Minggu, 19 Juli 2020

20 PERILAKU DURHAKA ISTRI TERHADAP SUAMI

                            ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
20 PERILAKU DURHAKA ISTRI TERHADAP SUAMI 
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

=========================================


 ➖ “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” ๐Ÿ“™ (HR. Bukhari)

Sesuai dengan hadits diatas, marilah kita saling berbagi pengetahuan dan ilmu yang kita ketahui agar lebih banyak bermanfaat buat lainnya. 

๐Ÿ’ฅ Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab perilaku durhaka istri terhadap suami, antara lain :

•Kedudukan sosial istri lebih lebih tinggi daripada kedudukan suami, 
•Istri lebih kaya dari suami,
•Istri lebih pandai dari suami,
•Watak istri lebih keras dari suami,
•Istri berasal dari lingkungan budaya yang menempatkan perempuan lebiih berkuasa daripada suami,
•Istri tidak mengerti tuntunan agama yang menempatkan istri dan suami pada ketentuan yang sebenarnya.


๐Ÿ’ฅ Adapun 20 perilaku durhaka istri terhadap suami adalah sebagai berikut :

1. Mengabaikan Wewenang Suami.

Di dalam rumah tangga, istri adalah orang yang berada di bawah perintah suami. Istri bertugas melaksanakan perintah-perintah suami yang berlaku dalam rumah tangganya. Rasulullah menggambarkan seandainya seorang suami memerintahkan suatu pekerjaan berupa memindahkan bukit merah ke bukit putih atau sebaliknya, maka tiada pilihan bagi istrinya selain melaksanakan perintah suaminya.

2. Menentang Perintah Suami.

Di dalam rumah tangga, perintah yang harus dilaksanakan istri adalah perintah suami. Begitu juga larangan yang harus dilaksanakan istri adalah larangan suaminya. 
Sabda Rasulullah : " Tidaklah seorang perempuan menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan hak suaminya". 
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Hadits tersebut tidak serta merta menempatkan kedudukan suami sederaja dengan Tuhan, tetapi hanya menerangkan bahwa jika hak suami untuk ditaati isstrinya yang sesuai dengan ketentuan Allah itu dilanggar oleh istrinya, ini berarti sama dengan istri melanggar perintah Allah SWT.

3. Enggan Memenuhi Kebutuhan Seksual Suami.

Perkawinan diatur oleh syari'at Islam untuk memberikan jalan yang halal bagi suami dan istri untuk melakukan hubungan seksual atau penyaluran dorongan biologis. Dengan demikian manusia dapat melakukan regenerasi keturunan dengan cara yang diridlai Allah SWT.
Karena itu, Islam menegaskan bahwasanya istri yang menolak ajakan suaminya berarti membuka pintu laknat terhadap dirinya.

4. Tidak Mau menemani Suami Tidur.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda : " ... Bila seorang istri semalaman tidur terpisah dari ranjang suaminya, maka malaikat melaknatnya sampai Shubuh."

Bila istri ingin tidur sendiri, sedang suaminya berada di rumah pada malam harinya, maka ia harus meminta ijin terlebih dahulu pada suaminya.

5. Memberatkan Beban Belanja Suami.

Allah SWT telah menegaskan bahwa setiap suami bertanggung jawab memberi nafkah istrinya sesuai dengan kemampuan. Istri yang menyadari bahwa suaminya miskin tidak dibenarkan menuntut belanja dari suaminya hanya mempertimbangkan kebutuhannya sendiri sehingga memberatkan suaminya.

Baca juga :


6. Tidak Mau Bersolek Untuk Suaminya.
Para istri diperintahkan untuk berkhidmat pada suaminya, termasuk mengurus dirinya sendiri dengan berhias dan berdandan sehingga dapat menyenangkan hati suaminya dan menimbulkan gairah dalam hidup bersama dirinya.

7. Merusak kehidupan Agama Suami.
Istri diperintahkan untuk membantu suaminya dalam menegakkan kehidupan beragama, sedangkan suami diperintahkan untuk membimbing istri menjalankan agamanya dengan baik. Karena itu, kalau istri tidak mau membatu suami menegakkan agama, apalagi merusak iman dan akhlak agama suami, sudah tentu ia menjerumuskan suaminya ke dalam neraka.

8. Mengenyampingkan Kepentingan Suami

Dari Aisyah ra, ujarnya : saya bertanya kepada Rasulullah SAW . : " Siapakah orang yang mempunyai hak paling besar terhadap seorang wanita?" Sabdanya : " Suaminya". Saya bertanya : " Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap seorang lelaki. " Jawabnya : "Ibunya". (HR.Bazaar dan Hakim; Hadits hasan)

Jelaslah Hadits di atas bahwa kepentingan suami harus lebih didahulukan oleh seorang istri daripada kepentingan ibu kandungnya sesndiri.

9. Keluar Rumah Tanpa Izin Suami.

Istri ditetapkan oleh Islam menjadi wakil suami dalam mengurus rumah tangga. Karena itu bilamana ia keluar meninggalkan rumah, maka dengan sendirinya ia harus lebih dulu mendapatkan izin suaminya. Bila ia tidak minta izin dan keluar rumah dengan kemauannya sendiri, maka ia telah melanggar kewajibannya terhadap suami, sedangkan melanggar kewajiban berarti durhaka terhadap suaminya.

10. Melarikan Diri Dari Rumah Suami

Rasulullah saw bersabda : "Dua golongan yang sholatnya tidak bermanfaat bagi dirinya yaitu hamba yang melarikan diri dari rumah tuannya sampai ia pulang; dan istri yang melarikan diri dari rumah suaminya sampai ia kembali." (HR. Hakim, dari Ibnu 'Umar)

11. Menerima Tamu Laki-laki Yang Tidak Disukai Suami.

Dalam sebuah Hadits, Rasulullah telah menegaskan bahwa seorang istri diwajibkan memenuhi hak-hak suaminya. Diantaranya yaitu :
a. Tidak mempersilakan siapapun yang tidak disenangi suaminya untuk menjamah tempat tidurnya.
b. Tidak mengizinkan tamu masuk bila yang bersangkutan tidak disukai oleh suaminya.
(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, Hadits hasan shahih)

12. Tidak Menolak Jamahan Lelaki Lain.

".... maka wanita-wanita yang shalih itu ialah yang taat lagi memelihara (dirinya dan harta suaminya) dikala suaminya tidak ada sebagaimana Allah telah memeliharanya..." (QS. An-Nisaa' (4) ayat 34)

Rasulullah menjelaskan bahwa seorang istri yang membiarkan dirinya dijamah lelaki lain boleh diceraikan. Hal itu menunjukan bahwa perbuatan istri tersebut adalah durhaka terhadap suaminya.

13. Tidak Mau merawat Ketika Suami Sakit.

Bila seorang istri menolak merawat suami yang sakit dengan alasan sibuk kerja atau tidak ada waktu karena merawat anak, maka ia telah melakukan tindakan yang tidak benar.

14. Puasa Sunnah Tanpa Izin Saat Suami Di Rumah.

Dari Abu Harairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda: " Seorang istri tidak halal berpuasa ketika suami ada di rumah tanpa izinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

15. Menceritakan Seluk Beluk Fisik Wanita Lain Kepada Suami.

Dari Ibnu Mas'ud, ujarnya : Rasulullah saw. bersabda: "Seorang wanita tidak boleh bergaul dengan wanita lain, kemudian menceritakan kepada suaminya keadaan wanita itu, sehingga suaminya seolah-olah melihat keadaan wanita tersebut." (HR. Bukhari dan Muslim)

16. Menolak Kedatangan Suami Bergilir Kepadanya.

Seorang istri yang dimadu, tetap mempunyai kewajiban untuk mentaati perintahnya, menyenangkan hatinya, berbhakti dan selalu berperilaku baik kepada suaminya ketika ia datang bergilir.

17. Mentaati Perintah Orang Lain Di Rumah Suaminya.

18. Menyuruh Suami Menceraikan Madunya

19. Minta Cerai Tanpa Alasan Yang Sah.

20. Mengambil Harta Suami Tanpa Izinnya.


๐Ÿ’ฅSemoga bermanfaat
๐Ÿ’ฅBarakallaahu fiikum


Baca juga :

20 TANDA-TANDA LEMAHNYA IMAN DAN 10 CARA MENGATASINYA

                            ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
20 TANDA-TANDA LEMAHNYA IMAN DAN 10 CARA MENGATASINYA 
•┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

=========================================


๐ŸŒ  Karunia yang paling berharga dalam hidup manusia adalah agamanya dan iman kepada Rabbnya.

๐ŸŒ  Dan sesungguhnya iman seseorang kepada Rabbnya, sikap membenarkan janji dan ancaman-Nya, mentaati-Nya, mentaati rasul-Nya, mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

๐ŸŒ  Itulah buah keimanan yang dengannya akan tercapai kebahagiaan di dunia dan keberuntungan serta keselamatan di akhirat.

๐ŸŒ  Namun iman bisa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Sehingga manusia dituntut selalu waspada dan berusaha agar imannya tidak lemah, kurang atau bahkan hilang.

