aku boleh berangan-angan, maka aku hanya mengangankan sebuah rumah yang dipenuhi orang-orang semisal Abu Ubaidah.”

Kepercayaan umat meninggal dunia di atas bumi yang telah dibersihkannya dari paganisme Persia yang beragama Majusi dan dari keangkara murkaan Romawi. Di sana pada hari ini, di bawah tanah Yordan, jasad yang suci dikebumikan. Ia menjadi tempat bagi ruh yang baik dan jiwa yang tentram.


Baca juga :

ABDURRAHMร‚N BIN AUF RADHIYALLAHU'ANHU "DIPERCAYA DIBUMI DAN DI LANGIT" "MASUK SURGA DENGAN CARA MERANGKAK"

۞﷽۞

                ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
          "DIPERCAYA DIBUMI DAN DI LANGIT" 
 "MASUK SURGA DENGAN CARA MERANGKAK"
 (ABDURRAHMร‚N BIN AUF RADHIALLAHUANHU) 
               •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                                ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


Inilah salah satu julukan yang diberikan kepada sahabat nabi ini, Pada biografi dan kisah Abdurrahman bin Auf mungkin kebanyakan kita hanya mengenal beliau sebagai sahabat yang pandai berdagang dan mempunyai banyak harta berkat kejujurannya dalam berusaha. Akan tetapi, ada banyak sekali cerita indah dan mengagumkan dalam kehidupan beliau yang patut kita gali dan ketahui untuk dijadikan sebagai teladan untuk kehidupan kita sehari-hari.

Selain kisah soal kekayaan dan kedermawanan Abdurrahman bin Auf, ada satu hadis pula yang sangat familiar dan sering kita dengarkan bahwa menurut penuturan anaknya sendiri, Ibrahin, bahwa Nabi pernah berkata kepadanya bahwa ia akan masuk surga dengan merangkak, sehingga jika ingin melepasakan dirinya dari keadaan tersebut maka ia harus menafkahkan semua harta yang ia dapatkan di waktu sore. Secara umum mungkin kita mengetahui seperti ini, tapi bagaimana kisah lengkapnya, tentunya harus dibaca lebih lengkap lagi di bawah.

KISAH ABDURRAHMAN BIN AUF SAAT KELAHIRANNYA 

Tepatnya 10 tahun dari tahun gajah, lahirlah seorang putra yang mulia pada kabilah bernama Zuhrah bin Kilab. Dengan kelahiran bayi tersebut seluruh dari kabilah merasa senang dan bahagia.

Nama lengkap dari anak tersebut adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayyi Al-Quraisy Az-Zuhri. Jadi ayahnya bernama Auf, sedang kakeknya bernama Abdul Harits.

Adapun ibunya bernama Asy-Syifa’ yang mana ia juga jalur keturunan dari Zahrah bin Kilab. Ia juga memeluk agama Islam dan ikut hijrah bersama kaum muslimin lainnya.

Hari berganti hari, Abdurrahman dididik dengan sifat-sifat mulia dari ayahnya sehingga mampu menjadikan ia sebagai anak yang memiliki sifat dermawan, bijaksana, setia dan tak menyalahi janji serta pemberani.

KISAH ABDURRAHMร‚N BIN AUF 

Di masa mudanya Abdurrahman tumbuh sebagai anak yang memiliki sifat toleransi yang tinggi pada sesamanya dan mampu menjaga diri dari hal hal yang buruk dari sukunya, terutama usahanya berpaling dari menyembah berhala.

Nama Abdurrahman sendiri sebenarnya bukan nama yang ia dapat dari suku maupun ayahnya karena nama tersebut merupakan pemberian dari Nabi saw. Sebelumnya ia bernama Abdul Harits, Abdu Amrin atau pun Abdul Ka’bah.

Sebagai seorang yang termasuk dalam 10 sahabat yang dijamin masuk surga, Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai pribadi yang ringan tangan dalam membantu orang lain. Tangannya selalu terbuka untuk membantu siapa saja yang sedang mengalami kesusahaan. Selain itu, ia dikenal juga sebagai orang yang mudah meneteskan air mata.

CIRI FISIKNYA 

Diketahui bahwa Abdurrahman bin Auf adalah orang yang memiliki wajah yang tampan, kulitnya berwarna kemerah-merahan, rambutnya tidak beruban, tangannya tampak besar dan demikian pula jari-jarinya, sedang kakinya tampak pincang karena beliau terkena serangan musuh saat ikut dalam perang Uhud.

HIJRAH 

Karena situasi keamanan umat muslim di Makkah waktu itu tidak mendukung akibat tindakan kaum kafir Quraisy yang sering menyiksa dan menyakiti kaum muslim yang lemah, akhirnya Abdurrahman bin Auf beserta muslim lainya mendapat izin Nabi saw. untuk hijrah ke Habsyah, yakni negeri yang dikepalai oleh Raja Najasyi yang berhati baik. Keberangkatan beliau hijrah ke negeri tersebut bukanlah hal yang mudah karena perjalanan dilalui menggunakan laut, sedang keadaan perahu waktu itu belum sebagus sekarang.

Diketahui bahwa Abdurrahman tidak lama berada di Habasyah, ia kemudian kembali ke Makkah, dan pada saat terjadi hijrah besar-besaran ke Madinah, beliau juga ikut dan mejalani hidup bahagia di sana.

ABDURRAHMร‚N BIN AUF LEBIH SENANG BERDAGANG DARIPADA DIBERI 

Kisah Abdurrahman bin Auf yang satu ini perlu kita camkan dan tiru. Beliau memiliki sifat yang luhur dan percaya betul bahwa jaminan Allah terhadap nafkah untuk hambanya pasti dipenuhi.

Pada waktu di Madinah, Nabi saw mempersaudarakan dari masing-masing kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. 
Kebetulan waktu itu Abdurrahman dipersaudarakan oleh Nabi dengan Sa’ad bin Rabi’ Al Anshari. 
Dan karena merasa sebagai saudara, Sa’ad kemudian menawarkan kepada Abdurrahman sebagian tanah dan bahan makanan yang dimilikinya kepada saudara seimannya tersebut, yakni Abdurrhman.

Namun, apa yang terjadi? 
Abdurrahmana bin Auf lantas berkata kepada saudaranya tersebut:

“Antarkanlah saya ke pasar untuk (agar supaya) bisa berjual beli atau berdagang."
Dari peristiwa ini jelas sekali bahwa beliau memiliki sifat yang sangat hati-hati dan lebih memilih berusaha sendiri ketimbang diberi sama orang lain.

