Jumat, 23 Oktober 2020

999 DARI 1000 ORANG MASUK NERAKA

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

999 DARI 1000 ORANG MASUK NERAKA 

 •┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


♨️🔥 Banyak nash yang menyatakan banyaknya jumlah manusia yang akan masuk neraka, dan sedikit yang masuk surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:


➖“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun engkau sangat menginginkannya.” 

📖(Qs. Yusuf[12]: 103)


➖“Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang yang beriman.” 

📖(Qs. Saba’[34]: 20)


➖“Sungguh neraka jahanam akan Kami penuhi dengan jenismu (iblis) dan semua orang di antara mereka yang mengikutimu.” 

📖(Qs. Shad[38]: 85)


♨️🔥Sebuah indikasi tentang sangat besarnya jumlah orang kafir dan musyrik yang menolak seruan para rasul Allah adalah bahwa pada hari kiamat nanti, ada di antara para nabi yang datang dengan sekelompok kecil (kurang dari sepuluh orang), sedangkan yang lainnya dengan satu atau dua orang saja, dan ada pula yang tanpa pengikut sama sekali. 


♨️🔥Muslim meriwayatkan dari Ibn ‘Abbas bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, 

➖“Kepadaku diperlihatkan berbagai umat, dan aku melihat seorang nabi yang diikuti oleh sekelompok kecil orang, yang lainnya diikuti oleh satu atau dua orang saja, sedangkan yang lain tanpa pengikut sama sekali...” 


♨️🔥Banyak nash menyatakan bahwa 999 dari setiap 1.000 orang anak Adam akan masuk neraka, dan hanya satu orang yang masuk surga.


♨️🔥Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, 

➖“Allah subhanahu wa ta’ala akan berfirman kepada Adam, ‘Wahai Adam!” Adam menjawab, ‘Aku mendengar panggilan-Mu, aku patuh kepada perintah-perintah-Mu, dan semua kebaikan ada di tangan-Mu.’ Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Adam ‘Sisihkan para penghuni neraka?’ Adam bertanya, ‘Berapa banyaknya para penghuni neraka?’ Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Dari setiap 1.000 orang, ambil 999 orang.’ Pada saat itu, rambut anak-anak berubah menjadi uban dan setiap wanita hamil akan keguguran secara spontan, dan engkau akan melihat orang-orang seolah-olah mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah sangat pedih.” Ucapan ini sanat menyedihkan para Sahabat, dan mereka berkata, “Ya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, siapa di antara kita yang akan menjadi yang seorang (di antara seribu) itu?” Beliau bersabda, “Bergembiralah, yang seribu orang itu adalah dari Ya’juj dan Ma’juj, sedangkan yang satu orang itu dari kalian.” Kemudian beliau bersabda, “Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku berharap agar jumlah kamu adalah sepertiga dari penduduk surga.” Para Sahabat memuji dan mengagungkan allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian beliau bersabda, “Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku berharap seperdua penduduk surga adalah kalian, karena kalian dibanding umat-umat lain adalah seperti sehelai bulu putih di tengah-tengah bulu hitam seekor banteng, atau seperti bulatan tanpa bulu di kaki depan seekor keledai.” 


♨️🔥‘Imran ibn Hushain meriwayatkan bahwa pada suatu ketika tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sedang dalam perjalanan, sementara beberapa orang Sahabat masih berada di belakang, beliau mengangkat suara dan membacakan ayat berikut:


➖“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan pada hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat. Pada hari kamu melihatnya, setiap ibu yang menyusui, akan lupa kepada bayinya yang sedang menyusu. Dan setiap wanita yang mengandung akan gugur kandungannya. Ketika itu akan engkau lihat manusia seperti mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah benar-benar amat keras.” 📖(Qs. Al-Hajj[22]: 1-2)


♨️🔥Ketika para Sahabat mendengarnya, mereka bergegas, karena mereka tahu bahwa Rasulullah hendak mengatakan sesuatu. Begitu mereka telah sampai kepada Rasulullah, beliau bersabda, 

➖“Tahukah kalian hari apa itu? Pada hari itu, Adam alaihissalam akan dipanggil oleh Allah subhanahu wa ta’la dan Allah berfiran, ‘Hai Adam, sisihkanlah para penghuni neraka.’ Adam bertanya, ‘Ya Tuhan, berapa banyak para penghuni neraka itu?’ Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Dari setiap 1.000 orang, 999 orang akan masuk neraka, dan yang seorang lagi akan masuk surga.’”


♨️🔥Para Sahabat serta merta menjadi kecewa dan berhenti tersenyum. Ketika Rasulullah melihat hal tersebut, beliau bersabda, “Bergembiralah dan berusaha keraslah, karena, demi Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak termasuk ciptaan Allah yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan yang lain: Ya’juj dan Ma’juj, dan golongan terkutuk dari anak-anak Adam dan anak-anak iblis.” Para Sahabat gembira sekali mendengar keterangan Rasulullah tersebut. Rasulullah kemudian bersabda, “Berusaha keras dan bergembiralah, karena, demi Tuhan yang di tangan-Nya terletak jiwa Muhammad, dibandingkan dengan golongan manusia lainnya, kalian ibarat sebuah tahi lalat pada seekor unta atau seperti sebuah bulatan di kaki depan seekor keledai.” 


Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi, dan an-Nasa’i, dan menurut Tirmidzi hadits ini hasan-sahih. 


♨️🔥Tirmidzi menceritakan dari ‘Imran ibn Hushain bahwa ketika ayat, “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamt itu adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat,” (Qs. Al-Hajj[22]: 1) diturunkan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang saat itu sedang dalam perjalanan bersabda, “Tahukah kamu hari apa itu?” Para Sahabat berkata, “Allah subhanahu wa ta’ala dan rasul-Nya yan paling tahu.” Rasululullah berkata, “Itu adalah hari ketika Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Adam, ‘Siapkan para penduduk neraka.’ Adam menjawab, ‘Oh Tuhan, siapa para penduduk neraka itu?’ Tuhan berfirman, ‘999 orang masuk neraka dan hanya satu orang yang masuk surga.’” Orang-orang mukmin mulai menangis. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Berusahalah dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada nabi yang tidak dikelilingi oleh kaum jahiliah. Jumlah sebanyak itu akan diambil dari kaum jahiliah, dan jika jumlah sebanyak itu belum terpenuhi, sisanya akan diambil dari golongan munafik. Dibandingkan dengan umat-umat lain, kamu seperti bulatan kecil di kaki depan seekor binatang, atau seperti tahi lalat di tubuh seekor unta.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Aku berharap agar separuh dari penduduk surga adalah kalian.” Mereka lalu menyerukan, “Allahu Akbar!” Perawi hadits ini berkata, “Saya tidak yakin, mungkin juga Rasulullah mengatakan, ‘dua pertiga penduduk surga.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad; Tirmidzi berkata bahwa hadits ini hasan-sahih. 


♨️🔥Dalam hal ini, timbul pertanyaan: Bagaimana hubungan hadits-hadits tersebut dengan sebuah hadits dalam Shahih al-Bukhari yang diriwayatkan Abu Hurairah dimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Orang pertama yang akan dipanggil pada hari kiamat nanti adalah Adam. Adam lalu melihat kepada para keturunannya dan kepada mereka dikatakan, ‘Inilah bapak kalian, Adam.’ Adam pun berkata (kepada Allah subhanahu wa ta’ala), ‘Aku siap mengabdi kepada-Mu dan aku patuh terhadap semua perintah-Mu.’ Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Pisahkan para penduduk neraka di antara keturunan-keturunanmu.’ Adam menjawab, ‘Oh Tuhanku, berapa jumlahnya yang harus saya pisahkan?’ Allah berfirman, ‘Pisahkan 99 dari setiap 100 orang.’” Orang-orang berkata, “Ya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, jika 99 orang diambil dari setiap 100 dari kita, berapa lagi yang tinggal dari kita?” Rasulullah bersabda, “Umatku, jika dibandingkan dengan umat-umat yang lain, bagaikan sehelai bulu putih pada bulu-bulu banteng hitam.” 


♨️🔥Jelaslah bahwa hadits-hadits tersebut tidak bertentangan denan hadits sahih yang baru saja kita kutip, karena jumlah tersebut tidak berlaku hanya untuk satu kelompok saja, melainkan untk kelompok yang berbeda-beda. Hadits-hadits yang membandingkan 999 dengan 1 dapat ditafsirkan sebagai merujuk pada semua kelompok keturunan Adam, sementara hadits Bukhari yang menyebut 99:1 dapat ditafsirkan sebagai merujuk pada keturunan Adam tanpa mengikutsertakan Ya’juj dan Ma’juj. Penafsiran seperti ini kemungkinan benarnya lebih besar, sebagaimana yang dikemukakan Ibn Hajr, karena Ya’juj dan Ma’juj disebutkan dalam hadits Abu Said, sementara dalam hadits Abu Hurairah tidak.


♨️🔥Mungkin juga dikatakan bawah hadits pertama mengacu pada semua ciptaan. Jadi, rasio orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka apabila semua umat dihitung adalah 999:1. Sementara, hadits Bukhari yang disebutkan terakhir tadi menjelaskan rasio orang-orang yang akan masuk neraka dari umat Muhammad saja. Ibn Hajar berkata, “Penafsiran ini didukung oleh ucapan para Sahabat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, ‘Jika 99 dari setiap 100 diambil dari kita, berapa lagi jumlah kita yang tinggal?’ Jadi, pembagian manusia ini dapat terjadi dua kali: pertama menyangkut semua bangsa, apabila 1 dalam 1.000 akan masuk surga, dan kedua menyangkut umat ini (umat Muhammad) saja, apabila 10 dari setiap 1.000 akan masuk surga.” 