๐ŸŒ  Keimanan manusia tidak seperti malaikat. Keimanan Manusia selalu dinamis, naik dan turun, sebagaimana sabda nabi Muhammad," Al imanu yajiidu wa yanqus, jadiidu." yang artinya :

➖"Iman itu kadang naik dan kadang turun, maka perbaharuilah selalu iman itu"


Baca juga :



๐ŸŒ  Berikut tanda-tanda Lemahnya Iman seseorang :

1. Terus menerus melakukan dosa dan 
     tidak merasa bersalah
2. Berhati keras dan tidak berminat untuk 
     membaca Al-Qur'an
3. Berlambat-lambat dalam melakukan 
     kebaikan, seperti terlambat untuk 
     melakukan shalat
4. Meninggalkan sunnah
5. Memiliki suasana hati yang goyah, 
    seperti bosan dalam kebaikan 
    dan sering gelisah
6. Tidak merasakan apapun ketika 
     mendengarkan ayat Al-Qur'an 
    dibacakan, seperti ketika Allah 
     mengingatkan tentang hukumanNya     
     dan janji-janjiNya tentang kabar baik.
7. Kesulitan dalam berdzikir dan    
    mengingat Allah.      
8. Tidak merasa risau ketika keadaan 
     berjalan bertentangan dengan syari'ah
9. Menginginkan jabatan dan kekayaan
10. Kikir dan bakhil, tidak mau membagi 
       rezeki yang dikaruniakan oleh Allah
11. Memerintahkan orang lain untuk 
       berbuat kebaikan, sementara 
      dirinya sendiri tidak melakukannya.
12. Merasa senang ketika urusan orang 
       lain tidak berjalan semestinya
13. Hanya memperhatikan yang halal dan 
       yang haram, dan tidak menghindari  
       yang makruh
14. Mengolok-olok orang yang berbuat 
       kebaikan kecil, seperti membersihkan 
       masjid
15. Tidak mau memperhatikan kondisi 
       kaum muslimin
16. Tidak merasa bertanggung jawab 
        untuk melakukan sesuatu demi 
        kemajuan Islam
17. Tidak mampu menerima musibah yang 
       menimpanya, seperti menangis 
       dan meratap-ratap di kuburan
18. Suka membantah, hanya untuk  
       berbantah-bantahan, tanpa memiliki 
       bukti
19. Merasa asyik dan sangat tertarik 
       dengan dunia, kehidupn duniawi, 
       seperti merasa resah hanya ketika  
       kehilangan sesuatu materi kebendaan
20. Merasa asyik (ujub) dan terobsesi pada 
      diri sendiri. 


๐ŸŒ  Beberapa cara untuk mengatasi lemahnya keimanan kita adalah sbb :

1. Tilawah Al-Qur'an dan mentadabburi maknanya, hening dan dengan suara yang lembut tidak tinggi, maka Insya Allah hati kita akan lembut. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, yakinkan bahwa Allah sedang berbicara dengan kita.

2. Menyadari keagungan Allah. Segala sesuatu berada dalam kekuasaannya. Banyak hal di sekitar kita yang kita lihat, yang menunjukkan keagunganNya kepada kita. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendakNya.

Allah maha menjaga dan memperhatikan segala sesuatu, bahkan seekor semut hitam yang bersembunyi di balik batu hitam dalam kepekatan malam sekalipun.

3. Berusaha menambah pengetahuan, setidaknya hal-hal dasar yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara berwudlu dengan benar. Mengetahui arti dari nama-nama dan sifat-sifat Allah, orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang berilmu.

4. Menghadiri majelis-majelis dzikir dan ilmu yang mengingat Allah. Malaikat mengelilingi majelis-majelis seperti itu.

5. Selalu menambah perbuatan baik. Sebuah perbuatan baik akan mengantarkan kepada perbuatan baik lainnya.

Allah akan memudahkan jalan bagi seseorang yang bershadaqah dan juga memudahkan jalan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Amal-amal kebaikan harus dilakukan secara kontinyu.

6. Merasa takut kepada akhir hayat yang buruk. Mengingat kematian akan mengingatkan kita dari terlena terhadap kesenangan dunia.

7. Mengingat fase-fase kehidupan akhirat, fase ketika kita diletakkan dalam kubur, fase ketika kita diadili, fase ketika kita dihadapkan pada dua kemungkinan, akan berakhir di surga, atau neraka.

8. Berdo'a, menyadari bahwa kita membutuhkan Allah. Merasa kecil di hadapan Allah.

9. Cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala harus kita tunjukkan dalam aksi. 
Kita harus berharap semoga Allah berkenan menerima shalat-shalat kita, dan senantiasa merasa takut akan melakukan kesalahan.

Malam hari sebelum tidur, seyogyanya kita bermuhasabah, memperhitungkan perbuatan kita sepanjang hari itu.

10. Menyadari akibat dari berbuat dosa dan pelanggaran. Iman seseorang akan bertambah dengan melakukan kebaikan, dan menurun dengan melakukan perbuatan buru.


Semoga bermanfaat
Barakallaahu fiikum


Baca juga :

Sabtu, 18 Juli 2020

MUSHAB BIN UMAIR RADHIALLAHU’ANHU "MENJUAL DUNIA UNTUK MEMBELI AKHIRAT" "TELADAN BAGI PARA PEMUDA ISLAM"

                               ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
"MENJUAL DUNIA UNTUK MEMBELI AKHIRAT"
"TELADAN BAGI PARA PEMUDA ISLAM" 
(MUSHAB BIN UMAIR RADHIALLAHU’ANHU) 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ 


Masa muda atau usia remaja adalah saat orang-orang mulai mengenal dan merasakan manisnya dunia. Pada fase ini, banyak pemuda lalai dan lupa, jauh sekali lintasan pikiran akan kematian ada di benak mereka. Apalagi bagi mereka orang-orang yang kaya, memiliki fasilitas hidup yang dijamin orang tua. Mobil yang bagus, uang saku yang cukup, tempat tinggal yang baik, dan kenikmatan lainnya, maka pemuda ini merasa bahwa ia adalah raja. 

Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada seorang pemuda yang kaya, berpenampilan rupawan, dan biasa dengan kenikmatan dunia. Ia adalah Mush’ab bin Umair. Ada yang menukilkan kesan pertama al-Barra bin Azib ketika pertama kali melihat Mush’ab bin Umair tiba di Madinah. Ia berkata,

ุฑَุฌُู„ٌ ู„َู…ْ ุฃَุฑَ ู…ِุซْู„َู‡ُ ูƒَุฃَู†َّู‡ُ ู…ِู†ْ ุฑِุฌَุงู„ِ ุงู„ุฌَู†َّุฉِ

“Seorang laki-laki, yang aku belum pernah melihat orang semisal dirinya. Seolah-olah dia adalah laki-laki dari kalangan penduduk surga.”

Ia adalah di antara pemuda yang paling tampan dan kaya di Kota Mekah. Kemudian ketika Islam datang, ia jual dunianya dengan kekalnya kebahagiaan di akhirat.

#KELAHIRAN_DAN_MASA_PERTUMBUHANNYA 

Mush’ab bin Umair dilahirkan di masa jahiliyah, empat belas tahun (atau lebih sedikit) setelah kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun 571 M (Mubarakfuri, 2007: 54), sehingga Mush’ab bin Umair dilahirkan pada tahun 585 M.

Ia merupakan pemuda kaya keturunan Quraisy; Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi.

Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…َุง ุฑَุฃَูŠْุชُ ุจِู…َูƒَّุฉَ ุฃَุญَุฏًุง ุฃَุญْุณَู†َ ู„ِู…َّุฉً ، ูˆَู„ุง ุฃَุฑَู‚َّ ุญُู„َّุฉً ، ูˆَู„ุง ุฃَู†ْุนَู…َ ู†ِุนْู…َุฉً ู…ِู†ْ ู…ُุตْุนَุจِ ุจْู†ِ ุนُู…َูŠْุฑٍ

“Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).

Ibunya sangat memanjakannya, sampai-sampai saat ia tidur dihidangkan bejana makanan di dekatnya. Ketika ia terbangun dari tidur, maka hidangan makana sudah ada di hadapannya.

Demikianlah keadaan Mush’ab bin Umair. Seorang pemuda kaya yang mendapatkan banyak kenikmatan dunia. Kasih sayang ibunya, membuatnya tidak pernah merasakan kesulitan hidup dan kekurangan nikmat.
Menyambut Hidayah Islam

Orang-orang pertama yang menyambut dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah istri beliau Khadijah, sepupu beliau Ali bin Abi Thalib, dan anak angkat beliau Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhum. Kemudian diikuti oleh beberapa orang yang lain. Ketika intimidasi terhadap dakwah Islam yang baru saja muncul itu kian menguat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam radhiyallahu ‘anhu. Sebuah rumah yang berada di bukit Shafa, jauh dari pengawasan orang-orang kafir Quraisy.

Mush’ab bin Umair yang hidup di lingkungan jahiliyah; penyembah berhala, pecandu khamr, penggemar pesta dan nyanyian, Allah beri cahaya di hatinya, sehingga ia mampu membedakan manakah agama yang lurus dan mana agama yang menyimpang. Manakah ajaran seorang Nabi dan mana yang hanya warsisan nenek moyang semata. Dengan sendirinya ia bertekad dan menguatkan hati untuk memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah al-Arqam dan menyatakan keimanannya.

Kemudian Mush’ab menyembunyikan keislamannya sebagaimana sahabat yang lain, untuk menghindari intimidasi kafir Quraisy. Dalam keadaan sulit tersebut, ia tetap terus menghadiri majelis Rasulullah untuk menambah pengetahuannya tentang agama yang baru ia peluk. Hingga akhirnya ia menjadi salah seorang sahabat yang paling dalam ilmunya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya ke Madinah untuk berdakwah di sana.