Setelah ia ditunjuki pasar di Madinah waktu itu, ia pun kemudian mulai berjualan dengan penuh kejujuran dan sikap terpercaya.

Banyak ahli sejarah menyebutkan bahwa sekalipun Abdurrahman datang ke Madinah dengan tanpa modal dan tanpa meminta-minta, ia bisa berhasil menjadi pedagang yang sukses dan mampu mengumpulkan banyak sekali harta. 
Ini berkat salah satu sifat terpujinya, yakni jujur dalam berdagang. 
Saat berdagang ia selalu memisahkan antara barang yang baik dan yang tidak baik dan menjualnya dengan harga yang berbeda sehingga orang-orang merasa puas berbelanja dan berbisnis dengannya. 
Inilah teladan yang wajib kita tiru jika ingin sukses dalam menjalankan usaha atau bisnis.

Baca juga :


KEDUDUKAN ABDURRAHMร‚N DALAM PERANG MEMBELA ISLAM 

Abdurrahmana bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam perang. 
Nabi pernah memilihnya untuk memimpin 700 pasukan menuju “daumatil Jandal” pada tahun ke-6 Hijriyah.

Sebelum berangkat, Nabi sendiri yang mengenakan surban di kepalanya dan berkata kepadanya, ”Berjalanlah dengan menyebut nama Allah!”

Sesampainya di tempat tujuan, beliau lalu mengajak kepada penduduknya untuk memeluk agama Islam (sebanyak tigak kali), namun mereka menolak. Akhirnya, melakukan serangan yang akhirnya memperoleh kemenangan. Adapun pimpinan dari kaum tersebut, Al-Ashbagh bin Amrin Al Kulayyi, yang beragama Nasrani akhirnya menyerahkan diri dan masuk Islam.

Dan setelah mengabarkan kemenangannya pada Nabi, ia pun akhirnya diperintahkan untuk menikah dengan Tumadlir binti Ashbagh yang kemudian dikaruniai seorang putra bernama Abu Salamah bin Abdurrahman.

Dalam perang Uhud sendiri Abdurrahman mengalami banyak tusukan dan sabetan pedang dan bila dihitung kurang lebih ada sekitar 21 bekas luka di tubuhnya berkat perang tersebut. Selain itu kakinya juga pincang karena mendapat musibah pada perang tersebut.

Adapun dalam perang Tabuk, yakni perang tandingan antara kaum Romawi dengan umat Muslim, kisah Abdurrahman bin Auf juga terukir di dalamnya. Beliau termasuk salah seorang yang memberikan sumbangan yang besar dalam persiapan perang umat muslim yang pada saat itu sedang mengalami masa sulit. Harta yang ia sumbangkan banyak sekali, bahkan sampai ribuan dirham.

Peristiwa yang juga tercatat dalam sejara pada perang Tabuk ini adalah saat kaum muslimin sudah sampai antara Al-Hijr dan tabuk dan hendak melaksanakn salat subuh, namun karena waktu itu Nabi belum hadir karena mencari Wudhu, sedang waktu sudah akan beranjak pagi, hingga akhirnya kaum muslimin mempersilahkan Abdurrahman bin Auf untuk memimpin salat. Akan tetapi, di tengah mengerjakan salat Nabi akhirnya datang dan ikut salat pada rakaat terakhir. Setelah salam selesai, Nabi kemudian melanjutkan salatnya. Setelah selesai salat, Nabi lalu berbalik ke ummat dan bersabda : Sungguh kamu semua memperoleh kebenaran dan kebaikan.” Ya, karena mereka memilih mengerjakan salat tepat waktu..

Setelah itu nabi juga bersabda mengenai Abdurrahman bin Auf, bahwa “Tiada dicabut (roh) seorang Nabi sehingga ia salat di belakang seorang lelaki yang saleh dari umatnya.”

MENJADI ORANG YANG DIPERCAYA 

Pernah suatu ketika dalam sebuah permusyarawatan Abdurrahman bin auf berkata :

“Apakah kamu semua memperkenankan saya memilih kepada kamu semua?”

Ali ra. pun menjawab: Sayalah orang yang pertama kali rela dan memperkenankan, sebab saya pernah mendengar Nabi bersabda:

“Engkau adalah orang yang dipercaya oleh penghuni langit dan oleh penghuni bumi.”

Dengan sabda Nabi saw. tersebut berarti Abdurrahman telah betul-betul dipercaya memiliki sifat yang luhur dan amanah.

BERUSAHA TERBEBAS DARI KEPAYAHAN MASUK SURGA 

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda kepadanya: “Wahai Abdurrahman bin Auf, engkau tergolong orang yang kaya, dan engkau tidak akan masuk surga kecuali dengan merangkak, maka hutangilah Allah, niscaya Dia akan melepaskan kedua kakimu.”

Abdurrahman lalu bertanya, “ Apakah yang harus saya hutangkan kepada Allah wahai Rasulullah?”

Nabi menjawab, “Hendaklah engkau bebaskan apa yang didapatkan sore hari.”

Lantas Abdurrahman bertanya lagi, “Apakah dari keseluruhannya wahai Rasulullah?” Dijawab, “Ya dari seluruhnya!”

Dan setelah percakapan tersebut dengan Nabi, Abdurrahman akhirnya pergi dan hendak melaksanakannya. Namun tak lama Malaikat Jibril datang dan berkata, “Perintahlah Abdurrahman agar ia menjamu tamu, memberi makan orang miskin dan meberi peminta-minta. Sebab, jika ia mau mengerjakan semua itu maka hal itu akan menghapuskan apa yang ada padanya.”

SEORANG YANG AHLI HUKUM 

Abdurrahman dalam hidupnya banyak bersama Nabi saw, itulah sebabnya ia menjadi salah seorang yang banyak menghafal hadis yang langsung diucapkan oleh Nabi maupun dari segala tindak tanduk Nabi. Abdurrahman digolongkan sebagai salah satu ulama besar dan juga sahabat Nabi oleh sebagian sahabat. Ia biasa menjadi ahli fatwa, bahkan ketika masa nabi masih hidup.

Pernah suatu ketika terjadi wabah penyakit di negeri Syam. Para sahabat waktu itu berselisih soal apakah tetap berada di tempat tersebut atau pergi agar tak terjangkiti penyakit. Waktu itu Umar mengikuti pendapat untuk kembali ke tempat tersebut. Namun, ketika Abdurrahman tiba ia lalu berkata bahwa ia tahu duduk persoalannya lalu membacakan hadis yang mana Nabi pernah bersabda, “Bila di suatu tempat atau daerah terjadi suatu bala’ maka janganlah kamu semua mendatanginya dan bila malapetaka itu berada di situ, maka janganlah kamu semua keluar meninggalkannya.