HIKMAH BANYAKNYA ORANG YANG MASUK NERAKA 


♨️🔥Alasan mengapa begitu banyak orang yang masuk neraka bukanlah karena kebenaran tidak sampai kepada mereka. Allah subhanahu wa ta’ala tidak menyalahkan siapa saja yang tidak terjangkau oleh seruan-Nya: ➖“Dan Kami tidak akan mengazab sebelum kami mengutus seorang rasul.” 

📖(Qs. Al-Isra’[17]: 15)


Allah subhanahu wa ta’ala telah mengirimkan seorang rasul untuk memberikan peringatan kepada setiap umat, 

➖“Dan tidak ada suatu umat pun kecuali telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” 📖(Qs. Fathir[35]: 24)


♨️🔥Alasan mengapa jumlah penghuni neraka begitu banyak adalah karena sedikitnya jumlah orang yang menyambut seruan para rasul Allah, sedangkan jumlah orang yang tidak percaya kepada mereka besar sekali. Lagipula, banyak orang yang menyambut seruan para rasul itu tidak sepenuhnya meyakini kebenarannya.


♨️🔥Dalam bukunya, at-Takhwif min an-Naar, Ibn Rajab membahas penyebab sedikitnya penghuni surga dan banyaknya penghuni neraka:


🔸Hadits-hadits ini dan hadits-hadits serupa lainnya membuktikan bahwa sebagian besar anak-cucu Adam akan masuk neraka, dan para pengikut rasul-rasul Allah sedikit sekali jumlahnya jika dibandingkan dengan anak-cucu Adam yang membangkang kepada mereka. Mereka yang membangkang itu akan masuk neraka, kecuali mereka yang tidak terjangkau oleh pesan-pesan para rasul tersebut, atau mereka yang tidak bisa memahaminya karena tidak mengerti apa yang mereka dengar itu. Banyak di antara orang-orang yang mengaku sebagai pengikut dari para rasul sebenarnya adalah para penganut agama palsu dan mengikuti kitab palsu, dan mereka pun akan masuk neraka, sebagaimana yang difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala, “Dan barangsiapa di antara mereka yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan bagi mereka...” 📖(Qs. Hud[11]: 17)


🔸Mengenai orang-orang yang mengaku mengikuti kitab dan hukum Allah subhanahu wa ta’ala, agama yang benar, banyak di antara mereka yang akan masuk neraka, yaitu orang-orang munafik yang akan ditempatkan di neraka pada tingkat paling bawah. Banyak pula di antara orang-orang yang mengaku mengikuti agama Allah secara terang-terangan atau secara diam-diam akan diuji dengan keragu-raguan; mereka ini adalah para pencipta bid’ah yang sesat dan orang-orang yang mengikutinya. Terdapat beberapa hadits yang mengatakan bahwa umat ini akan terbagi ke dalam 70 golongan lebih, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan. Allah juga akan menguji manusia dalam hal hawa nafsu, dan hukuman yang dijanjikan bagi yang tidak lulus dalam ujian ini adalah api neraka, walaupun hukuman tersebut tidak abadi. Tidak ada orang dari umat ini yang aman dari api neraka, atau secara mutlak berhak masuk surga, kecuali satu golongan dari mereka, yakni yang mengikuti contoh-contoh dan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan para Sahabatnya, baik secara terang-terangan maupun secara diam0diam, dan lolos dari berbagai godaan hawa nafsu dan keragu-raguan. Jumlah orang-orang yang demikian itu memang sedikit sekali.” 


🔸Alasan utama mengapa begitu banyak jumlah orang yang mengikuti saja hawa nafsunya adalah karena kecintaan terhadap hal-hal serupa itu memang telah tertanam sangat dalam di jiwa manusia: 

➖“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintan terhadap apa-apa saja yang diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia...” 📖(Qs. Ali Imran[3]: 14)


🔸Banyak manusia yang ingin memenuhi keinginan-keinginan tersebut dengan cara apa saja, tanpa mempedulikan hukum Allah subhanahu wa ta’ala, termasuk dengan mengikuti cara-cara yang dilakukan para nenek moyang mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah.


➖“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adah pengikut jejak-jejak mereka.” (Rasul itu) berkata, “Apakah kamu akan mengikutinya juga sekalipun aku membawa untukmu agama yang lebih nyata memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati dianut oleh bapak-bapakmu?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami mengingkari agama dimana kamu diutus untuk menyampaikannya.” 

📖(Qs. Az-Zukhruf[43]: 23-24)


🔸Mencintai cara-cara yang dijalankan oleh para nenek moyang sampai kepada tingkat menyakralkannya adalah penyakit yang diderita banyak umat, dan pengaruhnya sangat besar terhap hawa nafsu manusia.


♨️🔥Tirmidzi, Abu Daud, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaih wassalam bersabda, 

➖“Pada waktu Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan neraka, Dia berfirman kepada Jibril, ‘Pergi dan lihatlah neraka itu.’ Jibril lalu pergi dan melihat neraka, dan ketika ia kembali, ia berkata, ‘Mahabesar Engkau, ya Allah, saya khawatir bahwa tidak ada orang yang pernah mendengar tentangnya akan masuk ke dalamnya.’ Allah lalu meliputi neraka dengan hawa nafsu, dan berkata, ‘Pergi dan lihatlah.’ Jibril pergi dan melihatnya. Ketika kembali, Jibril berkata, ‘Mahabesar Engkau, aku khawatir bahwa tidak ada orang yang tidak masuk ke dalamnya.’ (Setelah kata-kata “pergi dan lihatlah neraka itu,” versi yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i menambahkan kata-kata “dan apa-apa yang telah Aku persiapkan untuk para penghuninya.”) 


♨️🔥Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, 

➖“Neraka diselubungi dengan hawa nafsu (syahwat), dan surga dengan kesulitan-kesulitan.”


🔸Hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim menggunakan kata “dikelilingi” sebagai pengganti kata “diselubungi.” 


🔸Siddiq Hasan Khan mengatakan, 

➖“Yang dimaksud dengan syahwat adalah apa-apa yang diinginkan dan dinikmati orang.” 

 

🔸Al-Qurtubi berkata, 

➖“Syahwat adalah semua yang disukai orang sehingga mereka selalu berusaha untuk mendapatkannya, dan mengelilingi sesuatu berarti menempatkan sesuatu di sekelilingnya, sehingga ia tidak bisa dicapai tanpa melewatinya. 


📚Referensi: Al-Asyqar, 'Umar Sulaiman (2001). Surga dan Neraka. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta

Kamis, 22 Oktober 2020

DUA NYAWA TERSELAMATKAN KARENA KEJUJURAN SANG AYAH

 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

DUA NYAWA TERSELAMATKAN, KARENA KEJUJURAN SANG AYAH 

 •┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


 🔴Muhammad Khalid Tsabit dalam karyanya Qishoshul Aulia menceritakan kisah tentang kejujuran Ruba’ bin Harasy. Ia adalah seorang tabiin dari Kufah, Irak. Ruba’ bin Harsy adalah murid dari sejumlah sahabat terkemuka Nabi saw. Ruba’ bin Harsy dikenal sebagai orang yang terkenal kejujurannya. Seumur hidupnya ia tidak pernah berbohong.


🔴Ia memiliki dua orang putra yang tengah diburu oleh al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi, panglima yang dikenal amat keji, haus darah dan gemar berperang.


🔴Hari itu al-Hajjaj tengah berkumpul bersama pasukannya dan menyinggung perihal kedua putra Ruba’ bin Harsy yang ia cari.


🔴Dari seorang intelijen, al-Hajjaj mendapatkan informasi bahwa ayah kedua anak itu adalah orang yang diyakini masyarakat tak pernah berbohong seumur hidupnya. Lalu al-Hajjaj mengutus pasukannya untuk memanggilnya. “Pasti ia akan berbohong demi menyelamatkan kedua putranya,” gumam al-Hajjaj.


🔴Pasukan pun kembali dengan membawa seorang kakek tua yang bungkuk dan al-Hajjaj segera menanyainya, 

➖“Mana kedua putramu?”


Ruba’ bin Harsy spontan menjawab, 

➖“Keduanya di rumah.”


🔴Seluruh pasukan yang hadir termasuk al-Hajjaj serentak menggelengkan kepala seraya tak percaya atas ucapan seorang kakek tua ini.


🔴Atas kejujuran Ruba’ bin Harsy al-Hajjaj hatinya luluh dan berkata seperti ini, 

➖“Aku memaafkan kedua putramu atas kejujuranmu”.


📚Muhammad Khalid Tsabit mengutip kisah ini dari kitab Hilyat al-Auliya karya Abu Nu’aim. 


Wallahù'alam

Rabu, 21 Oktober 2020

KISAH IMAM ASY-SYIBLI YANG KENINGNYA DICIUM RASULULLAH

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

KISAH IMAM ASY-SYIBLI YANG KENINGNYA DICIUM RASULULLAH 

 •┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


☪️ Suatu hari Imam Asy-Syibli mendatangi imam Ibnu Mujahid, lalu imam Ibnu Mujahid merangkulnya seraya mencium kening di antara dua matanya. 