Baca juga :


#MENJUAL_DUNIA_UNTUK_MEMBELI_AKHIRAT 

Suatu hari Utsmani bin Thalhah melihat Mush’ab bin Umair sedang beribadah kepada Allah Ta’ala, maka ia pun melaporkan apa yang ia lihat kepada ibunda Mush’ab. Saat itulah periode sulit dalam kehidupan pemuda yang terbiasa dengan kenikmatan ini dimulai.

Mengetahui putra kesayangannya meninggalkan agama nenek moyang, ibu Mush’ab kecewa bukan kepalang. Ibunya mengancam bahwa ia tidak akan makan dan minum serta terus beridiri tanpa naungan, baik di siang yang terik atau di malam yang dingin, sampai Mush’ab meninggalkan agamanya. Saudara Mush’ab, Abu Aziz bin Umair, tidak tega mendengar apa yang akan dilakukan sang ibu. Lalu ia berujar, “Wahai ibu, biarkanlah ia. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang terbiasa dengan kenikmatan. Kalau ia dibiarkan dalam keadaan lapar, pasti dia akan meninggalkan agamanya”. Mush’ab pun ditangkap oleh keluarganya dan dikurung di tempat mereka. 

Hari demi hari, siksaan yang dialami Mush’ab kian bertambah. Tidak hanya diisolasi dari pergaulannya, Mush’ab juga mendapat siksaan secara fisik. Ibunya yang dulu sangat menyayanginya, kini tega melakukan penyiksaan terhadapnya. Warna kulitnya berubah karena luka-luka siksa yang menderanya. Tubuhnya yang dulu berisi, mulai terlihat mengurus.

Berubahlah kehidupan pemuda kaya raya itu. Tidak ada lagi fasilitas kelas satu yang ia nikmati. Pakaian, makanan, dan minumannya semuanya berubah. Ali bin Abi Thalib berkata, “Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid. Lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu (sebelum memeluk Islam) dibandingkan dengan keadaannya sekarang…” (HR. Tirmidzi No. 2476).

Zubair bin al-Awwam mengatakan, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dengan para sahabatnya di Masjid Quba, lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan kain burdah (jenis kain yang kasar) yang tidak menutupi tubuhnya secara utuh. Orang-orang pun menunduk. Lalu ia mendekat dan mengucapkan salam. Mereka menjawab salamnya. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji dan mengatakan hal yang baik-baik tentangnya. Dan beliau bersabda, “Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah. Keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha Allah dan menolong Rasul-Nya…” (HR. Hakim No. 6640).

Saad bin Abi Waqqash radhiayallahu ‘anhu berkata, “Dahulu saat bersama orang tuanya, Mush’ab bin Umair adalah pemuda Mekah yang paling harum. Ketika ia mengalami apa yang kami alami (intimidasi), keadaannya pun berubah. Kulihat kulitnya pecah-pecah mengelupas dan ia merasa tertatih-taih karena hal itu sampai-sampai tidak mampu berjalan. Kami ulurkan busur-busur kami, lalu kami papah dia.” (Siyar Salafus Shaleh oleh Ismail Muhammad Ashbahani, Hal: 659).

Demikianlah perubahan keadaan Mush’ab ketika ia memeluk Islam. Ia mengalami penderitaan secara materi. Kenikmatan-kenikmatan materi yang biasa ia rasakan tidak lagi ia rasakan ketika memeluk Islam. Bahkan sampai ia tidak mendapatkan pakaian yang layak untuk dirinya. Ia juga mengalami penyiksaan secara fisik sehingga kulit-kulitnya mengelupas dan tubuhnya menderita. Penderitaan yang ia alami juga ditambah lagi dengan siksaan perasaan ketika ia melihat ibunya yang sangat ia cintai memotong rambutnya, tidak makan dan minum, kemudian berjemur di tengah teriknya matahari agar sang anak keluar dari agamanya. Semua yang ia alami tidak membuatnya goyah. Ia tetap teguh dengan keimanannya.

#PERANANNYA_DALAM_ISLAM 

Mush’ab bin Umair adalah salah seorang sahabat nabi yang utama. Ia memiliki ilmu yang mendalam dan kecerdasan sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya untuk mendakwahi penduduk Yatsrib, Madinah.

Saat datang di Madinah, Mush’ab tinggal di tempat As’ad bin Zurarah. Di sana ia mengajrkan dan mendakwahkan Islam kepada penduduk negeri tersebut, termasuk tokoh utama di Madinah semisal Saad bin Muadz. Dalam waktu yang singkat, sebagian besar penduduk Madinah pun memeluk agama Allah ini. Hal ini menunjukkan –setelah taufik dari Allah- akan kedalaman ilmu Mush’ab bin Umair dan pemahamanannya yang bagus terhadap Alquran dan sunnah, baiknya cara penyampaiannya dan kecerdasannya dalam berargumentasi, serta jiwanya yang tenang dan tidak terburu-buru.

Hal tersebut sangat terlihat ketika Mush’ab berhadap dengan Saad bin Muadz. Setelah berhasil mengislamkan Usaid bin Hudair, Mush’ab berangkat menuju Saad bin Muadz. Mush’ab berkata kepada Saad, “Bagaimana kiranya kalau Anda duduk dan mendengar (apa yang hendak aku sampaikan)? Jika engkau ridha dengan apa yang aku ucapkan, maka terimalah. Seandainya engkau membencinya, maka aku akan pergi”. Saad menjawab, “Ya, yang demikian itu lebih bijak”. Mush’ab pun menjelaskan kepada Saad apa itu Islam, lalu membacakannya Alquran.

Saad memiliki kesan yang mendalam terhadap Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu dan apa yang ia ucapkan. Kata Saad, “Demi Allah, dari wajahnya, sungguh kami telah mengetahui kemuliaan Islam sebelum ia berbicara tentang Islam, tentang kemuliaan dan kemudahannya”. Kemudian Saad berkata, “Apa yang harus kami perbuat jika kami hendak memeluk Islam?” “Mandilah, bersihkan pakaianmu, ucapkan dua kalimat syahadat, kemudian shalatlah dua rakaat”. Jawab Mush’ab. Saad pun melakukan apa yang diperintahkan Mush’ab.

Setelah itu, Saad berdiri dan berkata kepada kaumnya, “Wahai Bani Abdu Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang kedudukanku di sisi kalian?” Mereka menjawab, “Engkau adalah pemuka kami, orang yang paling bagus pandangannya, dan paling lurus tabiatnya”.

Lalu Saad mengucapkan kalimat yang luar biasa, yang menunjukkan begitu besarnya wibawanya di sisi kaumnya dan begitu kuatnya pengaruhnya bagi mereka, Saad berkata, “Haram bagi laki-laki dan perempuan di antara kalian berbicara kepadaku sampai ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!”

Tidak sampai sore hari seluruh kaumnya pun beriman kecuali Ushairim.

Karena taufik dari Allah kemudian buah dakwah Mush’ab, Madinah pun menjadi tempat pilihan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya hijrah. Dan kemudian kota itu dikenal dengan Kota Nabi Muhammad (Madinah an-Nabawiyah). 

Baca juga :


#WAFATNYA 

Mush’ab bin Umair adalah pemegang bendera Islam di peperangan. Pada Perang Uhud, ia mendapat tugas serupa. Muhammad bin Syarahbil mengisahkan akhir hayat sahabat yang mulia ini. Ia berkata:

Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu membawa bendera perang di medan Uhud. Lalu datang penunggang kudak dari pasukan musyrik yang bernama Ibnu Qumai-ah al-Laitsi (yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah), lalu ia menebas tangan kanan Mush’ab dan terputuslah tangan kanannya. Lalu Mush’ab membaca ayat:

ูˆَู…َุง ู…ُุญَู…َّุฏٌ ุฅِู„َّุง ุฑَุณُูˆู„ٌ ู‚َุฏْ ุฎَู„َุชْ ู…ِู†ْ ู‚َุจْู„ِู‡ِ ุงู„ุฑُّุณُู„ُ ۚ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).

Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai-ah datang kembali dan menebas tangan kirinya hingga terputus. Mush’ab mendekap bendera tersebut di dadanya sambal membaca ayat yang sama:

ูˆَู…َุง ู…ُุญَู…َّุฏٌ ุฅِู„َّุง ุฑَุณُูˆู„ٌ ู‚َุฏْ ุฎَู„َุชْ ู…ِู†ْ ู‚َุจْู„ِู‡ِ ุงู„ุฑُّุณُู„ُ ۚ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).

Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera tersebut. Setelah Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada Ali bin Abi Thalib (Ibnu Ishaq, Hal: 329).

Lalu Ibnu Qumai-ah kembali ke pasukan kafir Quraisy, ia berkata, “Aku telah membunuh Muhammad”.

Setelah perang usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memeriksa sahabat-sahabatnya yang gugur. Abu Hurairah mengisahkan, “Setelah Perang Uhud usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari sahabat-sahabatnya yang gugur. Saat melihat jasad Mush’ab bin Umair yang syahid dengan keadaan yang menyedihkan, beliau berhenti, lalu mendoakan kebaikan untuknya. Kemudian beliau membaca ayat:

ู…ِู†َ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠู†َ ุฑِุฌَุงู„ٌ ุตَุฏَู‚ُูˆุง ู…َุง ุนَุงู‡َุฏُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ุนَู„َูŠْู‡ِ ۖ ูَู…ِู†ْู‡ُู…ْ ู…َู†ْ ู‚َุถَู‰ٰ ู†َุญْุจَู‡ُ ูˆَู…ِู†ْู‡ُู…ْ ู…َู†ْ ูŠَู†ْุชَุธِุฑُ ۖ ูˆَู…َุง ุจَุฏَّู„ُูˆุง ุชَุจْุฏِูŠู„ًุง

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab: 23).