Selain itu, Umar bin Khatthab ra. juga pernah menggunakan pendapat beliau dalam hal memberi hukuman pada peminum khamr, yakni dengan delapan puluh kali dera.


Baca juga :




BENCI DENGAN MASA JAHILIYAH 

Dalam profil Abdurrahman bin Auf sebagai salah seorang dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga banyak diriwayatkan bahwa ketika Abdurrahman kembali ke Makkah setelah hijrah ke Madinah, ia kemudian tidak mau sama sekali singgah ke rumahnya yang dulu ia tinggal saat hijrah. Ia berkata bahwa rumah tersebut mengingatkannya pada ada kebiasaan Jahiliyah yang senantiasa menjalankan hukum-hukum yang hina.

Lebih lanjut ia juga mengatakan bahwa ia benci singgah di rumahnya karena akan mengingatkannya pada penindasan kaum kafir Quraisy pada kaum muslim yang lemah, termasuk pada Bilal, Shuhaib dan lainnya.

RASA TAKUTNYA KEPADA ALLAH DAN SIKAP KEDERMAWANANNYA 

Pernah suatu ketika Abdurrahman bin Auf ra. mengeluh pada ibunya bahwa ia khawatir kalau kekayaannya dapat menghancurkannya karena ia adalah orang Quraisy yang paling banyak hartanya. Maka ibunya pun menganjurkannya banyak bersedekah. Setelah itu, Abdurrahman pun pergi menemui Umar ra. mengenai ucapan ibunya, Ummu Salamah. Dan karena Umar ra pun sama, khawatir soal kedudukannya di akhirat maka ia juga menanyakan soal dirinya.

Sebagaimana diketahui bahwa Abdurrahman bin Auf adalah orang yang sangat kaya di masanya.Telah disebutkan di atas, bahwa ketika datang ke Madinah beliau ditawarkan separuh harta dari saudara se Islamnya, yakni Sa’ad bin Rabi’, tapi ia menolak dan hanya minta diantar ke pasar.

Beliau memulai usahanya dengan niat dan kepercayaan penuh kepada Allah. Beliau berusaha sungguh-sungguh dalam melakukan jual beli, serta jujur dalam usahanya. Walau dengan keuntungan yang sedikit ia juga tetap puas. Karena komitmennya dalam berusaha, lambat laun hartanya pun semakin melimpah. Bahkan ia pernah berkata, “Seandainya saya mengangkat batu dari tempatnya, niscaya saya akan menemukan harta di bawahnya.”

Pernah suatu ketika ia ditanya oleh sahabat lain, “Apa sebabnya engkau bisa sukses dalam bidang perdagangan?” Ia berkata, “Karena saya tidak pernah menjual barang yang cacat dan saya tidak menghendaki keuntungan yang banyak, dan Allah akan memberkahi kepada orang yang dikehendaki.”

Dalam biografi dan kisah Abdurrahman bin Auf banyak sekali diberitakan bentuk kedermawanannya, di antaranya beliau pernah menjual baran dari hasil ghanimah senilai sepuluh ribu dinar kemudian beliau membagi-bagikannya kepada isteri-isteri Nabi. Pernah juga Abdurrahman bersedakah dengna separuh hartanya, kemudian bersedekah empat puluh ribu dinar, dan juga pernah menyumbangkan lima ratus kendaraan di jalan Allah. Dan kebanyakan dari yang ia nafkahkan di jalan Allah adalah dari hasil perdagangan. Bahkan disebutkan bahwa surah Al-Baqarah ayat 262 diturunkan berkaitan dengan sikap Abdurrahman dan para sahabat yang mulia.

Pernah juga, suatu hari terdengar kabar yang menggemparkan kota Madinah dan sampai ditelinga Aisyah bahwa ada kurang lebih 700 kendaraan yang datang dari Syam dan itu semua milik Abdurrahman. Mengetahui hal tersebut Aisyah lalu berkata, “Ingatlah! Saya pernah mendengar Nabi saw. bersabda, “Saya melihat Abdurrahman bin Auf masuk surge dengan merangkak.”

Mendengar ucapan Aisyah tersebut, beliau langsung mendatanginya dan minta penjelasannya. Menanggapi hal tersebut ia langsung menyedekahkan 700 unta tersebut berikut pelananya .

Masih soal kedermawanan beliau. Sebuah riwayat dari Ja’far bin Barqan menyebutkan bahwa “Saya telah mendengar bahwa Abdurrahman bin Auf ra. telah memerdekakan budak sebanyak tiga puluh ribu. Bahkan Umar ra. berkata bahwa dalam sehari Abdurrahman memerdekakan sebanyak 30 budak.

WAFATNYA 

Setelah menjalani kehidupannya dengan usaha yang sangat baik dalam menjalankan kehidupan sebagai seorang muslim yang taat, akhirnya beliau wafat di usia 73 tahun (sebagian menyebutkan 72). Banyak penutur kisah Abdurrahman bin Auf dalam sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk surge menyebutkan bahwa beliau meninggalkan 28 putra dan putri dan wafat pada tahun 31 hijriyah atau pendapat lain 32 H.

Sebelum dimakamkan beliau juga dimandikan oleh Usman ra. dan dimakamkan di tempat dimana iamewasiatkannya, yakni di Baqii’. Semoga Allah merahmatinya dan ia bukan orang yang merangkak memasuki surga tapi berjalan secepat kilat karena usahanya dalam mendermakan hartanya untuk agama Allah. 
Selamat jalan Abdurrahman bin Auf!


Baca juga :


Rabu, 15 Juli 2020

DALIL WAJIBNYA MEMBERI NASEHAT ENGKAU AKAN DIBERI PAHALA YANG SAMA DENGAN PELAKUNYA

                           ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
 "DALIL WAJIBNYA MEMBERI NASEHAT" 
"ENGKAU AKAN DIBERI PAHALA YANG SAMA DENGAN PELAKUNYA"
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

=========================================
___________________________________________________

DALIL WAJIBNYA MEMBERI NASEHAT
___________________________________________________

➖"Memberi nasehat itu wajib, meskipun dikalangan manusia ada yang tidak suka dengan para pemberi nasehat!"

➖“Menggunakan internet untuk menyampaikan maklumat Islam, menyampaikan suara Islam dan memperlihatkan Islam merupakan satu jihad utama”. 