Imam Asy-Syibli yang heran dengan perlakuan imam Ibnu Mujahid tersebut pun bertanya alasan ia melakukan hal itu. 


☪️ Imam Ibnu Mujahid pun berkata:


➖“Aku bermimpi bertemu dengan Nabi saw. dan sungguh beliau menemui Asy-Syibli lalu berdiri ke arahnya dan mencium di antara dua matanya. Aku pun bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini kepada Asy-Syibli?” “Iya, sungguh ia selalu membaca setelah melaksanakan shalat fardhu ayat La qad jaa akum rasuulum min anfusikum sampai dua ayat terakhir dan ia membaca Shalla Allahu alaika ya Muhammad.”


☪️ Lalu imam Ibnu Mujahid mengkonfirmasi kepada imam Asy-Syibli tentang bacaan yang ia baca setelah shalat. 

Ternyata imam Asy-Syibli memang selalu membaca bacaan tersebut, yakni dua ayat terakhir surah At-Taubah dan shalawat kepada Nabi saw.


لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ


➖laqad jā`akum rasụlum min anfusikum ‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum ḥarīṣun ‘alaikum bil-mu`minīna ra`ụfur raḥīm


➖Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.


فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ


➖fa in tawallau fa qul ḥasbiyallāhu lā ilāha illā huw, ‘alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul-‘arsyil-‘aẓīm


➖Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.”


اللهم صل على سيدنا محمد


Demikianlah amalan imam Asy-Syibli yang beliau selalu rutinkan setelah melaksanakan shalat hingga membuat Nabi shallallahu alaihi wasallam senang dan mencium kening di antara dua matanya. 


Wa Allahu a’lam bis shawab.


 


📚 Note: Kisah ini ditulis oleh imam Nawawi Al-Bantani di dalam kitab “Nashaihul ‘Ibad Ala Al-Munabbihat Ala Al-Isti’dad li yaumil ma’ad lil imam Ibn Hajar Al’Asqalani” halaman 8.

Selasa, 20 Oktober 2020

GADIS PENGUSAHA JEPANG MASUK ISLAM SETELAH BERTANYA PADA DR. ZAKIR NAIK

 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

GADIS PENGUSAHA JEPANG MASUK ISLAM SETELAH BERTANYA PADA DR. ZAKIR NAIK

 •┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


✨Alhamdulillah seorang gadis pengusaha asal Jepang masuk Islam di acara Dr. Zakir Naik. Gadis yang bernama Risa Mizuno itu menyatakan keislamannya setelah mendapatkan jawaban dari Dr. Zakir Naik atas keraguannya selama ini. 

Risa ragu-ragu apakah dalam Islam seseorang diperbolehkan mempraktekkan budaya dari agama atau bangsa lain. Risa mengalami dilema karena sebagai seorang Jepang, maka dia terkadang harus melakukan praktek-praktek dalam kebudayaan Jepang seperti mengenakan kimono dalam acara-acara tertentu, pergi ke kuil, dan sebagainya. 


✨Akhirnya setelah Dr. Zakir Naik menjawab keraguannya, Risa pun menyatakan keislamannya dengan prosesi syahadat yang dituntun oleh Dr. Zakir Naik. 

Apabila para pembaca ingin menonton video pertanyaan Risa, jawaban Dr. Zakir Naik, hingga masuk Islamnya Risa, bisa dengan mengklik link berikut: Gadis Jepang Masuk Islam Setelah Mendengar Jawaban Dr. Zakir Naik. 


✨Berikut ini transkrip pertanyaan Risa dan jawaban Dr. Zakir Naik:


➖Dr. Zakir: Apakah ada saudari yang non-Muslim di antara penonton? Saudari, apa kau non-Muslim?


➖Risa: Ya, aku non-Muslim, dan aku sangat menghargai karena kau lebih memprioritaskan yang non-Muslim untuk bertanya di sesi tanya-jawab ini.


➖Dr. Zakir: Siapa nama dan apa perkerjaanmu?


➖Risa: Namaku Risa Mizuno. Aku orang Jepang. Aku seorang pengusaha. Aku sudah belajar tentang Islam, dan aku ingin menjadi Muslim nantinya insya Allah. Aku punya satu pertanyaan. Apakah berdosa jika seorang Muslim mengikuti praktek atau budaya dari agama lain? Misalnya apakah berdosa jika aku mengenakan kimono atau mengenakan pakaian tradisional Jepang, pergi ke kuil, mengikuti budaya Shinto, dan sebagainya? Dan juga ketika ada seseorang yang meninggal, umumnya orang Jepang pergi ke kuil untuk pemakamannya. Jadi aku kemungkinan akan menghadapi dilema ini jika masuk Islam. Oleh karena itu aku meminta pendapatmu tentang masalah ini. Terima kasih.


➖Dr. Zakir: Saudari ini mengajukan pertanyaan yang sangat penting. 

🔸Dia bertanya jika seseorang masuk Islam, dapatkah mereka mempraktekkan budaya dari agama lain? Dan dia memberikan contohnya seperti pergi ke kuil, dan sebagainya. Aturan dasarnya dalam Islam, seorang Muslim dapat mengikuti budaya manapun selama budaya itu tidak bertentangan dengan ajaran Quran dan hadits sahih Muhammad s.a.w. Jika budaya itu bertentangan dengan ajaran Quran dan hadits sahih (syariah Islam), maka ini tidak diperbolehkan.


🔸Sebagai contoh, mengenakan jas dan dasi adalah budaya barat. Tapi tidak ada ayat Quran atau hadits yang melarang menggunakan jas dan dasi. Jadi aku mengenakan jas dan dasi dalam acara ini karena hukumnya mubah (dibolehkan). Lain halnya dengan mengenakan celana pendek dimana lutut kita terlihat. Aku sebagai seorang Muslim tidak boleh mengenakan celana pendek, karena aurat seorang pria yang harus ditutupi adalah dari pusar sampai lutut. Begitu juga wanita tidak boleh mengenakan kaus lengan pendek dan menampakkan rambutnya. Ini adalah budaya Barat yang bertentangan dengan syariah Islam.


🔸Allah berfirman dalam surat Nuur[24]: 31,


“Katakan pada wanita beriman: " Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya...” 

📖(Qs. Nuur[24]: 31)


🔸Jadi jika budaya itu bertentangan dengan Quran atau hadits sahih Rasulullah, maka ini tidak diperbolehkan. Tapi jika ini tidak bertentangan, kau boleh mempraktekkan budaya itu. Misalnya di Malaysia ada budaya mengenakan topi hitam. Dalam Islam boleh-boleh saja kita mengenakan topi berwarna hitam. Ini tidak masalah. Contoh lainnya di Cina atau Jepang orang-orang suka makan mie. Makan mie tidak dilarang dalam Islam. Jadi kau boleh makan mie meskipun budaya makan mie berasal dari Cina atau Jepang.


🔸Sekarang berkenaan dengan pergi ke kuil. Kalau kau pergi ke kuil hanya untuk berwisata, maka tidak apa-apa. Aku sendiri telah mengunjungi banyak kuil, termasuk di antaranya kuil Shinto dan kuil Hindu. Bahkan aku juga telah ke gereja. Apabila aku melakukannya untuk berekreasi, ini tidak masalah. Tapi jika aku kesana untuk menyembah selain Allah atau menyekutukan Allah (syirik), maka aku telah melakukan dosa terbesar dalam Islam. Ini karena Allah berfirman dalam surat Nisa’[4]: 48 dan surat Nisa’[4]: 116,


🔸“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” 

📖(Qs. An-Nisa’[4]: 48)


🔸“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” 

📖(Qs. An-Nisa’[4]: 116)


🔸Dosa terbesar dalam Islam adalah menyekutukan Tuhan (menyembah yang lain selain Tuhan).


🔸Dengan demikian tidak masalah jika kau pergi ke kuil untuk berekreasi, tapi tidak dibolehkan jika kau ingin beribadah.


🔸Dan jika kau masuk Islam, kau tentunya harus memberitahu kerabatmu perlahan-lahan, dan jelaskan pada mereka tentang siapa itu Tuhan dan bukti-bukti bahwa Tuhan itu ada seperti yang kulakukan.


🔸Aku tahu Shintoisme adalah agama yang mempercayai banyak tuhan (dewa). Dan Shinto itu sendiri berarti “jalan dewa-dewa.” Tapi banyak pakar Shintoisme yang juga setuju bahwa dalam berbagai jenis Shintoisme, ada satu yang mempercayai monoteisme (mempercayai satu Tuhan), meskipun jumlah penganutnya kecil.


🔸Begitu juga umat Hindu mempercayai banyak tuhan (dewa), meskipun kitab mereka dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan hanya satu dan tidak punya gambar.


🔸Tapi dalam Shintoisme tidak ada kitabnya, tidak seperti Islam dengan kitab Quran, Hinduisme dengan kitab Wedha, Kekristenan dengan kitab Bibel. Namun dalam Shintoisme tidak ada kitab yang dipercayai sebagai firman Tuhan. Karenanya seringkali Shintoisme disebut sebagai sistem etika. Dan apa yang dilakukan Shintoisme adalah menjembatani jurang antara orang Jepang modern dengan orang Jepang tradisional. Ini lebih tepatnya adalah sistem etika dengan aturan-aturan dan bukanlah sebuah agama. Ini karena agama berarti “jalan Tuhan, namun Shintoisme tidak mempunyai sistem seperti yang ada dalam Islam, Kekristenan, dan Hinduisme.