Kemudian beliau mempersaksikan bahwa sahabat-sahabatnya yang gugur adalah syuhada di sisi Allah.

Setelah itu, beliau berkata kepada jasad Mush’ab, “Sungguh aku melihatmu ketika di Mekah, tidak ada seorang pun yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang rambutmu kusut dan (pakaianmu) kain burdah.”

Tak sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga Rasulullah bersabda, “Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumput idkhir.”

Mush’ab wafat setelah 32 bulan hijrahnya Nabi ke Madinah. Saat itu usianya 40 tahun.

#PARA_SAHABAT_MENGENANGNYA

Di masa kemudian, setelah umat Islam jaya, Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu yang sedang dihidangkan makanan mengenang Mush’ab bin Umair. Ia berkata, “Mush’ab bin Umair telah wafat terbunuh, dan dia lebih baik dariku. Tidak ada kain yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah”. (HR. Bukhari no. 1273). Abdurrahman bin Auf pun menangis dan tidak sanggup menyantap makanan yang dihidangkan.

Khabab berkata mengenang Mush’ab, “Ia terbunuh di Perang Uhud. Ia hanya meninggalkan pakaian wool bergaris-garis (untuk kafannya). Kalau kami tutupkan kain itu di kepalanya, maka kakinya terbuka. Jika kami tarik ke kakinya, maka kepalanya terbuka. Rasulullah pun memerintahkan kami agar menarik kain ke arah kepalanya dan menutupi kakinya dengan rumput idkhir…” (HR. Bukhari no.3897).

#PENUTUP 

Semoga Allah meridhai Mush’ab bin Umair dan menjadikannya teladan bagi pemuda-pemuda Islam. Mush’ab telah mengajarkan bahwa dunia ini tidak ada artinya dibanding dengan kehidupan akhirat. Ia tinggalkan semua kemewahan dunia ketika kemewahan dunia itu menghalanginya untuk mendapatkan ridha Allah.

Mush’ab juga merupakan seorang pemuda yang teladan dalam bersemangat menuntut ilmu, mengamlakannya, dan mendakwahkannya. Ia memiliki kecerdasan dalam memahami nash-nash syariat, pandai dalam menyampaikannya, dan kuat argumentasinya.



๐Ÿ“š#SUMBER :
al-Jabiri, Adnan bin Sulaiman. 2014. Shirah ash-Shahabi al-Jali: Mush’ab bin Umair. Jeddah: Dar al-Waraq al-Tsaqafah
Mubarakfury, Shafiyurrahman. 2007. ar-Rahiq al-Makhtum. Qatar: Wizarah al-Awqaf wa asy-Syu-un al-Islamiyah


Baca juga :


ABU SUFYAN BIN HARITS RADHIALLAHU’ANHU "KETUA PEMUDA SURGA"

                                ۞﷽۞

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
                 "KETUA PEMUDA SURGA"
( ABU SUFYAN BIN HARITS RADHIALLAHU’ANHU ) 
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊
=========================================

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


Tidak ada tali-temali yang menghubungkan dua pribadi seperti yang mengikat Rasulullah SAW dengan Abu Sufyan bin Harits. Dua insan itu lahir nyaris bersamaan. Keduanya sebaya dan dibesarkan dalam keluarga yang sama. 

Abu Sufyan—bukan Abu Sufyan bin Harb, ayah Muawiyah—adalah sepupu Rasulullah SAW. 
Ayahnya, Harits bin Abdul Muthalib, adalah saudara Abdullah, ayah Nabi Muhammad. 
Hubungan keduanya menjadi semakin erat karena mereka disusui oleh Halimah Sa'diyah secara bersamaan. 
Mereka pun menjadi dua sahabat bermain yang saling mengasihi satu sama lain.

Karena hubungan yang demikian erat tersebut, maka kebanyakan orang menyangka Abu Sufyanlah yang akan paling dahulu menyambut seruan Rasulullah SAW, dan dialah yang paling cepat memercayai serta mematuhi ajarannya dengan setia.

Namun kenyataannya tidak. Bahkan sebaliknya, justru ketika Rasulullah mulai menyampaikan dakwah di kalangan kerabatnya secara sembunyi-sembunyi, api kebencian menyala di hati Abu Sufyan. Kepercayaan dan kesetiaannya selama ini berubah menjadi permusuhan. Hubungan kasih sayang sebagai satu keluarga, satu saudara, sebaya dan sepermainan, pupus dan berubah jadi pertentangan.

Abu Sufyan adalah penunggang kuda yang terkenal dan penyair berimajinasi tinggi. Dengan dua keistimewaannya itu, ia tampil memusuhi dan memerangi Rasulullah yang saat itu mulai berdakwah secara terang-terangan.

Bila kaum Quraisy menyalakan api permusuhan melawan Rasulullah dan kaum Muslimin, maka Abu Sufyan pasti tampil di antara mereka. 
Lidahnya yang selalu menyemburkan syair terus menyindir Rasulullah dengan kata-kata kotor dan menyakitkan hati. Keadaan itu terus berlangsung selama dua puluh tahun.

Akhirnya, Allah melapangkan dada Abu Sufyan untuk menerima Islam sebagai agamanya. Lalu bersama putranya, Ja'far, ia berangkat menemui Rasulullah di Madinah. 

Ketika bertemu Rasulullah, Abu Sufyan menjatuhkan diri di hadapan beliau. Namun Rasulullah memalingkan wajahnya, tidak mau menerima Abu Sufyan. Ia pun mendatangi Nabi dari arah lain, tetapi Rasulullah tetap menghindar. Hal itu terjadi beberapa kali. 

Setelah berlangsung beberapa lama, akhirnya Rasulullah menerima keislaman Abu Sufyan. Beliau bersabda, "Tiada dendam dan tiada penyesalan, wahai Abu Sufyan."

"Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada saudara sepupumu ini cara berwudhu dan shalat," pinta Abu Sufyan. Demikianlah, akhirnya Abu Sufyan memeluk agama Islam dan menjadi pelindung utama Rasulullah SAW.

Sejak keislamannya, Abu Sufyan menghabiskan waktunya dengan beribadah dan berjihad, untuk menghapus bekas-bekas masa lalu dan mengejar ketertinggalannya.

Dalam peperangan-peperangan yang terjadi setelah Fathu Makkah, ia selalu ikut bersama Rasulullah. Ketika berlangsung Perang Hunain, Abu Sufyan tak mau ketinggalan dalam membela panji-panji Islam.

Baca juga :


Kala itu Abu Sufyan tengah memegang erat kendali kuda Rasulullah. Ia ingin berjuang di jalan Allah dan syahid di hadapan beliau. Maka sambil memegang erat tali kekang dengan tangan kirinya, tangan kanannya memegang pedang seraya menebas tiap musuh yang mencoba mendekati dan menyerang Rasulullah SAW. Akhirnya kaum Muslimin meraih kemenangan dalam perang itu.

Ketika suasana agak tenang, Rasulullah memandang ke arah sekitarnya. Didapatinya seorang mukmin tengah memegang erat-erat tali kekang kudanya. Rupanya, sejak pertempuran berkecamuk, orang itu tetap berada di tempatnya dan tidak pernah meninggalkannya. Ia tetap berdiri melindungi Rasulullah.

Rasulullah menatapnya lekat-lekat, lalu berkata, "Siapakah ini? Oh, saudaraku Abu Sufyan bin Harits! Aku telah meridhaimu dan Allah telah mengampuni dosa-dosamu."

Mendengar ucapan Rasulullah SAW itu, hati Abu Sufyan berbunga-bunga. Semangatnya kembali muncul. Ia pun kembali bergabung dalam barisan kaum Muslimin yang mengejar sisa-sisa pasukan musuh.

Sejak Perang Hunain itu, Abu Sufyan benar-benar merasakan nikmat Allah dan keridhaan-Nya. Dia merasa mulia dan bahagia menjadi sahabat Rasulullah. Hari-harinya dipenuhi dengan ibadah, mentadabburi Al-Qur'an, dan mengamalkannya. Dia berpaling dari kemewahan dunia, dan menghadap Allah dengan seluruh jiwa raganya.

Suatu ketika, Rasulullah melihatnya di dalam masjid. Beliau berkata kepada Aisyah, "Wahai Aisyah, tahukah kamu siapakah orang itu?"

"Tidak, ya Rasulullah," jawab Aisyah.

"Dia anak pamanku, Abu Sufyan bin Harits. Perhatikanlah, dialah yang paling pertama masuk masjid dan paling terakhir keluar. Pandangannya tidak pernah beranjak dan tetap menunduk ke tempat sujud. Dialah ketua pemuda di surga."

Pada masa pemerintahan Umar bin Al-Khathab, Abu Sufyan merasa ajalnya sudah dekat. Lalu digalinya kuburan untuk dirinya sendiri. Dan tidak lebih dari tiga hari setelah itu, maut pun datang menjemputnya, seolah memang telah berjanji sebelumnya.