๐Ÿ“š(Syaikh Muhammad Yusuf)

๐ŸŒ€ Dan berikut ini Dalil-dalil dari Al Qur'an dan Hadits tentang memberi Nasehat :

➖“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” 
๐Ÿ“–(Adz-Dzariyat: 55)

➖Demi masa… sesungguhnya seluruh manusia itu benar-benar dalam kerugian… kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran. 
๐Ÿ“–(QS. Al-’Ashr:1-3)

➖ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang (lebih) baik. 
๐Ÿ“–(An-Nahl: 125)

➖“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung” 
๐Ÿ“–(QS : Ali Imran, 104)

➖ "Suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)."
๐Ÿ“–(QS Luqman: 17)

➖ “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”
๐Ÿ“–(QS. Fushilat : 33)

➖“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan baginya pahala yang semisal dengan orang yang melakukan kebaikan tersebut”. 
๐Ÿ“™ (HR Muslim)

➖ “Barangsiapa yang mengajak kepada suatu petunjuk, maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia memperoleh dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka.” 
๐Ÿ“™ (HR Muslim) 


Baca juga :



---------------------------------------------------------------------------

Sahabat Indahnya Berbagi..... 
Masih berkenaan dengan nasehat, sering ada yang bertanya sebesar apakah pahala bagi orang yang memberi nasehat atau berdakwah. 
Marilah kita simak penjelasan dari Asy Syaikh Bin Baaz rahimahullah berikut ini :
___________________________________________________

ENGKAU AKAN DIBERI PAHALA YANG SAMA DENGAN PELAKUNYA
___________________________________________________

๐ŸŽ™️ Asy Syaikh Bin Baaz rahimahullah:

Ini adalah perkaranya besar yaitu ketika seseorang mendakwahi orang lain kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya.

√ Ketika engkau mendakwahi orang kafir kemudian dia masuk islam maka bagimu pahala yang sama dengannya.

√ Engkau dakwahi seorang ahlul bid'ah kemudian dia meninggalkan bid'ahnya maka bagimu yang semisal dengannya.

√ Engkau dakwahi seseorang yang bermuamalah dengan harta riba kemudian dia mengikutimu maka engkau akan mendapatkan pahala yang semisal dengannya.

√ Engkau dakwahi seseorang yang suka mabuk mabukan kemudian dia mendengar atas nasehatmu maka engkau akan mendapatkan pahala yang semisal dengannya.

√ Engkau dakwahi orang yang durhaka terhadap orang tuanya kemudian dia mengikutimu dan dia berbuat baik terhadap orang tuanya maka engkau akan mendapatkan pahala yang semisal dengannya.

√ Engkau dakwahi orang yang suka ghibah kemudian dia mengikutimu dan dia meninggalkan ghibah maka dia mendapatkan pahala yang semisal dnngannya.

Dan demikianlah seterusnya....ini adalah kebaikan yang besar.


Semoga bermanfaat
Barakallaahu fiikum


Baca juga :

ALLAH SEBAIK-BAIK PEMBERI REZEKI

                            ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" ALLAH SEBAIK-BAIK PEMBERI REZEKI "
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

===================================

๐ŸŸข Dalil yang menunjukkan Allah Maha Pemberi Rezeki di antaranya:

๐ŸŒพMengenai nama Allah Ar Razzaq, AllahTa’ala berfirman,

ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ู‡ُูˆَ ุงู„ุฑَّุฒَّุงู‚ُ ุฐُูˆ ุงู„ْู‚ُูˆَّุฉِ ุงู„ْู…َุชِูŠู†ُ

➖ “Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” 
๐Ÿ“–(QS. Adz Dzariyat: 58).

๐ŸŒพMengenai sifat Allah memberi rezeki disebutkan dalam ayat lain,

ูˆَู…َุง ู…ِู†ْ ุฏَุงุจَّุฉٍ ูِูŠ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ ุฅِู„َّุง ุนَู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฑِุฒْู‚ُู‡َุง

➖ “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” 
๐Ÿ“– (QS. Huud: 6)

ูˆَุฅِุฐَุง ุฑَุฃَูˆْุง ุชِุฌَุงุฑَุฉً ุฃَูˆْ ู„َู‡ْูˆًุง ุงู†ْูَุถُّูˆุง ุฅِู„َูŠْู‡َุง ูˆَุชَุฑَูƒُูˆูƒَ ู‚َุงุฆِู…ًุง ู‚ُู„ْ ู…َุง ุนِู†ْุฏَ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฎَูŠْุฑٌ ู…ِู†َ ุงู„ู„َّู‡ْูˆِ ูˆَู…ِู†َ ุงู„ุชِّุฌَุงุฑَุฉِ ูˆَุงู„ู„َّู‡ُ ุฎَูŠْุฑُ ุงู„ุฑَّุงุฒِู‚ِูŠู†َ
➖“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.” 
๐Ÿ“–(QS. Al Jumu’ah: 11).

๐ŸŒพMengenai nama Allah Ar Raaziqdisebutkan dalam hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ู‡ُูˆَ ุงู„ْู…ُุณَุนِّุฑُ ุงู„ْู‚َุงุจِุถُ ุงู„ْุจَุงุณِุทُ ุงู„ุฑَّุงุฒِู‚ُ ูˆَุฅِู†ِّู‰ ู„ุฃَุฑْุฌُูˆ ุฃَู†ْ ุฃَู„ْู‚َู‰ ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَู„َูŠْุณَ ุฃَุญَุฏٌ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ูŠُุทَุงู„ِุจُู†ِู‰ ุจِู…َุธْู„َู…َุฉٍ ูِู‰ ุฏَู…ٍ ูˆَู„ุงَ ู…َุงู„ٍ
➖“Sesungguhnya Allah yang pantas menaikkan dan menurunkan harga, Dialah yang menahan dan melapangkan rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan Allah dan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku karena kezaliman pada darah dan harta.” 
๐Ÿ“™(HR. Abu Daud no. 3451, Tirmidzi no. 1314, Ibnu Majah no. 2200. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

๐ŸŸข Ar Razzaq dan Ar Raaziq

Ar Razzaq dan Ar Raaziq adalah di antara nama Allah subhanahu wa ta’ala. Ar Raaziq sendiri bermakna Maha Pemberi Rezeki. Ar Razzaq sendiri adalah bentuk hiperbolis dari Ar Raaziq yang berarti banyak memberi rezeki di mana Allah yang menguasai seluruh perbendahan rezeki tersebut.