🔸Jadi aku meminta kepadamu untuk menjelaskan materi ceramah ini kepada anggota keluargamu, dan aku percaya bahwa banyak dari etika yang ada dalam Shintoisme juga diikuti dalam Islam, misalnya tentang menjadi manusia yang baik, tentang kemurahan hati, tentang mencintai sesama, semua ini umum. Aku ingin kau mencoba untuk menuntun anggota keluargamu kepada Islam.


➖Saudari aku ingin bertanya, apakah kau percaya Tuhan hanya satu?


➖Risa: Ya.


➖Dr. Zakir: Apa kau percaya bahwa menyembah berhala itu salah?


➖Risa: Menyembah berhala itu salah.


➖Dr. Zakir: Saudari apa kau percaya Nabi Muhammad adalah utusan Allah?


➖Risa: Ya.


➖Dr. Zakir: Masya Allah. Minimal ada 2 syarat yang diperlukan bagi siapapun untuk menjadi Muslim. Yang pertama mempercayai bahwa tak ada yang patut disembah selain Allah. Yang kedua mempercayai bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Dan kau berkata bahwa kau percaya keduanya. Itu artinya kau seorang Muslim. Jadi maukah kau mengucapkan Arabnya bahwa tiada yang patut disembah selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah?


➖Risa: Ya.


➖Dr. Zakir: Apakah ada yang memaksamu untuk masuk Islam?


➖Risa: Tidak.


➖Dr. Zakir: Apakah kau melakukannya karena keinginan sendiri? /


➖Risa: Benar.


➖Dr. Zakir: Tidak ada yang memaksamu.


➖Risa: Tidak.


➖Dr. Zakir: Apa ada orang yang menyuapmu?


➖Risa: Tidak, hahaha.

➖Dr. Zakir: Masya Allah. Karena dalam Islam, menyuap orang itu dilarang. Aku akan mengucapkan Arabnya dan kau bisa mengikutinya.


(Kemudian Dr. Zakir Naik menuntun Risa untuk mengucapkan syahadat)


➖Masya Allah kau telah menjadi Muslim. Alhamdulillah.

Dan aku berdo’a kepada Allah s.w.t semoga Dia semakin menuntunmu dan semoga Dia menghadiahimu surga. Dan aku berdo’a kepada Allah s.w.t semoga melaluimu, Dia menuntun orang Jepang lainnya dan anggota keluargamu kepada jalan Islam.


➖Risa: Terima kasih banyak.


➖Dr. Zakir: Sama-sama

Senin, 19 Oktober 2020

INILAH UCAPAN TERIMA KASIH TERBAIK

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

    " INILAH UCAPAN TERIMA KASIH TERBAIK "

•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


===================================


🌀Diberikan hadiah oleh orang lain pasti membuat kita bahagia, bukan? Belum lagi bila ada orang lain yang bersedia menolong saat kita susah.


🌀Namun, terkadang kita masih bingung bagaimana mengungkapkan rasa terima kasih kepada orang yang berbuat baik kepada kita. Ada ungkapan terima kasih dalam Islam yang bisa kita lakukan :


1️⃣. Mengucapkan Jazakallah Khairan


Jika kita diberikan suatu bantuan atau hadiah oleh seseorang atau ia berbuat baik kepada kita, maka ucapan terbaik yang dapat kita utarakan adalah “jazakallah khairan”.


Tentu ucapan ini memiliki makna yang lebih baik daripada sekedar “terima kasih”. Dengan mengucapkan “jazakallah khairan” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), itu berarti kita telah mendo’akannya dengan kebaikan.


Saat kita ingin mengucapkannya kepada seorang lelaki, kita ucapkan “jazakallah khairan”, untuk mengucapkan kepada seorang perempuan, ganti dengan “jazakillah khairan”, dan untuk kepada orang yang lebih dari 1, dapat diganti dengan “jazakumullah khairan”.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang dibuatkan kepadanya kebaikan, lalu ia mengatakan kepada pelakunya:


➖ “Jazakallah khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh ia telah benar-benar meninggikan pujian.” 

📙 (HR. Tirmidzi no. 6368).


Tak lupa sisipkan nama mereka di do’a-do’a kita. Memohon agar Allah membalas perbuatan baik mereka kepada kita.


2️⃣. Memuji orang tersebut


Setelah mengungkapkan rasa terima kasih, hal yang harus kita lakukan kepada orang yang telah berbuat baik pada kita adalah mengapresiasi kebaikan tersebut.


Apresiasi dapat dalam bentuk pujian secukupnya. Misalnya kita dihadiahi sebuah kerudung, maka sanjunglah sang pemberi dengan mengatakan, “Kerudung ini bahannya lembut, dan pilihan warna kamu sangat bagus.“ Atau saat kita diberi makanan yang dimasak sendiri oleh sang pembiri, pujilah ia dengan kalimat, “Masakanmu sangat enak, bolehkah aku meminta resep ini darimu?”


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


➖“Barangsiapa yang diberikan sebuah hadiah, lalu ia mendapati kecukupan maka hendaknya ia membalasnya, jika ia tidak mendapati maka pujilah ia, barangsiapa yang memujinya, maka sungguh ia telah bersyukur kepadanya, barangsiapa menyembunyikannya sungguh ia telah kufur.” 

📙 (HR. Abu Daud no. 617)


3️⃣. Membalas pemberian yang baik


Bentuk ungkapan terima kasih yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah dengan membalas kebaikan orang tersebut.


Rasulullah mewanti-wanti umatnya agar senantiasa mengingat kebaikan orang lain terhadap kita dan melupakan kebaikan kita kepada orang lain.


Tidak ada salahnya jika kita membalas pemberian orang lain semampu kita. Menghadiahkan mereka dengan barang yang disukai akan membuat hubungan semakin erat. 


➖“Barangsiapa yang diberikan kepadanya sebuah kebaikan, hendaklah ia membalasnya dan barangsiapa yang tidak sanggup maka sebutlah (kebaikan)nya, dan barangsiapa yang menyebut (kebaikan)nya, maka sungguh ia telah bersyukur kepadanya dan barangsiapa yang puas dengan sesuatu yang tidak ia miliki, maka ia seperti seorang yang memakai pakaian palsu.” 

📙 (HR. Ahmad)


🌀Itulah bentuk ungkapan terima kasih dalam Islam yang bisa kita implementasikan dalam kehidupan. Allah mencintai kebaikan dan Allah akan membalas kebaikan dengan kebaikan.

Minggu, 18 Oktober 2020

INGAT MATI

 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

               ⚰️⚰️ INGAT MATI ⚰⚰️

•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


===================================


⚰️ Apa manfaat ingat mati atau mengingat kematian?


Berikut beberapa faedah atau manfaatnya yang sengaja penulis sarikan dari penjelasan ulama sebagai nasehat untuk kita semua.


1️⃣ - Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.


2️⃣ - Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu’ dalam shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه


➖ “Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” 

📙 (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus)


3️⃣ - Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban.


4️⃣ - Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه


➖ “Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” 

📙 (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi).


5️⃣ - Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Ta’ala berfirman,


أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ


➖ “Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.”

📖 (QS. Al Muthoffifin: 4). 


⚰️ Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zholim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada hari berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zholim seperti itu.


⚰️ Imam Qurthubi menyebutkan dalam At Tadzkiroh mengenai perkataan Ad Daqoq mengenai keutamaan seseorang yang banyak mengingat mati:


1️⃣ - menyegerakan taubat


2️⃣ - hati yang qona’ah (selalu merasa cukup)


3️⃣ - semangat dalam ibadah


⚰️ Sedangkan kebalikannya adalah orang yang melupakan kematian, maka ia terkena hukuman:


1️⃣ - menunda-nunda taubat


2️⃣ - tidak mau ridho dan merasa cukup terhadap apa yang Allah beri


3️⃣ - bermalas-malasan dalam ibadah.


⚰️ Semoga Allah menghindarkan kita dari penyakit cinta dunia dan takut mati.


 Aamiin yaa Robbal'aalamiin 


📚 Referensi:


Ahkamul Janaiz Fiqhu Tajhizul Mayyit, Kholid Hannuw, terbitan Dar Al ‘Alamiyah, cetakan pertama, 1432 H, hal. 9-13.

Sabtu, 17 Oktober 2020

SETAN MAKAN MINUM PAKAI TANGAN KIRI

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

   " SETAN MAKAN MINUM PAKAI TANGAN KIRI "

•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


===================================


☄️Dalam Islam, makan sangat dianjurkan untuk dilakukan dengan tangan kanan. Namun terkadang ada suatu kendala yang membuat seseorang tidak bisa makan dengan tangan kanan. Misalnya seperti saat sedang berada dalam acara jamuan makan resmi yang menggunakan table manner. Selain itu, orang yang kidal pun makan dengan tangan kiri dan tak jarang ada saja orang yang secara tidak sadar menyuapkan makanan ataupun minuman dengan tangan kiri.


☄️Dalam konsep table manner, makan dengan menggunakan pisau dan garpu adalah hal yang tak terhindarkan. Pisau akan dipegang di tangan kanan untuk memotong makanan, sedangkan garpu dipegang di tangan kiri untuk menyantap makanan berupa steak dan lainnya. Begitu pula dengan orang kidal yang menyantap makanan dengan tangan kiri. Padahal dalam Islam, makan dengan tangan kiri adalah hal yang sangat dilarang. Mengapa demikian?