Sebelum ruhnya meninggalkan jasad, ia berpesan kepada keluarganya, "Sekali-kali janganlah kalian menangisiku. Demi Allah, aku tidak melakukan dosa sedikit pun sejak masuk Islam."

Khalifah Umar turut menyalatkan jenazahnya. Al-Faruq meneteskan air mata duka atas kepergian salah seorang sahabatnya itu.


Baca juga :

Jumat, 17 Juli 2020

JIKA PRIA DI SURGA DAPAT BIDADARI, BAGAIMANA DENGAN WANITA....??

                            ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" JIKA PRIA DI SURGA DAPAT BIDADARI, BAGAIMANA DENGAN WANITA....?? "
 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊



ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐ŸŽ™️Pertanyaan 1:

☪️ Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: 
➖“Pria mendapatkan istri-istri bidadari di Surga, lalu wanita mendapatkan apa?

๐ŸŽ™️Jawaban:

➖Para wanita akan mendapatkan pria ahli Surga, dan pria ahli Surga lebih afdhal dari pada bidadari. Pria yang paling baik ada di antara pria ahli Surga. Dengan demikian, bagian wanita di Surga bisa jadi lebih besar dan lebih banyak daripada bagian pria, dalam masalah pernikahan. Karena wanita di dunia juga (bersuami) mereka mempunyai beberapa suami di Surga. Bila wanita mempunyai 2 suami, ia diberi pilihan untuk memilih di antara keduanya, dan ia akan memilih yang paling baik dari keduanya. 

๐Ÿ“š(Fatawa wa Durusul Haramil Makki, Syaikh Ibn Utsaimin 1/132, yang dinukil dalam Al-Fatawa Al-Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia “Fatwa-fatwa tentang wanita”)

๐ŸŽ™️Pertanyaan 2:

☪️ Syaikh Abdullah bin Jibrin ditanya: 
➖“Ketika saya membaca Al-Qur’an, saya mendapati banyak ayat-ayat yang memberi kabar gembira bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dari kaum laki-laki, dengan balasan bidadari yang cantik sekali. Adakah wanita mendapatkan ganti dari suaminya di akhirat, karena penjelasan tentang kenikmatan Surga senantiasa ditujukan kepada lelaki mukmin. Apakah wanita yang beriman kenimatannya lebih sedikit daripada lelaki mukmin?


Baca juga :



๐ŸŽ™️Jawaban:

☪️ Tidak bisa disangsikan bahwa kenikmatan Surga sifatnya umum untuk laki-laki dan perempuan. 
Allah berfirman:
➖ “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan” 
๐Ÿ“–(Ali-Imran:195)

➖“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” ๐Ÿ“–(An-Nahl:97)

➖“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” 
๐Ÿ“–(An-Nisa’:124)

➖“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar“ 
๐Ÿ“–(Al-Ahzab:35)

☪️ Allah telah menyebutkan bahwa mereka akan masuk Surga dalam firman-Nya:
➖ “Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan” 
๐Ÿ“–(Yasin:56)

➖“Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan“ 
๐Ÿ“–(Az-Zukhruf:70)

☪️ Allah menyebutkan bahwa wanita akan diciptakan ulang.

➖“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan” 
๐Ÿ“–(Al-Waqi’ah: 35-36)

☪️ Maksudnya mengulangi penciptaan wanita-wanita tua dan menjadikan mereka perawan kembali, yang tua kembali muda. Telah disebutkan dalam suatu hadits bahwa wanita dunia mempunyai kelebihan atas bidadari karena ibadah dan ketaatan mereka. Para wanita yang beriman masuk Surga sebagaimana kaum lelaki. Jika wanita pernah menikah beberapa kali, dan ia masuk Surga bersama mereka, ia diberi hak untuk memilih salah satu di antara mereka, maka ia memilih yang paling bagus diantara mereka.

๐Ÿ“š Dinukil dari Fatawal Mar’ah 1/13, yang dikutip dalam Al-Fatawa Al-Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia “Fatwa-fatwa tentang wanita”


๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•


Baca juga :

BEGINILAH 9 KRITERIA WANITA YANG DIRINDUKAN SURGA

                            ۞﷽۞

╭⊰✿️•┈•┈•⊰✿เงกৢ˚❁๐Ÿ•Œ❁˚เงก✿⊱•┈•┈•✿️⊱╮
" BEGINILAH 9 KRITERIA WANITA YANG DIRINDUKAN SURGA "
 •┈┈•⊰✿┈•เงกৢ❁˚๐ŸŒน๐ŸŒŸ๐ŸŒน˚❁เงก•┈✿⊱•┈┈•
                        ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊


ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


๐ŸŒนWanita merupakan sosok indah dengan segala keistimewaan yang ada pada dirinya. Seorang wanita bila dilihat dari segi manapun, selalu memancarkan pesona yang mampu memukau mata. Sehingga tidak mengherankan bila wanita disebut sebagai godaan terbesar bagi kaum pria.

๐ŸŒนBukan hanya pria, indahnya seorang wanita hingga surga pun merindukannya. Surga memang memiliki rindu, yaitu rindu orang-orang yang taat dan rindu orang-orang yang shaleh. Mengapa wanita ? Sebab, kebanyakkan wanita masuk neraka. 

๐ŸŒนSebagaimana dikatakan oleh Rasulullah, bahwa di akhirat kelak kebanyakan penghuni neraka adalah kaum wanita. Oleh sebab itulah, surga sangat merindukan wanita. Namun, wanita yang dirindu surga bukanlah orang sembarangan. Hanya mereka yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu lah yang didambakan untuk menempati surga. Lantas, kriteria bagaimanakah wanita yang dirindu surga tersebut? 

1️⃣. Memperteguh Iman. 

Kriteria wanita yang dirindu surga yang pertama adalah ia yang memperteguh imannya. Iman berasal dari hati. Sehingga jika hati kita yakin, maka sikap dan perilaku akan mengikuti kata hati. Hati yang memiliki iman akan senantiasa mengamalkan sifat terpuji yaitu selalu takut kepada Allah, hati yang selalu merindukan belai cinta Allah. Oleh sebab itu, wanita yang dirindu surga adalah ia yang memperbanyak dzikirnya, membaca Al-Qur’an, bertutur kata yang terpuji, menjauhi ghibah dan naminah.

2️⃣. Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. 

Kriteria yang kedua adalah wanita yang bertakwa kepada Allah SWT. Seorang wanita yang bertakwa kepada Allah adalah ia yang mudah memaafkan, memiliki toleransi yang tinggi, menghindari dosa besar dan beristighfar bila melakukan dosa kecil, serta memuliakan syiar Allah dan terkahir berlaku adil dalam memutuskan perkara. 

3️⃣. Berbakti kepada kedua orang tua. 

Berbakti kepada kedua orang tua hukumnya wajib dan fardhu ‘ain, dan harus didahulukan daripada amalan-amalan lain yang sifatnya fardhu kifayah dan sunnah. Selain itu, berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban yang paling utama setelah shalat yang merupakan tiang agama.

4️⃣. Taat kepada suami dalam hal kebaikan. 

Seorang istri yang taat bukan karena suaminya baik atau tidak, melainkan ia ingin berkhidmat kepada suaminya sebab ia paham bahwa pintu surga seorang wanita yang telah menikah adalah taat dihadapan suaminya. 

☪️ Bahkan Rasulullah mengatakan bahwa seorang wanita yang menjaga shalat lima waktu, berpuasa di bulan ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat pada suaminya, maka ia ร5diperbolehkan masuk surga melalui pintu manapun yang ia suka.

Baca juga :



5️⃣. Wanita yang senantiasa sabar ketika mendapatkan musibah atau ujian. 

Sesungguhnya tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa berbagai macam ujian dan musibah. Oleh sebab itu, kriteria wanita yang dirindu surga bukanlah wanita yang hanya melaksanakan puasa dan shalat saja. Namun adalah wanita yang bersabar ketika ditimpa ujian dan musibah. 

6️⃣. Wanita yang memiliki anak-anak shalih dan shalihah. 

Saat kita berhasil mendidik anak dengan baik sehingga menjadi shalih yun  dan shalihah, tentunya Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha kita. Bahkan Rasulullah mengatakan bahwa belum sempurna iman seseorang sebelum ia lebih mencintai anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya.

7️⃣. Membaca dengan mengamalkan Al-Qur’an. 

Kriteria selanjutnya adalah wanita yang gemar membaca dan mengamalkan Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an memang tidak diharuskan langsung banyak, tapi diperbolehkan sedikit demi sedikit asalkan rutin dan istiqomah. Dan orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, sementara yang masih terbata-bata, maka ia mendapatkan dua pahala. Oleh sebab itu, berlomba-lombalah dalam mengamalkan Al-Qur’an.

8️⃣. Menutup aib dan pandai menjaga lisan. 

Wanita yang dirindukan surga adalah ia yang dapat menutup aib dirinya serta aib orang lain, serta mampu menjaga lisannya dari perkataan yang tidak baik dan fitnah. Sudah seharusnya muslimah yang baik lebih menahan dirinya dari banyak berbicara bila tidak penting dan tidak ada manfaatnya. 

9️⃣. Menyambung dan mempererat tali silahturrahim. 

Kriteria yang terakhir adalah wanita yang menyambung dan mempererat tali silahturrahim. Merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menyambung tali silahturrahim, serta haram untuk memutuskannya. Sebagaimana sabda Rasulullah bahwa tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan.