๐ŸŸข Hanya Allah Yang Memberi Rezeki

Allah yang memberi rezeki. Allah bersendirian dalam memberi rezeki tersebut, tanpa bersekutu dengan selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„ู†َّุงุณُ ุงุฐْูƒُุฑُูˆุง ู†ِุนْู…َุฉَ ุงู„ู„َّู‡ِ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ู‡َู„ْ ู…ِู†ْ ุฎَุงู„ِู‚ٍ ุบَูŠْุฑُ ุงู„ู„َّู‡ِ ูŠَุฑْุฒُู‚ُูƒُู…ْ ู…ِู†َ ุงู„ุณَّู…َุงุกِ ูˆَุงู„ْุฃَุฑْุถِ ู„َุง ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„َّุง ู‡ُูˆَ ูَุฃَู†َّู‰ ุชُุคْูَูƒُูˆู†َ
➖“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada ilah (sesembahan yang berhak) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” 
๐Ÿ“– (QS. Fathir: 3).

๐ŸŒพAllah Ta’ala juga berfirman,

ูˆَุฅِู†ْ ู…ِู†ْ ุดَูŠْุกٍ ุฅِู„َّุง ุนِู†ْุฏَู†َุง ุฎَุฒَุงุฆِู†ُู‡ُ ูˆَู…َุง ู†ُู†َุฒِّู„ُู‡ُ ุฅِู„َّุง ุจِู‚َุฏَุฑٍ ู…َุนْู„ُูˆู…ٍ
➖“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah simpanannya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” 
๐Ÿ“–(QS. Al Hijr: 21).

๐ŸŒพSyaikh As Sa’di rahimahullah menerangkan, ➖“Seluruh rezeki dan ketentuannya hanya Allah yang semata-mata memilikinya. Simpanan rezeki tersebut adalah di tangan Allah. Allah-lah yang memberi pada siapa yang Allah kehendaki, Allah pula yang menghalangi rezeki tersebut pada yang lain sesuai dengan hikmah dan rahmat-Nya yang luas. Setiap rezeki termasuk di dalamnya adalah hujan, Allah turunkan sesuai dengan kadanya. Tidak mungkin rezeki tersebut lebih atau kurang dari yang telah Allah tentukan.” 
๐Ÿ“š (Tafsir As Sa’di, hal. 452).

๐ŸŒพBegitu pula Allah memberi rezeki pada seluruh makhluk-Nya. Berbagai rezeki diberikan di berbagai waktu dan tempat. Allah mengeluarkan rezeki tersebut tanpa ada kesulitan sama sekali. Dalam ayat disebutkan,

ูˆَูƒَุฃَูŠِّู†ْ ู…ِู†ْ ุฏَุงุจَّุฉٍ ู„َุง ุชَุญْู…ِู„ُ ุฑِุฒْู‚َู‡َุง ุงู„ู„َّู‡ُ ูŠَุฑْุฒُู‚ُู‡َุง ูˆَุฅِูŠَّุงูƒُู…ْ ูˆَู‡ُูˆَ ุงู„ุณَّู…ِูŠุนُ ุงู„ْุนَู„ِูŠู…ُ
➖“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” 
๐Ÿ“–(QS. Al Ankabut: 60).

๐ŸŒพSyaikh As Sa’di rahimahullahmenerangkan bahwa ada binatang di muka bumi yang lemah tidak memiliki kekuatan dan tidak memiliki kecerdasan yang kuat, ia tidak bisa menyimpan rezekinya. Tetapi rezeki selalu bersamanya karena Allah yang menjaminnya di setiap waktunya. 
๐Ÿ“š(Tafsir As Sa’di, hal. 452).

๐ŸŸข Allahu akbar … Masihkah kita mengingkari Allah itulah satu-satunya yang memberi rezeki?

ูˆุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

Ikuti kami di Facebook ⏩:
๐Ÿ“ฒ SYIAR DAN KISAH HIKMAH ISLAMI :
https://www.facebook.com/haryyahyanurhuda/
๐Ÿ“ฒ INDAHNYA BERBAGI :
https://www.facebook.com/haryyahyahuda/


Baca juga :


Selasa, 14 Juli 2020

JA'FAR BIN ABU THALIB RADHIYALLAHU'ANHU "MALAIKAT DENGAN DUA SAYAP"

۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
        " MALAIKAT DENGAN DUA SAYAP "
JA'FAR BIN ABU THALIB RADHIYALLAHU'ANHU 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

Ja’far Bin Abi Thalib merupakan satu diantara lima sahabat Nabi SAW yang memiliki kemiripan dengan Rasulullah SAW. Namun diantara kelimanya Ja’far tercatat paling mirip dengan Rasulullah SAW. Hingga diriwayatkan, jika dilihat dari belakang, sulit membedakan antara Ja’far dan Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya tampilan fisik, karakter Ja’far juga mirip dengan Rasulullah SAW. 

Di riwayatkan dari Muhammad bin Usamah bin Zaib bahwa Rasulullah SAW pernah berkata kepada Ja’far “Bentuk wajahmu serupa dengan wajahku, dan akhlakmu serupa dengan akhlak ku karena kamu berasal dari ku dan merupakan keturunanku.”

Karena kemiripan akhlak dan karakternya inilah Ja’far bin Abi thalib mudah menerima Islam saat diterangkan dengan sahabat yakni Abu Bakar Ash Shiddiq. Ia tercatat menjadi orang ke-31 yang memeluk Islam. Bagaimanakah perjalanan seorang Ja'far bin Abi Thalib dan apa sajakah pengaruh beliau dalam agama Islam? 

Ja’far yang merupakann sepupu Nabi Muhammad SAW ini langsung menyatakan Keislamannya begitu mengetahui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah SWT. Putra Abu Thalib ini kemudian menyampaikan keislamannya kepada sang Istri, istrinya Asma bin Umais.Ja’far pun lalu mengajak istrinya untuk kemudian masuk Islam. Ia begitu yakin bahwa mengikuti ajaran Islam akan membawanya pada kebaikan dunia dan akhirat. 

Kelembutan serta kecerdasan seorang Ja'far bin Abi Thalib berhasil mengantarkan istrinya Asma bin Umais ke jalan yang hidayah, hingga nanti disepanjang jalan hidupnya, keduanya bersama-sama mengarungi pahit manis sebagai seorang muslim yang bertakwa. 

Meski kebahagiaan Islam telah menyelimti hatinya, namun kebahagian kakak Ali Bin Abi Thalib ini belum utuh. Sebab sang ayah yang sangat dicintainya, Abu Thalib enggan mengikuti kebenaran yang dibawa keponakannya, Nabi Muhammad SAW. Padahal Ia selalu dibarisan terdepan membela Rasulullah SAW dari kedengkian kaum Quraisy. Hanya doalah yang bisa dipanjatkan Ja’far bin Abi Thalib agar sang ayah mau membuka hatinya menerima hidayah Islam.