☄️Ternyata Rasulullah SAW selalu makan dengan menggunakan tangan kanan. Bahkan sebelum makan pun Beliau SAW akan selalu mengucapkan basmallah. Sebagaimana ‘Aisyah RA berkata,


حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَشْعَثُ بْنُ سُلَيْمٍ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَمُّنَ فِي طُهُورِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَتَنَعُّلِهِ


➖ “Telah menceritakan kepada kami [Hajjaj bin Minhal] telah menceritakan kepada kami [Syu’bah] dia berkata; telah mengabarkan kepadaku [Asy’ats bin Sulaim] saya mendengar [Ayahku] menceritakan dari [Masruq] dari [‘Aisyah] radliallahu ‘anha dia berkata; “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyukai tayamun (mendahulukan yang kanan) ketika bersuci, menyisir rambut dan memakai sandal.”


☄️Bahkan sahabat Nabi yang bernama Umar bin Abi Salamah RA pun pernah bercerita bahwa Rasulullah SAW sempat menegurnya terkait adab makan. Umar bin Abi Salamah RA berkata,


كُنْتُ غُلَامًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ


➖ Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Ghulam, bacalah Bismilillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah cara makanku setelah itu. 

📙(HR. Bukhari & Muslim)


☄️Berdasarkan hadis-hadis tersebut jelas bahwa Rasulullah SAW sangat mewajibkan umat Islam untuk makan dengan tangan kanan. Alasannya, karena makan dengan menggunakan tangan kiri merupakan cara yang dilakukan oleh setan. Rasulullah SAW bersabda,


إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ


➖“Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan tangan kanannya. Jika minum maka hendaknya juga minum dengan tangan kanannya, karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula.” 

📙 (HR. Muslim)


☄️Dengan hadis demikian, jelaslah bahwa umat Islam sangat dilarang menggunakan tangan kiri saat makan dan minum. Sebab setan menggunakan tangan kiri untuk makan dan minum. Lalu bagaimana dengan orang kidal yang dominan otak kanannya sehingga cenderung sering menggunakan tangan kiri?


☄️Ternyata makan dan minum bukanlah tindakan presisi atau tindakan yang membutuhkan ketepatan dan ketelitian seperti pembedahan, menulis, melukis dan lainnya. Sebab makan dan minum adalah kebiasaan yang bisa dilakukan dengan kedua tangan. Bagi orang yang kidal, hendaknya ia tetap membiasakan makan dan minum dengan tangan kanan, meskipun ia menulis dan melakukan aktifitas lainnya dengan tangan kiri.


☄️Terkait hal tersebut, Rasulullah SAW pernah menegur orang kidal yang enggan membiasakan makan dengan tangan kanan. Salamah bin Al-Akwa’ RA berkata:


أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ فَقَالَ كُلْ بِيَمِينِكَ قَالَ لَا أَسْتَطِيعُ قَالَ لَا اسْتَطَعْتَ مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ


➖ “Ada seorang laki-laki yang makan di samping Rasulullah SAW dengan tangan kirinya. Maka Rasulullah bersabda, ‘Makanlah dengan tangan kananmu!’ Dia menjawab, ‘Aku tidak bisa.’ Beliau bersabda, ‘Semoga kamu tidak bisa?’ Padahal tidak ada yang mencegah dia makan dengan tangan kanan kecuali karena sombong. Setelah itu tangannya tidak bisa dia angkat sampai ke mulutnya.” 

📙 (HR. Muslim)


☄️Oleh karena itulah umat Islam sangat dianjurkan untuk makan dengan menggunakan tangan kanan. Pasalnya, umat islam tidak diperbolehkan meniru perilaku setan yang makan dan minum dengan tangan kiri. Terlebih bagi orang yang kidal, sudah seharusnya mereka berlatih untuk dapat makan dengan tangan kanan."

•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


===================================


☄️Dalam Islam, makan sangat dianjurkan untuk dilakukan dengan tangan kanan. Namun terkadang ada suatu kendala yang membuat seseorang tidak bisa makan dengan tangan kanan. Misalnya seperti saat sedang berada dalam acara jamuan makan resmi yang menggunakan table manner. Selain itu, orang yang kidal pun makan dengan tangan kiri dan tak jarang ada saja orang yang secara tidak sadar menyuapkan makanan ataupun minuman dengan tangan kiri.


☄️Dalam konsep table manner, makan dengan menggunakan pisau dan garpu adalah hal yang tak terhindarkan. Pisau akan dipegang di tangan kanan untuk memotong makanan, sedangkan garpu dipegang di tangan kiri untuk menyantap makanan berupa steak dan lainnya. Begitu pula dengan orang kidal yang menyantap makanan dengan tangan kiri. Padahal dalam Islam, makan dengan tangan kiri adalah hal yang sangat dilarang. Mengapa demikian?


☄️Ternyata Rasulullah SAW selalu makan dengan menggunakan tangan kanan. Bahkan sebelum makan pun Beliau SAW akan selalu mengucapkan basmallah. Sebagaimana ‘Aisyah RA berkata,


حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَشْعَثُ بْنُ سُلَيْمٍ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَمُّنَ فِي طُهُورِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَتَنَعُّلِهِ


➖ “Telah menceritakan kepada kami [Hajjaj bin Minhal] telah menceritakan kepada kami [Syu’bah] dia berkata; telah mengabarkan kepadaku [Asy’ats bin Sulaim] saya mendengar [Ayahku] menceritakan dari [Masruq] dari [‘Aisyah] radliallahu ‘anha dia berkata; “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyukai tayamun (mendahulukan yang kanan) ketika bersuci, menyisir rambut dan memakai sandal.”


☄️Bahkan sahabat Nabi yang bernama Umar bin Abi Salamah RA pun pernah bercerita bahwa Rasulullah SAW sempat menegurnya terkait adab makan. Umar bin Abi Salamah RA berkata,


كُنْتُ غُلَامًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ


➖ Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Ghulam, bacalah Bismilillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah cara makanku setelah itu. 

📙(HR. Bukhari & Muslim)


☄️Berdasarkan hadis-hadis tersebut jelas bahwa Rasulullah SAW sangat mewajibkan umat Islam untuk makan dengan tangan kanan. Alasannya, karena makan dengan menggunakan tangan kiri merupakan cara yang dilakukan oleh setan. Rasulullah SAW bersabda,


إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ


➖“Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan tangan kanannya. Jika minum maka hendaknya juga minum dengan tangan kanannya, karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula.” 

📙 (HR. Muslim)


☄️Dengan hadis demikian, jelaslah bahwa umat Islam sangat dilarang menggunakan tangan kiri saat makan dan minum. Sebab setan menggunakan tangan kiri untuk makan dan minum. Lalu bagaimana dengan orang kidal yang dominan otak kanannya sehingga cenderung sering menggunakan tangan kiri?


☄️Ternyata makan dan minum bukanlah tindakan presisi atau tindakan yang membutuhkan ketepatan dan ketelitian seperti pembedahan, menulis, melukis dan lainnya. Sebab makan dan minum adalah kebiasaan yang bisa dilakukan dengan kedua tangan. Bagi orang yang kidal, hendaknya ia tetap membiasakan makan dan minum dengan tangan kanan, meskipun ia menulis dan melakukan aktifitas lainnya dengan tangan kiri.


☄️Terkait hal tersebut, Rasulullah SAW pernah menegur orang kidal yang enggan membiasakan makan dengan tangan kanan. Salamah bin Al-Akwa’ RA berkata:


أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ فَقَالَ كُلْ بِيَمِينِكَ قَالَ لَا أَسْتَطِيعُ قَالَ لَا اسْتَطَعْتَ مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ


➖ “Ada seorang laki-laki yang makan di samping Rasulullah SAW dengan tangan kirinya. Maka Rasulullah bersabda, ‘Makanlah dengan tangan kananmu!’ Dia menjawab, ‘Aku tidak bisa.’ Beliau bersabda, ‘Semoga kamu tidak bisa?’ Padahal tidak ada yang mencegah dia makan dengan tangan kanan kecuali karena sombong. Setelah itu tangannya tidak bisa dia angkat sampai ke mulutnya.” 

📙 (HR. Muslim)


☄️Oleh karena itulah umat Islam sangat dianjurkan untuk makan dengan menggunakan tangan kanan. Pasalnya, umat islam tidak diperbolehkan meniru perilaku setan yang makan dan minum dengan tangan kiri. Terlebih bagi orang yang kidal, sudah seharusnya mereka berlatih untuk dapat makan dengan tangan kanan.

Jumat, 16 Oktober 2020

SIGAPNYA SANG PEMIMPIN

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

        SIGAPNYA SANG PEMIMPIN 

 •┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


🌑 Suatu malam menjelang kedatangan pasukan Ahzab ke Madinah, demikian Sa'ad ibn Abi Waqqash berkisah, keadaan demikian mencekam. Sungguh tepat apa yang digambarkan Allah; tak tetap lagi penglihatan kami dan hati serasa naik menyesak ke kerongkongan (Surat Al Ahzab Ayat 10).


🌑 Malam itu aku terbangun dan ingat akan Rasulullah. Atas keinginan sendiri, aku beranjak, lalu berjaga di dekat kediaman beliau. Saat aku disana, Rasulullah bersabda dengan suara agak dikeraskan, "Adakah lelaki shalih yang malam ini sudi menjaga kami ?"


🌑 Maka aku segera menjawab, "Labbaika yaa Rasuulullah ! Di sini Sa'ad ibn Abi Waqqash berjaga untukmu !" Sesungguhnya yang paling kusukai dari sabda beliau adalah kata-kata 'lelaki shalih', semoga itu menjadi do'a bagi diriku.