๐ŸŒนDemikianlah kriteria wanita yang dirindukan surga. Memang bukanlah wanita sembarangan, oleh sebab itu kepada kaum wanita, marilah kita berbenah diri sehingga termasuk kedalam golongan wanita surga tersebut. 
Sungguh merupakan kebahagian terbesar bila dapat menjadi wanita yang dirindukan surga. 
Dan semoga kita tetap istiqomah di jalanNya. 

ุขู…ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ูŠู† ูŠَุงุฑَุจَّ ุงู„ْุนَู„َู…ِูŠْู†َ 

๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•


Baca juga :

Kamis, 16 Juli 2020

UBAH UBAIDAH BIN JARRAH RADHIYALLAHU'ANHU "PEMIMPIN PARA PEMIMPIN (AMIRUL UMARA)"

              ۞﷽۞   

            ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
" PEMIMPIN PARA PEMIMPIN (AMIRUL UMARA) " 
UBAH UBAIDAH BIN JARRAH RADHIYALLAHU'ANHU
           •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                              ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


   Sahabat inilah yang pertama-tama dijuluki sebagai pemimpin para pemimpin (Amirul Umara). 
Dialah orang yang dipegang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kanannya seraya bersabda mengenai dirinya,

ุฅِู†َّ ู„َูƒُู…ْ ุฃُู…َّุฉً ุฃَู…ِูŠْู†ًุง، ูˆَุฅِู†َّ ุฃَู…ِูŠْู†َ ู‡ุฐِู‡ِ ุงْู„ุฃُู…َّุฉِ ุฃَุจُูˆْ ุนُุจَูŠْุฏَุฉَ ุจْู†ُ ุงْู„ุฌَุฑَّุงุญِ

➖ “Sesungguhnya setiap umat memiliki orang kepercayaan, dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.“

Orang kepercayaan inilah yang disebut-sebut Al-Faruq radhiallahu ‘anhu pada saat akan menghembuskan nafas terakhirnya, “Seandainya Abu Ubaidah bin al-Jarrah radhiallahu ‘anhu masih hidup, niscaya aku menunjuknya sebagai penggantiku. Jika Rabb-ku bertanya kepadaku tentang dia, maka aku jawab, ‘Aku telah menunjuk kepercayaan Allah dan kepercayaan Rasul-Nya sebagai penggantiku’.”

Ia masuk Islam lewat perantaraan Ash-Shiddiq di masa-masa awal Islam sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk Darul Arqam. Ia berhijrah ke Habasyah yang kedua. Kemudian kembali untuk berdiri di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salalm dalam Perang Badar. Ia mengikuti peperangan seluruhnya, kemudian melanjutkan berbagai peperangan bersama Ash-Shiddiq dan Al-Faruq radhiallahu ‘anhuma.

Sikap yang ditunjukkannya dalam perang Uhud menjelaskan kepada kita bahwa ia benar-benar kepercayaan umat ini, di mana ia tetap menebaskan pedangnya yang terpercaya kepada pasukan kaum paganis. Setiap kali situasi dan kondisi perang mengharuskannya jauh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia berperang sembari kedua matanya memperhatikan di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertempur.

Di salah satu putarannya dan peperangan telah mencapai puncaknya, Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu dikepung oleh segolongan kaum musyrikin. Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu kehilangan kesadarannya, ketika melihat anak panah meluncur dari tangan orang musyrik lalu mengenai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia menyerang orang-orang yang mengepungnya dengan pedangnya dan seolah-olah ia memegang seratus pedang, sehingga membuat mereka tercerai berai. Lantas ia berlari bak terbang menuju Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia melihat darah beliau yang suci mengalir dari wajahnya, dan melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap darah itu dengan tangan kanannya seraya bersabda,

ูƒَูŠْูَ ูŠُูْู„ِุญُ ู‚َูˆْู…ٌ ุฎَุถَุจُูˆْุง ูˆَุฌْู‡َ ู†َุจِูŠِّู‡ِู…ْ، ูˆَู‡ُูˆَ ูŠَุฏْุนُูˆْู‡ُู…ْ ุฅِู„َู‰ ุฑَุจِّู‡ِู…ْ

➖ “Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melumuri wajah Nabi mereka, padahal dia menyeru kepada Rabb mereka.” 
๐Ÿ“š(Lihat, Tafsir al-Qurthubi, 4/ 199)


Baca juga :


Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu menerangkan kepada kita tentang fenomena ini lewat pernyataannya, “Pada saat perang Uhud, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena lemparan sehingga dua bulatan besi menancap di dahinya, aku cepat-cepat menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara ada seseorang yang datang dari arah timur berlari kencang seperti terbang, maka aku katakan, ‘Ya Allah, jadikanlah itu sebagai ketaatan.’ Ketika kami sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ternyata ia adalah Abu Ubaidah bin Jarrah yang telah datang lebih dulu daripadaku. Ia berkata, ‘Aku meminta kepadamu, dengan nama Allah, wahai Abu Bakar, biarkan aku mencabutnya dari wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Aku pun membiarkannya. Ubaidah mengambil dengan gigi serinya salah satu bulatan besi itu, lalu mencabutnya dan jatuh ke tanah, gigi serinya pun jatuh bersamanya. Kemudian ia mengambil sepotong besi lainnya dengan gigi serinya yang lain sampai jatuh. Sejak saat itu, Abu Ubaidah di tengah khalayak dijuluki dengan Atsram (yang terpecah giginya, atau jatuh dari akarnya).

Pada saat delegasi Najran dari Yaman datang untuk menyatakan keislaman mereka, dan meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mengutus bersama mereka orang yang mengajarkan kepada mereka Alquran, Sunnah dan Islam, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada mereka,

ู„ุฃَุจْุนَุซَู†َّ ู…َุนَูƒُู…ْ ุฑَุฌُู„ุงً ุฃَู…ِูŠْู†ًุง، ุญَู‚َّ ุฃَู…ِูŠْู†ٍ، ุญَู‚َّ ุฃَู…ِูŠْู†ٍ، ุญَู‚َّ ุฃَู…ِูŠْู†ٍ

➖ “Aku benar-benar akan mengutus bersama kalian seorang pria yang sangat dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya.”
๐Ÿ“š(Thabaqat Ibn Sa’d, 3/ 314)

Semua sahabat berharap bahwa dialah yang bakal dipilih oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ternyata persaksian ini menjadi keberuntungannya.

Umar Al-Faruq radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku tidak menyukai suatu jabatan pun sebagaimana aku menyukainya pada saat itu, karena berharap akulah yang bakal memperolehnya. Aku pergi untuk shalat Zhuhur dengan berjalan kaki. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Zhuhur bersama kami, beliau mengucapkan salam, kemudian memandang ke kanan dan ke kiri. Aku menegakkan punggungku agar beliau melihatku. Tapi beliau terus mengarahkan pandangannya hingga melihat Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Kemudian beliau memanggilnya seraya bersabda,

ุงُุฎْุฑُุฌْ ู…َุนَู‡ُู…ْ، ูَุงู‚ْุถِ ุจَูŠْู†َู‡ُู…ْ ุจِุงู„ْุญَู‚ِّ ูِูŠْู…َุง ุงุฎْุชَู„َูُูˆْุง ูِูŠْู‡ِ

➖ ‘Keluarlah bersama mereka. Putuskan perkara di antara mereka dengan haq dalam segala hal yang mereka perselisihkan’.“

Akhirnya, Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu pergi bersama mereka.

Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu berjalan di bawah panji Islam. Sekali waktu ia bersama para pasukan biasa, dan pada kesempatan yang lain bersama para panglima. Sampai datanglah masa Umar radhiallahu ‘anhu, ia menjabat sebagai panglima pasukan Islam di salah satu peperangan besar di Syam. Ia mendapatkan kemenangan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam peperangan ini, hingga ia menjadi hakim dan gubernur negeri Syam, dan perintahnya ditaati.

Amirul Mu’minin Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu mengunjungi Syam, dan bertanya kepada orang-orang yang menyambutnya, “Di manakah saudaraku?” Mereka bertanya, “Siapa?” Ia menjawab, “Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” Ketika Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu datang, Umar memeluknya. Kemudian Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu membawa Umar radhiallahu ‘anhu ke rumahnya. Di dalam rumah tersebut, Umar tidak melihat sedikit pun perkakas rumah tangga, kecuali pedang, perisai dan untanya. Umar radhiallahu ‘anhu bertanya kepadanya sembari tersenyum, “Mengapa engkau tidak memiliki sesuatu untuk dirimu sebagaimana dilakukan orang lain?” Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu menjawab, “Wahai Amirul Mu’minin, inilah yang bisa mengantarkanku ke akhirat.”

Pada suatu hari, pada saat Al-Faruq Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berada di Madinah, seorang informan datang kepadanya untuk mengabarkan bahwa Abu Ubaidah telah meninggal dunia. Mendengar hal itu, Al-Faruq radhiallahu ‘anhu memejamkan kedua matanya dalam keadaan penuh dengan air mata. Air mata pun mengalir, lalu dia membuka kedua matanya dalam kepasrahan. Ia memohonkan rahmat Allah untuk sahabatnya dalam keadaan air mata mengalir dari kedua matanya, air mata orang-orang shalih. Air mata mengalir karena kematian orang-orang yang shalih. Al-Faruq Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata, “Seandainya aku boleh berangan-angan, maka aku hanya mengangankan sebuah rumah yang dipenuhi orang-orang semisal Abu Ubaidah.”