Maka ketika Islam semakin menyebar di Kota Mekah kaum Quraisy semakin berang dan tidak terima. Mereka membuat banyak gangguan untuk menjatuhkan Islam serta melemahkan iman kaum Muslimin. Maka ketika Quraisy tidak bisa menghalangi dakwah Rasulullah SAW lantaran sang Nabi mendapatkan pembelaan dari keluarga besarnya, mereka pun mulai melampiaskan amarah dengan menyiksa kaum miskin dan lemah.

Tapi siksaan demi siksaan yang diterima kaum muslimin justru membuat iman mereka semakin kokoh dan kebal. Demikia kejam siksaan kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin, hingga keinginan melawan semakin besar, termasuk Ja’far Bin Abi Thalib. Ia begitu kesal dengan perlakuan kaumnya tapi Ia begitu tidak bisa berbuat apa-apa, sebab Rasulullah SAW melarang kaum Muslimin untuk melawan dan hanya meminta agar bersabar. 

Disaat kekejaman kaum Quraisy memuncak Rasulullah SAW meminta agar kaum muslimin hijrah ke negeri Habasyah, negeri yang dipimpin Raja Najashi, seorang Raja Nasrani yang adil dan tidak pernah berbuat dzalim. 

Rasulullah SAW memilih Ja’far Bin Abi Thalib memimpin kaum muslimin hijrah menyelamatkan akidahnya ke negeri Habasyah. Rasulullah SAW begitu mengenal Ja’far sepertit mengenal dirinya sendiri. Ja’far diplih karena memiliki kecerdasan, keberanian sekaligus ketenangan semuanya itu semakin didukung karena Ia memiliki kemiripan dengan Rasulullah SAW. Sehingga menjadi pelipur lara bagi kaum muslimin bila jauh dari Nabi mereka. 

Benar saja, di negeri Habasyah muslimin bisa hidup nyaman tanpa harus terganggu saat beribadah. Namun kabar hijrahnya 100 kaum muslimin ke negeri Habasyah membuat berang kaum musrik Quraisy. Mereka tidak tenang pengikut Nabi Muhammad SAW beribadah dengan nyaman. Mereka kemudian berencana untuk memulangkan kaum muslimin ke Mekah. Mereka mengutus Amar Bin Ash, pemuda Quraisy yang dikenal paling jago berdiplomasi dan dekat dengan Raja Najashi


Baca juga :





Sambil membawa hadiah dari kaum Quraisy untuk dipersembahkan kepada Raja Habasyah, Amr Bin Ash begitu yakin raja akan mengembalikan kaum muslimin ke Mekah. Di hadapan Raja Najashi yang beragama Nasrani, Amr Bin Ash mulai bersilat lidah. Amar memprofokasi raja bahwa agama Islam yang dianut oleh penduduk Mekah yang hijrah ke Habasyah berbeda dengan Nasrani, bahkan agama yang dibawa Muhammad ini dituduh memandang buruk terhadap agama Nasrani.

Raja Habasyah yang begitu kokoh imannya pada Nasrani sangat marah. Namun Ia tidak langsung mengusir kaum muslimin. Di sinilah kebenaran hadist Nabi tentang keadilan Raja Najashi terbukti. Raja Nasrani yang shaleh ini tidak mau bertindak sebelum mendengar langsung dari kaum Muslimin yang tinggal dinegerinya.

Lalu Ja’far maju menjelaskan tentang Islam mewakili umat Islam dan mengapa Ia datang ke negeri Habasyah. Dengan tutur kata yang amat baik serta jujur apa adanya pernyataan Ja’far justru mengundang simpati raja. Bahkan Ja’far menjelaskan tentang ajaran Islam tentang Maryam dan Al Masih yang dituturkan Al-Qur’an. Mendengar itu Raja Najashi bergetar hatinya tidak kuasa menahan haru. Apa yang disampaikan Ja’fat dan ajaran Nasrani yang Ia yakini berasal dari satu sumber yang sama. Maka saat itu pula, Najashi menjamin keamanan kaum Muslimin di Habasyah. 

Menurut beberapa sumber, Raja Najashi memeluk Islam, namun tetap merahasiakannya kepada rakyatnya. Tidak hanya itu, murid-murid Ja’far di Habsyah kemudian menyebarkan ajaran tauhid disana hingga Islam mulai tersebar di negeri Habasyah. 

Di negeri hijrah pertamanya itu, Asma, istri Ja’far melahirkan putra pertama mereka dan diberi nama Abdullah. Sebuah nama yang menujukan keislaman seseorang sebagai hamba yang hanya mengabdi kepada Allah. Kelahiran putra Ja’far disambut bahagia oleh Najashi. Sang raja memberinya hadiah, sang raja pun menamainya dengan nama yang serupa dengan putra Ja’far. 

Selama tujuh tahun di negeri Habasyah, Ja’far dan kaum muslimin begitu merindukan Rasulullah SAW. Sebuah kabar datang membuat hati Ja’far hancur, Abu Thalib, sang ayah yang amat dicintainya wafat dalam keadaan tidakk beriman. 

Di lain pihak, kaum muslimin mendapatkan kemenangan gemilang pada perang Haibar, Jafar Bin Abi Thalib meninggalkan Habasyah menuju Madinah. Kedatangannya begitu membahagiakan Rasulullah SAW, hingga Nabi sendiri tidak menyadari kebahagiaan yang dirasakannya apakah karena kemenangannya dalam perang Haibar, atau karena kedatangan Ja’far. 

Belum begitu lama Ja’far tinggal di Madinah pada awal tahun ke delapan hijriyah, Rasulullah SAW menyiapkan pasukan tentara untuk memerangi tentara Romawi di Mut’ah. Beliau mengangkat Zait bin Haritsah menjadi komandan pasukan. Jika Zait bin Haritsah gugur, maka digantikan oleh Ja’far Bin Abi Thalib, jika Ia cidera dan tewas pula, Ia digantikan oleh Abdullah bin Rawaha dan apabila Abdullah Bin Rawaha cidera dan gugur pula, hendaklah kaum muslimin memilih komandan diantara mereka. 

Sampai di Mut’ah, sebuah kota dekat Syam daerah Yordania mereka mendapati pasukan Romawi dengan 100 ribu pasukan yang terlatih. Diperkuat dengan 1000 milisi Nasrani dari kabilah-kabilah Arab, sementara tentara kaum muslimin yang dipimpin oleh Zait Bin Haritsah hanya berkekuatan 3000 tentara. 