🌑 Beliau keluar menemuiku dengan senyum tulusnya. Setelah memberikan arahan dan memesankan nasihat, beliau masuk kembali. Di larut itu, tiba-tiba kudengar bunyi keras menderu-deru dari ujung kota. Bergegas kunaiki kuda dan kutuju arah asal suara. Aku memacu kudaku. Sampai di satu tempat gelap, dari arah berlawanan muncul bayangan penunggang kuda. Kusiapkan busur dan panahku. Ketika mendekat, aku terkesiap. Ternyata dia Rasulullah ! Aku bertanya, "Dari mana engkau, ya Nabi ? Sungguh aku khawatir atas deru tadi ! Aku khawatir, pasukan musuh dalam jumlah besar datang untuk menyerang Madinah. Mohon pulanglah, dan izinkan aku memeriksanya"


🌑 Rasulullah tersenyum padaku dan bersabda, "Tenangkan dirimu, hai Sa'ad. Aku telah memeriksanya. Dan itu hanya suara angin gurun"


🌑 Aku terperangah, takjub dan malu. Aku, si peronda, telah didahului oleh sang Nabi yang kujaga dalam memeriksa kemungkinan bahaya.


_________________*****_________________


🌑 Kisah Sa'ad ini menjadi pembelajaran indah. Bahwa sang Nabi meminta dijaga bukan karena manja atau suka dilayani pengikutnya. Kesiagaan dan kegesitan beliau bahkan lebih tinggi daripada Sa'ad yang meronda. Permintaan dijaga itu ternyata pendidikan maknanya. Sungguh menakjubkan; pemimpin ini adalah pembawa kedamaian, tak cuma dalam kata, tetapi dengan tindakan yang didasari ketulusan. Dan, kasih sayang agung yang membuat seluruh hidupnya terabdi tuk melayani, tak menghalangi beliau dalam mendidik sahabatnya.


🌑 Demikian sekelumit kisah, moga mengilhamkan kita tuk menjadi pembawa damai di hati orang-orang yang kita pimpin.


آمــــــــــــــــــين آللّهُمَ آمــــــــــــــــــين

Kamis, 15 Oktober 2020

ALASAN PARA PEJUANG MEMILIH PAKAIAN ISLAMI, DARIPADA PAKAIAN ADAT


 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

ALASAN PARA PEJUANG MEMILIH PAKAIAN ISLAMI, DARIPADA PAKAIAN ADAT 

 •┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


🇮🇩 Pemilihan pakaian Islami berupa Jubah dan Sorban yang dilakukan para pejuang terdahulu saat melawan penjajah Belanda ternyata memiliki dasar yang kuat.


🇮🇩 Guru Besar sejarah Universitas Padjajaran Profesor Ahmad Mansur Suryanegara mengungkapkan bahwa alasan para pejuang mengenakan pakaian Islami dengan jubah dan Sorban adalah karena pada masa itu pakaian adat identik dengan para pembantu Penjajah Belanda untuk menindas masyarakat Nusantara.


🇮🇩 Para pejuang seperti Pangeran Diponegoro, Kiai Mojo dan Sentot Alibasyah Prawirodirjo lebih memilih mengenakan busana Islami dari pada pakaian adat Jawa ketika melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda pada masa itu.


🇮🇩 Berikut ini penjelasan lengkap yang ditulis Profesor Ahmad Mansur Suryanegara:


➖PANGERAN DIPONEGORO,KIAI MOJO, SENTOT ALIBASYAH PRAWIRODIRJO, Menanggalkan BUSANA ADAT JAWA ketika para Pengena Busana Adat menjadi Pembantu Utama Penjajah Protestan Beland iIkut serta menindas rakyat dgn menggunakan topeng BUDAYA ADAT untuk memadamkan CAHAYA ISLAM .


➖PANGERAN DIPONEGORO, walau menyandang Keris, Menurut DR TJIPTO MANGUNKUSUMO tidak pernah menghunus kerisnya di tengah peperangan. 

Tetapi selalu membacakan AL QURAN untuk membangkitkan Jiwa Juang umat dan rakyat pendukungnya yang anti penjajah.


➖PANGERAN DIPONEGORO, KIAI MOJO, SENTOT ALIBASYAH PRAWIRODIRJO BERBUSANA ISLAMI menyelamatkan bangsanya dari keruntuhan moral bangsanya.


➖Pembusana Adat Djawa bertingkah laku pemadat, merendahkan martabat wanita, perusak keluhuran Adat Djawa, perusak Syariah Islam dalam Istana Kesultanan dan di masyarakat Djawa. 

Berkedok memelihara Adat Djawa, tapi bermental rendah.


➖Bila disebutkan ORA NDJOWO artinya tingkah lakunya TIDAK ISLAMI. 

Saat itu JOWO atau JAWA di masyarakat artinya MENGERTI.

Bila disebut ORA NDJOWO artinya ORA NGERTI atau TIDAK ISLAMI. 

ORA artinya Tidak. 

Djawa artinya Islam dan Pribumi berseberangan penjajah yang asing.


➖Dalam perjalanan Sejarah ADAT DAERAH di Nusantara diperadabkan oleh Ajaran ISLAM. Pada masa penjajahan Kerajaan Protestan Belanda dan pemerintah Kolonial Belanda, ADAT BUDAYA yang bersifat LOKAL dijadikan PEMECAH BELAH KESATUAN BANGSA atau UMAT. 

Dijadikan Alat oleh penjajah melawan ISLAM yang bersifat UNIVERSAL dan PEMERSATU BANGSA INDONESIA.

Rabu, 14 Oktober 2020

KAMIKAH YANG KAU RINDUKAN ITU, YA RASULULLAH......❓

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

KAMIKAH YANG KAU RINDUKAN ITU, YA RASULULLAH......❓

 •┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


💎Undzur ilaina Yaa Rasulullah. 

💎Jangan kau palingkan wajahmu dari kami, tengoklah kami Yaa Rasulullah...... 


🌺 AKU RINDU SAUDARA-SAUDARAKU 🌺

---------------------------------------------------------------------


💎Suatu malam, menjelang waktu subuh, Rasulullah SAW bermaksud untuk wudhu untuk menunaikan shalat shubuh.


➖"Apakah ada air untuk wudhu?", beliau bertanya kepada para sahabatnya.


💎Ternyata tak ada seorang pun yang memiliki air. Yang ada hanyalah sebuah kantong kulit yang tinggal menyisakan tetesan-tetesan air. Kantong itu pun dibawa ke hadapan Rasulullah. Beliau lalu memasukkan jari-jemarinya yang mulia ke dalam kantong itu. Ketika Rasulullah mengeluarkan tangannya, terpancarlah dengan deras air dari sela-sela jarinya.


💎Para sahabat lalu segera berwudhu dengan air suci itu. Abdullah bin Mas'ud ra bahkan meminum air itu.


💎Hayya 'ala as-shalah, Hayya 'ala al-falah… 

Nabi pun kemudian memimpin shalat subuh berjamaah.


💎Usai salat subuh, Rasulullah saw duduk menghadapi para sahabatnya.


➖Beliau bertanya, "Tahukah kalian, siapa yang paling menakjubkan imannya?"


➖Para sahabat menjawab, "Para malaikat."


➖"Bagaimana mereka tak beriman, padahal mereka berada di samping Tuhan mereka?"


➖"Kalau begitu, para Nabi, ya Rasulullah," berkata para sahabat.


➖"Bagaimana para nabi tidak beriman, mereka beriman; mereka menerima wahyu dari Allah," jawab Rasulullah.


➖"Kalau begitu, kami; para sahabatmu, ya Rasulullah" kata para sahabat.


➖"Bagaimana kalian tidak beriman; sementara kalian baru saja menyaksikan apa yang kalian saksikan," Rasulullah merujuk kepada mukjizat yang baru saja terjadi.


➖"Lalu, siapa yang paling menakjubkan imannya itu, ya Rasulullah?" para sahabat bertanya.


➖Rasulullah menjawab, "Mereka adalah kaum yang datang sesudahku. Mereka tidak pernah berjumpa denganku; tidak pernah melihatku. Tapi ketika mereka menemukan Al-Qur'an terbuka di hadapannya, mereka lalu mencintaiku dengan kecintaan yang luar biasa.

Mereka adalah saudara-saudaraku."


➖Para Sahabat kemudian bertanya, “Bukankah kami juga saudaramu, Ya Rasulullah”


➖Rasulullah saw kemudian menjawab, “Benar, kalian adalah para sahabatku. Adapun saudaraku adalah mereka yang hidup setelah aku. Yang beriman kepadaku padahal mereka tak pernah melihatku. Merekalah yang beriman kepada yang gaib, yang menunaikan salat, yang menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan kepada mereka 

📖(QS. Al-Baqarah; 3)”


➖ Kemudian beliau melanjutkan kata-katanya, “Alangkah rindunya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu.”


                     _____?_______?_____


💎Ya Rasulullah….kamikah yang kau rindukan itu?


💎Ya Habiballah…

kami yang berlumur dosa inikah yang kau rindukan itu?


💎Ya Syafi’al Mudznibin..

sungguh kamipun sangat rindu kepadamu, rindu yang tak tertahankan, ya Rasulullah.


💎Ya Allah…sampaikan sebaik-baik sholawat dan salam kami kepada kekasih-Mu, Muhammad Rosulullah.