Kepercayaan umat meninggal dunia di atas bumi yang telah dibersihkannya dari paganisme Persia yang beragama Majusi dan dari keangkara murkaan Romawi. Di sana pada hari ini, di bawah tanah Yordan, jasad yang suci dikebumikan. Ia menjadi tempat bagi ruh yang baik dan jiwa yang tentram.


Baca juga :

ABDURRAHMร‚N BIN AUF RADHIYALLAHU'ANHU "DIPERCAYA DIBUMI DAN DI LANGIT" "MASUK SURGA DENGAN CARA MERANGKAK"

۞﷽۞

                ╭⊰✿️┈•┈•⊰✿๐ŸŒŸ✿⊱•┈•┈✿️⊱╮
          "DIPERCAYA DIBUMI DAN DI LANGIT" 
 "MASUK SURGA DENGAN CARA MERANGKAK"
 (ABDURRAHMร‚N BIN AUF RADHIALLAHUANHU) 
               •┈┈•⊰✿┈•๐Ÿ”ธ️๐ŸŒน๐Ÿ”ธ️•┈✿⊱•┈┈•
                                ╭⊰✿ •̩̩̩͙े༊

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ 
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ


Inilah salah satu julukan yang diberikan kepada sahabat nabi ini, Pada biografi dan kisah Abdurrahman bin Auf mungkin kebanyakan kita hanya mengenal beliau sebagai sahabat yang pandai berdagang dan mempunyai banyak harta berkat kejujurannya dalam berusaha. Akan tetapi, ada banyak sekali cerita indah dan mengagumkan dalam kehidupan beliau yang patut kita gali dan ketahui untuk dijadikan sebagai teladan untuk kehidupan kita sehari-hari.

Selain kisah soal kekayaan dan kedermawanan Abdurrahman bin Auf, ada satu hadis pula yang sangat familiar dan sering kita dengarkan bahwa menurut penuturan anaknya sendiri, Ibrahin, bahwa Nabi pernah berkata kepadanya bahwa ia akan masuk surga dengan merangkak, sehingga jika ingin melepasakan dirinya dari keadaan tersebut maka ia harus menafkahkan semua harta yang ia dapatkan di waktu sore. Secara umum mungkin kita mengetahui seperti ini, tapi bagaimana kisah lengkapnya, tentunya harus dibaca lebih lengkap lagi di bawah.

KISAH ABDURRAHMAN BIN AUF SAAT KELAHIRANNYA 

Tepatnya 10 tahun dari tahun gajah, lahirlah seorang putra yang mulia pada kabilah bernama Zuhrah bin Kilab. Dengan kelahiran bayi tersebut seluruh dari kabilah merasa senang dan bahagia.

Nama lengkap dari anak tersebut adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayyi Al-Quraisy Az-Zuhri. Jadi ayahnya bernama Auf, sedang kakeknya bernama Abdul Harits.

Adapun ibunya bernama Asy-Syifa’ yang mana ia juga jalur keturunan dari Zahrah bin Kilab. Ia juga memeluk agama Islam dan ikut hijrah bersama kaum muslimin lainnya.

Hari berganti hari, Abdurrahman dididik dengan sifat-sifat mulia dari ayahnya sehingga mampu menjadikan ia sebagai anak yang memiliki sifat dermawan, bijaksana, setia dan tak menyalahi janji serta pemberani.

KISAH ABDURRAHMร‚N BIN AUF 

Di masa mudanya Abdurrahman tumbuh sebagai anak yang memiliki sifat toleransi yang tinggi pada sesamanya dan mampu menjaga diri dari hal hal yang buruk dari sukunya, terutama usahanya berpaling dari menyembah berhala.

Nama Abdurrahman sendiri sebenarnya bukan nama yang ia dapat dari suku maupun ayahnya karena nama tersebut merupakan pemberian dari Nabi saw. Sebelumnya ia bernama Abdul Harits, Abdu Amrin atau pun Abdul Ka’bah.

Sebagai seorang yang termasuk dalam 10 sahabat yang dijamin masuk surga, Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai pribadi yang ringan tangan dalam membantu orang lain. Tangannya selalu terbuka untuk membantu siapa saja yang sedang mengalami kesusahaan. Selain itu, ia dikenal juga sebagai orang yang mudah meneteskan air mata.

CIRI FISIKNYA 

Diketahui bahwa Abdurrahman bin Auf adalah orang yang memiliki wajah yang tampan, kulitnya berwarna kemerah-merahan, rambutnya tidak beruban, tangannya tampak besar dan demikian pula jari-jarinya, sedang kakinya tampak pincang karena beliau terkena serangan musuh saat ikut dalam perang Uhud.

HIJRAH 

Karena situasi keamanan umat muslim di Makkah waktu itu tidak mendukung akibat tindakan kaum kafir Quraisy yang sering menyiksa dan menyakiti kaum muslim yang lemah, akhirnya Abdurrahman bin Auf beserta muslim lainya mendapat izin Nabi saw. untuk hijrah ke Habsyah, yakni negeri yang dikepalai oleh Raja Najasyi yang berhati baik. Keberangkatan beliau hijrah ke negeri tersebut bukanlah hal yang mudah karena perjalanan dilalui menggunakan laut, sedang keadaan perahu waktu itu belum sebagus sekarang.

Diketahui bahwa Abdurrahman tidak lama berada di Habasyah, ia kemudian kembali ke Makkah, dan pada saat terjadi hijrah besar-besaran ke Madinah, beliau juga ikut dan mejalani hidup bahagia di sana.

ABDURRAHMร‚N BIN AUF LEBIH SENANG BERDAGANG DARIPADA DIBERI 

Kisah Abdurrahman bin Auf yang satu ini perlu kita camkan dan tiru. Beliau memiliki sifat yang luhur dan percaya betul bahwa jaminan Allah terhadap nafkah untuk hambanya pasti dipenuhi.

Pada waktu di Madinah, Nabi saw mempersaudarakan dari masing-masing kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. 
Kebetulan waktu itu Abdurrahman dipersaudarakan oleh Nabi dengan Sa’ad bin Rabi’ Al Anshari. 
Dan karena merasa sebagai saudara, Sa’ad kemudian menawarkan kepada Abdurrahman sebagian tanah dan bahan makanan yang dimilikinya kepada saudara seimannya tersebut, yakni Abdurrhman.

Namun, apa yang terjadi? 
Abdurrahmana bin Auf lantas berkata kepada saudaranya tersebut:

“Antarkanlah saya ke pasar untuk (agar supaya) bisa berjual beli atau berdagang."
Dari peristiwa ini jelas sekali bahwa beliau memiliki sifat yang sangat hati-hati dan lebih memilih berusaha sendiri ketimbang diberi sama orang lain.

Setelah ia ditunjuki pasar di Madinah waktu itu, ia pun kemudian mulai berjualan dengan penuh kejujuran dan sikap terpercaya.

Banyak ahli sejarah menyebutkan bahwa sekalipun Abdurrahman datang ke Madinah dengan tanpa modal dan tanpa meminta-minta, ia bisa berhasil menjadi pedagang yang sukses dan mampu mengumpulkan banyak sekali harta. 
Ini berkat salah satu sifat terpujinya, yakni jujur dalam berdagang. 
Saat berdagang ia selalu memisahkan antara barang yang baik dan yang tidak baik dan menjualnya dengan harga yang berbeda sehingga orang-orang merasa puas berbelanja dan berbisnis dengannya. 
Inilah teladan yang wajib kita tiru jika ingin sukses dalam menjalankan usaha atau bisnis.

Baca juga :


KEDUDUKAN ABDURRAHMร‚N DALAM PERANG MEMBELA ISLAM 

Abdurrahmana bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam perang. 
Nabi pernah memilihnya untuk memimpin 700 pasukan menuju “daumatil Jandal” pada tahun ke-6 Hijriyah.

Sebelum berangkat, Nabi sendiri yang mengenakan surban di kepalanya dan berkata kepadanya, ”Berjalanlah dengan menyebut nama Allah!”

Sesampainya di tempat tujuan, beliau lalu mengajak kepada penduduknya untuk memeluk agama Islam (sebanyak tigak kali), namun mereka menolak. Akhirnya, melakukan serangan yang akhirnya memperoleh kemenangan. Adapun pimpinan dari kaum tersebut, Al-Ashbagh bin Amrin Al Kulayyi, yang beragama Nasrani akhirnya menyerahkan diri dan masuk Islam.

Dan setelah mengabarkan kemenangannya pada Nabi, ia pun akhirnya diperintahkan untuk menikah dengan Tumadlir binti Ashbagh yang kemudian dikaruniai seorang putra bernama Abu Salamah bin Abdurrahman.

Dalam perang Uhud sendiri Abdurrahman mengalami banyak tusukan dan sabetan pedang dan bila dihitung kurang lebih ada sekitar 21 bekas luka di tubuhnya berkat perang tersebut. Selain itu kakinya juga pincang karena mendapat musibah pada perang tersebut.

Adapun dalam perang Tabuk, yakni perang tandingan antara kaum Romawi dengan umat Muslim, kisah Abdurrahman bin Auf juga terukir di dalamnya. Beliau termasuk salah seorang yang memberikan sumbangan yang besar dalam persiapan perang umat muslim yang pada saat itu sedang mengalami masa sulit. Harta yang ia sumbangkan banyak sekali, bahkan sampai ribuan dirham.