Begitu kedua pasukan yang tidak seimbang ini bertemu dan peperangan dahsyat pun terjadi. Komandan Muslimin, Zait Bin Haritsah gugur sebagai shahid, melihat Zait gugur, Ja’far kemudian melompat dan mengambil alih bendera Rasulullah SAW dari tangan Zaid. Lalu diacungkan dengan tinggi-tinggi dan kini pimpinan beralih kepadanya. Ja’far mengayunkan pedang ditengah musuh yang mengepungnya dia mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kekiri dengan hebat. 

Hingga suatu ketika sebuah tebasan pedang mengenai tangan kanannya, maka tangan kirinya langsung mengambil bendera dari tangan kanannya yang puntung, tangan kirinya putus pula terkena sabetan pedang musuh. Tapi Ia tidak gentar dan putus asa, dipeluknya bendera Rasulullah dengan kedua lengannya dengan terus menerjang musuh hingga akhirnya tubuh Ja’far ditebas musuh hingga gugur sebagai syahid di medan Mut’ah. 

Rasulullah SAW sangat sedih mendengar kabar gugurnya Jafar beliau pergi kerumah Ja’far di dapatinya Asma, istri Ja’far yang sedang bersiap-siap menunggu kedatangan suaminya, memandikan dan memakaikan baju bersih kepada anak-anaknya. Asma sendiri menuturkan kedatangan Rasulullah SAW. 

“Ketika Rasulullah SAW mengujungi kami, terlihat wajah Rasulullah diselubungi kabut sedih, hatiku cemas tetapi aku tidak berani menanyakan apa yang terjadi, karena aku takut mendengar berita buruk, beliau memberi salam dan menanyakan anak-anak kami,”

Asma kemudian memanggil mereka semua, dan disuruhnya menemuii Rasulullah. Anak-anak Ja’far kemudian melompat kegirangan mengetahui kedatangan Beliau. Mereka berebutan untuk bersalaman dengan Rasulullah SAW. Rasulullah SAWA langsung memeluk erat anak-anak Ja’far sambil menciumi mereka penuh haru. Air mata Beliau berlinang membasahi pipi mereka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku melihat Ja’far sebagai Malaikat di surga dan bahunya bercucuran darah dan ia terbang di surga.”

Inilah perjuangan Ja’far bin Abi Thalib. Dia memberikan semua yang dimilikinya untuk Allah dan Rasul-Nya. Semoga Allah meridhai Ja’far bin Abi Thalib dan menjadikan surga sebagai tempat kembali baginya.


Baca juga :


Senin, 13 Juli 2020

HAMZAH BIN ABDUL MUTHALIB RADHIALLAHU’ANHU "SINGA ALLAH, PENGHULU DARI PARA SYUHADA"

۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
                      SINGA ALLAH " 
     " PENGHULU DARI PARA SYUHADA " 
(HAMZAH BIN ABDUL MUTHALIB RADHIALLAHU’ANHU) 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 

Beliau adalah Sayyidina Hamzah bin Abdul Muth-tholib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu-ay bin Ghalib Al-Hasyimi Al-Quraisyi Radhiyallahu Anhu. 
Sahabat sekaligus paman dari Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Hamzah juga saudara sepersusuan dari Baginda Nabi, yang keduanya pernah disusui oleh Tsuwaibah, bekas budak Abu Jahal. Rasulullah bersabda mengenai hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya ‘Ash-Shahabah hal 304, “Hamzah adalah saudara sepersusuanku.”

Selain itu, Hamzah juga dikenal sebagai pemuda yang mempunyai otak cerdas dan pendirian yang kuat dia juga termasuk tokoh Quraisy yang disegani.


KEISLAMAN_HAMZAH_BIN_ABDUL_MUTHTHOLIB 

Sebagaimana kebiasaannya, suatu hari Hamzah pernah keluar dari rumahnya sambil membawa busur dan anak panah-nya untuk berburu hewan liar. Setelah hampir seharian menghabiskan waktunya di tempat perburuan tanpa mendapatkan hasil, ia pulang kembali ke kota Mekkah.

Belum pun sampai ke Ka’bah (pusat kota ketika itu), seorang budak perempuan milik Abdullah bin Ju’dan At-Taimi datang menghampirinya, “Hai Abu Umarah (laqab atau julukan Hamzah), andai saja pagi tadi kau melihat apa yang dialami oleh keponakanmu, Muhammad, niscaya kamu tidak akan membiarkannya. Ketahuilah, bahwa Abdul Hakam bin Hisyam (nama asli dari Abu Jahal) telah memaki dan menyakiti keponakanmu itu, hingga akhirnya ia mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya.”

Setelah mendengar hal itu, Hamzah diam merenung sejenak. Kemudian langsung berangkat ke Ka’bah sambil membawa busur yang ia bawa sejak berburu tadi. Sesampainya di Ka’bah, ia menjumpai Abu Jahal bersama beberapa pembesar Quraisy lainnya sedang berbincang-bincang.

Tanpa banyak bicara, langsung saja ia melepaskan busurnya dan dihantamkan ke kepala Abu Jahal hingga ia tersungkur dan darah segar mengucur dari kepalanya.

Kemudian Hamzah membentak, “Mengapa kamu memaki dan mencederai Muhammad, padahal aku telah menganut agamanya dan meyakini apa yang ia katakan? Sekarang, coba ulangi kembali makian dan cercaanmu itu tadi kepadaku jika kamu berani!”

Beberapa pria dari Bani Makhzum sudah berdiri untuk membela Abu Jahal, namun ia melarangnya. Menurutnya, dirinya memang pantas mendapatkan pukulan itu karena sudah mencaci keponakan Hamzah bin Abdul Muth-tholib.

Pendeklarasian Hamzah di muka umum ini sedikit menambah kepercayaan diri umat Islam yang masih minoritas di Mekkah ketika itu.


JULUKAN 

Beliau mempunyai beberapa julukan, antara lain Abu Umarah, Sayyidusy-Syuhadaa’ (Penghulu dari para syuhada). Pada masa jahiliyah beliau juga mempunyai julukan Singa Padang Pasir, namun, setelah masuk Islam julukan itu diganti dengan sebutan Singa Allah.

Dari Atha’ bin Jรขbir ra bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Penghulu para syuhada’ pada hari kiamat adalah Hamzah bin `Abdul Muththalib”.