💎Allahumma Shalli wa Sallim ‘alaa Sayyidina Muhammad wa ‘alaa Aaali Sayyidina Muhammad.


💎Semoga dengan mengistiqomahkan bersholawat, kita semua mukminin mukminat dapat berjumpa serta mendapat syafaat Rosulullah di yaumul hisab nanti.


آمِــــــــــيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِــــــــــيْنَ


   وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب

Selasa, 13 Oktober 2020

UNTAIAN NASEHAT IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLAH

 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

🍁 UNTAIAN NASEHAT IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLAH 🍁

 •┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


🍁 IMAM SYAFI'I RAHIMAHULLAH BERSYAIR:


دَعِ الأَيَّامَ تَفْعَل مَا تَشَاءُ وَطِبْ نَفْساً إذَا حَكَمَ الْقَضَاءُ


➖“Biarkanlah hari demi hari berbuat sesukanya Tegarkan dan lapangkan jiwa tatkala takdir menjatuhkan ketentuan (setelah diawali dengan tekad dan usaha).”


وَلا تَجْزَعْ لِنَازِلَةِ اللَّيَالِـي فَمَا لِـحَوَادِثِ الدُّنْيَا بَقَاءُ


➖“Janganlah engkau terhenyak dengan musibah malam yang terjadi Karena musibah di dunia ini tak satu pun yang bertahan abadi (musibah tersebut pasti akan berakhir).”


وكُنْ رَجُلاً عَلَى الْأَهْوَالِ جَلْدًا وَشِيْمَتُكَ السَّمَاحَةُ وَالْوَفَاءُ


➖“(Maka) jadilah engkau lelaki sejati tatkala ketakutan menimpa Dengan akhlakmu; kelapangan dada, kesetiaan dan integritas.”


وإنْ كَثُرَتْ عُيُوْبُكَ فِيْ الْبَرَايَا وسَرّكَ أَنْ يَكُونَ لَها غِطَاءُ


➖“Betapapun aibmu bertebaran di mata makhluk Dan engkau ingin ada tirai yang menutupinya.”


تَسَتَّرْ بِالسَّخَاء فَكُلُّ عَيْبٍ يُغَطِّيْهِ كَمَا قِيْلَ السَّخَاءُ


➖“Maka tutupilah dengan tirai kedermawanan, karena segenap aib Akan tertutupi dengan apa yang disebut orang sebagai kedermawanan.”


وَلَا تُرِ لِلْأَعَادِيْ قَطُّ ذُلًّا فَإِنَّ شَمَاتَةَ الْأَعْدَا بَلَاءُ


➖“Jangan sedikitpun memperlihatkan kehinaan di hadapan musuh (orang-orang kafir) Itu akan menjadikan mereka merasa di atas kebenaran disebabkan berjayanya mereka, sungguh itulah malapetaka yang sebenarnya.”


وَلَا تَرْجُ السَّمَاحَةَ مِنْ بَخِيْلٍ فَما فِي النَّارِ لِلظْمآنِ مَاءُ


➖“Jangan pernah kau berharap pemberian dari Si Bakhil Karena pada api (Si Bakhil), tidak ada air bagi mereka yang haus.”


وَرِزْقُكَ لَيْسَ يُنْقِصُهُ التَأَنِّي وليسَ يزيدُ في الرزقِ العناءُ


➖“Rizkimu (telah terjamin dalam ketentuan Allâh), tidak akan berkurang hanya karena sifat tenang dan tidak tergesa-gesa (dalam mencarinya) Tidak pula rizkimu itu bertambah dengan ambisi dan keletihan dalam bekerja.”


وَلاَ حُزْنٌ يَدُومُ وَلاَ سُرورٌ ولاَ بؤسٌ عَلَيْكَ وَلاَ رَخَاءُ


➖“Tak ada kesedihan yang kekal, tak ada kebahagiaan yang abadi Tak ada kesengsaraan yang bertahan selamanya, pun demikian halnya dengan kemakmuran. (Beginilah keadaan hari demi hari, yang seharusnya mampu senantiasa memberikan kita harapan demi harapan dalam kehidupan)”


إذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ


➖“Manakala sifat Qanâ’ah senantiasa ada pada dirimu Maka antara engkau dan raja dunia, sama saja (artinya: orang yang qanâ’ah, senantiasa merasa cukup dengan apa yang diberikan Allâh untuknya, maka sejatinya dia seperti raja bahkan lebih merdeka dari seorang raja)


وَمَنْ نَزَلَتْ بِسَاحَتِهِ الْمَنَايَا فلا أرضٌ تقيهِ ولا سماءُ


➖“Siapapun yang dihampiri oleh janji kematian Maka tak ada bumi dan tak ada langit yang bisa melindunginya.”


وَأَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً وَلَكِنْ إذَا نَزَلَ الْقَضَا ضَاقَ الْفَضَاءُ


➖“Bumi Allâh itu teramat luas, namun Tatakala takdir (kematian) turun (menjemput), maka tempat manapun niscaya kan terasa sempit.”


دَعِ الأَيَّامَ تَغْدرُ كُلَّ حِينٍ فَمَا يُغْنِيْ عَنِ الْمَوْتِ الدَّوَاءُ


➖“Biarkanlah hari demi hari melakukan pengkhianatan setiap saat (artinya: jangan kuatir dengan kezaliman yang menimpamu) Toh, (pada akhirnya jika kezaliman tersebut sampai merenggut nyawa, maka ketahuilah bahwa) tak satu pun obat yang bisa menangkal kematian (artinya: mati di atas singgasana sebagai seorang raja dan mati di atas tanah sebagai orang yang terzalimi, sama-sama tidak ada obat penangkalnya).”


📚Dari kitab Dîwân al-Imâm asy-Syâfi’i hal. 10, Ta’lîq: Muhammad Ibrâhîm Salîm

Senin, 12 Oktober 2020

BAU BUSUK DARI KUBURAN SANG PENEGAK HUKUM

 ۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

       BAU BUSUK DARI KUBURAN

         SANG PENEGAK HUKUM 

 •┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


♦️Dalam kitab Nashâihul ‘Ibâd, Syaikh Nawawi al-Bantani mengungkap kisah seorang pencuri kain kafan dan seorang hakim dalam sebuah negara. Drama keduanya bermula ketika hakim yang dikenal sangat saleh itu merasakan detik-detik akhir usianya.


♦️Sang hakim gundah, terutama soal nasibnya nanti selepas prosesi pemakaman dirinya: akankah kain kafannya selamat dari tindak pencurian sebagaimana banyak kasus yang menimpa tetangganya saat itu? Ia tahu siapa yang biasa melakukannya. Maka dipangillah tukang nyolong kain mayat tersebut.


➖“Aku telah menyiapkan sejumlah uang seharga kain kafanku. Ambilah, tapi tolong jangan koyak kuburanku.” Si pencuri kain kafan mendengarkan dengan baik pesan sang hakim. Ia menyanggupi permintaannya.


♦️Si pencuri ternyata tak sungguh-sungguh memegang janjinya setelah hakim itu meninggal dunia. Di benaknya terlintas godaan mencuri kain kafan sang hakim. Istrinya sempat meredam niat buruknya ini, tapi gagal. Proses penggalian kubur pun berlangsung. Dalam aksi nekatnya inilah tukang curi kain kafan mendapatkan pengalaman ajaib.


♦️Telinganya seperti mendengar suara dua malaikat. Ia seolah dibimbing merekam peristiwa yang tak lazim dapat ditangkap indra itu.


➖“Ciumlah bau kakinya (hakim),” ujar malaikat satu kepada yang lain.


➖“Tidak ada yang aneh. Dia tidak menggunakan kedua kakinya untuk maksiat.”


♦️Penciuman terus berlanjut pada kedua tangan dan mata. Hasilnya sama. Tak ditemukan kejanggalan karena si hakim mampu menjaga tangan dan penglihatannya dari perbuatan haram. Malaikat lalu mulai memeriksa kedua telinga si hakim. Satu telinga masih luput dari masalah, tapi tidak untuk telinga bagian lain.


➖“Apa yang kau temukan?” tanya mailakat satu kepada yang lain.


➖“Sebuah bau busuk.”


➖“Kau tahu bau apa ini? Ini bau perbuatan si hakim yang cenderung mendengarkan satu pihak ketimbang yang lain dalam penyelesaian kasus sengketa dua pihak.


➖ Tiup!”


♦️Begitu tiupan diembuskan, api tiba-tiba memenuhi kuburan. Dan sejak peristiwa itulah pencuri kain kafan mengalami kebutaan.


♦️Syaikh Nawawi tak mencantumkan riwayat secara rinci perihal kisah dramatis ini. Beliau hanya menyebutnya berasal dari cerita sebagian ulama terdahulu. Syaikh Nawawi mengulasnya ketika menjelaskan balasan kehidupan setelah mati.


♦️Cerita di atas setidaknya berpesan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh sikap tidak adil dalam penegakan hukum tak hanya menimpa pada orang lain tapi juga diri sendiri. Citra positif di mata orang lain sebagai orang saleh tak akan mampu mengapus risiko dan tanggung jawab akibat kebusukan perilaku yang disembunyikan. Bukankah pengadilan sebenarnya justru terjadi setelah kehidupan di dunia ini?