Peristiwa yang juga tercatat dalam sejara pada perang Tabuk ini adalah saat kaum muslimin sudah sampai antara Al-Hijr dan tabuk dan hendak melaksanakn salat subuh, namun karena waktu itu Nabi belum hadir karena mencari Wudhu, sedang waktu sudah akan beranjak pagi, hingga akhirnya kaum muslimin mempersilahkan Abdurrahman bin Auf untuk memimpin salat. Akan tetapi, di tengah mengerjakan salat Nabi akhirnya datang dan ikut salat pada rakaat terakhir. Setelah salam selesai, Nabi kemudian melanjutkan salatnya. Setelah selesai salat, Nabi lalu berbalik ke ummat dan bersabda : Sungguh kamu semua memperoleh kebenaran dan kebaikan.” Ya, karena mereka memilih mengerjakan salat tepat waktu..

Setelah itu nabi juga bersabda mengenai Abdurrahman bin Auf, bahwa “Tiada dicabut (roh) seorang Nabi sehingga ia salat di belakang seorang lelaki yang saleh dari umatnya.”

MENJADI ORANG YANG DIPERCAYA 

Pernah suatu ketika dalam sebuah permusyarawatan Abdurrahman bin auf berkata :

“Apakah kamu semua memperkenankan saya memilih kepada kamu semua?”

Ali ra. pun menjawab: Sayalah orang yang pertama kali rela dan memperkenankan, sebab saya pernah mendengar Nabi bersabda:

“Engkau adalah orang yang dipercaya oleh penghuni langit dan oleh penghuni bumi.”

Dengan sabda Nabi saw. tersebut berarti Abdurrahman telah betul-betul dipercaya memiliki sifat yang luhur dan amanah.

BERUSAHA TERBEBAS DARI KEPAYAHAN MASUK SURGA 

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda kepadanya: “Wahai Abdurrahman bin Auf, engkau tergolong orang yang kaya, dan engkau tidak akan masuk surga kecuali dengan merangkak, maka hutangilah Allah, niscaya Dia akan melepaskan kedua kakimu.”

Abdurrahman lalu bertanya, “ Apakah yang harus saya hutangkan kepada Allah wahai Rasulullah?”

Nabi menjawab, “Hendaklah engkau bebaskan apa yang didapatkan sore hari.”

Lantas Abdurrahman bertanya lagi, “Apakah dari keseluruhannya wahai Rasulullah?” Dijawab, “Ya dari seluruhnya!”

Dan setelah percakapan tersebut dengan Nabi, Abdurrahman akhirnya pergi dan hendak melaksanakannya. Namun tak lama Malaikat Jibril datang dan berkata, “Perintahlah Abdurrahman agar ia menjamu tamu, memberi makan orang miskin dan meberi peminta-minta. Sebab, jika ia mau mengerjakan semua itu maka hal itu akan menghapuskan apa yang ada padanya.”

SEORANG YANG AHLI HUKUM 

Abdurrahman dalam hidupnya banyak bersama Nabi saw, itulah sebabnya ia menjadi salah seorang yang banyak menghafal hadis yang langsung diucapkan oleh Nabi maupun dari segala tindak tanduk Nabi. Abdurrahman digolongkan sebagai salah satu ulama besar dan juga sahabat Nabi oleh sebagian sahabat. Ia biasa menjadi ahli fatwa, bahkan ketika masa nabi masih hidup.

Pernah suatu ketika terjadi wabah penyakit di negeri Syam. Para sahabat waktu itu berselisih soal apakah tetap berada di tempat tersebut atau pergi agar tak terjangkiti penyakit. Waktu itu Umar mengikuti pendapat untuk kembali ke tempat tersebut. Namun, ketika Abdurrahman tiba ia lalu berkata bahwa ia tahu duduk persoalannya lalu membacakan hadis yang mana Nabi pernah bersabda, “Bila di suatu tempat atau daerah terjadi suatu bala’ maka janganlah kamu semua mendatanginya dan bila malapetaka itu berada di situ, maka janganlah kamu semua keluar meninggalkannya.

Selain itu, Umar bin Khatthab ra. juga pernah menggunakan pendapat beliau dalam hal memberi hukuman pada peminum khamr, yakni dengan delapan puluh kali dera.


Baca juga :




BENCI DENGAN MASA JAHILIYAH 

Dalam profil Abdurrahman bin Auf sebagai salah seorang dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga banyak diriwayatkan bahwa ketika Abdurrahman kembali ke Makkah setelah hijrah ke Madinah, ia kemudian tidak mau sama sekali singgah ke rumahnya yang dulu ia tinggal saat hijrah. Ia berkata bahwa rumah tersebut mengingatkannya pada ada kebiasaan Jahiliyah yang senantiasa menjalankan hukum-hukum yang hina.

Lebih lanjut ia juga mengatakan bahwa ia benci singgah di rumahnya karena akan mengingatkannya pada penindasan kaum kafir Quraisy pada kaum muslim yang lemah, termasuk pada Bilal, Shuhaib dan lainnya.

RASA TAKUTNYA KEPADA ALLAH DAN SIKAP KEDERMAWANANNYA 

Pernah suatu ketika Abdurrahman bin Auf ra. mengeluh pada ibunya bahwa ia khawatir kalau kekayaannya dapat menghancurkannya karena ia adalah orang Quraisy yang paling banyak hartanya. Maka ibunya pun menganjurkannya banyak bersedekah. Setelah itu, Abdurrahman pun pergi menemui Umar ra. mengenai ucapan ibunya, Ummu Salamah. Dan karena Umar ra pun sama, khawatir soal kedudukannya di akhirat maka ia juga menanyakan soal dirinya.

Sebagaimana diketahui bahwa Abdurrahman bin Auf adalah orang yang sangat kaya di masanya.Telah disebutkan di atas, bahwa ketika datang ke Madinah beliau ditawarkan separuh harta dari saudara se Islamnya, yakni Sa’ad bin Rabi’, tapi ia menolak dan hanya minta diantar ke pasar.

Beliau memulai usahanya dengan niat dan kepercayaan penuh kepada Allah. Beliau berusaha sungguh-sungguh dalam melakukan jual beli, serta jujur dalam usahanya. Walau dengan keuntungan yang sedikit ia juga tetap puas. Karena komitmennya dalam berusaha, lambat laun hartanya pun semakin melimpah. Bahkan ia pernah berkata, “Seandainya saya mengangkat batu dari tempatnya, niscaya saya akan menemukan harta di bawahnya.”

Pernah suatu ketika ia ditanya oleh sahabat lain, “Apa sebabnya engkau bisa sukses dalam bidang perdagangan?” Ia berkata, “Karena saya tidak pernah menjual barang yang cacat dan saya tidak menghendaki keuntungan yang banyak, dan Allah akan memberkahi kepada orang yang dikehendaki.”

Dalam biografi dan kisah Abdurrahman bin Auf banyak sekali diberitakan bentuk kedermawanannya, di antaranya beliau pernah menjual baran dari hasil ghanimah senilai sepuluh ribu dinar kemudian beliau membagi-bagikannya kepada isteri-isteri Nabi. Pernah juga Abdurrahman bersedakah dengna separuh hartanya, kemudian bersedekah empat puluh ribu dinar, dan juga pernah menyumbangkan lima ratus kendaraan di jalan Allah. Dan kebanyakan dari yang ia nafkahkan di jalan Allah adalah dari hasil perdagangan. Bahkan disebutkan bahwa surah Al-Baqarah ayat 262 diturunkan berkaitan dengan sikap Abdurrahman dan para sahabat yang mulia.

Pernah juga, suatu hari terdengar kabar yang menggemparkan kota Madinah dan sampai ditelinga Aisyah bahwa ada kurang lebih 700 kendaraan yang datang dari Syam dan itu semua milik Abdurrahman. Mengetahui hal tersebut Aisyah lalu berkata, “Ingatlah! Saya pernah mendengar Nabi saw. bersabda, “Saya melihat Abdurrahman bin Auf masuk surge dengan merangkak.”

Mendengar ucapan Aisyah tersebut, beliau langsung mendatanginya dan minta penjelasannya. Menanggapi hal tersebut ia langsung menyedekahkan 700 unta tersebut berikut pelananya .

Masih soal kedermawanan beliau. Sebuah riwayat dari Ja’far bin Barqan menyebutkan bahwa “Saya telah mendengar bahwa Abdurrahman bin Auf ra. telah memerdekakan budak sebanyak tiga puluh ribu. Bahkan Umar ra. berkata bahwa dalam sehari Abdurrahman memerdekakan sebanyak 30 budak.

WAFATNYA 

Setelah menjalani kehidupannya dengan usaha yang sangat baik dalam menjalankan kehidupan sebagai seorang muslim yang taat, akhirnya beliau wafat di usia 73 tahun (sebagian menyebutkan 72). Banyak penutur kisah Abdurrahman bin Auf dalam sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk surge menyebutkan bahwa beliau meninggalkan 28 putra dan putri dan wafat pada tahun 31 hijriyah atau pendapat lain 32 H.

Sebelum dimakamkan beliau juga dimandikan oleh Usman ra. dan dimakamkan di tempat dimana iamewasiatkannya, yakni di Baqii’. Semoga Allah merahmatinya dan ia bukan orang yang merangkak memasuki surga tapi berjalan secepat kilat karena usahanya dalam mendermakan hartanya untuk agama Allah. 
Selamat jalan Abdurrahman bin Auf!


Baca juga :