Sa’d bin Abi Waqqรขsh ra mengatakan: “Dahulu Hamzah bin `Abdul Muththalib ra ikut serta dalam Perang Uhud dan di depan Rasulullah SAW ia mengatakan: “Aku adalah singa Allah Azza wa Jalla ”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sesungguhnya Hamzah bin `Abdul Muththalib telah ditulis di langit ke tujuh bahwa dia adalah singa Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya”


PERANG_BADAR_AL_KUBRA 

Hamzah hanya mengikuti dua peperangan dalam Islam. 
Salah satunya adalah Perang Badar Al-Kubra atau biasa disebut Perang Badar (saja). Mengapa disebut dengan Perang Badar? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena lokasi pertempuran berada di sekitar Sumur Badar. Dalam Perang Badar, beliau ditunjuk oleh Rasulullah SAW sebagai komandan pertempuran.

Dalam Perang Badar al-Kubra, Hamzah adalah pejuang terdepan dalam mubรขrazah (perang tanding atau duel).

Ali Radhiyallahu anhu bercerita: “ Utbah bin Rabรฎ`ah maju, kemudian diikuti oleh anak laki-laki dan saudaranya. Ia berseru : “Siapa yang akan maju tanding?”

Kemudian beberapa pemuda Anshรขr pun meladeninya. Utbah bertanya: “Siapa kalian?”

Mereka pun memberitahukan diri mereka. Lalu Utbah berkata: “Kami tidak ada urusan dengan kalian, yang kami butuhkan hanyalah kaum kami.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Berdirilah wahai Hamzah, berdirilah wahai Ali, berdirilah wahai Ubadah bin al-Harits.”

Kemudian Hamzah mendatangi Utbah, aku (Ali) mendatangi Syaibah, sedangkan Ubadah dan al-Walรฎd saling memukul 2 pukulan. Setelah kami (Ali dan Hamzah) mengalahkan musuh, lalu kami menuju al-Walรฎd dan membunuhnya. Kami membawa Ubรขdah kembali ke pasukan kaum Muslimin.” (Imam Muslim, Ash-Shahabah hal 305)

Kisah ini menjelaskan bahwa Hamzah bin `Abdul Mutthalib ikut berduel dalam perang Badar.

Pada peperangan yang terjadi pada tahun 2 Hijriyah ini, 313 pasukan kaum muslimin berhadapan dengan 1000 lebih pasukan dari kaum kafir Quraisy. Namun, dengan usaha dan pertolongan dari Allah SWT, kaum muslimin dapat memenangi pertempuran tersebut. Sesuatu yang kelihatannya mustahil dengan izin Allah dapat terjadi.

Pertempuran ini juga sebagai ajang ‘balas dendam’ kepada kaum kafir Quraisy setelah sebelumnya kaum muslimin di kota Mekkah mendapatkan berbagai tekanan dan siksaan dari mereka.

Baca juga :



PERANG_UHUD 

Pertempuran lain yang pernah diikuti Hamzah bin Abdul Muth-thalib ra adalah pertempuran yang terjadi di sekitar Gunung Uhud, atau biasa disebut dengan Perang Uhud. Peperangan ini sekaligus menjadi peperangan terakhir yang diikuti Hamzah ra karena di peperangan inilah beliau gugur sebagai Syahid di medan pertempuran.

Asal muasal terjadinya pertempuran ini adalah ketidakterimaan sebagian keluarga dari para pembesar kaum Quraisy terhadap banyaknya kerabat mereka yang wafat di Perang Badar. Salah satu tokoh yang paling memprofokasi orang-orang Quraisy adalah istri dari Abu Sufyan, Hindun bin ‘Utbah.

Hindun yang sangat marah ketika mendengar orang tua dan saudaranya meninggal di Perang Badar kemudian mengajak pemuda-pemuda Quraisy untuk membalas kematian saudara-saudara mereka. Hasilnya terkumpullah sekitar 3000 pasukan yang dibawa ke medan Uhud untuk memerangi kaum Muslimin.


WAFATNYA_SI_SINGA_ALLAH 

Diantar 3000 pasukan ini, ada seorang budak dari Afrika yang khusus diutus oleh Hindun untuk menghabisi seseorang yang membunuh ayahnya di Perang Badar. Hamzah bin Abdul Muth-thalib. Wahsyi, nama budak ini, memang dikenal sebagai seorang pelempar tombak yang handal. Ia dijanjikan akan dibebaskan dan bisa menjadi orang yang merdeka apabila dapat membunuh Hamzah.

Kemudian pecahlah pertempuran, Wahsyi pun mulai mencari-cari dan mengintai Hamzah. Setelah dirasa mendapatkan posisi yang pas, langsung saja Wahsyi melemparkan tombaknya dan mengenai bagian perut dari sosok yang mulia ini. Tak lama kemudian, Hamzah meninggal dunia.

Seusai pertempuran, Hindun mencari-cari jasad Hamzah. Setelah ia menjumpai mayat Hamzah, rupanya ia mengambil pisau dan merobek dada jasad mulia ini. Dengan nafsu kebenciannya, dia pun memakan jantung milik Hamzah.

Rasulullah menangis bersedih ketika mendapat kabar syahidnya paman beliau, Hamzah bin Abdul Muth-tholib. Apalagi setelah mengetahui bahwa jasadnya telah dirusak. Beliau merasa amat marah sekaligus iba. Kemudian turun firman Allah untuk menenangkan beliau:

ูˆَู„َุง ุชَุญْุณَุจَู†َّ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ู‚ُุชِู„ُูˆุง ูِูŠ ุณَุจِูŠู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฃَู…ْูˆَุงุชًุง ۚ ุจَู„ْ ุฃَุญْูŠَุงุกٌ ุนِู†ْุฏَ ุฑَุจِّู‡ِู…ْ ูŠُุฑْุฒَู‚ُูˆู†َ

➖Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah Azza wa Jalla mati, bahkan mereka hidup di sisi Allah SWT dan mereka diberi rezeki 
๐Ÿ“–[Ali Imrรขn:169]

Selamat jalan wahai Singa Allah, semoga kami dapat mengikuti keberanian, kecerdasan dan pengorbananmu untuk Allah dan Rasul-Nya.


PUJIAN_DAN_KESAKSIAN_DARI_SAHABAT_NABI 

Abdurrahmรขn bin Auf (salah seorang Sahabat yang dijamin masuk surga) memberikan syahรขdah (persaksian) bahwa Hamzah lebih baik daripada dirinya.

Abdurrahmรขn bin Auf juga mengatakan: “Hamzah telah terbunuh, padahal dia adalah orang yang lebih baik dariku, kemudian dunia dilapangkan bagi kami, atau mengatakan kami mendapatkan kesenangan dunia. Sungguh, kami takut kebaikan-kebaikan kami diberikan (di dunia-pent).” Kemudian dia menangis dan meninggalkan makanan itu.” 
๐Ÿ“š[hlm 186, nukilan dari al-Bukhรขri no. 1275]


Baca juga :