Minggu, 11 Oktober 2020

TOBAT SELAGI SEMPAT

۞﷽۞


╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿ৡৢ˚❁🕌❁˚ৡ✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮

         🍂 🍂 TOBAT SELAGI SEMPAT 🍂🍂

•┈┈•⊰✿┈•ৡৢ❁˚🌹🌟🌹˚❁ৡ•┈✿⊱•┈┈•

                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


===================================


وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَاباً

➖“Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.”

📖[QS: Al-Furqan, 25: 71]


🍂SESUNGGUHNYA tidak ada yang setengah-setengah dalam agama, semua yang haq dan bathil telah dijelaskan secara rinci dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Karena itu, jika manusia ingin melaksanakan syari’at agama hendaknya bersikap total, sepenuhnya diamalkan.


🍂Masalahnya, ajakan dan perintah yang cukup jelas itu kadang menjadikan makhluk yang bernama manusia tidak sempat untuk menangkap hikmah dan manfaat kini. Orang menjadi serius dengan kesibukan tertentu, dan lalai dalam melaksanakan ajakan dan perintah itu.


🍂Di sisi lain, agama ini memberikan ‘rambu-rambu’ kehidupan yang jelas, dan larangan adalah garis yang tidak dapat diterjang oleh siapapun. Tanpa terkecuali. Betapa Islam tidak memberikan perlakuan yang bersifat ‘pilih kasih’ dalam soal tatanan dan aturan hidup.


🍂Sering kali ungkapan yang diajukan adalah karena saya manusia, tempat lupa dan salah. Ada lagi yang menganggap mumpung masih muda, dipuas-puaskan. Yang lain lagi mengatakan bahwa saya ini sudah terlanjur banyak berbuat maksiat. Mungkin masih banyak yang ingin menunjukkan mengapa tidak segera keluar untuk menemukan jalan baru, taubat. Semakin dicari alasan semakin tidak akan pernah terjadi pertaubatan. Dan menuruti hawa nafsu tidak akan pernah ada ujungnya.


SALAH DAN DOSA 


🍂Menurut pandangan Islam, dosa dibagi dua; dosa besar dan dosa kecil. Allah berfirman:


إن تجتنبوا كبائر ما تنهون عنه نكفّر عنكم سيّئاتكم وندخلكم مدخلا كريما


➖“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” 

📖(QS:An-Nisa’, 4: 31)


🍂Dalam ayat lain disebutkan:


الذين يجتنبون كبائر الإثم والفواحش إلا اللّمم إنّ ربّك واسع المغفرة


➖“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya.” 

📖(QS: An-Najm, 53: 32)


🍂Perbuatan dosa, baik besar maupun kecil, merupakan sebab utama kesengsaraan manusia. Dosa itu berdampak negatif pada diri pelakunya; keresahan, keterpurukan, bahaya kesehatan, akal, dan pekerjaan. Dampak lain berupa menghilangnya rasa persatuan, keguncangan maupun keributan pada masyarakat.


🍂Hanya para Nabi dan Rasul saja yang terjaga (ma’shum). Tidak ada satu dosapun yang dilakukan oleh mereka alaihissalam. Allah Ta’ala memberikan perlakuan khusus kepada hamba-hamba-Nya itu. Jika terdapat di antara kita yang mengaku bebas dari kesalahan, sok suci, bebas dari setitik salah, tentu bukanlah pengakuan, mungkin lebih dekat kepada canda atau mengingatkan kita dengan logika terbalik. Artinya, sadar atau tidak, ya kita pernah berbuah salah.


🍂Terdapat sebuah analogi bahwa salah itu seperti kotoran. Tergantung pada kecerdasan orang untuk dapat mengelolanya. Jika orang mampu menjadikan kesalahan untuk mendekat kepada Allah Ta’ala, untuk bertaubat kepada-Nya, maka kesalahan itu sebenarnya bukan kesalahan melainkan itu bentuk saluran rahmat dari Allah.


🍂Rasulullah Muhammad pernah bersabda 

➖ “Setiap anak manusia pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang mau bertaubat.” Hadits inilah yang dijadikan landasan untuk menyadari adanya kebaikan dari setiap keburukan, sehingga orang yang berbuat salah tidak berlama-lama menikmati kemaksiatan yang membawa kehancuran.


ARGUMEN ITU 


🍂Selalu orang bertanya tentang alasan dalam mengerjakan sesuatu, atau paling tidak orang berpikir tentang maksud ataupun tujuan melakukan hal yang diperintahkan. Tidak ada suatu perintah yang tidak dapat dilakukan oleh makhluk. Semua perintah yang Allah Ta’ala tetapkan merupakan indikator adanya kemampuan makhluk untuk mengerjakannya. Pun bila terdapat larangan-Nya, sebenarnya tidak seorangpun yang tidak dapat meninggalkannya. Betapa larangan itu lebih dekat kepada hawa nafsu yang mendominasi pribadi seseorang, sehingga larangan pun diterjang.


🍂Panggilan bertaubat sering dikumandangkan, hanya soal indera pendengaran saja yang bermasalah. Mendengar tetapi tidak fokus pada inti yang disampaikan. Mungkin bisa saja mendengar, tetapi menerima panggilan tersebut adalah soal lain.


🍂Jika nafas masih ada, itu tandanya masih terbuka kesempatan untuk bertaubat. Jika ada yang merasa kotor, terlanjur banyak maksiat dan dosa, itu tandanya diperintahkan untuk membersihkan diri, bertaubat. Jika orang sudah tahu dirinya kotor, berlumur lumpur, lantas ‘mandi’, lalu menceburkan diri dalam kubangan lumpur, itu berarti “nekad”. Orang yang berbuat dosa dan maksiat, sudah bertaubat, lalu menjerumuskan diri lagi, ini berarti belum menyadari dan sadar diri yang sesungguhnya.


PERTANYAANNYA, “MENGAPA HARUS BERTAUBAT ?”.


🍂Adalah awal yang baik bagi orang yang sadar akan maksiat dan bahayanya. Kesadaran untuk menjawab pertanyaan tersebut menjadi tonggak penting dalam perubahan seseorang yang ‘biasa’ berlaku maksiat untuk berubah dan menjadi ‘diri’ yang baru.


🍂Amru Khalid, dalam Hatta Yughayyiru ma bi Anfusihim, menyebutkan 15 efek buruk dari maksiat, di antaranya: murka Allah, kebencian orang mukmin, penghalang datangnya rezeki, penghalang memperoleh ilmu, cobaan yang berat, merasa terasing dari Allah, merasa terasing dari lingkungan, hati yang gelap dan raut muka yang suram, terhalang melakukan ketaatan, hasrat untuk mengerjakan kemaksiatan lain, kehinaan di sisi Allah, kehinaan di dalam hati, melemahkan akal, petaka akibat maksiat, dan mulut pelaku maksiat akan berkhianat pada dirinya.


🍂Argumen yang sahih ditemukan oleh para pelaku maksiat adalah dalam firman Allah:


إنّما التوبة على الله للّذين يعملون السّوء بجهالة ثم يتوبون من قريب فأولئك يتوب الله عليهم وكان الله عليما حكيما


➖“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera. Maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” 

📖(QS. An-Nisa’, 4: 17).


🍂Pada ayat di atas, yang dimaksud mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan adalah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu; 2. orang yang durhaka kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak; 3. orang yang melakukan kejahatan karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau Karena dorongan hawa nafsu.


SAATNYA KEMBALI 


🍂Dalam Al-Khathaya fi Nadzril Islam disebutkan bahwa taubat mencakup tiga syarat: (a) meninggalkan perbuatan dosa; (b) menyesali perbuatannya; (c) bertekad tidak akan melakukannya kembali. Salah satu unsur penting dalam taubat adalah adanya rasa penyesalan. Rasa penyesalan ini mempunyai pengaruh besar dalam merubah sikap seseorang dari keadaan jelek menjadi baik.


🍂Manusia lahir dalam keadaan suci, fitrah. Jika manusia mengotori fitrahnya itu lantaran hawa nafsu yang menguasai dirinya, hingga orang lalai, salah, berbuat dosa atau maksiat, maka kesempatan untuk membersihkan diri masih terbuka dan selalu dibuka untuk siapa saja yang mau kembali, kembali ke jalan yang benar. Selama hayat masih dikandung badan, bertaubat masih diterima. Namun bila orang menunda-nunda, mengulur waktu, tidak mau bersegera untuk bertaubat, maka suatu saat nyawa akan meregang dari raga tanpa warning, dan datangnyapun tiba-tiba.


🍂Jika panggilan taubat tidak lagi dihiraukan, waspadalah bahwa Malaikat Izrail bisa kapan saja dan dimana saja mencabut nyawa, tentunya Izrail bertindak setelah adanya instruksi Sang Khaliq. Maka waspadalah terhadap mati su’ul khatimah (akhir yang buruk).


🍂Upaya untuk kembali ke jalan yang lurus hendaknya diupayakan semaksimal mungkin. Perjuangan untuk taubat ini mengandung nilai yang positif bagi perbaikan pribadi dan bukti penghambaan kepada Yang Maha Pengampun. Jika orang yang bertaubat sudah kembali ke dalam naungan cahaya ilahi, ia pantang kembali kepada kemaksiatan. 

Maka diperlukan cara jitu untuk menepis keinginan untuk bermaksiat, yaitu :

(i) bergaul dengan orang saleh; 

(ii) membiasakan diri beramal saleh. 

Di sinilah pentingnya lingkungan yang baik, yang mendukung berseminya kemaslahatan dan perbaikan serta kebermaknaan hidup di bawah ridha Allah Ta’ala